Rabu,
17 April - Penebusan Diri. Pemulihan kehormatan? Perasaan sesungguhnya.
Smartphone Mariko tanpa sengaja jatuh ke lantai saat
istirahat makan siang. Smartphone-nya tidak bisa nyala seolah-olah tidak ada
baterai di dalamnya, namun setelah aku melepas dan memasukkan kemballi kartu
SIM dan baterai secara bersamaan, Smartphone-nya mulai beroperasi dengan normal
lagi.
Hal ini
bisa diselesaikan dengan metode sederhana seperti itu, aku penasaran apakah
hubungan manusia bisa diperbaiki dengan mudah juga, pikirku.
****
Sepulang sekolah, aku langsung kembali ke apartemen dan menuju
ke kamar 501 ——
aku
mengunjungi ruangan Sayuri untuk kedua kalinya.
Aku melewati ruang tamu, didesak oleh Sayuri yang terus diam.
Rasanya sedikit canggung untuk kami berdua.
"H-hei Sayuri, ini sudah tiga hari."
『 '... ingin mati! Aku
ingin mati!'』
Seperti yang kuduga, ini sangat sulit. Dia dengan diam duduk
di atas bantal dan bergumam sambil menatapku.
"Kupikir kita tidak akan bertemu lagi."
Saat kami bermain game pada hari Sabtu kemarin, ia terus
terlibat pertengkaran lisan dengan Tomomi. Dia pasti telah memasang muka yang
kuat, atau mungkin itu putus asa.
"Tidak ada hal yang seperti itu. Daripada itu, ada
sesuatu yang ingin kutanyakan dan kau harus menjawab dengan jujur. Bisakah kau
beritahu padaku apa alasan sebenarnya kau ingin menjadi adikku?"
"Alasan yang…...sebenarnya?"
"Ya. Dan tolong, kali ini yang jujur. Bahkan jika
tujuanmu adalah uang, aku takkan terkejut. Atau lebih tepatnya, bertujuan untuk
warisan masihlah normal, itu..... um, Sayuri-san?"
Seakan tidak ingin menyela karena aku tengah berbicara,
Sayuri lembut menggeleng.
"Sama seperti yang aku katakan kemarin, aku cukup mampu
untuk menjadi seorang murid beasiswa. Bahkan jika bantuan dari Taishido grup
dibatalkan, aku tidak memiliki masalah karena aku sudah menabung uang dengan
baik."
"Lalu mengapa kau ingin menjadi adikku? Apa kau ...
kesepian?"
Sayuri mengangguk kecil.
"Tentu saja, ada bagian itu juga. Selama ini hanya ada aku
dan Kyuu-chan. Namun .....bahkan aku sendiri merasa aneh. Setelah aku
mengetahui bahwa aku memiliki saudara yang ceria seperti itu, aku berhenti
merasa kesepian."
"Tentu saja, akhir pekan memang ceria dan
menyenangkan."
"Aku cenderung berkelahi dengan Tomomi-san ... dan
kehilangan kendali tapi ..."
Sekali lagi, kata-kata Sayuri memudar dan dia tampak
menyedihkan.
"A-Aku kira.."
Dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan membuka
mulutnya.
"Aku memiliki usulan untukmu, Onii-sama."
Wajahnya memerah sedikit.
"U-umm ... itu ... aku ... um ..."
Sayuri menggeliat dilututnya saat dia duduk lurus dalam
posisi seiza, dia memainkan tangannya
dan membuat mereka tumpang tindih satu sama lain, ia terus menggeliat. (TN: seiza, posisi duduk formal ala jepang)
"Sebelumnya, Tomomi-san mengatakan itu tapi ..."
"Tomomi? Apa yang sedang kau bicarakan?"
Dia mengangguk, berdiri dan bergerak mendekatiku. Wajahnya
begitu dekat denganku sampai-sampai aku bisa merasakan napasnya, dan dia
menatap mataku.
"Bu-Bukannya kau terlalu dekat?"
"Jika kau akan memaafkanku, aku ingin menjaga jarak
ini, anggap saja sebagai upaya putus asa milikku."
"Ini adalah jarak yang ingin kau pertahankan sebagai
adikku?"
"Tidak, aku sudah menyerah untuk menjadi adik
perempuanmu."
"Kau menyerah ... apa itu benar-benar oke?"
Seakan beban sudah jatuh dari bahunya, Sayuri mengangguk
dengan semangat.
"Ya. Aku sudah bekerja keras untuk menjadi adik yang
sempurna dari manual yang Murasaki-san berikan padaku. Seperti yang Onii-sama ketahui, aku ... jika aku harus membandingkan
dengan kendaraan, aku adalah kereta api ."
"Setelah set pada rel sudah tetap, berangkat dan tiba
pada waktu yang telah ditentukan ... sesuatu seperti ini?"
Kereta di seluruh dunia tidak selalu pergi dengan jadwal dan
sering terganggu. Jadi jika ada, Sayuri terlalu serius saat menavigasi sehingga
dia selalu tepat waktu, sama seperti kereta di Jepang.
Setelah tahu bahwa dia berhasil dengan baik menyampaikannya
kepadaku, Sayuri mengangguk gembira.
"Memang. Jika aku tergelincir, aku akan menyebabkan
insiden besar. Akhir pekan lalu, aku belajar tentang diriku sendiri sampai
tahap yang menyakitkan."
"Y-yeah. Kau perlu berhati-hati."
"Ini seperti yang Onii-sama katakan. Aku tidak bisa
menyangkalnya sama sekali. Itulah mengapa aku pikir daripada menjadi adik dari
manual, aku ingin menjadi diriku sendiri."
"Bukan menjadi adik …... lalu menjadi apa?"
Telinganya berubah menjadi merah padam saat dia menundukkan
kepalanya dan berbicara dengan suara yang tidak wajar
"Se-Seorang ke-ke-keke-kekasih!"
Sayuri mengatakannya dengan kelagapan, dia sangat tersipu
dan menggeliat.
"Tidak, tidak, tidak, tidak."
"Jangan bilang begitu, kupikir menjadi seorang kekasih
adalah ide yang baik."
"Lalu jangan pikirkan itu!"
Tiba-tiba, Sayuri menyebarkan lengannya.
"Mulai sekarang dan seterusnya aku akan melakukan yang
terbaik untuk menjadi milik Onii-sama. Oleh karena itu, apa aku boleh
memelukmu?"
"Kau tidak perlu melakukan yang terbaik tentang itu.
Lebih penting lagi, bagaimana bisa kau mencapai kesimpulan seperti itu?"
"Hal yang kubisa hanyalah belajar dan pekerjaan rumah
tangga. Aku lebih memenuhi syarat untuk posisi kekasih dibandingkan menjadi
adik perempuan. Dan jika Onii-sama mau, aku bisa menjadi keduanya."
"Itu bertentangan dengan etika, hukum dan akal sehat
pada saat yang sama."
"Lalu apa kita tidak bisa bercinta satu sama lain
sebagai saudara kandung?"
"Tentu saja tidak!"
"Aku serius."
Bahkan tidak ada sedikit pun keraguan di mata Sayuri.
"Tolong berhenti melakukan pemerasan seperti
'Jadikan aku adikmu, jika tidak, aku akan menjadi pacarmu'."
"Ini bukan pemerasan. Aku serius. Aku benar-benar
mencintai Onii-sama. Meskipun aku telah menunjukkanmu perilaku memalukanku,
Onii-sama tidak menghinaku dan menghadapiku secara langsung seperti ini."
Karena aku tetap diam tentang fakta bahwa aku tahu tentang
keberadaan manual, itu juga tanggung jawabku. Aku juga tahu bahwa Sayuri adalah
gadis yang baik walaupun dia agak kaku. Namun, kekasih sedikit ...
"Sayuri ... Aku tidak terbiasa dengan apa yang namanya
pacaran, tapi itu berarti orang yang mencintai satu sama lain, ‘kan?"
"Aku sudah menyiapkan hatiku."
"Jangan menyiapkannya begitu cepat!"
"Lalu, Apa Onii-sama membenciku?"
Melihat tampilan kesepian dan putus asa di matanya, rasa sakit
yang tajam menusuk hatiku. Sayuri terlihat gugup dan ingin bergantung padaku.
Sayuri sedang…….bimbang. Dia berusaha untuk menahan dirinya,
ia ingin dimanjakan olehku tapi dia menahannya, mendorong dirinya terlalu jauh.
"Pertanyaan itu tidak adil! Aku ti-tidak membencimu.
Hanya saja bahkan jika aku harus mengatakan bahwa aku menyukaimu, itu akan menjadi
perasaan seseorang terhadap keluarganya, berbeda dari perasaan cinta
romantis."
"Tapi kalau ada adik yang berasa seperti 'teman', bukankah
ada juga adik yang berasa seperti kekasih?"
"Tidak, mana mungkin ada. Juga, mengapa harus seorang
kekasih?"
Dia menurunkan lengannya sebelumnya yang ia lebarkan untuk
memelukku, dan bergumam sedih.
"Aku tidak memiliki kepribadian yang menonjol. Aku
hanya bisa mewarnai diri dengan hal yang ada di manual."
"Be-Begitu ya... tidak, apa memang seperti itu?"
Aku merasa dia cukup unik, tapi orang tersebut terus
frustrasi.
"Karena aku tidak memiliki apa yang diperlukan untuk
menjadi seorang adik, tapi sekarang, setelah aku melihat itu dengan tenang,
tampaknya Onii-sama memiliki beberapa preferensi yang berbeda dari apa yang
tercantum dalam manual."
Faktanya, itu berjalan sangat baik sampai batas tertentu.
Kalau bukan karena Selene yang membocorkan keberadaan manual, aku mungkin sudah
... tapi ayo rahasiakan ini.
"Itulah sebabnya daripada diwarnai oleh manual, aku
berharap untuk Onii-sama untuk mewarnaiku dengan warna-nya."
"Warna…….ku?"
"Aku tidak tahu seberapa baik aku bisa melakukannya,
tapi aku ingin menjadi apa yang Onii-sama inginkan."
"Dengan kata lain, kekasih?"
"Jika bukan kekasih, maka tolong buat aku menjadi budak
cintamu." (TN: Sini sama Onii-san
aja kalo mau jadi budak :’v)
Sayuri mengatakan sesuatu yang keterlaluan dengan wajah
lugas.
"Jika ini mengancam posisi sosial Onii-sama, aku tak
keberatan jika aku terkurung atau terhapus dari pandangan publik dan
masyarakat. Aku tidak keberatan jika aku menjadi kekasih tak resmi."
"BE-BERHENTI! Kau sudah mulai menuju ke arah yang aneh.
Tidak, itu sudah aneh dari awal. Pokoknya, mengapa kau berbicara tentang
menjadi kekasih ?!"
"Mungkinkah ... itu karena kau memiliki teman masa
kecil, Mariko-san? Aku tidak keberatan jika menjadi kekasih kedua. Aku tidak
terpaku pada hirarki. Kapanpun Onii-sama menyukainya, aku akan dengan senang
hati menjadi milikmu setiap saat. Aku tak masalah untuk menjadi wanita
simpanan."
Aku mulai merasa sedikit jengkel. Dia terus menyemburkan
kata-kata pada kecepatan yang sangat tinggi.
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk bisa hidup
berdampingan dengan istri yang sah."
"Jangan! Bagimu untuk mencoba menjadi kekasih karena kau
tidak bisa menjadi adik perempuanku, mengapa kau bertindak sejauh itu ..."
"Itu karena kita berdua telah ditakdirkan."
Dia meletakkan kedua tangan di dadanya dan mendekat di
depanku lagi.
"Kau bilang takdir ….... hal yang samar seperti itu tak
baik, bukan?."
"Ta-Tapi ... ini adalah takdir."
Mata Sayuri terlihat lembab saat aku mengatakan itu. Seperti
dia akan mulai menangis. Agar tidak memaksanya sebanyak mungkin, aku
menggunakan nada suara yang lembut.
"Apa kau diberitahu oleh seseorang?"
Dia mengangguk dengan matanya yang sudah basah.
"Siapa itu? Siapa yang mengatakan hal seperti
itu?"
Dan nada lembutku menghilang. Dasar orang yang tidak
bertanggung jawab. Berkat orang itu, aku dipaksa untuk membuat kontrak kekasih
dengan adikku sendiri dan terpojok karena omong kosong-nya.
"Apa Onii-sama tahu tentang Blue Bird of Happiness?"
"Sebuah dongeng dari luar ... ‘kan?"
"Bukan, Bukan yang itu. Ini adalah sesuatu seperti
legenda urban, ada seorang peramal yang dipanggil seperti itu."
"Sebuah legenda urban?"
"Dia muncul di seluruh negeri dan memberitahu
orang-orang tentang takdir mereka. Dia lalu dipanggil sebagai 'Blue Bird of Happiness' karena dia
meramal dengan kristal biru yang berbentuk burung."
"Apa itu sesuatu yang dikatakan peramal itu?"
"Memang. Dia bilang bahwa ini adalah takdir antara aku
dan Onii-sama untuk bersama."
Sepertinya Sayuri memiliki kepribadian yang membuatnya mudah
percaya dengan hal-hal seperti ramalan dan dia mempercayai kata-kata peramal itu
sebagai kebenaran. Jadi itu sebabnya dia menggunakan kata 'takdir' ... hhmm?
Seorang peramal Blue Bird of Happiness, mungkinkah itu ... tidak, itu mungkin saja
kebetulan, ini adalah legenda urban yang terkenal jadi mungkin saja Selene
sudah menemukannya di internet. Tapi ..... ayo kita pastikan saja dulu.
"Apakah peramal itu terkenal? Misalnya, apa dia menjadi
topik hangat di internet?"
"Aku tahu orang yang mengenalnya."
"Apakah dia seorang wanita?"
"Ya. Dia mengenakan tudung di atas kepalanya dan
wajahnya tersembunyi oleh cadar, tapi dia adalah seorang wanita."
"Berapa umurnya?"
"Umurnya ... dari suaranya, sepertinya dia seorang
wanita dewasa yang tenang."
"Apa kau mendapatkan sesuatu seperti kartu nama? Sebuah
cara untuk menghubungi dia?"
"Tidak ada hal yang seperti itu, hanya ada rumor di
internet."
Begitu ya. Sepertinya tidak ada cara untuk memastikan apakah
dia itu ibu Selene atau bukan.
"Bisakah kau ceritakan padaku tentang bagaimana kau
bertemu dengannya?"
"Untuk bertanya begitu serius, Onii-sama juga tampaknya
tertarik pada takdir. Um ... Aku bertemu dengannya sekali tahun lalu. Ini
adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup. Saat aku sedang dalam perjalanan
pulang ke tempat tinggalku sebelumnya, aku tiba-tiba dipanggil dan diramalkan."
"Tepatnya apa yang dia bilang?"
"Dia bilang bahwa dalam waktu dekat, aku akan bertemu seseorang
yang ditakdirkan untuk menghabiskan seumur hidup bersama-sama denganku. Ia juga
mengatakan bahwa aku akan sangat bahagia setiap kali kita bersama-sama."
Cukup ambigu. Tapi itu tidak harus diriku. Juga, mungkin ada
banyak orang yang akan dia temui dalam 'waktu dekat'. Mungkin tiga hari, enam
bulan atau satu tahun dari saat itu.
Ah ... ini sudah sekitar satu tahun sejak itu.
"Jadi, kau pikir itu aku?"
"Tidak ada orang lain lagi."
Jujur saja, bukan berarti ramalannya yang akurat, tapi
melainkan masalahnya terletak pada Sayuri yang percaya sepenuhnya. Melihat
seseorang yang begitu percaya, aku tidak bisa terus menjaga ketenanganku.
"Itu sebabnya Onii-sama, aku takkan minta maaf karena
merepotkanmu. Aku akan melakukan yang terbaik. Aku tidak perlu bantuan apa pun.
Hanya izinkan aku untuk tetap di berada sisimu. Tak peduli aku menjadi adikmu, kekasih; selingkuhan atau
hewan peliharaan, itu semua tak masalah ".
"Itu mustahil."
Wajah Sayuri berubah pucat.
"Ke-Kenapa, Onii-sama?"
"Aku tidak berpikir bahwa itu akan membuatmu bahagia.
Aku takkan melarangmu untuk mencari kebahagiaan dari ramalan, tapi apakah
kebahagiaanmu hanya untuk menjadi keberadaan nyaman untukku?"
"Kebahagiaan…….ku?"
"Jika aku diberitahu oleh seseorang bahwa mereka akan bahagia
bila denganku, aku akan membiarkan mereka tidak peduli siapa itu. Tapi entah
bagaimana rasanya kesepian. Aku tidak bisa mengatakannya dengan baik, tapi aku
ingin memiliki hubungan yang lebih baik denganmu daripada itu."
"Jika aku bukan adik atau kekasih, lalu apa yang bisa
kulakukan untuk bisa bersama?"
"Tak masalah jika kau bukan adikku maupun kekasih. Kau
tidak perlu status semacam itu. Aku tidak akan menolakmu. Itulah mengapa ini
baik-baik saja jika kau tidak memaksakan diri. Hanya menjadi gadis yang disebut
Sayuri."
Diriku yang lemah hanya bisa mengatakan sesuatu seperti itu.
"Aku tidak percaya diri dalam kepribadianku."
"Bukannya kau ini pandai memasak?"
"Aku hanya melakukannya seperti yang dijelaskan dalam
manual."
"Ada orang yang tidak bisa melakukannya walaupun sudah menggunakan
buku masak. Mampu melakukannya saja sudah menakjubkan. Dan juga, nikujaga yang
Sayuri buat benar-benar lezat."
"Te-Terima kasih ... banyak."
Dia tersenyum malu dan menunduk.
"Dan juga, mampu mempersiapkan seperti ini dan
melaksanakan rencana tersebut dengan sempurna juga, hal yang luar biasa."
"Ji-Jika aku tidak merencanakannya, aku akan merasa
tidak nyaman. Itulah mengapa aku sangat ..."
"Ada banyak orang yang tidak tahu kelemahan mereka
sendiri. Namun, kau adalah seorang pekerja keras yang melakukan sepenuh hati
untuk memenuhi ambisimu dan kau mencoba untuk mengatasi kelemahanmu sendiri."
Ekspresi Sayuri pun meleleh.
"A-Aku bukanlah orang yang semacam itu."
"Tidak, kau gadis yang menakjubkan, Sayuri."
Tiba-tiba, perkataan yang Ayah tinggalkan padaku terlintas
dipikiranku. Taishido membuat hukum dan
rel. Pada awalnya aku terkejut oleh kalimat itu, tapi aku akan
menggunakannya sekarang. (TN : versi
inggrisnya sih rails and rules, yang mana kalo di ucapkan terdengar keren, tapi
kalo diterjemahin ke indo jadi hukum dan rel,)
"Hei, Sayuri. Dalam hidup, ada saatnya kau merasa gagal.
Namun, dari titik kau merasa gagal, mengapa kau tidak menemukan jalan baru
untuk dirimu sendiri?"
"O-OO-Onii-sama. Aku tidak bisa menahannya lagi."
Saat aku berpikir dia mulai gemetaran, dia mendadak melompat
dan menempel ke tubuhku.
"Sebenarnya, aku ingin melakukan ini. Onii-sama ...
Onii-sama… ah..Onii-sama Onii-sama….Onii-sama."
Sayuri membenamkan wajahnya di dadaku. Aku membelai lembut
kepalanya. Aku mungkin hanya menggunakan satu pola untuk menunjukkan adikku
beberapa cinta, tapi rasanya wajar jika aku melakukan ini.
"Aah..... Aku dibelai oleh Onii-sama. Aku sangat senang
sekali."
Orang yang mengatakan itu Sayuri, tapi reaksi itu mirip sekali
dengan Tomomi. Lagipula, mereka berdua memang bersaudara.
"Onii-sama, aku ... akan melakukan yang terbaik untuk
menjadi lebih jujur. Aku mengerti ... bahwa menjadi lebih jujur dengan diriku
sendiri ... adalah makna kebahagiaan."
Tiba-tiba, ia bergumam di dadaku seakan dia sedang memahami
sesuatu.
"Ya, itu benar. Aku pikir itu hal yang baik."
"Sepertinya ramalan dari peramal itu tepat sasaran."
"Eh?"
"Bu-Bukan apa-apa. Um, apa kau bisa membantuku
menyiapkan makan malam? Hanya butuh waktu sebentar saja, aku ingin dimanjakan
oleh Onii-sama."
"Te-Tentu! Serahkan saja padaku!"
Dengan mengatakan itu, aku tidak bisa berbuat apapun yang
sulit.
Sayuri dengan enggan melepaskan tubuhku, lalu pergi ke dapur
dan memakai celemek. Pada akhirnya, aku bahkan tidak memegang pisau, tapi aku
membantunya dengan ini dan itu serta mengeluarkan peralatan makan; kami makan
malam bersama setelah mempersiapkan itu.
Dia tampak sangat bahagia sepanjang waktu, dan tidak
mengatakan 'karena ini takdir' lagi.
Saat kita melamun menonton TV, Sayuri diam-diam bergumam.
"Onii-sama ... nnn, Taishido Yoichi-san."
"Mengapa kau tiba-tiba berkata formal begitu?"
"Kita bertemu seperti ini karena kita saudara. Namun,
menjadi adikmu membuatnya menjadi sedikit sulit."
"E-eh?"
"Bu-bu-bu-bukan apa-apa! Barusan aku hanya menjadi
aneh. Tolong lupakan itu."
Dia tersipu sampai ujung telinganya memerah dan menundukkan
kepalanya.
Mengapa dia terus-menerus mengatakan 'tolong lupakan itu!'.
Apakah dia baik-baik saja? Sebagai kakaknya aku merasa
khawatir, tapi karena dia bersikeras menolakku, akan merasa buruk jika aku terus
bertanya. Dan juga, sesuatu yang konyol mungkin akan terulang lagi.
Merasa takut..... Aku tidak menanyakannya lebih jauh.
Masih niat mo dijadiin pacar??
BalasHapusWkwkwmw