Tada, Sore Dake de Yokattan Desu Chapter 01 Bahasa Indonesia


Translator : Kaito
Editor : Utsugi

Chapter  01  -  Bentuk Sejati Dari Sang Iblis

Murid sekolah SMP yang kejam seorang diri mendominasi empat teman sekelas lainnya, dan memaksa salah satu dari mereka untuk bunuh diri.
Sungguh, itu sangat konyol sekali.
Aku mendengar berita ini di awal bulan Desember. Aku, seorang mahasiswa tahun ketiga di perguruan tinggi, dan tinggal sendirian, sehingga aku tidak tahu tentang kejadian yang baru-baru ini terjadi padanya. Bagiku, ini terlalu mendadak.
Aku tidak bisa mempercayainya.
Masaya tiba-tiba meninggal.
Masaya adalah siswa SMP yang luar biasa.
Dia adalah seseorang yang sangat sulit ditemukan apa sisi buruk darinya.
Sesaat setelah memasuki SMP, tanpa memiliki pengalaman sedikitpun, Ia mulai memainkan bola tangan, tapi ketika di kelas dua, Ia telah meningkat sampai ke titik di mana Ia adalah pemain terbaik di turnamen tingkat prefektur. Lebih dari pencapaian sebelumnya, hal yang mengejutkan lainnya ialah; Masaya mengarahkan rekan setimnya seorang diri, dan dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun, membawa tim lemah menjadi tim tingkat nasional. Melalui kepribadiannya yang serius dalam merencanakan bahkan pelatihan sampai ke detailnya, dan kata-katanya yang ceria disukai semua orang dari segala usia, dia dengan cepat melatih tim pemula sampai mereka mampu mengimbangi tim yang kuat.
Namun, bakat Masaya tidak terbatas hanya pada kemampuan olahraga dan kepemimpinan. Yang paling sangat mengesankan, jika aku harus katakan, adalah kemampuan belajarnya. Dia memiliki pikiran yang tak tertandingi dibandingkan orang-orang biasa, dan hasil tes akademiknya biasanya berada di atas, nilainya selalu berada pada parameter maksimum. Dia bahkan mendapat nilai penuh di semua ujian masuk sekolah SMA yang sangat sulit di negara ini. Setiap kali ia punya waktu luang, dia membantu para senior klub melakukan tugas mereka, dan mendapatkan uang saku untuk dirinya sendiri. Ahh, Ia adalah seorang Superman! Dia sangat berbakat baik dalam kecerdasan dan atletik, sering dipuji oleh orang-orang di sekitarnya.
"Taku Sugawara adalah iblis. Tak ada yang harus mempercayai kata-katanya."
Itu adalah wasiat yang Masaya tinggalkan. 'Bocah K' yang dilaporkan oleh media masa, Masaya Kishitani, menulis ini di selembar kertas, dan meninggalkan itu di loker ruang kelasnya.
Pada suatu pagi yang dingin di bulan Desember, Masaya gantung diri di rumahnya.
Sudah dua minggu semenjak ulang tahunnya yang keempat belas.
Masaya adalah adik laki-lakiku, keberadaan yang unik bagi diriku, yang tidak memiliki saudara yang lebih tua, dan Ia adalah anggota keluarga yang aku kagumi.
Jadi, ketika aku mendengar rincian dari sekolah dan Ibuku, aku tidak bisa menerimanya sama sekali.
Insiden itu penuh dengan misteri, mungkin karena semua yang aku dengar hanyalah desas-desus.
Saat itu awal bulan November, ketika aku merasakan beberapa bullying, dikatakan penyebabnya adalah seorang anak laki-laki yang bernama Taku Sugawara. Dia menindas seorang anak laki-laki bernama Takayoshi Komuro, dan kemudian mengunggah pernyataan di internet.
"Ada intimidasi iblis di Sekolah Menengah Kedua Kuzegawa. Kami berempat di dominasi oleh iblis." Teks itu menceritakan pelecehan mengerikan yang terpaksa mereka alami, seperti memakan bangkai serangga, dipaksa mencuri barang-barang, dan semuanya di deskripsikan dengan banyak realisme.
Setelah melihat catatan intimidasi yang mengerikan seperti itu, banyak orang melapor ke polisi, memberi tahu sekolah, dan memulai keributan besar.
Dan kemudian, pada hari kedua keributan itu, dikatakan bahwa Sugawara gelisah karena hal itu, dan memulai insiden kekerasan, dengan demikian membuktikan bahwa adanya pembulian. Ia memukul Masaya di tengah kelas dengan botol air.
"Pembullyan adalah sebuah gagasan baru, diperlukan kejahatan untuk memenuhi jiwa seseorang. Kau sendiri tidak akan cukup untuk menghentikan perkembangan tersebut."
Sugawara dengan angkuhnya mengejek saat Ia dibawa ke ruang guru.
Melihat tanda merah seperti bekas luka di wajah Masaya yang dipukuli, orang dewasa yang marah segera melakukan tindakan.
Mereka memaksa Taku Sugawara untuk menyadari implikasi* pembullyan, dan mengskors-nya dari sekolah selama tiga hari. Setelah itu, mereka menjauhkannya dari para korban. Sekolah menghukum Sugawara dengan kasar, dan Masaya serta yang lain bertemu dengan para guru untuk menyuarakan pemikiran mereka.
(E/N : Menurut para ahli, pengertian implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil perbuatan seseorang)
Ibu membelikan ponsel untuk Masaya, dan secara teratur mengontaknya, memeriksa apa Sugawara mulai mendekati mereka lagi. Setiap hari, dia bercakap-cakap dengan putranya, mencoba yang terbaik untuk menyembuhkan luka-luka emosionalnya.
Orang-orang yang bertindak bukan hanya orang dewasa. Seluruh siswa juga sangat marah. Dikatakan bahwa mereka menggertak Taku Sugawara sebagai balas dendam. Dari poin ini, jelas sekali bahwa Masaya sangat populer.
Taku Sugawara tidak bisa berinteraksi dengan korban yang di intimidasi, dan akhirnya menjadi musuh bagi seluruh siswa, dan berakhir dengan nasib buruk dengan kehidupan sekolah yang tragis. Tidak ada yang berdiri di sisinya, dan Ia tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.
Tapi sebulan kemudian, Masaya melakukan bunuh diri.
Taku Sugawara benar-benar seorang 'Iblis'.

Setelah Masaya bunuh diri, baik sekolah maupun polisi tidak bisa memberikan hukuman tambahan pada Taku Sugawara.
Alasannya adalah, selama sebulan setelah pembulyan itu, ketika Masaya berada dalam keadaan tertekan, dari apa yang bisa dilihat, Sugawara tidak melakukan apapun terhadap Masaya. Tidak ada bukti, dan tidak ada yang bisa menegur Taku Sugawara. Juga, tiga siswa lainnya yang masih hidup mengatakan 'kami tidak tahu apa-apa'.
Dengan demikian, ketika Masaya meninggal, Ia sama sekali tidak menunjukkan permintaan maaf. Ia hanya mengejek Masaya, "Sampai akhir, Ia benar-benar bodoh."
Sang Iblis tak pernah dihukum, dan masih hidup dengan santai.
Ini sangat aneh sekali.
Aku sedang berada di taman, tempat bermain yang sangat disukai Masaya ketika masih kecil, dan meneteskan air mata.
Ada bukit kecil di sudut taman, dan di tengah bukit itu ada taman bermain. Dibangun dengan plastik berwarna pudar dan terlihat seperti beberapa seni modern adalah bagian kolektif dari taman bermain yang sangat disukai anak-anak.
Dan disana, aku menangis diam-diam. Air mataku terus mengalir keluar, mengaburkan pandanganku. Setelah mengetahui detailnya, aku tidak tahu mengapa aku lebih kecewa daripada saat berada di pemakaman, dan aku merasa jantungku akan melompat keluar.
Dibandingkan ketika aku masih kecil, sudut penglihatanku yang sekarang jauh lebih tinggi, tetapi tanpa diragukan lagi aku sedang berada di tempat yang penuh dengan kenangan Masaya. Aroma yang ada tidak berubah sama sekali. Kotoran dan rumput, karet bergesekan dengan plastik. Dengan lembut menelan tubuhku, dan udara yang sama sudah lebih dari satu dekade yang lalu. Aku pernah tertawa dan bermain-main dengan Masaya di sini, merenung seorang diri.
Memikirkan kembali, momen yang paling mengesankan yang kumiliki tentang Masaya masih merupakan momen ketika ia memanggilku 'Onee-chan'. Berpikir tentang ini, tubuhku secara tidak sengaja menggigil.
"Pasti ada yang salah!"
Setelah itu, aku berteriak. Aku tidak tahu apa yang salah. Mungkin saja sekolah, mungkin saja dunia, atau mungkin saja eksistensi yang disebut Taku Sugawara.
"Masaya jauh lebih rajin dari orang lain, memiliki kepribadian yang jujur, dan mungkin sedikit arogan, tapi Ia masih adikku yang manis. Ia bukanlah seseorang yang harus mati. Ia bukan adik kecil yang harus bunuh diri dan mengucapkan selamat tinggal pada dunia tanpa tangisan. Bagaimana aku bisa membiarkan Taku Sugawara hidup sembari bersedih dalam kesengsaraan!? "
Pasti ada sesuatu yang tidak benar.
Bahkan aku, seorang mahasiswa biasa, bisa menyadarinya.
Aku melepaskan semua emosi batinku, mengambil napas dalam-dalam, dan menghirup udara di taman.
Aku kemudian mengepalkan tanganku, dan berkata,
"Aku akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh."
Lalu, kubulatkan tekadku.
"Aku takkan membiarkan apa pun terlewatkan olehku, dan aku akan menganalisa semua itu. Apa yang terjadi di sekolah itu, apa yang terjadi di dalam kelas itu, apa yang dihadapi Masaya, apa yang Taku Sugawara lakukan, aku akan melakukan pembalasan untuk Masaya. "
Aku akan menyelidiki ini secara menyeluruh.
Ini adalah satu-satunya hal yang aku­ - sebagai kakak perempuannya- bisa lakukan untuk adik laki-lakiku.
"Tunggu aku, Masaya. Kakakmu ini akan menyelidiki segala sesuatu untuk kepentinganmu. Aku mungkin tidak berguna, dan sedikit tolol, tapi sampai akhir, aku akan melakukan yang terbaik."
Di saat matahari terbenam di taman, dengan lembut aku menyuarakan perasaanku.
Dan kemudian, aku membalikkan punggungku di tempat yang penuh kenangan, dan berjalan pergi.
Aku memulai penyelidikanku, dan bergerak cepat.
Keesokan harinya, aku mengunjungi ruangan kepala sekolah.
Dan kemudian, aku menemui kepala Sekolah, menyatakan fakta bahwa aku adalah kakak perempuan Masaya, dan sedikit mengancamnya untuk bertemu denganku. Sekolah memiliki kewajiban untuk menjelaskan.
Kepala Sekolah Fujimoto, 58 tahun. Meski sudah lanjut usia, Ia memiliki rambut hitam, dan aku tidak tahu olahraga apa yang Ia lakukan, kendati demikian ototnya berkembang secara abnormal. Melalui jas itu, aku bisa melihat benjolan trisep dan bisep yang tebal.
"Saya di sini untuk menyelidiki," Aku berbicara perlahan, "Jadi, Saya berharap Anda bersedia membantu dengan menjawab pertanyaan saya."
Kepala Sekolah Fujimoto mengangguk.
"Silahkan tanyakan saja. Aku tidak punya niat menyembunyikan apapun darimu. Ini adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan pendidik untuk keluarga korban."
Kemudian, Ia bertanya dengan beberapa intrik,
"Apa yang ingin kamu ketahui selanjutnya? Penindasan, atau insiden itu sendiri, aku akan memberitahumu semua yang diketahui sekolah."
"Yang  ingin Saya ketahui adalah, kebijakan pendidikan sekolah ini setelah Saya lulus."
"Ohh ..."
Kepala Sekolah Fujimoto tersenyum. Dengan nada serius, aku bertanya,
"Tolong beritahu kepada saya, apa sebenarnya dari  'Tes Kekuatan Manusia'?"
Aku harus menyelidiki kondisi Masaya.
Maka, penyelidikanku dimulai.

Tes Kekuatan Manusia
Ada alasan yang jelas mengapa aku memulai penyelidikan dari kebijakan pendidikan, dan bukan insiden itu sendiri.
Karena, di antara informasi yang terungkap dalam kekacauan insiden itu, hal itu adalah satu hal yang paling menarik perhatianku.
Jelas sekali bahwa kebijakan pendidikan ini sama sekali tidak normal.
Aku ingat bahwa kebijakan ini sangat diperdebatkan saat diterapkan.
Beberapa kritikus merasa bahwa ini adalah tes yang avant garde, sesuai dengan zaman. Beberapa lembaga secara terbuka menyatakan keprihatinan tentang kebijakan ini. Media menyambutnya karena merupakan sistem yang paling mutakhir, sistem yang sesuai dengan waktunya. Orang terkenal berkomentar bahwa itu 'menjijikkan', tetapi dia segera dicerca di twitter karena 'munafik', 'hanya mengatakan hal-hal yang baik'.
Ada berbagai opini, tapi rasanya sangat tidak masuk akal mengapa itu bisa membuat sebagian besar orang Jepang khawatir.
Karena Tes Kekuatan Manusia adalah sistem penilaian di mana teman sekelas menilai kepribadian masing-masing.

Tes Kekuatan Manusia dibentuk oleh dua bagian.
"Di jaman ini, menurutmu, kemampuan apa yang paling penting untuk ○○? Silakan pilih dari tiga opsi yang tersedia."
"Di antara para murid di tahun yang sama, tolong sebutkan orang-orang dengan XX"
Ada dua pertanyaan.
Untuk ○○, seseorang dapat menulis kepemimpinan, superior, orang populer, dan semacamnya. Seperti misalnya, apa kemampuan paling penting untuk seorang pemimpin? Apa kemampuan paling penting untuk menjadi teman? Orang dengan kemampuan seperti apa yang bisa membantu dalam festival budaya? Kemampuan  apa yang dibutuhkan seseorang untuk sukses dalam profesinya? Dan hal-hal seperti itu.
Adapun XX, sesorang bisa menulis hal-hal seperti kebaikan, keseriusan, tampan, dan sebagainya.
Para siswa bisa membuat gambaran ideal mereka dan orang yang cocok dengan gambar-gambar tertentu. Misalnya, 'seorang pemimpin harus bekerja keras, memahami perasaan orang lain, serta karisma yang dimiliki'. 'Di angkatan kita, orang yang paling pekerja keras adalah Kanako, yang kedua adalah Taeko', dan seterusnya.
Akhirnya, semua ini diubah menjadi poin. Di antara kemampuan yang dihargai siswa, siswa dengan poin lebih banyak akan memiliki skor lebih tinggi. Peringkat siswa tidak sepenuhnya terungkap, tetapi para siswa dapat melihat peringkat mereka sendiri.
Mereka bisa belajar tentang nilai eksistensi mereka.
Mereka bisa belajar tentang penilaian kepribadian mereka
"Tentu saja, pada awal penerapan, ada banyak kritikan, 'sulit dipercaya memiliki murid menilai satu sama lain', 'ini tidak manusiawi'. Yah, itu adalah opini konservatif."
Kepala Sekolah Fujimoto menyesap kopi, dan melanjutkan.
"Tapi itu semua omong kosong. Mustahil untuk hidup dalam masyarakat modern hanya dengan kata-kata yang indah. Betapa bodohnya."
"Bodoh ... ?"
"Humph, masyarakat akademis yang dahulu sudah runtuh, dan jelas bagi siapa pun sekarang, kan? Memang benar bahwa saat ini, ada kesempatan kerja yang tidak adil karena prestise pendidikan mereka. Namun, tiga puluh tahun yang lalu, sangat mustahil untuk meminta seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi untuk menjadi pekerja lepas. Kembali pada hari itu, selama seseorang *berjalan melewati gerbang sekolah yang terkenal, akan ada banyak pekerjaan bagus yang berdatangan. Sekarang, ujian masuk perguruan tinggi sudah berubah. Ada juga Ujian Masuk *AO dimana nilai akademisi tidak terlalu penting; ketika aku pertama kali mendengarnya, aku meragukan pendengaranku sendiri. "
(E/N : maksud dari berjalan melewati gerbang sekolah yang terkenal adalah; selama seseorang sekolah di sekolah terkenal)
(AO ; Account Officer (AO) adalah pegawai/karyawan bank yang berada pada bagian perkreditan, yang memiliki tugas dan kewajiban secara umum adalah mengelola kredit nasabahnya)
"Yah, aku kira."
"Variasi berita, perluasan industri jasa, kemajuan robotika. Bagaimanapun, masyarakat saat ini tidak memerlukan buku pedoman. Mereka yang belajar dengan keras hanya akan di korbankan begitu mereka dibawa ke dalam perusahaan yang *berhati hitam, perusahaan yang menginginkan tenaga kerja yang dapat di peras seperti mereka. Apa yang dibutuhkan masyarakat modern sekarang adalah kemampuan interaktif. Kekuatan manusia, sederhananya. Ini semua yang diperlukan. Ini bukanlah gagasanku sendiri, tetapi ambisi masyarakat."
(E/N : Busuk, mempunyai sitem yang buruk.)
Kepala Sekolah Fujimoto menghela nafas, dan pada saat yang sama, Ia tersenyum.
"Hanya bekerja keras, dan menjadi serius takkan cukup dalam masyarakat. Sekarang adalah era yang menakutkan. Yang mengkritik tes ini adalah orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. 'Menentang penilaian kepribadian manusia', “menginginkan kehidupan sekolah yang lebih menyenangkan.” Itu benar bahwa akan lebih mudah. ​​Biarkan siswa mengambil ujian, fokus pada memasuki sekolah top, dan melihat mereka di dorong ke dalam jurang di dalam masyarakat ini di mana mereka tidak bisa bergantung pada nilai akademisi mereka sendiri. Setelah itu, lihat statistik bunuh diri di antara karyawan lama dan karyawan baru dalam satu profesi, apa mereka memiliki waktu minum teh yang bagus? Sungguh Sistem pendidikan yang luar biasa. "
Berbicara sampai poin ini, Ia terkekeh, dan menyesap kopi kembali. Warnanya hitam, tidak ada gula atau susu yang ditambahkan.
Tampaknya membuat jeda yang mendadak, aku bertanya, "Jadi, Anda memulai Tes kekuatan Manusia?"
"Muridku melakukan bunuh diri," jawabnya.
Ini tidak bisa dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Sepertinya Ia mengerti tentang ini, dan berkata,
"Lima belas tahun yang lalu, saat aku masih menjadi guru wali kelas, aku sangat dekat dengan seorang siswi. Ketika dia lulus, dia sering gagal dalam mencari pekerjaan, dan karena depresi, dia melompat dari gedung tinggi."
"..."
"Keinginanku ... adalah menciptakan dunia di mana seseorang seperti dia tidak harus mati. Tak peduli berapapun harganya."
Untuk pertama kalinya, wajah tabah kepala sekolah Fujimoto akhirnya runtuh, dan wajahnya menunjukkan senyum samar mengenang masa lalu, dan menyesal.
Sama seperti diriku, sepertinya orang ini menanggung kematian orang tertentu. Namun, ekspresi hampa di matanya seolah memperlihatkan sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, dan aku merasa menggigil di punggungku.
Secara tidak sengaja aku menghentikan pena di tanganku. Kepala Sekolah Fujimoto menghela nafas panjang, dan ketika Ia pulih, dia mendapatkan kembali wajahnya yang biasa, lalu melanjutkan,
"Tapi berbicara tentang masyarakat modern, bahkan tanpa beberapa Tes Kekuatan Manusia atau semacamnya, siswa SMP juga akan saling memisahkan di antara mereka sendiri. Bagaimanapun, di era modern ini, nilai bukanlah hal yang mutlak. Tanpa ada patokan mutlak, para siswa hanya bisa menilai lainnya, aku hanya mengubahnya menjadi nilai-nilai. "
Aku penasaran dengan murid perempuan yang baru saja Kepala Sekolah sebutkan, tetapi percakapan itu segera dialihkan ke Tes itu sendiri.
"Jadi setelah mereka berubah menjadi nilai... Anda membiarkan mereka bersaing?"
"Ini berbeda dari kompetisi. Sederhananya, menunjukkan nilai-nilai akan mendorong sesuatu untuk berubah. Dengan metode ini, aku berharap siswa dapat menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat. Ini adalah keinginan nyata dari seorang pendidik."
Kepala Sekolah Fujimoto berhenti bicara sebentar. Selama waktu ini, aku langsung mencatat konten sebelumnya ke dalam buku catatan yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Sementara aku menulis dengan cepat, Ia bertanya  kepadaku, "Setelah mendengar begitu banyak informasi ini, Kamu pasti lelah, ‘kan?"
Aku hanya bisa menjawab, "Sejujurnya sih, iya." Setelah begitu banyak informasi yang diberikan kepadaku secara verbal, otakku benar-benar tidak dapat memprosesnya sepenuhnya.
Aku menghabiskan kopiku.
"Mau secangkir lagi?" Kepala Sekolah bertanya.
"Tolong. Dan juga tambahkan banyak gula."
Kepala Sekolah Fujimoto menuangkan kembali secangkir kopi untukku, dan sekali lagi, aku bertanya,
"Jadi? Bagaimana para siswa menilai? Suara mereka yang sebenarnya."
"Yah, ada banyak penilaian, seperti yang diharapkan. Beberapa merasa bahwa menjalin hubungan antara manusia terlalu mudah, dan banyak yang merasa kecewa dengan sebagian hasilnya."
"Apakah kemampuan interaktif meningkat seperti yang Anda harapkan?"
"Aku tidak bisa meringkas semuanya. Namun, beberapa Perusahaan memiliki pendapat yang tinggi terhadap tes ini. Mereka mengatakan bahwa jika mereka mencari pekerja, mereka akan lebih memilih untuk mengambil yang terbaik dalam ‘Tes Kekuatan Manusia’ dibandingkan dengan yang terbaik di bidang akademik. Keputusan yang bagus. Ini harus terus dikembangkan pada-- "
Berhenti pada titik ini, Kepala Sekolah kemudian berkata,
"--Yah, itu seharusnya sudah semua. Apa yang ingin kamu selidiki adalah adik laki-lakimu, kurasa? Ujian ini hanyalah latar belakang dari insiden itu."
"Iya."
"Sekolah tidak bisa mengatakan apapun tentang tindakanmu. Kami akan menghormati hak keluarga korban untuk mengetahui kebenaran. Meski begitu, Aku berharap kalau kamu menghindari menyinggung luka dari siswa lain. Lagipula, Kami memiliki kewajiban untuk melindungi para siswa.. "
"Tentu saja, Saya akan berhati-hati."
"Apakah ada yang lain?"
Ada satu lagi.
Aku sedikit ragu-ragu. Namun, aku menaruh pulpen di atas meja, dan mengangkat kepalaku.
"Masaya, dan Taku Sugawara itu, apa peringkat mereka untuk Tes ini?" Aku bertanya.
Bahkan Kepala Sekolah Fujimoto menunjukkan rasa muak pada pertanyaan ini. Ia mungkin tidak ingin mengungkapkan rahasia siswa kepada publik. Setelah mempertimbangkan, dan membuatku berjanji untuk tidak mengungkapkannya kepada publik, Ia memberitahu padaku,
"Pada akhir semester, di antara 381 orang di kelas dua, Kishitani Masaya menduduki peringkat keempat.Teman-temannya, trio yang diganggu, Ninomiya Shunsuke, Watabe Kouji, dan Komuro Takayoshi juga punya poin yang tinggi. Mereka semua sangat populer di kalangan teman sekelas mereka. "
"..."
"Namun, Sugawara menduduki peringkat ke-369.Ia adalah seseorang yang tidak disukai, namun Ia menindas empat orang populer."
Akhirnya, Kepala Sekolah Fujimoto mengatakan kalimat misterius untukku.
"Sugawara pernah berkata, 'Ini adalah revolusi. Dan revolusi ini belum berakhir'."
Belum berakhir?
Aku bertanya tentang arti kata-kata itu, tetapi Kepala Sekolah hanya menggelengkan kepalanya.
"Ini benar-benar mencurigakan! Kepala Sekolah Fujimoto beraroma curigaan, sangat bau sampai semua toko parfum di dunia bisa tutup!"
Begitu sampai di rumah, hal pertama yang aku lakukan adalah berteriak. Aku melempar tasku ke samping, berputar, dan melepas mantel musim dingin sambil membuat suara aneh seperti 'ahh', 'oohhh', lalu berlari menaiki dan menuruni lantai kedua dan pertama. Kemudian, aku berlari ke kamar Masaya yang belum dibersihkan, dan jatuh ke lantai. Aku mengayunkan kakiku ke lantai selama dua menit, seolah-olah aku sedang berenang, dan akhirnya berhasil menenangkan diri.
Dari dulu, aku tidak pandai dalam melakukan hal-hal seperti ini, dan tidak peduli sudah berapa tahun itu, ini sama sekali tidak berubah. Aku tidak bisa duduk dengan tenang di depan Kepala Sekolah Fujimoto yang menakutkan itu.
"Tapi aku tahu sekarang bahwa sekolah itu tidak biasa."
Aku mengangkat wajahku dari bantal, dan mengulangi apa yang aku dengar dari Kepala Sekolah.
"Mari kita mengesampingkan masalah apakah Tes itu baik atau buruk. Aku tidak bisa mengerti ini. Tapi! Yang bisa kupahami adalah, sekolah itu memiliki lingkungan yang unik."
"Yaitu, di lingkungan pendidikan semacam itu, di ruangan kelas Masaya, apa yang terjadi ..."
Tentu saja, hal yang harus dilakukan adalah bertanya pada orang-orang yang terlibat secara langsung.
Namun, aku gagal mendapatkan wawancara dengan teman-teman yang di intimidasi bersama Masaya. Aku ditolak oleh orang tua mereka, dan di masa muda mereka, ketika emosi mereka masih sensitif, dengan adanya paparazzi di sekitar mereka, jika aku melibatkan mereka lagi, mereka mungkin akan hancur
"Tapi ini takkan berhasil. Kalau aku membiarkannya, aku tidak akan bisa menyelesaikan apa pun."
Aku mengingat hubungan Masaya dengan seseorang.
"Pacar Masaya ... itu mustahil. Mengingat situasinya saat ini, aku tidak bisa menanyakannya ..."
Aku pernah bertemu dengannya, dia adalah seorang gadis yang sangat imut sampai aku akan cemburu padanya.
Tetapi pada titik ini, mustahil baginya untuk mendengarkanku.
"Lalu, aku harus bertanya pada siapa?"
Aku berguling-guling di tempat tidur, dan mengamati kamar Masaya. Kemudian, Komputer tertangkap mataku. Ibu membelikan itu untuk Masaya. Ia menjadi sangat sombong meski dia hanya anak SMP. Aku saja baru punya saat aku masuk perguruan tinggi.
"... Aku kira semua riwayat penjelajahannya sudah diselidiki?"
Semua SNS, email, dan folder dokumen, seharusnya sudah diselidiki. Bahkan data perangkat lunak yang dihapus yang dapat dipulihkan telah diselidiki. Tapi, tidak ada yang melibatkan Taku Sugawara, menurut polisi.
(T/N : SNS, semacam grup chat di Jepang)
Meskipun begitu, mungkin ada beberapa detail kecil yang terungkap secara tidak disengaja.
Aku bangun dari tempat tidur, dan segera menyalakan komputer. Kemudian, aku membuka browser webnya, dan memeriksa riwayat internetnya. Namun, ada juga beberapa situs dewasa yang terlibat, semua hal yang akan dilihat seorang anak SMP pada umumnya.
"Jadi mereka benar-benar menyelidiki ini juga..."
Masaya mungkin tidak pernah berpikir bahwa sejarah internetnya akan benar-benar pulih, atau kehidupan seksnya akan diungkapkan kepada publik. Aku sangat menyesal. Kakak perempuanmu akan berpura-pura tidak melihat apa-apa.
Sambil menahan rasa bersalah ini, aku terus mencari, dan kemudian,
"Mencegah penyadapan."
Aku melihat kata-kata itu
Tubuhku membeku. Masaya takut dengan penguntit? Aku memeriksa tanggalnya. Tepat enam bulan yang lalu. Dengan kata lain, itulah saat Sugawara dianggap  mulai menindas Masaya. Tentu saja, tidak mungkin mencegah penyadapan.
"Masaya ..."
Uji Kekuatan Manusia.
Apa yang tercipta dari sekolah ini dengan sistem peringkat yang aneh?
Mengapa Masaya bunuh diri? Mengapa Masaya takut dengan penguntit?
Siapa sebenarnya Taku Sugawara?
Aku harus menemukan semua jawaban ini.
Untuk mendekati kebenaran masalah ini, aku memutuskan untuk meminta bantuan 'secret weapon'.





close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama