“Okada-kun, apa ada yang salah? Kau terlihat seperti zombie selama bekerja hari ini,” kata Riko-chan-san, terdengar khawatir.
“Riko-chan-san, apa kau pernah menyemburkan api ...?” Tanyaku.
"Hah? Api?"
“Aku menyemburkan napas api sebelum bekerja hari ini ...”
Riko-chan-san membuat ekspresi bingung. Terlihat bahwa dia tidak terlalu mengerti apa yang aku katakan. Seharusnya aku sudah menduganya. Jika ada orang yang mengatakan hal yang sama padaku, aku pasti berpikir bahwa mereka mungkin sudah gila.
“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Riko-chan-san.
“Ya, mungkin,” kataku.
Bahkan setelah bekerja, ketika kami berjalan di sepanjang jalan bersama-sama, Riko-chan-san masih khawatir. Wajahku pasti tampak mengerikan.
“Ah, aku akan mengambil jalan ini. Aku ingin membeli kura-kura dalam perjalanan pulang hari ini,” kataku.
“Kura-kura?” Riko-chan-san membuat ekspresi seolah-olah mengatakan bahwa dia benar-benar tidak mengerti aku lagi. “Haruskah aku menemanimu?”
“Tidak, tidak apa-apa.”
“Aku sedang luang, tahu.”
“Tidak, ini ... aku ingin memilih kura-kuraku sendiri.”
Aku jenis orang pilih-pilih saat mengenai reptil. Aku ingin tahu apakah ini baik-baik saja untuk menjadi seperti ini.
****
Ketika sampai di rumah, ibuku meninggikan suaranya karena terkejut.
“Takuya, apa itu?” Tanyanya. Itu tanggapanya saat dia melihat anaknya pulang memegang tangki air, kura-kura dan berbagai alat yang diperlukan untuk mengurus itu.
“Mulai dari sekarang, Aku ingin memelihara kura-kura ini,” kataku, mengangkat kura-kura itu supaya ibuku bisa melihatnya.
Ibuku mendesah lelah, meletakkan tangan di dahinya seolah-olah merasa pusing.
“Kau ini belum gila, ‘kan?”
“Aku baik-baik saja, kok.”
Saat ibuku menggerutu dan mengeluh, aku meletakkan tangki air di sudut ruang tamu.
“Akhir-akhir ini kau sedang gelisah, bukan?” Katanya.
Memang, aku ini tipe indoor, jenis orang yang akan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah kecuali mereka memiliki sesuatu untuk dilakukan. Berkat
Mamizu, aku sering pergi ke banyak tempat dan melakukan banyak hal.
“Aku ingin tahu apa itu berarti kau sudah merasa lebih baik,” kata ibuku sambil menghela napas.
Dari perspektif luar, mungkin aku tampak seolah-olah bahwa aku menjadi lebih hidup setelah mengganti agama atau semacamnya. Walaupun, kenyataannya sedikit berbeda.
****
“Wow” kata Mamizu, matanya berkilau. “Ini kura-kura!”
Apa ini baik-baik saja untuk membawa kura-kura ke dalam kamar rumah sakit? Tidak, tak peduli bagaimana aku memikirkannya, itu pasti dilarang, tapi …... aku memasukkannya ke dalam tasku dan membawanya.
“Menakjubkan, jadi kau mengingatnya!” Kata Mamizu.
“Karena aku menerima gajiku dari pekerjaan part-time lebih awal,” kataku.
Tapi mungkin hanya Mamizu saja, satu-satunya orang di dunia
yang akan merasa senang karena kura-kura? Pikirku.
“Hei, hei, ini siapa namanya?” Tanya Mamizu.
"Nama? kura-kura ya kura-kura, ‘kan?” Jawabku jelas.
"Apa kau serius…?"
"Ya."
“Ya tidak bisa begitu!” Teriak Mamizu, terdengar marah. Senang, marah, dia adalah orang yang ribut sendiri seperti biasa.
“Bahkan Natsume Souseki hanya memanggil kucingnya 'kucing' tanpa memberikan nama,” kataku.“Maka tak masalah ‘kan kalau hewan ini menjadi 'kura-kura,'?”
“Kau bukan Souseki, ‘kan, Takuya-kun! Kau tidak pernah belajar di luar negeri di London, dan Kau tidak pernah sakit di kuil Shuzen!”
Mamizu sangat pintar ketika mengenai hal-hal yang aneh.
“Kalau begitu, kau saja yang memberinya nama, Mamizu,” kataku, menemukan bahwa ini terlalu menyusahkan.
"Hah? Apa aku boleh? boleh?” Mamizu tampak sedikit senang.
“Aku berharap bahwa kau memiliki selera penamaan yang baik.”
"Kamenosuke."
“Kau memiliki selera penamaan yang buruk!” Aku terkejut dengan bagaimana mengerikannya itu.
“Tak apa-apa, ‘kan? Ini lucu. Bukan, Kamenosuke?”
Tampaknya 'Kamenosuke' telah ditetapkan sebagai nama kura-kura di kepala Mamizu. Jadi, hewan peliharaan rumahku diberi nama yang bagus.
TLN:
1. Natsume Souseki adalah seorang novelis Jepang yang
terkenal, potretnya muncul dalam uang 1.000 yen. Dia dianggap penulis terbesar
dalam sejarah Jepang modern. Dia belajar di London dan memuntahkan darah karena
sakit maag (yang kemudian meninggal) di Kuil Shuzen.
2. "Kame" berarti kura-kura, sementara
"nosuke" adalah akhir yang sama dengan nama orang Jepang (laki-laki,
jika aku tidak salah).