Chapter - 09
"Umm,
Kii-san dan aku, berpacaran?"
Karena terlalu
terkejut, aku akhirnya mengatakan apa yang ada di dalam pikiranku. Kemudian,
Kii-san membuka matanya lebar-lebar, seolah-olah dia mendengar sesuatu yang tak
terduga.
"Eh ...
kita ini berpacaran,‘kan?"
Aku bahkan
lebih terkejut ketika dia mengulangi apa yang aku katakan untuk mengkonfirmasi
tadi. Pencarian kepastiannya bermaksud bahwa untuknya, kita ini sedang
berpacaran adalah fakta yang sudah jelas.
Kii-san dan aku
berpacaran. Akhirnya aku memikirkan seluruh perkataan dan semua
tindakannya di dalam pikiranku. Tentu saja, jika kau sepasang kekasih, kau
akan melakukan hal-hal semacam itu, duduk berdampingan di kereta, saling
memanggil dengan nama depan, dan berbicara satu sama lain dalam cara bicara
yang sopan akan terasa buruk.
Namun, walaupun
aku bisa memilah semua informasi yang kumiliki, aku masih tidak mengerti
semuanya. Pertama-tama, apakah itu benar atau tidak, aku dan Kii-san
berpacaran. Jika memang hal itu terjadi, tidak mungkin aku bisa
melupakannya.
"Benarkah…..begitu?"
Tidak paham
sama sekali, aku menatap Kii-san dengan ekspresi terkejut dan sekali lagi
bertanya dengan suara lemah.
"..."
"..."
Lalu, mata kita
bertemu. Ekspresi Kii-san terlihat sedih, sebuah ekspresi dimana orang
lain tidak ingin melihatnya. Kau memintaku untuk berdebat dengan wajah
seperti itu?
"Ma-Maksudku,
Yoshiki-kun, bukankah kau meminta, tolong
pergi keluar bersamaku?"
"Ka-Kapan
itu terjadi?"
"Saat kita
kelas satu Sekolah Dasar. Kita pergi ke ruang istirahat bersama ketika ada
festival olahraga di sekolah. Dan kau menanyakannya pada saat itu. "
"Kelas
satu sekolah dasar ..."
Ini buruk, aku
tidak ingat sama sekali. Selama mengikuti festival olahraga, aku hanya
fokus pada lombaku sendiri.
Setelah melihat
bahwa aku tidak bisa mengingat apapun, air mata mulai bercucuran di mata
Kii-san.
"Kau tidak
ingat? Saat itu aku lupa dimana
ruangan istirahat berada dan kau memberitahuku, tolong pergi bersamaku. "
Ah, ahhh ~,
kurasa aku ingat sedikit sekarang. Jika aku ingat dengan benar, aku
menemukan seorang gadis yang lupa akan tempat ruangan istirahat berada dan aku
ingin memberitahunya untuk mengikutiku, tapi aku mengubah nuansa pada kalimat
itu, dan akhirnya berkata, "Tolong
pergi bersamaku". Di jaman itu, aku menonton drama romantis dan aku
melihat karakter utama mengatakan kalimat seperti, "Tolong pergi bersamaku", jadi setidaknya aku
ingin mencobanya sekali.
Memikirkan
kembali itu sekarang, saat aku mengatakan "Tolong pergi bersamaku". Aku kira, jika Kii-san juga
menonton drama romantis yang sama saat itu, dan menganggap apa yang aku katakan
tolong pergi bersamaku sebagai sepasang
kekasih, maka kurasa itu tidak akan aneh ...
Tidak, itu
masih sangatlah aneh. Lagi pula, apakah ada orang yang benar-benar percaya
bahwa kau bisa menjadi sepasang kekasih hanya dengan mengatakan kalimat
itu? Bahkan jika itu hanya kelas satu SD, bukankah itu masih sedikit
naif? Tidak hanya itu, dia sudah menjaga hubungan itu begitu lama.
"Umm,
memang benar bahwa aku mengatakan, tolong
pergi bersamaku, tapi aku tidak bermaksud sebagai menjadi sepasang kekasih
... Bagaimana ya bilangnya ... kau dan aku, mungkin sebenarnya tidak berpacaran
..."
Cara bicara
sopan yang aku hentikan akhir-akhir ini
muncul kembali. Mungkin, dia mengira aku telah menariknya sepanjang waktu. Memang
benar bahwa aku memiliki bagian dalam kesalahpahamannya. Tentu saja,
setelah mengetahui bahwa dia berpikir kita ini berpacaran selama sepuluh tahun,
daripada senang, aku merasa takut dengan kesadaran itu.
Namun, saat
kulihat Kii-san yang menyeramkan itu sekarang menangis.b Ekspresinya telah
runtuh ke titik yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Ini
buruk. Aku membuat seorang gadis menangis. Apa yang harus kulakukan
saat seperti ini terjadi?
Aku
memikirkannya, tapi pada akhirnya jawabannya tidak pernah datang dipikiranku,
jadi yang bisa kulakukan hanyalah tetap diam dan tidak melakukan apapun.
"Apa
ini. Aku terlihat seperti orang idiot ... "
Sambil menyeka
air matanya, dia berbicara dengan suara lembut. Melihat wajahnya seperti
itu, perasaan kasihan muncul di dalam diriku. Jelas, dia merasa sakit hati
sekarang.
"Itu
benar. Sejujurnya, Kau terlihat seperti orang yang sangat bodoh. Tapi
aku bahkan lebih bodoh. Karena diriku, kehidupan cinta Kii-san menjadi
terganggu. Aku tidak berpikir Kau harus berkencan dengan seseorang seperti
DIRIku, tapi seseorang yang jauh lebih keren ... "
Aku merasa
telah melakukan kejahatan yang berat. Meski itu adalah sebuah kesalahan,
akhirnya aku membatasi Kii-san karena dia 'pergi
keluar' bersamaku. Yang paling penting adalah karena itu, dia akhirnya
menolak banyak pengakuan. Jika dia tidak benar-benar 'pergi keluar' denganku, dia mungkin bisa memiliki pengalaman
romantis yang jauh lebih banyak.
Namun, tidak
ada yang bisa dilakukan tentang masa lalu. Nah, hanya ada satu hal yang
bisa aku lakukan.
"Itu
sebabnya, kamu tidak perlu memikirkanku lagi, Kii-san. Kau bisa jatuh
cinta lebih bebas. "
Ketika aku
mengatakan hal ini kepada Kii-san, yang telah berhenti menangis, mengerutkan
bibirnya. Terlihat seakan-akan dia sedang cemberut.
"Kalau
begitu, tidak apa-apa kalau aku jatuh cinta dengan bebas?"
"Yup, itu
benar."
"Aku juga
bisa mengaku dengan bebas?"
"Tentu
saja."
"Kalau
begitu, tolong pergi keluar, bersamaku."
...
"…Kau
yakin?"
"Aku yakin."
"Eh, umm,
tidak mungkin Kii-san menyukaiku."
"Aku
memang menyukaimu, ada yang salah dengan itu?"
"Tidak,
maksudku kita tidak terlalu banyak berbicara satu sama lain, dan aku tidak
pernah melakukan sesuatu yang membuatmu menyukaiku ..."
"Saat aku
membuat pengakuan kepadamu, jantungku mulai berdetak lebih kencang. Aku
pasti jatuh cinta. "
"..."
Sebagai balasan
atas perkataanku, Kii-san menegurnya dengan cepat dan tajam. Selama waktu
itu, wajahnya benar-benar merah.
"Dan, apa
yang akan Kau lakukan? Balasanmu? "
Jika aku
menunjukkan wajah seperti itu, maka jawabanku sudah diputuskan.
"Yeah, ayo
kita berpacaran."
"Umm,
Kii-san dan aku, berpacaran?"
Karena terlalu
terkejut, aku akhirnya mengatakan apa yang ada di dalam pikiranku. Kemudian,
Kii-san membuka matanya lebar-lebar, seolah-olah dia mendengar sesuatu yang tak
terduga.
"Eh ...
kita ini berpacaran,‘kan?"
Aku bahkan
lebih terkejut ketika dia mengulangi apa yang aku katakan untuk mengkonfirmasi
tadi. Pencarian kepastiannya bermaksud bahwa untuknya, kita ini sedang
berpacaran adalah fakta yang sudah jelas.
Kii-san dan aku
berpacaran. Akhirnya aku memikirkan seluruh perkataan dan semua
tindakannya di dalam pikiranku. Tentu saja, jika kau sepasang kekasih, kau
akan melakukan hal-hal semacam itu, duduk berdampingan di kereta, saling
memanggil dengan nama depan, dan berbicara satu sama lain dalam cara bicara
yang sopan akan terasa buruk.
Namun, walaupun
aku bisa memilah semua informasi yang kumiliki, aku masih tidak mengerti
semuanya. Pertama-tama, apakah itu benar atau tidak, aku dan Kii-san
berpacaran. Jika memang hal itu terjadi, tidak mungkin aku bisa
melupakannya.
"Benarkah…..begitu?"
Tidak paham
sama sekali, aku menatap Kii-san dengan ekspresi terkejut dan sekali lagi
bertanya dengan suara lemah.
"..."
"..."
Lalu, mata kita
bertemu. Ekspresi Kii-san terlihat sedih, sebuah ekspresi dimana orang
lain tidak ingin melihatnya. Kau memintaku untuk berdebat dengan wajah
seperti itu?
"Ma-Maksudku,
Yoshiki-kun, bukankah kau meminta, tolong
pergi keluar bersamaku?"
"Ka-Kapan
itu terjadi?"
"Saat kita
kelas satu Sekolah Dasar. Kita pergi ke ruang istirahat bersama ketika ada
festival olahraga di sekolah. Dan kau menanyakannya pada saat itu. "
"Kelas
satu sekolah dasar ..."
Ini buruk, aku
tidak ingat sama sekali. Selama mengikuti festival olahraga, aku hanya
fokus pada lombaku sendiri.
Setelah melihat
bahwa aku tidak bisa mengingat apapun, air mata mulai bercucuran di mata
Kii-san.
"Kau tidak
ingat? Saat itu aku lupa dimana
ruangan istirahat berada dan kau memberitahuku, tolong pergi bersamaku. "
Ah, ahhh ~,
kurasa aku ingat sedikit sekarang. Jika aku ingat dengan benar, aku
menemukan seorang gadis yang lupa akan tempat ruangan istirahat berada dan aku
ingin memberitahunya untuk mengikutiku, tapi aku mengubah nuansa pada kalimat
itu, dan akhirnya berkata, "Tolong
pergi bersamaku". Di jaman itu, aku menonton drama romantis dan aku
melihat karakter utama mengatakan kalimat seperti, "Tolong pergi bersamaku", jadi setidaknya aku
ingin mencobanya sekali.
Memikirkan
kembali itu sekarang, saat aku mengatakan "Tolong pergi bersamaku". Aku kira, jika Kii-san juga
menonton drama romantis yang sama saat itu, dan menganggap apa yang aku katakan
tolong pergi bersamaku sebagai sepasang
kekasih, maka kurasa itu tidak akan aneh ...
Tidak, itu
masih sangatlah aneh. Lagi pula, apakah ada orang yang benar-benar percaya
bahwa kau bisa menjadi sepasang kekasih hanya dengan mengatakan kalimat
itu? Bahkan jika itu hanya kelas satu SD, bukankah itu masih sedikit
naif? Tidak hanya itu, dia sudah menjaga hubungan itu begitu lama.
"Umm,
memang benar bahwa aku mengatakan, tolong
pergi bersamaku, tapi aku tidak bermaksud sebagai menjadi sepasang kekasih
... Bagaimana ya bilangnya ... kau dan aku, mungkin sebenarnya tidak berpacaran
..."
Cara bicara
sopan yang aku hentikan akhir-akhir ini
muncul kembali. Mungkin, dia mengira aku telah menariknya sepanjang waktu. Memang
benar bahwa aku memiliki bagian dalam kesalahpahamannya. Tentu saja,
setelah mengetahui bahwa dia berpikir kita ini berpacaran selama sepuluh tahun,
daripada senang, aku merasa takut dengan kesadaran itu.
Namun, saat
kulihat Kii-san yang menyeramkan itu sekarang menangis.b Ekspresinya telah
runtuh ke titik yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Ini
buruk. Aku membuat seorang gadis menangis. Apa yang harus kulakukan
saat seperti ini terjadi?
Aku
memikirkannya, tapi pada akhirnya jawabannya tidak pernah datang dipikiranku,
jadi yang bisa kulakukan hanyalah tetap diam dan tidak melakukan apapun.
"Apa
ini. Aku terlihat seperti orang idiot ... "
Sambil menyeka
air matanya, dia berbicara dengan suara lembut. Melihat wajahnya seperti
itu, perasaan kasihan muncul di dalam diriku. Jelas, dia merasa sakit hati
sekarang.
"Itu
benar. Sejujurnya, Kau terlihat seperti orang yang sangat bodoh. Tapi
aku bahkan lebih bodoh. Karena diriku, kehidupan cinta Kii-san menjadi
terganggu. Aku tidak berpikir Kau harus berkencan dengan seseorang seperti
DIRIku, tapi seseorang yang jauh lebih keren ... "
Aku merasa
telah melakukan kejahatan yang berat. Meski itu adalah sebuah kesalahan,
akhirnya aku membatasi Kii-san karena dia 'pergi
keluar' bersamaku. Yang paling penting adalah karena itu, dia akhirnya
menolak banyak pengakuan. Jika dia tidak benar-benar 'pergi keluar' denganku, dia mungkin bisa memiliki pengalaman
romantis yang jauh lebih banyak.
Namun, tidak
ada yang bisa dilakukan tentang masa lalu. Nah, hanya ada satu hal yang
bisa aku lakukan.
"Itu
sebabnya, kamu tidak perlu memikirkanku lagi, Kii-san. Kau bisa jatuh
cinta lebih bebas. "
Ketika aku
mengatakan hal ini kepada Kii-san, yang telah berhenti menangis, mengerutkan
bibirnya. Terlihat seakan-akan dia sedang cemberut.
"Kalau
begitu, tidak apa-apa kalau aku jatuh cinta dengan bebas?"
"Yup, itu
benar."
"Aku juga
bisa mengaku dengan bebas?"
"Tentu
saja."
"Kalau
begitu, tolong pergi keluar, bersamaku."
...
"…Kau
yakin?"
"Aku yakin."
"Eh, umm,
tidak mungkin Kii-san menyukaiku."
"Aku
memang menyukaimu, ada yang salah dengan itu?"
"Tidak,
maksudku kita tidak terlalu banyak berbicara satu sama lain, dan aku tidak
pernah melakukan sesuatu yang membuatmu menyukaiku ..."
"Saat aku
membuat pengakuan kepadamu, jantungku mulai berdetak lebih kencang. Aku
pasti jatuh cinta. "
"..."
Sebagai balasan
atas perkataanku, Kii-san menegurnya dengan cepat dan tajam. Selama waktu
itu, wajahnya benar-benar merah.
"Dan, apa
yang akan Kau lakukan? Balasanmu? "
Jika aku
menunjukkan wajah seperti itu, maka jawabanku sudah diputuskan.
"Yeah, ayo
kita berpacaran."
TN Note: Saya sengaja membuat perkataan “tolong pergi bersamaku (Sukiate kudasai)” dengan jelas, karena perkataan ini mempunyai dua makna yang berbeda. Makna yang pertama, mengajak berpacaran sama seseorang, dan makna yang kedua, cuman ngajak pergi biasa. CMIIW.
ada "suki-atte" dan "tsuki-atte"
BalasHapusuntuk "suki-atte" berarti yang ngajak pacaran
dan "tsuki-atte" mengajak pergi
dari kata "suki" tersendiri yaitu suka
dan "tsuki" dalam kalimat mengajak biasanya sih "tsuki-au"
CMIIW, itu juga sih dari pembelajaran hasil sendiri, gak tau bener enggaknya, kalau Saya salah tolong koreksi juga ya :3
Apakah gw juga sama,kayak mc nya ada yang suka tapi gk sadar. Wkwkwkkw
BalasHapus🍊🍊🍊🍊
BalasHapus