The Result when I Time Leaped Chapter 88


Surat cinta

“Apa ini…?”
Ketika aku sampai di sekolah pagi ini, aku menemukan benda yang tak terduga di dalam loker sepatuku. Benda itu adalah amplop lucu dengan tepi berwarna merah muda dan gambar kucing.
“……?”
Pembuka amplop ditutup dengan stiker kucing.
“……”
Apa ini jangan-jangan? Mustahil— !? Bukannya ini surat cinta !? Eng-Engga ada yang lihat, ‘kan ...? 
Memeriksa sekelilingku dengan cepat, tampaknya enggak ada orang yang tertarik dengan apa yang aku lakukan. Dalam keadaan panik, aku segera menuju ke kamar kecil terdekat dan mengunci diri. Sesaat kemudian, aku membuka amplop. Mungkin karena alat tulis yang digunakan dibeli satu set dengan amplop, ada beberapa karakter kucing lucu yang tercetak di atasnya.
“In-Ini, mustahil, ‘kan ...?”
Seharusnya tidak ada orang yang akan menulis surat cinta kepadaku ...
Kepada Sanada-kun,
Maaf untuk surat yang mendadak ini. Itu karena aku tidak mengetahui  informasi kontakmu. Kita berdua masuk di kelas yang sama saat kelas satu dulu, dan berbicara denganmu rasanya benar-benar menyenangkan. Penampilanmu juga tipeku. Kamu mungkin tidak terlalu mengingatku dengan baik, tapi aku punya sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu. Sepulang sekolah hari ini, aku akan menunggu di belakang gedung sekolah. Jika kamu memutuskan untuk datang, itu akan membuatku benar-benar bahagia. 
2-E Hamana Yui
——Ini pasti surat cinta !? Seratus dari seratus orang akan setuju kalau ini adalah surat cinta!
Hamana-san dari kelas E ...? Sebagian besar ingatanku saat kelas satu SMA menjadi sangat kabur, tapi aku masih mengingat Hamana-san. Kalau tidak salah, dia anggota klub band konser. Dia adalah gadis berjiwa bebas yang berbicara terus terang dengan semua orang, dan senyumnya memberi kesan seorang gadis imut.
Jika dilihat baik-baik, ada tanda kalau tulisan di surat ini dihapus berulang-ulang. Sepertinya sambil memikirkan bagaimana dia bisa menyampaikan perasaannya, dia sudah menulis ulang beberapa kali. Karena aku tidak punya teman cewek, meski dia bertanya kepada cewek-cewek lain, dia tak mungkin bisa mendapatkan alamat email-ku.
Ini adalah pertama kalinya aku menerima sesuatu seperti ini sejak aku lahir. Ap-Apa yang harus aku lakukan? Biasanya, aku merasa senang tentang ini ...
“Uuaaaaaaaaah !? Apa ini benar-benar terjadi?”
Don don, aku menendang pintu. Membacanya lagi dan lagi, aku bisa melihat kalau dia mungkin sudah memendam perasaannya sejak kelas satu. Itu artinya Hamana-san memang menyukaiku.
Tentu saja, saat masa SMA sebelum melompati waktu, aku tak punya event menerima surat cinta, yang merupakan representasi sempurna dari masa remaja. Aku kira ini adalah fenomena di mana seekor domba yang biasanya terlihat tidak menarik, tetapi ketika seekor serigala membidiknya, pesonanya tiba-tiba meroket naik.
Itu artinya, aku yang berpacaran dengan Hiiragi-chan mengeluarkan semacam feromon yang mampu menarik perhatian? Ngomong-ngomong, masalah itu tidak penting. Aku harus menolak perasaan Hamana-san.
“... Apa ini benar-benar terjadi ...?”
Walau aku pernah ditolak sebelumnya, aku tak pernah menyangka kalau aku akan menolak orang lain.
Jika membandingkan kedua orang tersebut, Hiiragi-chan jelas-jelas berada diposisi yang lebih kuat ketimbang Hamana-san.
Rasa gembiraku mendingin sesaat.
Aku akan membalas perasaan Hamana-san dengan tulus. Dan bilang padanya kalau aku minta maaf. 
Aku mungkin akan membuatnya menangis. Cewek-cewek lain mungkin juga bakal bergosip di belakangku, memanggilku jahat karena menolaknya.
“... Sanada-kun, kamu sepertinya lesu. Apa ada yang salah?”
Pada jam istirahat makan siang, saat kami berempat berkumpul di ruang klub tata boga dan memakan bekal makan siang, Hiiragi-chan menatapku dengan cemas.
“Tidak ... tidak ada apa-apa.”
Jika aku memberitahunya tentang surat itu, Hiiragi-chan pasti akan merasa cemas dan mulai khawatir.
Selama jam pelajaran sore, penjelasan guru cuma masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Tidak ada sedikit pun materi pelajaran yang masuk ke dalam otakku. Ketika jam sekolah berakhir, aku mulai gugup. Namun, rasa gugup Hamana-san mungkin jauh lebih tinggi ketimbang diriku.
Saat aku pertama kali menyatakan cinta pada Hiiragi-chan, aku tidak tahu kapan aku akan kembali ke masa dewasaku, jadi itu sebagian karena terbawa suasana pada saat itu dan sebagian diriku yang tahu tidak ada ruginya. Aku malu dan gugup.
Namun, ketika waktu dan tempat sudah ditentukan, perasaan gugup yang berbeda mengalahkanmu. Dia menyiapkan surat itu, memasukkannya ke loker sepatuku dan kemudian menunggu jam sekolah berakhir. Rasanya sungguh menakjubkan.
Bel yang menunjukkan jam pelajaran berakhir berdering, dan semua orang meninggalkan ruang kelas.
Sekarang seharusnya baik-baik saja.
Dengan masih mengenakan sepatu indoor, aku menuju ke bagian belakang gedung sekolah. Area di mana ruang teh berada masih sepi seperti biasa. Di bawah atap ruang klub teh, Hamana-san sedang menunggu. 
Ketika tatapan kami saling bertemu, detak jantungku tiba-tiba berpacu cepat.
Se-Sebagai seorang cowok jantan, aku harus mengatakan sesuatu terlebih dahulu.
“Umm. Mengenai surat yang kau kirimkan tadi pagi, terima kasih …... Aku sangat menghargainya.”
“Ya. Maaf karena memanggilmu ke sini, ... Ji-Jika kamu punya rencana, ki-kita bisa menyelesaikan ini dengan cepat.”
Suara dan cara bicaranya lebih kecil dan lebih cepat daripada yang aku ingat. Nada suaranya menyampaikan kegugupannya.
“Tidak apa-apa. Aku tak keberatan karena aku tidak punya rencana apapun. ”
Apa yang ingin kamu bicarakan? Haruskah aku memulainya dengan sesuatu yang blak-blakan seperti itu ...?
Aku hanya akan menunggu Hamana-san untuk mulai berbicara ...
“Fe-Festival olahraga kemarin, kamu sangat sukses, bukan? Aku melihatnya.”
“A-ahh ... Ya, itu tidak terlalu sukses kok ... Ada banyak hal yang terjadi.”
Hahaha, saat aku tertawa kering, aku bingung harus melihat ke mana dan pada akhirnya melihat ke bawah. Aku perhatikan Hamana-san memegang erat tangannya.
“U-ummm —— Selama perlombaan meminjam barang ... orang yang kamu suka ... kamu membawa Hiiragi-sensei, ‘kan? Tentang itu - apa artinya ...?”
“Aaah, itu ... Aku cuma berpikir kalau itu terbilang aman untuk membawa seorang guru ... Termasuk diriku, semua orang menyukai Hiiragi-sensei, ‘kan?”
Itu adalah jawaban yang sudah aku persiapkan sebelumnya jika ada orang yang menanyakan pertanyaan itu. Pada kenyataannya, aku ditanya hal serupa oleh cewek-cewek dikelasku setelah itu.
Apa karena dia menganggapnya sebagai lelucon, atau karena sesuatu yang lain, ekspresi Hamana-san sedikit melembut.
“Itu benar ... Ap-Apa kamu punya orang lain yang kamu suka?”
Kenapa kau menanyakan itu —— Aku takkan mengatakan sesuatu yang tolol seperti itu. Jika aku tidak menerima surat itu, aku bakal berpikir rasanya akan aneh jika ditanya begitu.
“Tidak ada.”
Selain Hiiragi-chan, tidak ada orang lain yang aku suka. Itu bukan kebohongan.
“... Umm….”
Dokin, jantungku berdegup kencang.
Hamana-san menggumamkan sesuatu, dan mengerutkan bibir untuk sementara waktu.
“Ummm ...”
“Ya?”
“Sejak sebelum ….. sejak kita kelas satu, aku selalu menyukaimu.” (TN: Gue kapan bisa ditembak cewek kayak gini ya ampunnnnnnn :v)
Sembari mencengkeram ujung roknya, Hamana-san mengatakan itu dan menatap lurus ke mataku.
“Terima kasih.”
Pengakuan ini, jika kita masih kelas, aku akan langsung menjawabnya dan berpacaran dengannya. 
Maksudku, biasanya, mustahil bagi diriku bisa berpacaran dengan seorang guru.
Mustahil.
Itu adalah sesuatu yang semua orang tahu sebagai akal sehat. Tak peduli seberapa dalam atau dangkal perasaan itu, kemungkinan itu bisa terjadi adalah nol.
Jika cewek di depanku menyukaiku, dan orang itu juga adalah seorang cewek yang kurasa aku bisa sukai ... tak ada alasan bagiku untuk menolak —— Mungkin akan ada sedikit rasa iri dari Fujimoto.
Bahkan jika itu adalah sesuatu yang mungkin terjadi, itu tetap saja masih sebuah kemungkinan.
Kali ini, aku tidak mengerti bagaimana hal ini bisa terjadi, tapi kejadian “misalnya” yang seharusnya mustahil , kini beneran terjadi.
Setelah menucapkan kata-kata terima kasih, aku berbicara lagi dengan Hamana-san yang sedang menunggu.
“Namun, aku minta maaf. Aku sangat senang menerima perasaanmu, tapi aku tidak bisa membalasnya… ”
Setelah keheningan sesaat, Hamana-san membuka mulutnya.
“Be ... Begitu ya ... Al-Alasanmu, apa aku boleh mendengar alasanmu ...? Apa kamu tidak tertarik pada percintaan ...?”
Sepertinya dia bisa menangis kapan saja, tapi, dia masih sanggup bertanya padaku.
Tinggal memberitahunya kalau aku sudah punya seseorang yang aku suka. Tapi setelah dipikir baik-baik, aku tidak jadi melakukannya. Kemungkinan besar, jika aku melakukannya, dia akan menerimanya, tetapi setelah menerima surat cinta untuk pertama kalinya, kepada gadis yang gugup yang memeras keberaniannya untuk menyatakan cintanya padaku. Melarikan diri dengan pernyataan yang ambigu? Apa aku benar-benar tulus?
“.... Maaf. Sebelumnya, saat aku bilang 'Semua orang menyukai Hiiragi-sensei, kan?' sedikit nyeleneh, tapi ... aku serius. Aku serius menyukai Hiiragi-sensei.”
Aku menyatakannya dengan nuansa kalau aku menyukainya secara sepihak.
“... Ya ... Aku pikir itu mungkin ... Saat kita melakukan perjalanan sekolah ... kamu tampaknya benar-benar menikmatinya.”
Semoga beruntung, setelah mengatakan itu dengan wajah yang berlinangan air mata, Hamana-san pun lari dari hadapanku.
Haaah ... saat aku menghela nafas, aku langsung duduk terkulai. Ini sudah bagus. Namun, dadaku entah kenapa terasa sakit. Jika aku menyembunyikan fakta kalau itu Hiiragi-chan dan mengumumkan kalau aku punya pacar, ini mungkin takkan terjadi, kan?
“…… Sanada-kun. ”
“Aah ... Sensei.”
Dia mungkin menyaksikan semuanya sejak awal. Biasanya, Hiiragi-chan akan memberitahuku kalau dia menyukaiku, dan terlihat sangat bahagia, tapi saat ini ekspresinya terlihat sedikit rumit. 
Hiiragi-chan juga duduk di sampingku.
“Kamu ditembak oleh Hamana-san?”
“Ya. Tapi Aku menolaknya.”
“Begitu ya ... Minggu lalu, aku ditanyai oleh Hamana-san. Apa anda menyukai Sanada-kun? Dia memegang tekad seorang gadis yang sedang jatuh cinta. ”
Sepertinya Hamana-san bertanya padanya ketika Hiiragi-chan sendirian. Pada saat itu, Hamana-san rupanya mengungkapkan kalau dia menyukaiku dan menyatakan perang terhadap Hiiragi-chan.
“Bagaimana tanggapanmu?”
Aku menyukainya, Aku mengatakannya dengan nada enteng. Aku tidak berbohong. Aku tidak tahu bagaimana Hamana-san menafsirkannya. "
“Sepertinya dia entah bagaimana memiliki perasaan kalau aku menyukaimu.”
“Matamu secara alami akan mengikuti orang yang kamu sukai, dan akhirnya kamu akan mengetaui banyak hal tentang dirinya. Jadi, dia mungkin penasaran apa yang aku pikirkan tentangmu, itulah pendapatku. ”
Itu artinya, Hiiragi-chan tahu kalau aku akan ditembak cewek.
“Berpacaran di sekolah berarti hal seperti ini akan terjadi kembali ….... Kamu akan membuat setiap gadis selain diriku menangis.”
“Setiap gadis? Itu terlalu berlebihan. Mungkin enggak bakal ada yang seperti ini lagi mulai sekarang. ”
“Apa kamu yakin? Aku bisa memikirkan setidaknya satu orang lagi.”
Memangnya siapa?
“... Kamu tahu, aku sebenarnya sedikit khawatir.”
“Kalau aku bakal mendua?”
“Kalau kamu akan berubah menyukai seseorang yang lebih muda dariku.”
“Seseorang yang lebih muda ...”
Aku tersenyum kecut.
“Satu-satunya orang yang aku suka hanyalah Haruka-san.”
Hiiragi-chan meletakkan tangannya di atas tanganku.
“Terima kasih. Aku juga.”
Hari itu, untuk makan malam, aku dipanggil oleh Hiiragi-chan. Jumlah pembicaraan di antara kami sangatalah sedikit. Namun, jumlah bertukar kecupan kami malah meningkat.



close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Thanks for the chapter!

    Enaknya jadi orang ganteng

    BalasHapus
  2. Kenapa Sanada.... seharusnya bisa jadi "HAREM" :v

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama