Omae wo Onii-chan Vol 1 Chapter 09 Bahasa Indonesia

Selasa, 16 April - Kompetisi . Kerjasama . Onee-chan.

Hari ini, aku dipanggil oleh anak laki-laki dari kelasku. Meski rasanya agak canggung karena mereka memanggil dengan nama margaku, tapi sebagai seseorang yang mengatakan kepada Selene untuk 'bertemu dengan orang lain' aku harus mematuhi saranku sendiri.

Aku bertemu dengan anak-anak dari klub model dan bertanya pada mereka di mana aku bisa menemukan sebuah toko dengan plastik model yang bagus di dekat sini. Mereka bilang toko yang seperti itu berada di dekat stasiun.

Sepulang sekolah, saat aku bilang akan berbelanja di sana, Mariko ikut menemaniku.

Semua plastik model robot tampak sama dimata Mariko. Aku memeriksanya dengan teliti dan membeli model plastik besar yang mana amatir seharusnya tidak harus membelinya, aku juga membeli satu set alatnya.

Mariko terkejut setelah melihat ukuran kotak yang kubawa di kedua tanganku.

Setelah berpisah dengan Mariko, aku berjalan ke arah apartemen Taishido dan memasukinya sambil memegang sebuah kotak besar dan langsung menuju ke ruangan 601. Pintu ruangan segera terbuka setelah aku membunyikan bel pintu.

"Nii-chan, waktunya game! Sebuah game pelukan!"

Saat aku hendak masuk ke dalam, Tomomi langsung menempel kepadaku. Itu adalah penyambutan yang antusias seperti seekor anak anjing yang penuh semangat melompat pada pemiliknya yang baru saja kembali ke rumah.

Karena kedua tanganku sibuk memegang barang bawaan, Aku dengan pasrah membiarkan diriku dipeluk. Dadanya ... memukul diriku.

"Setidaknya biarkan aku meletakkan bawaanku dulu. Lagipula, mengapa kau menyebutnya game pelukan?"

"Minggu yang lalu, ada adik perempuan yang lain, jadi aku tidak bisa bertindak manja seperti ini."

"Jadi kau mengkhawatirkan itu?"

"Karena itu memalukan. Ada gadis yang lebih kecil dariku, jika aku bertindak manja-manjaan dengan Nii-chan, itu akan menjadi aneh. Tapi aku ingin bertingkah manja!"

Tomomi menggeliat sambil memelukku. Apa sih yang dia maksud dengan ‘manja-manjaan’.

Itu ya itu, tapi sepertinya dia terlalu malu untuk melakukannya di depan adik-adiknya, Tomomi mungkin telah sadar  bahwa dia adalah putri sulung. Meski cara dia mengatakan hal itu terasa sedikit aneh.

"Um, apa kau bisa sedikit lebih ramah dengan adik perempuan lainnya ... atau lebih tepatnya, dengan Sayuri?"

Dia mengembungkan pipinya dan sudut matanya naik mengintimidasi. Seperti biasa, emosinya muncul di wajah gadis ini dengan terang-terangan.

"Sepertinya aku dan dia sesuatuu tidak cocok satu sama lain."

"Dia itu bukan orang jahat."

"Kalimat itu biasanya kau gunakan untuk meningkatkan citra orang jahat."

Dia memang memiliki beberapa aspek licik (?) pada dirinya, tapi Sayuri adalah gadis yang serius dan sopan. Kupikir Tomomi bisa belajar satu atau dua hal darinya.

Dan jika Sayuri bisa belajar dari Tomomi dan bertindak lebih jujur ... tidak, tidak, aku tak bisa menggabungkan mereka bersama-sama, mereka berdua adalah manusia. Mana mungkin bisa digabungkan.

Tomomi meraih tanganku dan menarikku ke ruang tamu. Di atas meja, bukan cola yang ada, melainkan botol teh hijau yang disiapkan.

"Nii-chan lebih suka teh hijau dibandingkan cola, ‘kan? Aku membeli itu."

Dia membusungkan dadanya dengan bangga dan dadanya bergetar dengan *bayoing* ... meskipun aku tahu dia adalah (calon) adikku, mengapa aku terus memperhatikan itu. Tenanglah, diriku.

"Omong-omong, kau tidak menjaga dokumentasi tentang diriku secara rahasia?"

"He? A-aa-aapa itu ya?"

Suaramu semakin aneh, o' adik tertua.

"Aku melihatnya di antara tumpukan majalah minggu lalu."

"Ahahaha. kau punya mata yang cukup tajam. Mampu melihat hal-hal seperti itu dapat menyelamatkan hidupmu di medan perang!"

Tomomi membuka botol dan mulai meminumnya dengan sekali tegukan untuk menutupi kebohongannya.

"Kau juga membaca manual tertulis tentang diriku, dan mencoba untuk menghiburku …... bukannya itu tidak berbeda dengan apa yang Sayuri lakukan?"

"Itu salah, itu semua berbeda! A-Aku tidak benar-benar mencoba untuk bertindak seperti itu. Juga, meskipun ada data yang aku tidak menjadi 'adik perempuan yang sempurna'. Aku tidak seterampil seperti Sayuri. "

Meskipun Sayuri cukup kikuk, dia juga tenang dan terampil. Karakter yang dia buat telah runtuh pada hari Sabtu lalu, tapi aku merasa dia sudah menjadi lebih terbuka.

Dari cara Tomomi bertindak, dia benar-benar tampak seperti adik perempuan. Aku cukup terkesan dengan itu.

"Jadi terimalah diriku apa adanya, Nii-chan!"

Dia mengerutkan bibirnya dan terjun ke arahku saat aku duduk di sofa dan merentangkan lengannya untuk memelukku. Aku menanggapi dengan cakar besi di kepalanya.[1]

Biasanya aku takkan melakukan ini pada seorang gadis, tapi jika itu Tomomi maka apa boleh buat.

"Aku takkan menerimanya! Juga, kami tidak memiliki pertandingan hari ini."

"Kenapa! Dasar Pelit!"

Tomomi mengayunkan lengannya  ke atas dan bawah, mencoba melarikan diri dari cakar besi-ku dengan menggerakkan wajahnya ke kiri atau kanan. garis pandangnya terhenti pada kantong kertas kertas yang aku bawa.

"Uwaa! Bukankah itu Super Free Will dari Seri Perfect! Apa ini hobi Nii-chan? Itu keren ... Aku tak tahu sama sekali.ZEKU asli juga keren. Ah! Tapi Nii-chan tidak bisa merakit model plastik, ‘kan ? Lalu, mungkinkah ini hadiah untukku?"

Dia mengambil kotak besar dari tas dan mengusap pipinya pada kotak itu.

"Yuup, apa boleh buat. Nii-chan tidak bisa merakit lebih dari sembilan ratus bagian. Tomomi-chan akan melakukannya dengan sempurna!"

"Tidak, bukan seperti itu. Hari ini aku sendiri yang akan merakitnya, dan kau akan membantuku."

"Ehh ?! Nii-chan akan melakukannya?"

"Tentu saja! Itu sebabnya, tolong ajari aku."

Aku langsung memintanya untuk mengajariku.

"Nii-chan .......mungkinkah, baru pertama kali?"

"Sebenarnya, ya."

"Membuat adikmu sendiri menangani hal pertamamu, itu sedikit menyedihkan."

"Dan bagaimana denganmu?"

"Yang besar seperti ini ... itu pertama kalinya bagiku."

"...Ayo lakukan."

"Yap ... jika itu bersama dengan Nii-chan, aku pikir yang besar ... seharusnya tak masalah."

Tomomi dan aku meletakkan tangan kami pada benda terlarang…... kami bergerak menuju kotak besar pada waktu yang sama.

Sampai buah cinta kami lahir, kami terus melakukannya dalam diam. Aku bertanggung jawab untuk tubuh bagian bawah, itu adalah pertama kalinya dalam hidupku menggunakan saraf di ujung jariku sebegitu banyak. Tanganku gemetar karena gugup, dan Tomomi menggunakan tangannya yang terlatih untuk menunjukkan teknik-nya.

"Nii-chan, bergerak lebih cepat!"

"O-Oke, seperti ini?"

"Ah! Sekarang kau terlalu terlalu lambat! Sebelah sini ... hati-hati ... Kau harus memperlakukan gerbangnya seperti ini ....... paham?"

Tomomi membungkuk dan membimbingku dengan penuh semangat. Sesekali payudaranya menekan lengan atasku dan kelembutan mereka membuat hatiku berdetak. Namun, dia tidak menyadari itu karena dia terlalu terkonsentrasi pada model plastik.

Berkat dirinya, aku sudah terbiasa untuk itu dan model plastik baru bisa terbentuk sekitar jam 11 malam. Kami sangat terkonsentrasi sampai kita lupa dengan rasa lapar dan haus, sebagai hasilnya kita tidak makan atau minum apapun sama sekali.
Semua bagian-bagian mulai terbentuk, ada rasa prestasi tersendiri saat objek tiga dimensi sudah dirakit. Mungkin ini akan menjadi kebiasaan.

Aku menatap tajam pada robot selesai yang berdiri di tengah-tengah meja.

Apa yang aku buat adalah tubuh bagian bawah, kaki kanan dan tangan kanan ... terutama bagian di sekitar pinggang dan bagian dari sayap yang melekat ransel nya. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar dibuat oleh Tomomi.

Robot ini bisa berpose setelah kami menggerakan sendi nya. Robot ini bisa bergerak! Jangkauan gerakannya melebihi dari yang kuduga, sekali lagi aku merasa terkesan. lutut yang meluncur walaupun memiliki lapisan baja pada sendi-nya, seperti yang diharapkan dari sesuatu yang membawa nama 'Perfect', robot ini memiliki performa yang hebat.

Tomomi menatapku saat aku menatap tajam pada model plastik dan bergumam.

"Sebenarnya masih ada banyak yang harus dilakukan, seperti mewarnainya, aku ingin melakukan itu tapi …... baiklah, kita bisa lakukan itu nanti. Melihat Nii-chan memainkan itu dengan begitu semangat, kau tampak seperti anak kecil."

"Ke-Kenapa! Aku hanya sedikit terkesan."

"Jadi Nii-chan tidak membutuhkannya? Lalu berikan padaku! Aku akan melakukan sentuhan akhir dan membuatnya lebih super keren!"

"Tidak perlu. Ini akan menghiasi kamarku. Ruanganku cukup suram tanpa dekorasi."

"Tchh. Pelit!"

"Aku tak keberatan menjadi pelit. Tapi terima kasih untuk membuat ini bersama denganku, Tomomi. Aku pasti tidak bisa melakukannya sendiri, caramu mengajar membuatnya sangat mudah untuk dipahami."

"I-Itu cukup normal. Kau hanyalah Nii-chan dan belum ... uuu ..."

Dia menggelayutkan kepalanya bersamaan dengan pipinya yang memerah. Aku bermaksud memujinya dengan benar, tapi apa itu saja tidak cukup? Tomomi ragu-ragu mendongak sambil gelisah.

Mungkinkah dia merasa malu? Meski ia memelukku tanpa rasa khawatir apapun, aku tidak tahu apa kriteria-nya untuk malu.

"Ini akan lebih bagus jika kau terbiasa untuk bekerja sama seperti ini, daripada terus bersaing melawan semua orang."

"A-Aku selalu kooperatif!"

"Oh benarkah?"

"Itu benar!"

Baiklah.

"Lalu, buktikan padaku dengan game ini."

Aku mengeluarkan game yang baru aku dapat.

"N-Nii-chan, itu! Itu Ice Climber!"

Dia menunjuk pada kaset dan membuka matanya lebar-lebar. Dia begitu bersemangat seperti anak anjing yang melambaikan ekornya.

Ini adalah game yang aku beli dari toko game sehabis mengunjungi toko plastik model.

"Aku kira gamer seperti Tomomi, memiliki perangkat keras untuk itu, kan?"

"Tentu saja aku punya. Juga, melihat Nii-chan memiliki game itu, aku memiliki kesan yang baru padamu."

Aku tak berpikir bahwa aku akan dievaluasi sekali lagi hanya karena aku memiliki game ini.

Tampaknya aku yang dungu ini, dari sudut pandang Tomomi pasti kekurangan 'kekuatan lelaki'.

Ice Climber adalah game keluarga yang dirancang dan dirilis oleh Famige, sebuah Permainan klasik. [2]

Dua pemain bisa bermain secara bersamaan, mereka naik gunung dengan menggunakan kapak. Karena kau bisa bekerja sama atau menendang pemain lain, ini sering menjadi game survival yang sengit. Sederhana namun mendalam. Ini menjadi game yang benar-benar populer.

Saat SMP dulu, aku selalu dikalahkan saat bermain melawan seorang teman yang menyukai game retro.

Bahkan jika itu hanya sekali, aku ingin berhasil mendaki bersama-sama dengan pemain lain.

"Mari kita lakukan, ayolah! Ayo cepat dan bermain Nii-chan!"

Dia menghubungkan kabel dengan segera dan melakukan pengaturan untuk Famige. Setelah itu dia memasukkan kaset ke dalam terminal dengan 'huff' dan memulai Ice Climbing.

Lima menit kemudian - meskipun Tomomi bersikeras 'ini kerjasama', dia meninggalkan tubuhku di belakang pegunungan bersalju dan membiarkanku mati beku.

Meskipun kami membuat model plastik bersama-sama, keindahan kerjasama masih kalah dengan insting Tomomi yang membuatnya ingin menang.

"Nii-chan lemah."

"Bukankah kita seharusnya bekerja sama?"

"Sejak itu permainan, entah bagaimana ...."

Saat Tomomi menjulurkan lidahnya dan mengedipkan mata, aku hanya bisa mendesah panjang.

"Karena tadi sudah gilirannya Nii-chan, sekarang menjadi giliranku. Ayolah Nii-chan, pelayan-ku ... Aku meminta temanku untuk memberikannya padaku."

Tomomi yang ceria tampak menikmati waktunya bersamaku.

Dia menggunakan remote TV dan melalui pengaturan layar dia merubah dari Famige ke perekam Blu-Ray. Dia mengklik tombol eject di depan perekam dan menaruh disk pada tempat kosong.

"Disk apa itu? Film atau semacamnya?"

Masih ada sisa 15 menit lagi sampai jam 12 malam. Yah, aku tidak keberatan dengan sedikit perpanjangan waktu.

"Ini sebuah DVD tentang bagaimana saudara menjadi akrab satu sama lain."

Dia berdiri dengan penuh semangat dan tertawa gembira.

"Hohoo. Jadi kau merampoknya dari teman sekolahmu."

"Aku menang dengan jujur dan adil. Sekaraaang, aku penasaran apa yang ada di dalamnya."

"Eh… kau belum melihat sendiri isinya?"

"Kupikir akan terasa menyenangkan bila ditonton bersama Nii-chan. Rasanya akan membosankan jika sudah tahu isinya duluan, tidak adil. Pertandingan itu harus jujur dan adil, ‘kan?"

Dia mencintai kejutan, itulah yang bisa kukatakan. Saat ia menekan tombol play, suara keras dan realistis berasal dari speaker di sekeliling kita….... suara wanita terangsang terdengar.

"Onii-chan soko wa dameee! Ahn Ahnn ."

Sejenak, Tomomi tampak menjauh dari layar dan meraung.

"I-Ini seharusnya berbeda!"

"Seharusnya aku yang mengatakan itu! Cepat dan tekan tombol stop!"

"W-WAAAAAAA! BERHENTI! BERHENTI!"

Sebuah suara tinggi yang mirip dengan orang yang berbicara di bawah pengaruh gas helium, 'Ahn Ahn .', Suara itu membungkus Tomomi dan aku dari segala arah.

"Kau malah mempercepatnya! Aku mohon, hentikan itu!"

Dia tertegun, dan remote control terjatuh dari tangannya.

"Ah ... tapi dengan kata lain, ini juga bisa disebut bermain kerjasama antara kakak dan adik, Nii-chan."


"Y-ya ... hei, apa yang sedang kau bicarakan."

Aku mengambil remote control yang berguling-guling di lantai dan menekan tombol stop. Baik audio dan video langsung menghilang, dan semuanya sudah terkendali. Tomomi mengerutkan bibirnya.

"Nii-chan, bukannya tak masalah untuk menontonnya sampai selesai? Aku terkejut karena tiba-tiba mulai, tampaknya ini versi yang diedit yang sudah dimulai dengan klimaks?"

"Mana mungin! Hanya orang cabul yang akan menonton video tentang melakukan itu dengan adik perempuan dan (calon) adik perempuan sendiri, lagipula, bukannya ini adalah sesuatu yang tak seharusnya ditonton sampai kau berumur 18+!"

"Kau tidak jujur. Tapi karena aku bisa melihat bagaimana Nii-chan kehilangan ketenangannya, semua hasilnya cukup baik."

Tomomi tersenyum puas.

"Apanya hasil yang 'baik'. Kau tersipu dan kehilangan ketenanganmu juga, ‘kan, Kau salah menekan tombol kecepatan daripada berhenti."

"Itu karena  tanganku tergelincir atau sesuatu."

Sekali lagi, aku menatap wajah Tomomi yang terlihat sedang tertawa malu. Dia menatapku dengan serius.

"Apa kau tahu mengapa aku membawa model plastik bersamaku hari ini?"

"Karena Nii-chan ingin membuatnya denganku?"

"I-Itu salah satu alasannya, tapi aku juga ingin menunjukkan kepadamu betapa menyenangkannya bekerja sama dengan orang lain."

"Tapi aku sudah bekerja sama dengan Nii-chan?"

"Ini bukan hanya denganku ... di antara para calon adik perempuan, kaulah yang paling dewasa jadi aku ingin kau untuk bertindak lebih seperti itu."

Saat yang aku serius meminta padanya, dalam setengah detik kemudian dia mulai ragu dan depresi. Rasanya seolah-olah dia akan berlari dengan ekor belakang kakinya.

"Ta-Tapi aku ini adik Nii-chan ... Aku ingin dimanjakan. Karena aku seorang adik, tak apa-apa bagiku untuk dimanja, bukan? Aku tak  pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya ... A-Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan ..."

Aku dengan lembut mengusap kepala Tomomi saat ia menggelayut ke bawah.

"Tak apa-apa untuk bersikap manja."

"Be-Benarkah ?!"

"Hanya seperti aku memanjakanmu, aku ingin kau memanjakan adik-adikmu."

"A-Aku harus memanjakan semua orang?"

"Memanjakan seseorang terasa sangat bagus. Kau memiliki rasa kepercayaan orang lain kepadamu, dan kau membuat mereka menyadari bahwa mereka membutuhkanmu."

"Be-Begitu ya... jadi ada hal yang seperti itu."

Seolah-olah dia menyadari sesuatu, mata Tomomi melihat ke sekeliling. Aku terus melanjutkan.

"Dan juga, jika kau menjadi kakak perempuan semua orang, Kau bisa mengambil kepemimpinan sebagai putri sulung, dan aku akan dapat mengandalkanmu juga. Sebagai gantinya, aku akan memanjakanmu semua yang kau inginkan. Itu terasa adil, bukan?"

Tomomi adalah orang yang kompetitif namun dia juga ‘ingin diakui oleh orang lain’ adalah apa yang aku rasakan. Dengan kata lain, keinginan untuk membuktikan kekuatannya kepada orang lain. Daripada sepihak memutuskan bahwa ia ingin diakui oleh seseorang, dan berpikir itu akan baik-baik saja untuk memiliki seseorang yang mengakui dirinya.

"Aku akan memanjakan Nii-chan, dan Nii-chan akan memanjakan aku ... itu terdengar bagus."

"Anak sulung dan putri sulung dianggap setara  tidak terdengar benar buruk, ‘kan?"

Dia menanggapi kata-kata aku dengan anggukan besar. Ekor yang Aku bayangkan pada dirinya melambai dengan kekuatan penuh.

"Paham! Aku akan melakukan yang terbaik! Begitu ya,  menjadi putri sulung berarti aku dan Nii-chan menjadi setara. Aku tak berpikir seperti itu. Aku adik Nii-chan, tetapi menjadi kakak dari semua adik perempuan mungkin rasanya baik juga!"

Jika dia memiliki kesadaran menjadi kakak, dia akan mulai mempertimbangkan perasaan orang-orang yang lemah dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Itulah yang kuharapkan darinya.

Aku ingin tahu apakah aku akan terbiasa dengan Tomomi setelah ia berubah dan diakui.

Tanpa aku sadari, ini sudah pukul dua belas tengah malam.


Catatan dan Referensi
1.         Demonstrasi cakar besi dari anime Minami ke


2.         ↑ Famige -  kemungkinan besar referensi untuk NES yang disebut Famicom.



close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama