Hello, Hello, and Hello Bonus 1 Bahasa Indonesia



Ini adalah Kisah Cinta Termanis di Dunia

Aku terus menunggu Yoshi-kun sambil membaca.
Jarang-Jarang aku membeli buku yang dipajang di teras toko buku. Tampaknya buku yang kubeli adalah kisah cinta yang sangat populer di kalangan gadis SMP.
Ini bacaan yang manis, seakan-akan aku membaca manga shoujo.
Aku ingat kalau aku pernah mengalami masa dimana aku menantikan untuk mengalami cinta.
Tokoh laki-lakinya adalah jagoan tim sepak bola dan bola basket, Ia juga menjabat sebagai ketua OSIS, dan sering masuk sepuluh besar dalam ujian. Sisi yang tidak diketahui dari bunga tinggi ini diketahui, dan percintaan (kisah cinta) dimulai. Dalam buku itu, 'Aku', sang protagonis, mengundang senior yang dia sukai untuk berkencan, oke, dan mendapat balasan. Mereka pergi ke akuarium, dan dalam perjalanan pulang, mereka mampir ke kafe. Dia sangat senang sampai-sampai dia membuat permintaan berani yang biasanya takkan dia lakukan.
“Yuki.”
Setelah membaca bagian ini, seseorang memanggil namaku. Sepertinya orang yang aku tunggu akhirnya tiba. Aku menaruh tanda pada halaman, dan menutup buku. Aku akan melanjutkan sisanya nanti.
“Maaf, apa aku membuatmu menunggu?”
“Tidak juga. Aku tidak menunggu lama, kok ..”
Aku mungkin membaca sekitar 80 halaman novel ringan.
“Jadi kau sudah lama menunggu ya. Aku benar-benar minta maaf.”
“Sudah kubilang, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu.”
Aku tahu Ia akan menyalahkan dirinya sendiri, tapi aku menjawab sambil menepuk pundaknya.
Hari ini, kami berencana pergi ke toko kue yang dibuka kembali di kediaman pribadi. Ada masalah khusus pada koran lokal, dan setelah melihat ini, aku berjanji untuk datang ke tempat ini bersamanya minggu lalu.
Alasan mengapa aku memutuskan untuk pergi hari ini adalah karena aku berjanji padanya.
Kami duduk di salah satu dari lima meja yang tersedia; Yoshi-kun dan aku masing-masing memesan kue pisang dan pai apel. Aku sempat menggigit pai apel panas. Nnn. Rasanya sungguh luar biasa!
Kerenyahan pai yang dibubuhi mentega yang cukup, dan rasanya sungguh luar biasa. Renyah sekali. Aku mengunyah, mengunyah, dan menelan. Yap, ini sangat enak. Keasaman apel di dalamnya benar-benar memuji manisnya pai.
Sementara Yoshi-kun terus memakan kue dengan garpu, kami mengobrol tentang buku yang sudah kami baca baru-baru ini, dan aku memikirkan sesuatu.
Tiba-tiba, aku ingin tahu mengenai akhir dari kencan tersebut. Tidak, aku hanya penasaran apakah protagonis berhasil mencapai tujuannya. Jadi, sembari memikirkan isi buku yang barusan kubaca, mungkin aku harus mencoba hal ini.
Lalu, Aku dengan senang hati menghabiskan potongan terakhir pai apel. Hei, Yoshi-kun, aku memanggil namanya sambil membuka mulutku, mirip seperti anak yang menunggu untuk minta disuap.
Ini adalah replikasi dari novel yang baru saja aku baca.
Apa yang akan dilakukan Yoshi-kun nanti? Dengan gugup aku menunggu jawabannya.
Yoshi-kun kemudian melihat sepertiga kue pisang yang tersisa, sebelum melihat bolak-balik antara kue tersebut dan diriku. Lalu, Ia tersenyum. Ia menyodok garpu di kue, yang ukurannya terlalu besar untuk ditelan penuh, dan membawanya ke mulutku, seolah-olah mengatakan, jika kau memakannya, maka cobalah ini.
Itu adalah jawaban yang Ia pilih, dan hasilnya sangat memuaskanku.
Jadi, aku tersenyum. Ah, Yoshi-kun, kamu benar-benar tidak tahu. Anak gadis bisa menyelesaikan ini dengan mudah, terutama saat mereka manis.
Aku menelan seluruh kue, dan Yoshi-kun membelalakkan matanya. Dia kemudian menunjukkan senyum yang berbeda dari sebelumnya. Senyum lembut yang biasanya kulihat, layaknya sinar mentari di musim semi yang hangat.
“Apa rasanya enak?”
Ekspresi Yoshi-kun saat Ia bertanya padaku sangat mirip dengan ekspresi jantan dari kakak kelas yang keren dalam novel.
Dan diriku yang mirip seperti protagonis dalam novel, mengangguk dengan penuh rasa manis di hati.
Yoshi-kun secara pribadi menyuapiku kue, dan rasanya lebih manis dari apa pun yang aku makan. Bagaimana ini mungkin?
Tidak senang dengan ini, aku takkan memberi tahu Yoshi-kun tentang kemanisan ini ……
Omong-omong, wajahku, dan bahkan telingaku tampak memerah. Mungkin aku punya bakat sebagai aktris. Itu ... ya.
…… Aku sama sekali tidak merasa malu.
close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama