<TN : Gambar ini bukanlah ilustrasi yang sebenarnya, karena WN ini tidak punya ilustrasi jadi saya hanya menambahkan apa yang sesuai imajinasi.> |
Chapter 01 – Di Bawah Langit Musim Dingin
Persitiwa ini terjadi
pada hari bersalju ketika Tooru masih duduk di kelas satu SMA.
Ia baru saja
menyelesaikan ujian tengah semester dan berniat untuk pulang. Saat
mendekati gerbang sekolah, Tooru melihat seorang gadis berdiri sendirian.
“Bukannya dia …..
adik Miyamoto?”
Namanya adalah
Miyamoto Satsuki. Banyak yang bilang kalau dia adalah gadis paling imut di
lingkungan sekitar sini — tidak, bahkan di seluruh kota. Entah atas alasan
apa, siswi SMP itu berdiri di gerbang depan sekolah Tooru.
Mungkin dia sedang
mencari kakak perempuannya. Setidaknya itulah yang bisa Tooru pikirkan.
Tapi ada rasa kesepian
mengenai sosoknya. Rambutnya yang cokelat muda tergerai di belakang punggungnya,
dan untuk sesaat, Tooru ingin mengetahui seberapa lembut rasanya.
Kemungkinan besar dia
menunggu kakak perempuannya Amane, tetapi Satsuki mengenakan pakaian tanpa
mantel — hanya memakai seragam sekolah SMP-nya.
Yamanaka Tooru merasa
terkejut akan hal itu.
Tapi Tooru sama
sekali tak ada hubungannya dengan gadis itu. Ia pernah melihat foto
Satsuki beberapa kali sebelumnya, jadi Ia langsung tau. Tetapi setelah jarak
mereka semakin dekat, Ia dibuat bingung.
Satsuki berdiri di
sana, namun semua orang hanya melewatinya begitu saja.
Jarak mereka semakin
dekat dan sekilas Tooru melihat bahwa pipi putih Satsuki yang mirip porselen
memerah karena kedinginan. Tangannya juga. Hembusan napasnya menghilang
di udara dan mengungkap wajah manisnya yang samar-samar diwarnai dengan
kesedihan.
Saat Ia bergidik pada
keadaan yang dialaminya, Satsuki menyadari Tooru dan menatapnya.
“Apa ada …... bisa
kubantu?” Tanya Satsuki.
“Oh, uhh, tidak ...”
"Apa yang sedang
kau lakukan di sini?" Adalah apa yang ingin Tooru tanyakan namun kata-kata
tersebut menyangkut di tenggorokannya.
Mungkin dia punya
urusan dengan Amane. Dan siapa tahu apa yang akan dilakukan Amane jika dia
melihat mereka bersama. Itu sebabnya Tooru tidak melakukan sesuatu yang
mencolok dan pulang begitu saja. Tapi Tooru tidak bisa meninggalkan
Satsuki sendirian.
Mana mungkin ada
orang waras yang akan meninggalkan seorang gadis seperti itu sendirian, walau
semua murid lain yang pulang melakukan hal itu.
Mungkin dia menjadi
tidak sabaran karena Tooru terus diam, akhirnya
Satsuki dengan tenang berbicara.
“Jika tidak ada yang
kamu butuhkan, kupikir sebaiknya kamu bergegas pulang.”
“Umm, di mana Amane?”
“Kakakku ...
sepertinya dia terlambat.”
Sungguh jawaban yang
keras.
Amane terkenal karena
kebrutalannya. Kabar burung mengatakan kalau dia membully seseorang atau
meneriaki seseorang.
Kedengerannya mudah
untuk dikatakan karena kau tidak mengalaminya sendiri, tetapi untuk membuat
seorang gadis cantik berdiri dalam cuaca yang dingin ini rasanya terlalu kejam,
pikir Tooru.
Oh
terserahlah. Persetan dengan rumor itu.
Tooru melepas syal
dari lehernya sendiri dan melilitkannya ke leher gadis yang malang tersebut. Satsuki
mengangkat rambutnya dari bawah syal dan kemudian melihat ke arah Tooru.
“Umm, apa yang ...”
“Maaf, tapi hanya ini
yang bisa kuperbuat. Jangan terlalu dipikirkan untuk mengembalikannya
kepadaku. Jika kau tidak menginginkannya, silahkan buang saja ke tempat
sampah. Dan, uhh, jaga dirimu dan pulanglah.”
“Hei, tunggu ...!”
Tooru langsung berlari
menjauh dari gerbang sekolah.
Orang yang kebetulan
lewat melihat keributan tersebut dan bertanya-tanya apa sedang yang terjadi,
tetapi Tooru tidak peduli. Mungkin Satsuki akan dipukul Amane nanti. Tetapi
walau begitu, Ia tidak bisa menahan diri untuk melakukannya.
Setelah berlari cepat
ke atas bukit, Tooru akhirnya melihat kembali ke gerbang depan sekolah.
Gadis tersebut --- yang secantik dan seanggun seperti boneka--,
menatapnya. Syal Tooru masih terlilit di leher si gadis.
Syukurlah. Meski tidak seberapa, syal tersebut akan
melindunginya dari hawa dingin. Pikir Tooru merasa lega.
Bahkan ketika
benar-benar kehabisan nafas, Tooru terus berlari seolah-olah berusaha
menghindari garis pandang si gadis.
Bukan karena Ia
tertarik pada Satsuki; berdiri di luar di bawah langit musim dingin
seperti itu adalah semacam lelucon kejam yang terlalu menyedihkan. Ini hanya tindakan kemunafikan.
Tetapi menolongnya
untuk kepuasan dirinya sendiri adalah alasan yang cukup bagus. Itu
sebabnya Ia melilitkan syal di leher gadis tersebut.
Lagipula, sudah
terlambat untuk menyesal. Ia hanya bisa berharap bahwa hawa dingin ini
masih bisa ditahan oleh sistem imun tubuhnya.
Pada saat Tooru
menengok ke belakang sekali lagi, gerbang sekolah sudah menghilang dari garis
pandangnya.
Dan setelah itu,
Satsuki tak pernah terlihat lagi di tempat tersebut.
Next-nya kok dicoret ya?
BalasHapusArtinya masih belum tersedia XD
Hapus