Chapter 03 – Bersih-bersih dan Puding
Selain
hari pertama sekolah, setiap hari berjalan sesuai jadwal yang ada.
Tooru
bekerja sebagai kasir di minimarket yang diberi upah 1.000 yen/jam. Itu
penghasilan lebih dari cukup untuk ukuran anak SMA. (TN : Sekitaran Rp.
135.000; njirrr enak bener ya digaji segitu, per jam pula :v)
Ia
melirik arlojinya — hampir jam 7:00 malam. Alangkah baiknya jika Ia bisa
pulang kerja tanpa hambatan.
Begitu
pikiran tersebut terlintas di benak Tooru, orang yang bekerja di register lain
tiba-tiba angkat bicara. Ia adalah Sasaki Takato, 25 tahun, atasan
Tooru. Beberapa orang bilang kalau Ia adalah seseorang "tanpa pekerjaan yang layak.”
“Giliranmu
hampir selesai, ‘kan? Kerja bagus hari ini.”
“Terima
kasih, anda juga, kerja bagus hari ini.”
“Pekerjaanku
tidak pernah selesai. Tapi yang lebih penting ...”
Takato
menunjuk ke belakang bagian majalah.
“Apa
itu temanmu? Dia imut banget, coy.
”
Tooru
kemudian melihat ka arah yang di tunjuk atasannya. Berdiri di luar ada
Satsuki, yang melambai sembari tersenyum.
Kenapa
dia ada di sini? pikir Tooru, lalu Ia mengingat kejadian
kemarin.
Omong-omong,
apa Ia memberitahu Satsuki tentang jadwal kerjanya? Tooru menolak
tawarannya untuk menjemputnya setelah bekerja, jadi mengapa dia ada di sini?
“Dia
... kenalan. Walau baru kenal kemarin.”
“Hmm
...”
“A-Apa?”
“Hhmmm. Dia
pacarmu?”
“Dia
bukan pacarku. Kami hanya pergi ke sekolah yang sama—”
Jam
dinding pun berdentang dan suaranya memotong pembicaraan.
“Baiklah,
shift-mu sudah selesai. Sampaikan salamku pada pacarmu, oke?”
“Sudah
kubilang, dia bukan pacarku!”
Tooru
terus membantah sembari berjalan ke ruang istirahat. Ia dengan cepat ganti
baju dan menuju ke tempat di mana Satsuki menyambutnya dengan senyuman.
“Hai,
Tooru. Aku tahu kamu bilang tidak kemarin, tapi aku di sini.”
“Tidak
apa-apa, tapi ... apa kau baik-baik saja? Tidak ada yang mengganggumu atau
semacamnya, ‘kan?”
“Aku
baik-baik saja, terima kasih”
Ketika
Satsuki membungkuk sopan, Tooru menggaruk bagian belakang kepalanya; rasanya
agak memalukan baginya.
Tooru
melihat kantong plastik dari apotek yang di pegang Satsuki.
“Uhh,
apa isi di dalamnya?”
“Aku
berpikir untuk membersihkan kamarmu hari ini.”
Yikes.
Seorang
gadis membersihkan kamar cowok? Rasanya terlalu bagus untuk jadi kenyataan.
Bukan
berarti ada sesuatu yang mesum ata semacamnya di kamar Tooru, tetapi membuat
Satsuki membersihkan kamarnya seperti dia adalah pembantu rumah tangganya
membuatnya agak gugup.
“Me-Membersihkan
kamarku? Apa kau yakin tentang itu?”
“Aku
yakin. Aku sedikit bersemangat dan itu sebabnya aku membeli banyak peralatan.
”
Terima
kasih, tapi tidak, adalah apa yang ingin dikatakannya,
tetapi Tooru tidak bisa menolak pada tawaran seperti ini.
“Baiklah,
ayo kita pulang?”
“Ayo!”
Jawab
Satsuki tersenyum lembut.
vvvv
Ruangan
yang berantakan dengan cepat teratasi.
Belum
sampai jam 9:00 dan ruangan sudah hampir selesai. Siapa pun bisa tahu dia
punya pengalaman dalam tugas rumah tangga.
“Apa
kamu bisa menggunakan sticky roller untuk
membersihkan karpet? Semua lantai sudah bersih jadi hanya itu satu-satunya
yang tersisa untuk dilakukan.”
“Aku
tidak tahu harus berkata apa …... tapi terima kasih banyak.”
Ngomong-ngomgong
tentang lantai, di situlah rahang Tooru terus menganga. Ia tak bisa mempercayai
kelahiran kembali kamarnya ini.
Tak
disangka ada begitu banyak yang harus dibersihkan untuk cowok
jomblo. Tidak, lebih tepatnya, rasanya mengejutkan karena sangat mudah
dibersihkan.
Ia
bukan tandingan Satsuki yang bahkan tidak menunjukkan sedikit pun rasa lelah.
Satsuki
mengikat rambutnya. Aura kecantikannya sungguh jauh berbeda ketimbang dia
menggeraikan rambutnya. Ya, hampir seolah-olah Tooru mendadak punya
saudara perempuan.
Tapi
penampilannya hanya membangkitkan rasa penasarannya. Perasaan murni itu
terlihat bagus baginya .
“Apa
itu celemek pribadimu?”
“Ya,
aku membawanya langsung dari rumah. Apa ini baik-baik saja? Ini tidak
terlihat aneh atau semacamnya, ‘kan? ”
Satsuki
memutarkan badannya.
Gadis
paling imut sekota memamerkan celemeknya benar-benar bikin ngiler siapapun yang
melihatnya. Mana mungkin hal tersebut tidak cocok untuknya.
“Itu
terlihat bagus untukmu.”
“Be-Benarkah? Jika
memang begitu, aku merasa senang ...”
Ekspresi
malunya membuat siapa saja yang melihatnya ingin melindunginya. Tooru,
yang sekarang tersenyum lembut, melihatnya sebagai adik perempuan.
Nah,
setelah kegiatan bersih-bersih selesai, apa ada yang Tooru berikan kepada Satsuki
sebagai tanda terima kasih?
Bukannya
Ia bangga akan hal itu, tapi setidaknya Tooru bisa membuat nasi dan sup miso.
Ada
sedikit nasi sisa dan bawang hijau untuk sup, tetapi jika Satsuki sudah makan
malam, maka semuanya bakal sia-sia.
Tapi
tetap saja, ucapan terima kasih segitu saja masih belum cukup untuk seorang
gadis yang sudah berbuat banyak untuknya. Jika yang melakukanya adalah
teman sekelasnya, mereka takkan punya hak untuk mengeluh. Tapi Satsuki
adalah seorang gadis. Mana mungkin dia akan senang diperlakukan hanya
dengan seperti ini.
Ketika
Tooru mengerang frustrasi, Ia melihat Satsuki berjalan ke dapur.
“Miyamoto? Tidak
usah membersihkan dapur segala... "
“Aku
hanya memeriksa kulkasmu, untuk berjaga-jaga. Begini-begini, aku cukup pandai
memasak, tahu? ”
Ugh,
siapa yang tidak mau memeluk gadis imut seperti dia? Namun, itu berita
baru untuk Tooru. Ia hampir tidak bisa makan masakannya sendiri.
Saat
Ia masih berfantasi, Satsuki membuka pintu kulkas dan tatapan matanya tertuju
pada tempat tertentu.
Tooru
penasaran apa yang dia temukan di sana.
Ia
tidak ingat menyimpan sesuatu yang istimewa. Jika ada sesuatu di kulkas,
palingan cuma ada beberapa bahan dan bumbu.
Dia
meremas pegangan pintu dengan erat. Kemudian, wajah Satsuki sedikit
memerah dan menghadap ke Tooru.
“Umm
...”
“Hmm?”
“Aku
penasaran dengan puding ...”
Tooru segera sadar setelah Satsuki
berbicara.
Dua
hari yang lalu, tempatnya bekerja menawarkan produk baru — Banyak Krim Strawberry! Custard Pudding — jadi manajer
membagikan ke para karyawan. Tooru tidak terlalu suka dengan makanan
manis, jadi Ia menaruh puding ke dalam kulkas dan melupakannya.
Pasti
masih belum habis masa kadaluwarsa, meski ini bukan hari ketika Ia
mendapatkannya. Mungkin ini hadiah yang bagus untuk seorang gadis.
“Ah,
silakan makan saja kalau kau mau. Aku bukan penyuka makanan manis.”
“Be-Benarkah? Ji-Jika
kamu bilang begitu, maka aku akan menerima tawaranmu ... ”
Matanya
berbinar-binar saat dia meraih sendok dari laci alat makan. Dia kemudian
kembali tepat di samping Tooru dan tersenyum manis. Daripada senyumnya
yang biasa, kali ini, dia lebih terlihat seperti anak kecil yang baru mendapat
hadiah di Hari Natal.
Membuka
penutupnya melepaskan aroma krim strawberry yang manis dan manis.
Satsuki menghirupnya sebelum menyendok puding.
Satsuki menghirupnya sebelum menyendok puding.
“……..!”
“B-Bagaimana? Aku
harap itu tidak terlalu buruk. "
Tooru
agak khawatir kalau puding yang dmakan bukan selera Satsuki, tetapi kekhawatiran
itu dengan cepat lenyap.
“Rasanya
sangat luar biasa!”
“O-Oh! Aku
senang mendengarnya.”
“Apa
ini produk baru? Aku merasa belum melihatnya di jajakan sampai baru-baru
ini ...”
“Sepertinya
begitu. Manajerku yang menyuruhku
untuk membawanya pulang.”
“Begitu
ya...”
Satsuki
memegang puding dengan kedua tangannya dan menghirup nafas sebelum memakannya
lagi.
Melihat
betapa bahagianya dia, Tooru menatapnya dengan lega. Namun, tiba-tiba,
matanya bertemu dengan tatapan Satsuki.
“Kamu
bilang kamu tidak suka yang manis-manis, ‘kan? Apa kamu tidak ingin
mencobanya?”
“Y-Ya,
aku ... “
“Jujur
saja, rasanya tidak semanis aromanya. Apa kamu yakin tidak ingin
mencobanya sedikit? ”
Satsuki
lalu menyodorkan sendok kecil yang berisi puding ke hadapan Tooru. Apa ini
momen legendaris "bilang 'ah'” itu?!!
Wajah
Tooru langsung semerah tomat.
Wajah
Satsuki benar-benar polos, yang mana membuat Tooru merasa lebih buruk.
Ia
bisa mengelak dengan berkata tidak
dan menegaskan kalau Ia tidak suka yang manis-manis, tapi Tooru benar-benar
menyukai senyum manisnya. Tentunya, mana mungkin dia tidak menyadari
kecantikannya sendiri.
Dan
ditambah lagi ini — ciuman tidak langsung. Ciuman tidak langsung!
Satsuki
tampaknya tidak menentangnya. Dan meski Tooru belum melakukannya lagi
sejak SD, bahkan Tooru pernah berbagi minumannya dengan gadis lain.
Ia
tidak bisa menghancurkan hatinya dengan keraguan dan rasa malu. Oh
terserahlah. Karena dipaksa Satsuki, Tooru menggigit pudding yang
ditawarkan.
“...
rasanya lebih baik dari yang aku kira.”
Mendengar
komentar Tooru membuat Satsuki lebih bahagia.
“Benar,
‘kan?! Hehe, kamu senang bisa mencobanya, bukan? ”
Dia
menyedok kembali dengan sendok yang telah Tooru cicipi. Mungkin Satsuki
bukan tipe gadis yang terlalu cerewet dengan hal seperti itu.
Tooru
tak punya nyali untuk menjelaskannya pada Satsuki dan membuat keduanya
memerah. Ia hanya diam-diam menyaksikan Satsuki memakan habis
puding.
vvvvv
“Maaf
sudah membuatmu mengantarku pulang, padahal aku tinggal sangat dekat.”
“Aku
takkan melakukannya jika kau tinggal lebih jauh. Dan sekali lagi terima
kasih banyak karena sudah banyak membantuku hari ini. "
“Aku
sangat senang, karena ini demi dirimu.”
Dengan
senyum di wajahnya, Satsuki mengangkat tangannya dan memamerkan bisepnya.
Aku tidak yakin, tapi rasanya kita
banyak tertawa hari ini. Aku tidak tahu kalau ada seseorang didekat kita
bisa terasa menyenangkan seperti ini. Pikir Tooru sambil
tersenyum.
“Baiklah,
selamat malam. Hati-hati di jalan, oke?”
“Iya,
kamu juga.”
Satsuki
melambai kembali ke Tooru sebelum berbalik.
Mana
mungkin Ia bisa tahu beban seperti apa yang dibawa oleh sosok mungil, tapi
untuk melihatnya tertawa di sisinya sudah cukup untuk Tooru.
Setelah
memastikan sosok Satsuki sudah tak terlihat lagi, Tooru pun pulang ke
kos-kosannya.