Chapter – 37
Saat aku menyadari bahwa dia adalah Echizen, nampaknya
dia juga menyadariku saat dia dengan cepat membalikkan punggungnya.
"Ke-Kenapa ...?"
Echizen mengatakan itu
dengan suara panik.
Yah, itulah yang ingin aku
ketahui juga. Echizen memiliki citra seorang siswa teladan, jadi aku tak
berpikir bahwa dia akan menjadi tipe orang yang membaca hal-hal seperti
manga. Kurasa dia memainkan Human Beast Wars, jadi itu tidak terlalu
aneh….... Tapi tetap, secara spontan membeli begitu banyak masih sangat tak
terduga.
"Tidak, maksudku, aku
datang untuk membeli manga, kau datang untuk itu juga ‘kan, Echizen?"
Aku melirik keranjang
belanja Echizen ketika mengatakan itu. Kemudian, dengan ekspresi yang
tampak malu, wajahnya memerah saat dia menyembunyikan keranjang di belakangnya.
"Ti-tidak, ini
..."
“Tidak perlu merasa malu, ‘kan? Itu
wajar bagi para gadis untuk membaca manga juga. ”
Walaupun, membelinya begitu
banyak bukanlah hal yang normal ...
"Be-Benarkah?"
"Ya, setidaknya, itulah
yang aku pikirkan."
"Begitu ya ... syukurlah."
“Hmm? Apa kau bilang
sesuatu? "
"Tidak, tidak
ada."
"Ah, oke."
Aku pikir, aku mendengar
dia mengatakan sesuatu dengan suara yang kecil tapi tampaknya itu hanya
imajinasiku saja. Kemudian, kami berdua terdiam. Kemungkinan besar,
Echizen tidak ingin aku melihatnya seperti ini, jika aku ada di sini, aku akan
merasakan hal yang sama. Karena itu, suasana menjadi keheningan yang canggung. Tidak
dapat menahannya, aku berinisiatif berbicara.
"... La-lalu, aku akan
pergi sekarang."
"T-tunggu!"
"Apa "
"Tentang ini ... dan
orang lain ..."
"Jangan khawatir, aku
takkan memberi tahu siapa pun."
Sebaliknya, mengapa aku
memberitahu orang lain. Setiap orang memiliki privasi mereka
sendiri. Selain itu, Echizen bebas untuk memiliki minatnya sendiri.
"Apa itu saja? Jika
demikian, aku akan pergi sekarang. ”
“Tolong tunggu sebentar
lagi. Ha-Hari ini, apa kau sedang bebas? ”
"Yah, aku bebas
..."
"La-Lalu, bagaimana
kalau makan siang bersama?" (TN:
Kittaaaaa, serangan dari Echizen untuk mendapatkan Yoshiki :’v)
Itu mengejutkan sekali, aku
tak mengharapkan undangan seperti ini. Biasanya, dia mungkin takkan
mengundang seorang lelaki untuk makan, tapi sepertinya aku sekarang dianggap
sebagai "teman" oleh Echizen. Aku merasa sedikit senang karena
itu, tetapi sejujurnya, aku merasa sedikit canggung berpacaran dengan gadis
lain selain Mamiko.
"Maaf, kalau sekarang
sedikit ..."
Setelah aku mengatakan itu
dengan suara kecil, Echizen menatapku dengan ekspresi tersakiti.
"Apa kau punya sesuatu
untuk dilakukan?"
"Bukan seperti itu,
tapi ..."
“Maka tak masalah ‘kan. Ikutlah
bersamaku. ”
"Yeah, tidak ..."
"Ayo pergi."
"Tidak, kau tahu…."
Aku ingin mengatakan
sesuatu, tetapi itu semua sia-sia. Pada akhirnya, aku menyerah pada
dorongan Echizen, dan memutuskan untuk pergi dengan Echizen ke restoran
keluarga.
Sungguh, ketika mengenai
hal seperti ini, aku ini mengerikan. Aku lemah terhadap dorongan dan
dengan cepat menyerah pada orang lain. Karena aku seperti ini, itu wajar
bagiku untuk terguncang. Sambil melihat menu restoran keluarga, aku jatuh
ke dalam depresi diri.
"Apa kau sudah memutuskan?"
Lalu, Echizen, yang duduk
di depanku di kursi 4 orang, menatapku sambil tidak menyadari apa sedang kupikirkan.
"Yeah."
"Apa?"
"Burger lada."
"Oke. Aku akan
memanggil pelayan. "
Dengan berkata begitu,
Echizen memanggil pelayan dan memesan untukku juga. Namun, aku menyesalinya
sedikit, karena biasanya lelaki yang seharusnya melakukan itu.
"Aku merasa bersalah
karena kau juga memesan milikku."
"Tidak
apa-apa. Lagipula ini tidak merepotkan. ”
Tanpa melihatku, Echizen
mengeluarkan tasnya yang berisi manga yang dia beli sebelumnya. Dia
memiliki lebih dari 10 volume sebelumnya, tapi pada akhirnya, dia hanya membeli
2-3 volume.
"Manga itu, itu
menarik, ‘kan?"
Akan terasa aneh jika tidak
mengatakan apapun jadi aku mencoba untuk memulai percakapan. Aku ingin
tahu mengapa Echizen membaca manga.
"Kau tahu manga
ini?"
"Yeah, aku hanya
menonton animenya."
“Begitu ya, jadi kau nonton
anime. Itu cukup mengejutkan. ”
"Jika kau bilang
begitu, maka rasanya cukup mengejutkan juga karena kau membaca manga."
"... Seperti yang
kuduga, aku yang membaca sesuatu seperti ini terlihat aneh, ‘kan?"
“Tidak, bukan seperti
itu. Sebaliknya, aku sedikit senang. Aku juga suka manga. ”
"Be-Benarkah.. ... Fu
~ un"
Dengan pipinya yang sedikit
memerah, Echizen bergumam pada dirinya sendiri. Mengikuti arus percakapan,
aku pikir ini adalah kesempatanku untuk bertanya apa yang ingin kuketahui.
“Ngomong-ngomong, Echizen,
bukannya tadi kau memilih lebih dari 10 volume di keranjangmu?”
"…Yeah."
"Apa kau berencana
membeli mereka semua?"
"…Ya."
Apa dia beneran.. ... Tetap
saja, kukira aku akhirnya berada di jalan itu sehingga aku merasa bersalah.
"Bila seperti itu,
jika kau membeli yang bekas dari internet, harganya akan lebih murah."
"Yang baru lebih bagus."
"Tapi bukannya itu
berarti kau menggunakan banyak uang?"
"... Itu sebabnya aku
bekerja part-time."
"... Umm, jadi, alasan
Echizen bekerja part-time, adalah agar kau bisa membeli manga ...?"
Aku cukup takut dengan
responnya, karena dia perlahan menganggukkan kepalanya karena malu. Mungkin,
Echizen lebih otaku dari yang kukira. Ini
masuk akal dia bekerja untuk membeli manga. Oh ya, alasan dia ingin
merahasiakan bahwa dia bekerja, mungkin inilah alasannya. Lagi pula, akan
sulit untuk mengatakan kepada orang lain bahwa kau bekerja untuk membeli manga.
"... ini aneh,’ kan
...?"
Kemudian, mungkin karena
wajah canggung yang aku buat, Echizen membuat komentar negatif untuk ketiga
kalinya hari ini. Jenis Echizen yang lemah pikiran seperti ini sungguh
tidak biasa.
“Tidak aneh sama
sekali. Setiap orang memiliki satu atau dua hobi mereka sendiri, itu
benar-benar normal. ”
Saat aku berkata begitu,
Echizen membuat ekspresi senang. Dan dengan ekspresi itu, dia terus
menatapku.
"A-apa?"
“Manga yang kau suka, apa
kau tak keberatan mengatakannya padaku?”
"... Aku tak keberatan
sih, tapi semuanya ditargetkan untuk lelaki."
"Tak apa-apa. Aku
ingin tahu hal yang kau sukai. ”
"..."
"..."
Aku tertegun sejenak
setelah Echizen mengucapkan kata-kata berani seperti itu. Echizen mungkin
juga menyadari saat wajahnya mulai menjadi merah padam dan sekarang melihat ke
bawah.
“Terima kasih sudah
menunggu ~. Burger lada dan doria keju. Ini masih panas jadi harap
berhati-hati. ”
Seolah-olah sudah diatur, si
pelayan itu menginterupsi kami dengan waktu yang sebaik mungkin. Sungguh
melegakan, ini hanya akan menjadi canggung lagi.
Setelah itu, Echizen dan
aku terus makan dengan diam dan dengan cepat berpisah.
Catatan
TL:
1.
Doria adalah hidangan yang terdiri dari nasi
dan keju dan kemudian dipanggang. seperti ini:
Next~
BalasHapusNtaps
BalasHapusPelayan-san terimakasih untuk gangguan nya !! XD
BalasHapusYah chapter kali sungguh menarik karena akhirnya datang juga serangan secara terbuka ini dari Echizen XD
Aduh Mimin pas bgt gw lg laper lgsg dikasih gambarnya dong
BalasHapusAduh Mimin pas bgt gw lg laper lgsg dikasih gambarnya dong
BalasHapus