Chapter 04 – Senpai, Apa Makanan Favoritmu?
u Sudut Pandang si Senpai u
Maharun♪ : Selamat pagi! Senpai♡
Aku terbangun karena
suara notifikasi pesan LINE.
Saat aku memeriksa
jam di layar, ternyata dua menit sebelum alarmku berdering. Tidak mungkin
aku bisa tidur lagi sekarang.
Kemarin, dengan
imbalan sedikit rasa lega, aku memberinya akun LINE-ku.
Lagipula, entah
bagaimana dia pasti akan memilikinya, dan aku juga berhasil melindungi liburan
tiga hari akhir pekanku …... Di sisi lain, aku tidak bisa berkonsentrasi pada
pelajaran, karena aku terus menerka-nerka rentetan pesan seperti apa yang akan
menerorku mulai sekarang.
Tapi, nyatanya dia
tidak mengirimiku pesan sama sekali.
Satu-satunya riwayat
obrolan kami hanyalah pertukaran yang dia kirimkan saat kami menambahkan akun
masing-masing.
Maharun ♪ : Senpai, tolong jaga
aku mulai sekarang!
Iguchi Keita:Oh
Iguchi Keita: Ya
Sepertinya membalas
dengan kata “Oh” pada pesan LINE gadis mungkin rasanya terlalu
kasar. Dia langsung menuntut untuk dijawab dengan benar, dan itu menjadi
seperti ini.
Tapi, selama
istirahat makan siang, sepulang sekolah dan bahkan di malam hari, aku tidak
menerima pesan darinya.
Karena dia adalah
gadis yang sangat cerewet, aku menduga kalau dia akan terus mengirimiku pesan
terlepas dari siang dan malam, jadi aku sedikit kecewa. Ya, itu rahasia,
sih.
Dan kemudian,
pesannya datang di pagi hari.
Waktunya terlalu
sempurna. Dia tidak memasang kamera kecil atau alat pendengar di kamarku, ‘kan? Aku
percaya kau tidak melakukannya, oke?
Rasanya terlalu
merepotkan untuk menjawabnya, jadi aku membiarkannya begitu saja setelah
membaca pesan tersebut. Ini adalah teknik berharga pusakaku, Mengabaikan Setelah Membaca. Yah,
intinya aku tidak melakukan apa-apa.
uSudut Pandang si Kouhai u
Walau kami sudah bertukar
kontak LINE, aku merasa tidak ingin mengiriminya apa pun kemarin. Aku juga
sudah menanyakan pertanyaanku.
Aku hanya ingin
menghubunginya di saat tidak ada pelajaran, tapi itu juga membuatku kesal jika aku
tidak melakukan apa-apa.
Itu sebabnya aku
mencoba mengirimnya pesan “Selamat pagi” pagi ini.
Meskip Ia segera
membacanya, balasan darinya tidak kunjung datang. Ia pasti memikirkan
sesuatu seperti “terlalu merepotkan”. Sumpah. Aku ini seorang gadis dengan hati yang lemah,
tau. Jadi kupikir kamu harus lebih perhatian padaku, Senpai.
uSudut Pandang si Senpai u
Ketika aku tiba di
stasiun sesuai jadwal kereta yang biasa, seperti yang diharapkan, Kouhai-chan sudah
menungguku.
“Selamat pagi, Senpai.”
“Yeah, pagi.”
Aku membalasnya
dengan salam biasa.
“Ngomong-ngomong, Senpai. Aku
mau menanyakan satu pertanyaan. Meski ini adalah kedua kalinya aku
mengucapkan salam hari ini, kenapa Senpai tidak membalas salamku yang pertama?”
Dia bertanya dengan
nada sinis.
“Walau kau bertanya
kenapa, yah ... rasanya merepotkan untuk
mengetuk layar dan membalas.”
Karena dia bertanya
kepadaku, aku menjawabnya dengan jujur.
Meski alasanku
kemungkinan besar akan membuatnya marah, tapi apa boleh buat karena itu memang
kenyataannya.
“Tolong lebih
perhatian lagi padaku. Meski aku seperti ini, aku ini masih seorang gadis,
oke?”
“Tapi aku harus
membalas pesan LINE-mu dengan benar, bukan? Kau sendiri yang bilang kemarin.”
“Uu …… Itu ……”
“Dan kemudian, itu
cukup merepotkan untuk dipikirkan.”
“Ada beberapa orang
yang menginginkan balasan setelah mereka mendapat tanda pemberitahuan 'sudah dibaca', Senpai. Dan aku adalah
tipe orang yang seperti itu. Bahkan stiker pun tidak masalah, jadi aku
akan merasa senang jika kamu membalas pesanku …… “
“Jadi tanda itu adalah
pemberitahuan 'sudah dibaca'?”
“Tepat sekali……”
“Aku tidak setuju itu
!!”
“...... Senpai, tak kusangka kamu memiliki sisi yang
kekanak-kanakan, ya. Kupikir aku mendapat kesan yang lebih baik tentangmu.”
Kouhai-chan tersenyum
gembira.
“Lagipula aku masih
di bawah umur? Tentu saja aku masih anak-anak.”
Karena aku masih
anak-anak, Kouhai (yang jelas-jelas iblis!) Dihadapanku ini pasti berencana
untuk mempermainkanku hari ini juga. Lagi pula, kemarin catatan
menang-kalah kami dalam keadaan seri.
“Itulah yang aku
maksud ketika aku bilang begitu.”
Kouhai-chan mendadak
berhenti berbicara, dan mulai memainkan smartphone yang dia pegang dengan
tangan kirinya.
Eh?
Cuma begini saja?
Apa aku boleh membaca
sekarang? Apa aku boleh memulai 'Waktu
Membaca Super'-ku sekarang?
Hari ini, aku membawa
buku edisi saku yang dapat aku pegang dengan mudah karena kesalahan seseorang
yang membuat posisiku berubah baru-baru ini, tetapi apa aku boleh benar-benar
membacanya?
Kita cuma baru
melewati satu stasiun, loh?
Ayolah, bukannya kau
punya banyak hal yang ingin kau tanyakan padaku?
…Baiklah. Jika
seperti itu, biarkan saja seperti itu.
Aku juga mau membaca
buku!
uuuu
Pada akhirnya, ini
tidak bagus.
Aku terus penasaran
kapan dia akan mulai bertanya kepadaku, yang mana hal itu membuatku gugup dan
bacaan dari buku sama sekali tidak masuk ke dalam pikiranku. Seharusnya aku
tidak membawa buku bertema serius hari ini.
Tatapanku terus
tergelincir dari atas halaman tidak peduli apa pun, dan aku tidak bisa menahan
diri untuk terus meliriknya.
Bukannya aku khawatir
atau semacamnya, aku hanya menantikan saat aku bisa mengecohnya.
Ayolah bertanya
sesuatu padaku.
Meskipun aku ingin
menjawabmu dengan “Aku sudah menjawab
bagian hari ini” menggunakan wajah sombong
untuk pertanyaanmu, namun ...
uSudut Pandang si Kouhai u
Fufufu, Ia tidak
sabaran, ya.
Aku bisa merasakannya
dari pandangan sekilasmu sejak beberapa waktu lalu, Senpai.
Ia kemungkinan besar penasaran
mengapa aku tidak bertanya kepadanya, ‘kan?
Ya, tentu saja itu
karena aku sudah bertanya kepadanya, “Mengapa
kamu tidak membalas pesan LINE-ku?” Barusan. Jika aku
menanyakan pertanyaan kedua kepadanya, orang ini pasti akan menolak menjawabku.
Nah, seberapa jauh kamu
menyadari strategiku?
uSudut Pandang si Senpai u
“Hei…”
Jumlah stasiun yang
kami lewati semakin bertambah, dan akhirnya, ketika tinggal satu stasiun lagi
sebelum kami mencapai tujuan, aku sudah tidak tahan lagi.
Aku memanggilnya, yang
masih bermain dengan smartphone-nya dalam suasana hati yang baik seperti biasa.
“Apa kamu tidak
bertanya sesuatu hari ini?”
Ini bukan lagi
masalah apakah ini jebakan atau bukan.
Fakta bahwa dia tidak
memaksaku untuk memberi tahu informasi pribadiku entah bagaimana membuatku
merasa tidak nyaman.
“Eh?”
Untuk sesaat, aku
merasa tadi Kouhai-chan menjilat bibirnya, seakan-akan ingin mengatakan kalau
akulah yang jatuh ke dalam perangkap.
“Senpai, apa kamu
beneran ingin aku bertanya sampai segitunya? Aku sudah mengajukan
pertanyaan hari ini, ‘kan?”
Apa dia serius ...!
Dia sudah bermaksud
mengatakan itu sejak awal ...
Dia pasti mengambil
langkah lebih jauh dariku kali ini. Sekarang seolah-olah aku yang ingin
ditanya.
Setidaknya, aku akan
mencoba untuk melawan ……
“Ah, omong-omong,
pertanyaan kedua tidak terkait dengan persetujuan kita, jadi tidak masalah jika
kamu menjawab, memilih, maupun berbohong. Ini semua kehendak Senpai, oke?”
Ah, sial, aku kalah.
Hari ini, itu adalah
kehilangan aku. Tak peduli apa yang aku katakan, itu cuma akan menjadi
alasan sekarang.
uSudut Pandang si Kouhai u
“...... Tanyakan saja
padaku apa saja. Aku akan menjawab satu pertanyaan lagi.”
Sepertinya Ia tidak
menyadari kalau aku sedang menunggu untuk menangkapnya, ya.
Penjarahan ini adalah
hak istimewa untuk menanyakan senpai pertanyaan lain. Namun, itu cuma bisa
didapat hari ini. Yah, tidak apa-apa.
Ayo lupakan semua
percakapan kita sejauh ini, dan tanyakan kepadanya pertanyaan yang tulus dan
benar-benar normal.
“Senpai, apa makanan
favoritmu?”
“Ha? Makanan?”
“Iya. Kamu boleh
menjawab dengan minuman juga.”
“Mungkin ... stroberi?”
“Hee…”
“Aku menyukai campuran
rasa manis dan asam yang bersatu padu dengan tekstur campuran biji dan daging.”
“Seperti yang aku
pikirkan, Senpai memiliki sisi yang kekanak-kanakan! Rasanya imut banget.”
“Diam. Apa yang
salah menjadi anak kecil. Bagaimana dengan Kouhai-chan? Apa makanan
kesukaanmu? Ah, ini pertanyaanku untuk hari ini.”
Aku sebenarnya
berpikir untuk menjawab pertanyaannya dengan jawaban “Senpai” atau “Berbicara dengan senpai”, tetapi aku akan menyimpannya untuk
lain kali. Aku penasaran reaksi seperti apa yang akan dibuat orang ini.
“Aku? Nn, aku suka
pancake, dan makanan manis.”
“Permen, LOL”
“Kamu tidak perlu
mengucapkan『 LOL 』itu , kan? Dasar Senpai jahat banget.”
Saat kami sedang
berbincang-bincang, tanpa terasa kereta yang kami tumpangi sudah sampai tujuan,
waktu benar-benar terasa sangat cepat.
Cerita hari ini cukup
berhenti sampai di sini dulu.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ④
Sepertinya, Ia suka
stroberi.