Editor : Utsugi
Chapter
07 – Kepingan Puzzle Terakhir
Ini adalah kenyataannya,
tidak ada yang bisa dibanggakan, tapi aku mengumpulkan keberanianku dan memberikan jawaban kepada Kotomi Ishikawa.
Tentu
saja, aku takut mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, dan takut pada si Penyerang.
Meski begitu,
aku
mempunyai alasan untuk tidak
menyerah. Ini menakutkan,
tetapi aku memutuskan untuk memulai penyelidikan.
Dia
adalah pacar pertama Masaya saat Ia masih hidup.
Apa
yang dia lihat di kelas waktu itu? Kenapa dia terjatuh dari tangga?
uuu
Kotomi dan aku sepakat untuk bertemu.
Aku
menghubungi Dia
melalui SNS, tapi sepertinya dia sangat ingin bertemu denganku, jadi kami
mengatur waktu untuk bertemu dengannya di rumah sakit, dan aku mengunjunginya
di salah satu kamar
rumah sakit.
Kamarnya
adalah kamar tidur tunggal yang terawat dengan baik. Dia duduk di tempat
tidur, dan seluruh ruangan benar-benar berwarna putih, seperti sakit putih; ada perasaan
yang tidak mengenakkan,
malahan
itu membuat kecantikannya
lebih menonjol. Anehnya,
rambut hitam panjang dan wajahnya yang kelihatan tegang masih
sama seperti sebelumnya.
Namun,
tubuhnya terlihat kekurangan nutrisi, mungkin karena dia pingsan selama
berhari-hari, dan tidak memiliki banyak daging, tapi hasilnya memberikan hawa keberadaan yang suci. Getaran
masa muda yang cocok dengan usianya ketika aku bertemu dengannya telah lenyap,
dan dia tampak sangat dewasa.
Dia
duduk di sofa, memegang bunga Narcissus
besar.
Aku
memasuki ruangan, dan dia menatapku, tersenyum dengan damai.
"Halo, Sanae."
"Halo, Sanae."
Nada
suaranya dipenuhi dengan rasa iba dan belas kasihan. Ini tak seperti seorang
anak berumur 14 tahun.
Tentunya
dia tahu bahwa Masaya bunuh diri.
"Sejujurnya
..." dia menunjuk ke kursi, mungkin berniat mempersilahkanku untuk duduk,
"Aku sudah pulih sejak lama, tapi aku tak di izinkan untuk di besuk. Bukannya
itu terlalu berlebihan, menurutmu? ”
“...
Kamu menerima pukulan keras, jadi itu sudah bisa diduga, bukan? Masih ada
beberapa bagian yang belum bisa
disembuhkan didalam otakmu ketika dilakukan pengecekan medis. ”
Setelah
mendengar jawabanku, dia menjawab, "Aku mengerti, itu adalah titik
buta!" Dia tertawa kecil, dan melihat tangannya dengan tatapan serius,
"Jadi
... aku mempunyai
waktu yang cukup
untuk duduk di sini, untuk memikirkan apa yang terjadi sampai saat ini."
Dia
memegang sesuatu di tangannya. Setelah melihat lebih dekat, aku menemukan
bahwa itu adalah ponsel.
Dengan
wajah
yang menggemaskan, dia membelai ponselnya, dan berkata,
“Tentang
kelas, Masaya, Sugawara, Tes Kekuatan Manusia, dan diriku sendiri. Seperti
orang bodoh, aku hanya memikirkan teman. Aku terus bertanya-tanya, apa
yang akan aku lakukan saat aku
dijauhi oleh mereka? Jika
aku tidak bisa mengikuti topik atau nilai, dan jika aku dibully, apa yang harus aku
lakukan? Tidak mengherankan jika Sugawara mengejekku, “Apa
yang kau pikirkan
hanyalah orang lain”.”
"Apa
kamu akrab dengannya?"
“Tidak,
tapi sebelum insiden itu terjadi, kami sempat mengobrol beberapa kali, sedikit mendalam. Jadi aku
memutuskan untuk mengikuti perkataan Sugawara, untuk mengabaikan orang lain, dan menghabiskan waktu untuk memikirkannya. Setelah
memikirkannya untuk sementara waktu, aku menyadari bahwa Sugawara sangat peduli
padaku dengan caranya sendiri. ”
"Apa
lagi yang kamu pikirkan?"
“Seperti, mengapa Masaya mendorongku hingga terjatuh dari tangga.”
Dia
meletakkan ponsel di dadanya.
“Aku
akan mengatakan yang sebenarnya, siapa sebenarnya yang membunuh Masaya. Dosa yang telah
dilakukan Ninomiya, Watabe, Komuro, dan Diriku. ”
Tak diragukan lagi Kotomi adalah salah satu kelompok sentral di kelas; dia menduduki peringkat ketiga dalam Tes Kekuatan Manusia, dan popularitasnya tidak dapat diragukan lagi (untuk catatan, dari jumlah 35 siswa di kelas, Masaya yang pertama, sementara Taku Sugawara berada di peringkat 34). Kepribadiannya yang ceria akan membuatmu merasa nyaman ketika bersamanya; setiap kali ada orang yang bersamanya, tidak akan ada yang mengeluh.
Tak diragukan lagi Kotomi adalah salah satu kelompok sentral di kelas; dia menduduki peringkat ketiga dalam Tes Kekuatan Manusia, dan popularitasnya tidak dapat diragukan lagi (untuk catatan, dari jumlah 35 siswa di kelas, Masaya yang pertama, sementara Taku Sugawara berada di peringkat 34). Kepribadiannya yang ceria akan membuatmu merasa nyaman ketika bersamanya; setiap kali ada orang yang bersamanya, tidak akan ada yang mengeluh.
Namun,
ketika dia menyatakan bahwa setahun yang lalu, dia diganggu oleh beberapa gadis. Dia secara
tidak sengaja menunjukkan pada teman-temannya Kartu Tes Kekuatan Manusia, dan
karena peringkatnya tinggi,
teman-temannya
merasa iri. Sebelum teman-teman yang lain membencinya, seseorang yang terkenal populer di kelas mengatakan
sesuatu dan dengan
mudah menyelesaikan
masalah.
Orang
populer itu adalah Masaya. Keduanya memiliki hubungan yang baik dan, dua
bulan kemudian, mereka mulai berpacaran.
Aku
pernah bertanya tentang pacar Masaya, dan Ia tampak sangat jengkel, tapi dia memperkenalkan pacarnya
kepadaku. “Dia pandai meringankan suasana, jadi kurasa dia juga akrab
denganmu. Dia terlihat konyol, tapi dia benar-benar peduli pada orang
lain. ”
Namun,
aku secara pribadi bisa merasakan bahwa cara dia memperlakukan orang lain
adalah karena ketakutannya di masa lalu.
“Jadi
ketika Masaya mulai menyembunyikan sesuatu dariku, aku benar-benar sakit hati. Aku takut
ditinggalkan oleh Masaya, bahwa aku harus menghadapi kebencianku sendiri. ”
Perlahan-lahan,
Dia mulai bercerita,
“Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan, dan aku melampiaskan rasa frustrasiku
pada boneka lumba-lumba yang diberikan Masaya kepadaku… aku idiot. Itu
adalah boneka berharga yang diberikan Masaya pada kencan pertama kami ... tapi
itu benar-benar mengejutkanku. Masaya, tidak, Ia, dan semua orang,
termasuk Ninomiya, Watabe, dan Komuro, semuanya menyembunyikan sesuatu dariku, mengasingkanku. ”
"Kapan
itu terjadi?"
"Sekitar
dua minggu sebelum Sugawara memicu insiden itu."
"Apa
kamu tahu apa yang mereka sembunyikan darimu?"
"Ya."
Dia mengangguk kembali pada pertanyaanku.
“Aku
pikir Ninomiya, Watabe, dan Komuro membully Masaya. Atau lebih tepatnya,
mereka membully Masaya dan Sugawara. "
Dia
dengan perlahan
mulai menjelaskan,
dan kemudian, secara tiba-tiba,
dia mempercepat perkataannya,
“Mereka
membully
Masaya dan Sugawara di
belakang orang lain, tanpa ada yang menyadarinya. Ini lebih terlihat meyakinkan bahwa Sugawara sendiri yang melakukan pembullyan terhadap empat
orang, setidaknya. Pakaian olah raga Masaya jelas dirobek oleh mereka. Aku tahu ada yang salah,
jadi mereka merencanakan sesuatu. ”
"...
Mereka membuat Sugawara untuk menyerang Masaya, dan membiarkan Sugawara menjadi
kambing hitam."
"Ya,
kamu benar."
Dia
sependapat dengan
perkataanku,
dan kemudan mulai
melanjutkannya penjelasannya,
“Pernyataan
di internet dipalsukan oleh mereka. Setelah insiden itu, Sugawara dan Masaya
kehilangan kontak. Masaya mulai bertingkah aneh. Apa karena
pembullyan dari ketiganya di luar kendali? Atau apa karena Sugawara, orang
yang dibully, di isolasi
dari semua orang? ”
"Teman
baik ..." gumamku.
“Setelah
Sugawara memukuli Masaya, aku melihat Masaya menemui Toguchi-sensei. Sensei tidak memiliki antusiasme
apapun, dan hanya peduli pada dirinya sendiri, jadi tentu saja dia mengabaikan
Masaya. Tetapi Masaya meminta bantuan orang lain. Dia mengunjungi
Sugawara sekali, merahasiakannya dari orang tuanya. Aku tidak tahu apa
tujuannya, tapi itu cukup untuk membuktikan bahwa dirinya dan Sugawara pernah berteman.”
"Hei,
kalau begitu, dosa apa yang
sudah kamu lakukan?"
Aku
bertanya, dan dia menutup matanya, menyatakan kebenaran dengan rasa sakit,
“Setelah
insiden yang dilakukan Sugawara,
aku membully Sugawara
bersama seluruh
temas sekelas
... semua orang melemparkan kotak pensilnya, dan mengolok-ngolok tepat di
depannya. Mereka menambahkan sisa-sisa permen karet pada makanannya, dan
menyembunyikan PR yang akan Ia serahkan. ”
Dengan
air mata yang berlinang di sudut matanya, Kotomi memeluk selimut putih itu, dan
menggigil.
Dia
terus mengakui dosanya,
“Saat
itu, aku tidak tahu harus berbuat apa ... Aku tidak tahu harus percaya
apa. Untuk Masaya, tidak, Sugawara mungkin akan marah jika Ia mendengar
ini. Pikiranku hanya memikirkan bagaimana meningkatkan peringkatku dalam
Tes Kekuatan Manusia, bagaimana agar tidak menurun, jadi aku menghukum
Sugawara, dirinya, yang dulunya adalah teman Masaya— ”
"..."
“Dan
itulah mengapa Masaya mendorongku dari tangga, mungkin karena aku membully
satu-satunya orang yang bisa menjadi dukungan emosional Masaya.”
Akhirnya,
dia menangis dan berseru,
“Itu
sebabnya aku merasa bahwa aku menyebabkan kematian Masaya. Aku tak pernah
menyadari kebenaran ini, dan mendorongnya ke dalam jurang keputusasaan. Ninomiya, Watabe, dan Komuro semuanya
membully Masaya, dan aku membully teman Masaya—itulah kebenaran dari insiden ini.”
Dalam
pikiranku, aku merenungkan pengakuannya yang penuh penderitaan.
Tiba-tiba,
aku memikirkan sesuatu. Benar, sebuah pemikiran. Tak peduli seberapa
bertentangannya itu, bagaimana mengejutkannya itu, ada sesuatu yang tidak
mengherankan namun tidak penting.
Aku
menatapnya.
Dan
kemudian, berkata, "Kau memiliki keberanian untuk mengakui dosamu."
Dia
menghapus air matanya, merasa bingung.
“Eh? Apa
maksudmu?"
“Ah,
tidak, aku merasa kalau
kamu berbeda dari orang
lain. Ada Kepala Sekolah yang memulai sistem pendidikan aneh ini, ibu Masaya
yang selalu ada di sampingku, dan teman-teman sekelasnya yang seharusnya
menyadari adanya pembullyan; tidak ada yang mau mengakui tanggung jawab
mereka dalam masalah ini. Eh, apakah mereka punya tanggung jawab atau
tidak, aku sendiri merasa tidak yakin. ”
Mereka
semua menyerahkan
tanggung jawab mereka
kepada
Taku Sugawara dan menyatakan ketidak bersalahan mereka dengan mengatakan "Aku
tidak tahu." Tapi gadis ini tidak bersikap seperti itu.
Dengan
kemauan yang kuat, dia membuka matanya, dan memegang tanganku dengan erat,
menyatakan kebenaran.
Dia
tidak mencoba untuk menjadi orang yang baik hati di hadapanku, tapi sebaliknya,
dia menganalisis situasi dengan cara yang tidak biasa.
Setelah
mendengar perkataanku,
Kotomi tertawa.
“Seseorang
memberitahuku untuk tidak melarikan diri.” Ini pertama kalinya dia menunjukkan
senyuman indah seperti itu, “Jangan pedulikan bagaimana orang lain memandangmu
dan melupakan hal yang penting. Jadi aku memutuskan untuk tidak
lari. Aku tidak bisa lari dari kenyataan lagi; Aku takkan lari dari
kenyataan bahwa aku dikutuk Masaya. "
"Siapa
yang mengatakan itu padamu?"
"Masterku."
"Apa
maksudmu?"
Kotomi
tampak bingung, dan tersenyum.
"Sugawara."
Dengan
wajah memerah, dia berkata,
"Tentunya
Sugawara ingin memberitahuku sesuatu yang penting."
Dia
kembali memegang ponselnya, dan melemparkannya ke langit-langit. Itu
berputar di udara, dan mendarat di tempat tidur.
Aku
membayangkan gambaran Sugawara di dalam pikiranku. Pria yang tidak populer
menurut Kepala Sekola, kata Ibu, Ia si anak iblis, siswa yang tidak mengesankan
menurut perkataan teman-teman sekelasnya, dan eksistensi bijak dari apa yang
dia katakan. Yang mana? Sebenarnya dia orang seperti apa?
"Jangan melarikan
diri." Sugawara pernah mengatakan hal ini.
Ah,
itu masalahnya. Aku tidak bisa begitu saja melarikan diri dari masalah. Bahkan
gadis yang lebih muda tujuh tahun dariku telah menemukan kebenaran yang kejam melalui
hipotesisnya sendiri, bahwa "Aku adalah si pembunuh."
Jadi
aku-
“Hei,
Kotomi, biarkan aku mencari tahu kebenarannya dulu. Apa yang baru saja kau
sebutkan, seperti guru yang tidak antusias, Masaya mendiskusikannya dengan
guru, setelah kejadian itu, Masaya mengunjungi Sugawara di rumahnya, bahwa
setelah kejadian itu, kalian semua membully Sugawara. Dan Masaya yang
mendorongmu saat di tangga. Itu semua faktanya, ‘kan? ”
Aku
mengurutkan fakta-fakta yang aku tahu untuk pertama kalinya, setelah mendapatkan
penjelasan
dari Kotomi,
dan mencatatnya di buku catatanku, membandingkannya dengan apa yang aku dengar.
"E-Erm."
Dengan tatapan khawatir, Kotomi bertanya, "Apa kesimpulanku ada yang salah?"
“Aku
tidak tahu. Tapi aku memutuskan untuk tidak melarikan diri, dan terus
berjuang. Biarkan aku terus menyelidiki ini sedikit lagi; ada sesuatu yang sangat
mencurigakan dalam kesimpulanmu, Kotomi, tentang bagaimana 'Masaya dibully'. Hei,
bagaimana mungkin mengendalikan si jenius itu? Aku tidak membual, tetapi
Masaya bisa berkelahi dan cerdas. Agak sulit bagi orang lain untuk tidak
menyadari. ”
"Itu
adalah kelemahannya...
biarkan aku berpikir."
“Ayo
kita pikirkan cara yang lain, mungkin Ia diancam. Ada riwayat pencarian
'mencegah penyadapan' di komputer Masaya, jadi Ia pasti takut pada
sesuatu. Apa kamu punya petunjuk? ”
"Eh,
aku ingat dia memiliki sesuatu yang Ia sembunyikan dariku, tapi aku tidak yakin
apa itu ..."
Setelah mengatakannya,
Kotomi menundukkan kepala.
“Maaf,
aku tidak punya bukti yang pasti. Aku tidak bisa menjadi detektif
terkenal. "
"Tidak,
aku tidak benar-benar memiliki harapan untuk adanya bukti ... ini berbeda dari
pembunuhan atau pencurian, biasanya tidak akan ada jejak atau senjata dari si pembunuhan
yang tertinggal."
“Aku
mengerti, itu masuk akal. Itu adalah kelemahannya. "
"Apa
itu mantramu?"
Aku
tertawa kecil. Apa yang Kotomi katakan membuatku penasaran.
‘Kelemahan’? Kemungkinan dikucilkan?
Bu-bukan
hanya satu? Kelemahan yang tak terpikirkan oleh orang lain?
Aku
membolak-balik buku catatanku di depan Kotomi, dan memeriksa semua informasi yang
aku miliki.
Bahkan
jika tidak ada bukti yang meyakinkan, itu tak terlalu masalah. Aku bisa
menyimpulkan situasi saat ini melalui imajinasi dan logika.
Nilai,
orang yang populer, kondisi keluarga Taku Sugawara, mencegah penyadapan, guru
kelas yang tidak antusias, tidak ada tanda-tanda pembullyan, wakil presiden PTA
yang terkenal karena menjadi monster, persahabatan—
Aku
mulai perlahan memahami lingkungan Taku Sugawara dan Masaya.
Semua
jenis plot yang rumit menjadi sebuah kebenaran, mengambang ke permukaan.
(E/N : mengambang ke permukaan bisa di artikan : mulai menemukank titik temu, pokok masalah mulai terlihat, menemukan titik terang )
(E/N : mengambang ke permukaan bisa di artikan : mulai menemukank titik temu, pokok masalah mulai terlihat, menemukan titik terang )
"—!"
Aku menjerit.
Itu
adalah kebenaran yang menakutkan, kebenaran yang sangat jahat.
Aku
tak berpikir itu suatu kebetulan. Itu adalah kekuasaan yang sepenuhnya
sempurna.
"Sanae,
ponselmu berbunyi."
Tepat
ketika aku memikirkan hipotesis,
Aku
bisa mendengar nada dering yang familiar dari tasku. Aku tidak menyadarinnya
sama sekali.
“Kamu
bisa melakukan telepon di sini. Mereka memperbolehkan orang menggunakan
ponsel di sini. ”
Aku
berterima kasih pada Kotomi karena memberitahuku, dan mengangkat teleponku. Ini
dari Sayo.
“Ada
taman di dekat rumahmu, kan? Cepat ke sana. ”
Katanya
dengan nada tegas.
"Taku
Sugawara ada di sana sekarang."
"Aku
akan segera ke sana." Jawabku, dan menutup telepon.
Di
sampingku, Kotomi menunjukkan tatapan ingin tahu, jadi aku berkata padanya,
“Aku akan bertemu Sugawara.”
Dia
mungkin menyadari keseriusan dari perkataanku, dan mengangguk, menunjuk
Narcissus di samping tempat tidurnya. Bunga putih bermekaran dengan cerah,
dan ruang pasien yang memiliki aroa harum yang terasa samar.
“Itu
dari Sugawara. Dia meminta perawat untuk memberikannya kepadaku. ”
Dan
kemudian, dia memegang tanganku.
“Tolong
ungkap semua misteri ini. Aku juga ingin tahu mengapa Masaya
meninggal. Mengapa Sugawara memukuli Masaya? Setelah semuanya jelas,
tolong bimbing mereka, biarkan Masaya mati dalam damai, dan Sugawara menjadi
bahagia.”
Aku
tak perlu diingatkan untuk itu.
Aku
memegang tangannya kembali, dan meninggalkan ruang pasien.
†
Ada
kesalahan dalam kesimpulan Kotomi.
Jadi,
sudah waktunya untuk membereskan semua ini.
Aku
harus bertemu pembunuh Masaya, dan secara pribadi berbicara dengannya.
Karena
revolusi belum berakhir, aku akan mengakhirinya di sana.
†
Taku
Sugawara kebetulan sedang duduk di bangku yang biasa Masaya dan aku duduki.
Ini
adalah taman yang luas dengan area rerumputan yang besar, dan selama liburan,
anak-anak akan datang untuk bermain bisbol. Ada taman bermain besar di
tempat yang lebih tinggi, dan di belakang, aku bisa melihat pohon Sakura yang
layu. beberapa sampah dibuang ke danau, dan botol plastik mengambang di
permukaan seperti perahu.
Pemandangan
di depanku benar-benar berwarna oranye.
Ini
benar-benar nuansa petang yang indah.
Cahaya
oranye itu dengan lembut mengelilingiku, menyelimuti dunia ini. Ini adalah
taman yang sangat aku kenal, tapi sepertinya tidak cocok.
Untuk
Taku Sugawara muncul tepat di depan mataku.
Bagaimana
aku bisa menggambarkan kesan pertamaku tentang Taku Sugawara?
Ini
berbeda dari kesan yang digambarkan orang lain.
Tentu
saja, seperti yang mereka katakan, penampilannya tidak mengesankan, dan dia
tidak tinggi. Dia tampak lemah, jauh lebih suram dari perkiraanku. Ia
memiliki penampilan seorang siswa SMP biasa; deskripsi sederhana ini
sangat cocok dengannya.
Namun
demikian, ada suasana menekan darinya, tidak seperti penampilannya. Ia
datang ke sini dengan keteguhan hati, atau mungkin itu karena aku merasa
tegang.
Setidaknya,
aku tidak bisa tidak menahan nafas.
Itu
adalah perasaan yang aku miliki ketika bertemu Taku Sugawara.
Taku
Sugawara duduk di bangku dekat taman, menatapku.
“Kau
kakak Masaya, ‘kan? Kalian berdua terlihat sama. "
Ucapnya
sebelum aku dapat berbicara.
"Ya,"
jadi aku hanya bisa menjawab itu.
Dia
mengalihkan pandangannya dariku, tubuh bagian atasnya mencondong ke depan saat
dia mulai berbicara. Suaranya sedikit dalam; mungkin suaranya pecah.
“Aku
tidak punya hal lain untuk dikatakan. Aku membullyinya dan mendorongnya
untuk bunuh diri. Sepertinya kau sedang menyelidiki kebenaran untuk
insiden ini, tapi sayang sekali, inilah kebenarannya. Aku merasa kasihan
padamu, kakak perempuannya, tapi punya cara lain untuk menolong diriku, jadi
itu untuk hari ini, ‘kan? ”
"Tapi
Sayo memberitahuku, “Kamu akan menceritakan semuanya padaku”.”
“Sayo? Oh,
gadis yang tinggi itu? Maaf, aku berubah pikiran. Tak banyak yang
bisa untuk dikatakan. ”
"Katakan
padaku. Aku takkan melarikan diri dari kebenaran."
"Apa
peduliku."
Dia
arogan, berbicara dengan angkuh. Tidak heran ibu tidak menyukainya sama
sekali.
"..."
Tapi
ini semua cuma akting. Ia tak terdengar seperti apa yang dikatakan
teman-teman sekelasnya tentang dirinyaa, dan dilihat dari dekat, Ia tampak
sangat kaku. Ia hanya seorang anak SMP biasa yang sedang berakting.
Jadi
aku bilang; untuk memancing kebenaran darinya, aku bilang padanya jawaban
yang sudah aku dapat,
“Kamu
yang dibully, kan? Oleh Masaya Kishitani, Shunsuke Ninomiya, Kouji Watabe,
dan Takayoshi Komuro, mereka berempat. ”
Aku
menghubungkan semua petunjuk itu bersama, dan itulah satu-satunya jawaban yang
aku miliki.
“Dan
itu bukan hanya pembullyan. Itu sempurna. Empat vs satu, jangan
bicara tentang itu. Tak ada yang menyadarinya, tak ada catatan di email,
mereka berhati-hati untuk tidak ketahuan, dan tindakanmu berada dalam
pengawasan waktu itu. Meski kamu mencoba melaporkan pembullyan, orang tuamu
tidak tertarik pada anak mereka, dan guru wali kelasmu tidak memiliki
motivasi. Jika laporan itu berhasil, Kamu akan menghadapi orang tua
monster, wakil presiden PTA, dan kemudian orang yang paling populer di kelas,
tidak ada orang lain yang akan berdiri di sisimu. Kamu sendirian, jadi
semuanya menunjuk ke padamu. Ini perencanaan berlapis yang sempurna ...
tidak, sangat sempurna sehingga pada dasarnya sudah dihitung. ”
Ucapku
dengan tegas.
Kekuatan
aneh yang dapat melakukan apa pun yang dilakukannya dari belakang, identitas
sebenarnya adalah—
"Sang
Iblis adalah — Masaya Kishitani."
"..."
“Katakan
padaku, bagaimana kamu melawan iblis? Apa yang terjadi antara dirimu dan
Masaya? ”
Aku
menyatakan hipotesisku, dan untuk pertama kalinya, ekspresi Sugawara
menunjukkan perubahan. Wajah merendahkan itu menghilang, dan dia menatapku
dengan kaget.
Mulutnya
tergagap dua sampai tiga kali, menjadi teriakan yang tak terdengar. Ia
tiba-tiba mulai menutup mulutnya, dan terbatuk, Seluruh tubuhnya gemetaran
layaknya sebuah jam. Ia kemudian terjatuh dari bangku, dan terengah-engah.
Ia
akhirnya tersenyum gembira. "Kau telah lulus," katanya.
Namun,
Ia tak pernah mengatakan padaku betapa pentingnya perkataan itu.
Setelah
napasnya mulai teratur, ia berkata,
“Tolong
beri aku waktu untuk membeli beberapa coklat. Aku akan memberitahumu
sisanya nanti. "
Tak
diragukan lagi wajahnya tersenyum.
Tapi
ada sesuatu yang salah. Senyum itu jauh berbeda dari 'anak SMP biasa'. Ekspresi itu hanya bisa digambarkan sebagai
'jahat'.
Dan
ini adalah bagian terakhir.