Chapter 13 – Senpai, Musim mana yang kamu sukai?
uSudut Pandang si Senpai u
“Cuacanya mulai jadi
agak dingin, atau kita bahkan dapat menyebutnya mengigil sekarang.”
Kouhai-chan tiba di
stasiun pagi ini sambil mengenakan kardigan krem.
Jika aku ingat-ingat
lagi ketika kita belum berbicara satu sama lain, ini baru pertama kalinya aku
melihatnya dengan pakaian seperti ini. Dia mengenakan seragam berlengan terlalu
panjang yang membuat setengah tangannya tersembunyi, hal itu membuatku merasa
agak gatal setelah melihatnya.
Yah, aku juga memakai
kemeja lengan panjang, dan cuaca memang sudah dingin.
Titik balik musim
gugur terjadi ... sabtu lalu. Aku masih takkan memaafkan bagaimana hari
libur nasional menjadi tidak berguna, mengapa jatuh pada akhir pekan, sih! Lagi
pula, musim masih di musim gugur. Kami mungkin mulai mendengar
langkah-langkah musim dingin sekarang.
“Itu mengingatkanku,
kapan kita akan mulai mengenakan pakaian musim dingin?”
“Aku tidak
tahu. Lagipula, aku masih murid kelas satu.”
Ah, memang
benar. Meski dia menggunakan nada sopan denganku, cara bicaranya selalu
menusukku, dan aku lupa kalau dia masih anak kelas satu. Aku bahkan
memanggilnya “Kouhai-chan”.
Hmm.
“Kau masuk SMA di
bulan November, ‘kan? Apa itu setelah festival budaya?”
“Apa itu tidak tercantum
dalam peraturan sekolah?”
“Hanya ada peraturan
untuk mengenakan seragam. Pakaian musim panas harus diperlakukan sebagai
celana pendek untuk pakaian musim dingin.”
“Senpai mengingat
rincian yang tidak penting seperti itu lagi ...”
“Tidak, Kau tahu
kenapa aku menghafal peraturan sekolah, ‘kan ...... bagaimanapun juga, aku
masih ketua OSIS.”
“Ketua OSIS secara
komparatif tidak melakukan apa-apa, Senpai. Kamu sendiri yang bilang
begitu.”
“Uh ...”
Aku tidak bisa
membantah karena pada kenyataannya, aku memang tidak melakukan apa-apa.
“Ketimbang secara
fisik, tidak bisakah kau mengatakan bahwa aku mendukung semua siswa secara
spiritual?”
“Hee…”
Kouhai-chan
menyeringai padaku, tatapan matanya tajam.
“Saat Senpai
mengatakan sesuatu seperti itu, Kamu benar-benar terdengar seperti seorang
politisi.”
“Mengapa politisi
memiliki citra yang menjijikkan? Bukannya mereka terlalu menyedihkan,
mereka bekerja keras untuk negara juga. Sekarang aku benar-benar tidak
ingin menjadi politisi, apapun tak masalah selain hal itu.”
“Berbicara tentang
politik, mereka akan segera melakukan pemilihan.”
“Sepertinya ada
perpecahan dalam pemerintahan.”
“Apa OSIS juga bisa
ada perpecahan seperti DPR? Senpai, cepat mengundurkan diri saja.”
“Tidak ada peraturan
semacam itu, dan resolusiku adalah untuk menyelesaikan masa jabatanku.”
“Senpai, Kamu tidak
harus menganggapnya begitu serius. Aku cuma bercanda kok.”
“Haa ...”
Pemilihan umum, ya.
“Yah, kita berdua
masih belum punya hak memilih untuk pemilihan.”
“Lagipula, Pemungutan
suara diperuntukkan bagi orang yang sudah berusia 18 tahun ke atas. Senpai
akan segera melakukannya, bukan?”
“Ya.”
Ketika aku mendapat
hak untuk memilih, aku penasaran apa aku harus khawatir tentang siapa yang akan
dipilih, membandingkan setiap kandidat, dan memutuskan siapa yang akan aku
pilih karena satu orang cuma punya satu suara.
Diluar sana ada
banyak orang dewasa yang memilih tanpa banyak berpikir tentang hal semacam itu,
tapi aku tak berpikir aku bisa menjadi orang seperti itu yang “asal memilih” di masa depan.
uSudut Pandang si Kouhai u
“Ngomong-ngomong, Senpai. Aku
sama sekali tidak peduli dengan pemilu.”
Aku sudah memutuskan
pertanyaan hari ini.
Ini adalah kuis empat
pilihan sederhana.
“Ini adalah『 pertanyaan hari ini 』dariku. Senpai, apa
musim favoritmu?”
“Eh, musim semi.”
... Orang ini, apa Ia
bahkan ingat namaku?
Baiklah, tidak
apa-apa. Aku akan memujimu karena langsung menjawab 'musim semi'. Hanya
di hatiku sih.
“Kenapa musim semi?”
Aku tidak menunjukkan
kegembiraan di wajahku, dan terus mendengarkan Senpai.
“Pertama, musim panas
itu panas dan musim dingin itu dingin, tentu saja aku akan menghilangkannya.”
“Haa ……”
Tapi di musim panas
dan musim dingin, bukannya ada banyak acara musiman yang menyenangkan ...
“Itu sebabnya
satu-satunya pilihan adalah musim semi dan musim gugur. Aku sih apa saja
tak masalah, tetapi aku juga takut kena flu musim dingin, jadi pada akhirnya, aku
lebih suka musim semi.”
“Sungguh alasan yang tidak
berguna.”
“Nah, itulah alasanku.”
“Apa Senpai tidak
punya alasan yang lebih positif lagi? Misalnya, Kamu bisa berenang di
musim panas.”
“Tidak ada perbedaan
dalam melakukan semua itu di musim yang berbeda ...”
“Ayolah, bagaimana
dengan sesuatu seperti『 Musim semi adalah musim pertemuan 』?”
“Aku adalah orang yang
bertemu denganmu di musim semi, tapi tidak berbicara sama sekali denganmu,
tahu.”
Senpai mengalihkan
pandangan matanya dengan halus, dan menghela nafas.
“Ah! Apa Senpai
menyesalinya?”
“Ya, aku menyesalinya.”
Oh Huwe?
“Andai saja jika aku
menyapamu pada saat itu, hubungan kita akan berakhir sebagai hubungan formal,
tidak seperti yang sekarang.”
Senpai tertawa sambil
mengatakan itu, dan kebalikan dari kata-katanya, Ia tampak tidak menyesalinya
sama sekali. Malahan, Ia membuat wajah yang menyatakan kalau Ia menikmati
hubungan kita saat ini.
Aku merasa lega.
“Senpai benar-benar
tidak berperasaan.”
“Lagipula, rasanya
seperti kita pertama kali bertemu di musim gugur. 『Musim semi adalah
musim pertemuan』 kedengarannya seperti omong kosong belaka. Ini lebih
seperti 『Musim semi adalah awal』. Klasik adalah
keadilan.”
Serius deh, Senpai
benar-benar tidak bisa jujur pada dirinya sendiri.
uSudut Pandang si Senpai u
Aku menikmati pertemuan
dan berbicara dengan Kouhai ini lebih dari yang aku kira.
Ya, aku sangat
enyadari hal itu.
“Lalu, aku akan
menanyakan hal yang sama seperti biasa, ini adalah『 pertanyaan hari ini 』dariku. Kouhai-chan, musim
apa yang kau suka?”
“Senpai, apa kamu
engga tahu? Namaku adalah 『Maharu』.”
“Eh, aku tidak tahu
itu ...”
“Bagaimana mungkin. Jangan
katakana Senpai tidak tahu padahal kamu melihatnya di LINE setiap hari.”
“Aku benar-benar minta
maaf.”
“Baik. Dan
karena itu, aku suka musim semi. Itu sama dengan senpai.”
Begitu ya. Alasan
yang biasa.
Itu sangat biasa
sampai-sampai rasanya tidak menarik.
Belakangan ini, aku
merasa kalau Kouhai-ku ini selalu menjahiliku. Kadang-kadang, aku perlu
menjaga harga diriku sebagai Senpai juga.
Untungnya, dia sudah
menyiapkan petunjuknya. Jika dia membuat jebakan sampai sejauh ini, maka aku
hanya akan menyerah ketika saatnya tiba.
“Hei.”
“Iya?”
Kouhai-chan
memalingkan wajahnya ke arahku.
Tatapan mata kami
bertemu. Di mana aku harus memotong kata-kataku? Sampai berapa lama aku
harus menjeda kalimatku untuk membuatnya efektif? Pengalaman hidupku yang
minim tak bisa memberikan solusi terbaik, tapi setidaknya aku mencoba
memikirkan solusi yang lebih baik.
Baiklah…
uSudut Pandang si Kouhai u
“Maharu ...”
Senpai tiba-tiba
memanggil dengan nama depanku.
Jika ingatanku benar,
ini mungkin pertama kalinya Senpai memanggilku begitu.
“Y-ya !?”
Ini gawat.
Apa yang akan terjadi
sekarang?
“L-L ......”
L?
Senpai terlihat
tersipu malu, tapi dia masih menatap lurus ke arahku.
Apa Ia tiba-tiba berpikir
untuk membalas dendam mengenai apa yang terjadi kemarin?
Apa Ia ingin
mengatakan “Lucu” secara langsung dalam situasi seperti ini?
Tatapan para
penumpang di sekitar kami menjadi lebih hangat saat melihat kami dalam beberapa
hari terakhir, tapi Senpai pasti tidak menyadarinya sama sekali, ‘kan?
Aku menyadarinya
karena, hobiku adalah mengamati manusia.
Senpai berdeham
sebagai jeda.
Uuh, aku tidak siap
hari ini. Atau mungkin, aku seharusnya tidak menyebutkan namaku
sembarangan sekarang.
Ada banyak kesempatan
di mana seseorang memanggil nama kita, dan tubuh kita akan merespons orang itu
entah bagaimana. Misalnya, ketika seseorang membaca nama kita, tanpa sadar
aku akan berkonsentrasi pada mereka.
Itu sebabnya, aku bisa
mendengar suara Senpai dengan sangat jelas.
“Maharu ... itu adalah
nama yang cukup licik jika kita pikir-pikir lagi. Setiap orang biasanya
akan mengatakan pertengahan musim panas (Manatsu)
dan pertengahan musim dingin (Mafuyu),
tetapi tidak demikian halnya dengan pertengahan musim semi dan pertengahan
musim gugur.” (TN : 真 春 (Maharu) secara
harfiah berarti 'Pertengahan Musim Semi'.)
Suara berisik kereta
memenuhi pikiranku.
Senpai mendadak bisa
berbicara lancar begitu saja, dan kata-katanya membuatku merasa terdiam. Aku
merasa sadar akan suara kereta yang berderit setelah waktu yang lama.
“Ha?”
Hei.
Aku merasa sangat
marah setelah mendengar hal itu, tahu.
uSudut Pandang si Senpai u
“Senpai?”
Eh, apa yang terjadi?
Entah kenapa,
Kouhai-chan yang ada di depanku ini sangat menyeramkan.
Tubuhnya yang lebih
kecil dariku, menandakan bahasa tubuh yang berteriak, "Aku marah!"
“Kamu tahu. Aku
tidak tahu mengenai gadis-gadis lain, tetapi 『memanggil seseorang dengan nama mereka secara langsung』 cukup penting bagiku. Bukannya
ini sedikit menjengkelkan dan menyebalkan untuk membuatnya sebagai bahan lelucon,
Senpai?”
“Tapi….”
“Tidak ada tapi-tapian.
Aku ini Yoneyama Maharu.”
“Umm ...”
“Apa?”
“Tidak,”
“Kamu tidak punya
keluhan, kan?”
“Iya…”
Dia sangat super
menakutkan.
Aku penasaran apa ini
yang disebut situasi di mana seseorang tanpa sadar menginjak ranjau darat orang
lain.
“Lalu,
senpai. Sebagai hukuman, tolong berjanjilah sesuatu padaku.”
“Janji? Nah,
jika kau mau memaafkanku dengan itu,
tentu saja.”
“Bagus. Senpai,
kamu pasti ngga punya rencana buat minggu depan, ‘kan? Ayo main bareng lagi.”
Melihatnya sekarang,
amarahnya sudah benar-benar menghilang, dan dia menjulurkan lidahnya ke arahku.
Atau mungkin tadi,
dia cuma berpura-pura marah saja? Tapi aku tak berpikir kalau amarahnya
hanya sekedar rekayasa.
Uhn?
Lagi pula, tak salah
lagi kalau dia sudah menipuku.
Ahh, hari liburku
yang berharga ...
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ⑬
Sepertinya Ia
menyukai musim semi. Sama sepertiku.