The Result when I Time Leaped Chapter 107


Kegiatan Klub Setelah Sekian Lama

“Lalu, setelah menuangkan kuning telur ke mangkuk yang kamu pegang, kocok dengan rata.”
Sana, Kanata, dan aku, kami bertiga melakukan persis seperti yang dikatakan Hiiragi-chan saat kami mengocok isi mangkuk dengan kocokan. Tampaknya ini akan menjadi adonan kue. Karena itu, setelah kami memasukkan ekstrak vanila, ada aroma yang cukup manis.
Kami biasanya berkumpul di ruang klub tata boga untuk bermain game, makan, mengerjakan PR, atau bahkan memakan camilan yang dibuat Hiiragi-chan sebagai kegiatan klub kami. Namun, hari ini, kami melakukan aktivitas klub yang sah untuk pertama kalinya. Saat ini, kami sedang membuat kue di bawah instruksi Hiiragi-chan.
Kenapa aku juga harus ikut...?
“Ini sulit banget...”
Sambil mengerutkan keningnya, Sana menggerakkan kocokan itu berputar-putar. Rambut panjangnya saat ini diikat ke belakang.
Kemarin, setelah memakan kue yang  dibuat Hiiragi-chan, Sana bertanya pada Hiiragi-chan.
“Apa kue itu gampang dibuat, Sensei?”
“Ah, Sana-chan, apa kamu tertarik?”
“Cu-Cuma sedikit, sih …... Selama itu gampang dibuat, dan rasanya enak.”
“Aku akan mengajarimu!”
Dan yah, melalui perbincangan yang terjadi antara Hiiragi-chan dan Sana, walau aku dan Kanata tidak terlalu tertarik, kami diseret untuk ikut membuatnnya. Hiiragi-chan awalnya ingin mengakrabkan diri dengan Sana jadi dia mungkin menganggap ini sebagai kesempatan yang bagus.
“Pikirkan untuk siapa kue yang kamu buat sambil mengocoknya akan membuatnya lebih dan lebih menyenangkan, tau?”
Untuk siapa aku membuat kue ini, ya ...? Saat aku meliriknya, tatapan kami bertemu dan Hiiragi-chan tersenyum.
“Aku buat untuk siapa ….. Tunggu, Nii-san, kenapa kamu melihat ke arah sini !?"
“Aku tidak melihatmu.”
“Meski kamu terlihat sangat menginginkannya, aku takkan memberikannya padamu, oke? Tapi jika kamu memaksa ….. mungkin aku boleh memberimu sedikit. ”
“Jangan melanjutkan pembicaraan seolah-olah aku bilang sesuatu.”
Aku penasaran, Kanata yang selalu misterius ingin memberikannya pada siapa.
“... Seiji-kun, apa kamu mau minta?”
“Tidak, hanya saja, aku penasaran kamu ingin memberikannya kepada siapa.”
“... Aku akan memberikannya pada Udang.”
“Udang…? Maksudmu hewan udang ...?”
“... Anjing peliharaan yang aku miliki di rumah.”
“Nama anjingmu adalah Udang ...!?”
“... Udang, golden retriever.”
Selera penamaannya sangat aneh sampai-sampai aku tidak mengerti sama sekali.
Sana terus-terusan melirikku.… Orang ini, dia tidak berpikir kalau aku membuat ini untuk diriku sendiri, ‘kan?
“S-Sana ... buat yang manis, memang bagus, tetapi jangan terlalu berlebihan, oke..”
“Ah, benarkah begitu.”
Sana mengerutkan alisnya.
“…”
Ini sebabnya Nii-san tidak peka
Mungkin itulah yang dia pikirkan.
Dengan instruksi Hiiragi-chan dan sementara dia terus mengawasi perkembangan kami, kami terus melanjutkan memasak kue.
“Jadi — inilah bentuk adonan kue yang lengkap.”
Dodon, Hiiragi-chan mengatur adonan kue yang dia buat sebelumnya di atas meja.
“Sensei juga ikut buat?”
“Untuk jaga-jaga, sebuah sampel.”
“Ak-Aku takkan kalah ...!”
Semangat pertarungan Sana mulai membara.
“Setelah selesai, bagaimana kalau kita memakannya bersama dan membandingkan?”
Hiiragi-chan yang tidak terlalu memikirkan Sana sebagai lawan, dengan santai menghindari niat permusuhan Sana. Bahkan selama festival olahraga, Sana memiliki semangat bertarung yang panas, tapi Hiiragi-chan mungkin tidak peka terhadap hal yang begituan.
Setelah adonan selesai, kami membungkus dan menyimpannya di lemari es selama satu jam.
“Festival sekolah akan segera tiba. Apa kalian tidak kepikiran untuk melakukan sesuatu sebagai anggota klub tata boga? Apa yang ingin kalian lakukan? ”
Tanya Hiiragi-chan sambil membuat kopi.
Itu benar, acara itu akan segera tiba, ya.
“Kanata, apa kau melakukan sesuatu pas tahun lalu?”
“... Tahun lalu, aku membuat kari seharga 300 yen.”
“Kari!? Sana sangat suka kari! ”
“Yah, kau memang punya selera bocah.”
“Be-Berisik. Nii-san juga menyukainya, ‘kan !? ”
“Aku memang menyukainya, tapi tidak sepertimu yang akan langsung bersemangat hanya dengan mendengar nama kari.”
“... Tapi, nasi dijual terpisah. 100 yen. “
“Apa-apaan dengan metode cemerlang itu?”
Hiiragi-chan mulai menulis sesuatu di papan tulis.
“Untuk sesuatu yang dijual seharga 200 yen, biaya produksinya ... Begitu ...”
Dia terus mencatat semuanya.
“Jika ada yang Sana inginkan, sih, menu kari hamburger juga terlihat bagus.”
“Jangan terlalu banyak berharap. Kau benar-benar masih bocah. ”
“Seharusnya baik-baik saja,’kan hmph.”
Sana tampak cemberut.
“Aku akan menghitung biaya bahannya, oke? Aku pikir kita punya dana klub. Apa kita mau membuat kedai?”
“... Aku tak masalah dengan apapun.”
Kanata berbicara pelan.
“Sana, mungkin ingin melakukan itu.”
Dan untukku, jika aku harus memilih, aku ingin mengatakan kalau aku tidak mau. Aku takkan bisa terbuka tentang hal itu dan berjalan-jalan menikmati festival sekolah bersama Hiiragi-chan, tapi waktu yang aku dapat diam-diam menikmatinya akan berkurang.
“Ya. Kalau begitu, ayo kita lakukan itu!”
Dengan satu kalimat dari Hiiragi-chan, keputusan anggota klub tata boga sudah bulat. Karena bahkan kelasku belum memutuskan apa yang akan mereka lakukan, pada waktunya, masih ada sedikit kelonggaran. Jumlahnya cukup besar, tetapi karena pekerjaan yang dibutuhkan mungkin hanya akan sehari sebelumnya, mungkin tidak seburuk apa yang kupikirkan.
Di saat obrolan mengenai festival sekolah selesai, waktu satu jam pun sudah berlalu, jadi kami melanjutkan membuat kue. Adonan diregangkan dan dipotong menjadi potongan-potongan kecil.
“Aku daritadi merasa penasaran, tapi kenapa kue buatan Nii-san warnanya hitam?”
“Kau bakal tau saat memakannya nanti.”
“Apa itu karena kamu mematikan adonan dengan kepribadianmu yang mengerikan?”
“Haah, mau aku pukul?”
Bahkan ketika mendengarkan percakapan kami, Kanata terus melanjutkan pekerjaannya dengan tenang sementara Hiiragi-chan tertawa.
Setelah selesai, adonan dipanggang dalam oven selama 20 menit.
“Sudah selesai ♪”
Dilengkapi dengan sarung tangan oven, Hiiragi-chan mengeluarkan kue yang ada di dalam oven. Usai melihat itu, mata Sana bersinar.
“Punya Sana yang ini!”
Karena dia sangat memohon, aku mengambil satu yang tampak seperti kue mentega dan memakannya.
“Ah, ya, ini enak.”
Seperti yang diharapkan, dia mengikuti intruksi Hiiragi-chan dengan benar.
“Iya, ‘kan?”
Sana membuat wajah sombong yang sedikit menjengkelkan, tapi lebih baik jangan berkomentar apa-apa.
“... Seiji-kun, ini punyaku.”
Aku mencoba memakan kue yang ditunjukkan Kanata.
“Tidak ada rasanya?”
“Coba tambah dengan selai. Marmalade atau strawberry.”
“Bilang dari awal dong!”
Namun, seperti yang diharapkan dari Kanata ... Dia tidak hanya mendengarkan instruksi, tapi juga menambahkan sentuhannya sendiri. Selain itu, pilihan untuk memilih rasamu sendiri ... Ini kuat. Aku mencoba memakannya dengan selai yang dibawa Hiiragi-chan.
“... Cobalah memakannya seperti kamu adalah udang.”
“Yang mana? Seperti udang? Atau, anjing?”
“... Seperti udang.”
“Udang mana bisa makan kue, lah !?”
Kue buatan Kanata juga lezat. Fakta kalau dia mampu mengubah rasa sesuai dengan keinginannya itu menambah kenikmatan.
“Sanada-kun, ini milikku.”
Tak peduli bagaimana aku melihatnya, kue buatan Hiiragi-chan ... ditaburi chip coklat di dalamnya, ‘kan ...? Dia mengajari orang lain secara normal, tapi sambil menyembunyikan fakta kalau dia membuat versinya sendiri.
Hiiragi-chan juga, membuat ekspresi seolah-olah menyiratkan kalau dia sudah jelas akan menang.
“Ah, ya. Ini enak.”
“Sensei, kenapa punyamu ada chip cokelatnya ...? Jika itu masalahnya, Sana ingin diajarkan yang itu juga. ”
“Dengar, Sana-chan. Kemampuan untuk mengatur semuanya adalah tentang imajinasi. Itu adalah kilasan inspirasi. ”
“Artinya, tanpa inspirasi, mengikuti instruksi dengan patuh, semua itu adalah kekalahan Sana ...!?”
Sana menerima kejutan. Bagi Sana, mungkin akan ada tingkat keberhasilan yang lebih tinggi tanpa inspirasi, jadi mungkin itu akan baik-baik saja.
“Jadi, punya Nii-san yang ini?”
“……”
Hiiragi-chan melihat milikku juga, jadi dia mungkin sudah tahu.
“Jika kau mencobanya, kau akan mengerti.”
Kami berempat memakan kue buatanku.
“Ini tidak manis ... yah, hanya sedikit.”
“... Seiji-kun, ini, apa ini kopi?”
“Memang begitu.”
Kue kopi dengan rasa manis dalam jumlah sedang.
“... Seiji-kun, kamu membuatnya cukup manis untuk Saa-chan ...?”
“Bukan itu. Itu cuma kebetulan.”
Ketika kami sedang memakan kue dengan teh dan berbicara tentang festival sekolah, seorang anak SD berdiri di luar jendela. Dia mengintip dengan ekspresi layaknya anjing beku. Ternyata, itu Rei-chan.
“Apa yang sedang kau lakukan di sini?”
“Senpai sama sekali tidak keluar, jadi aku datang mencarimu. Dan kemudian, aku mencium aroma yang enak. ”
Sepertinya dia mengikuti aroma tersebut dan tiba di sini.
“Ah, anak yang datang kemarin.”
Jika Sana menjelaskannya, rasanya mungkin akan menjengkelkan, jadi pada akhirnya, akulah yang menjelaskannya kepada Hiiragi-chan dan Kanata.
“... Lalu, asumsi Seiji-kun akrab dengan gadis yang lebih muda dari umur sepuluh ...”
“Hei, Kanata, berhenti mengatakan itu dengan cara yang bisa mengundang kesalahpahaman.”
“Sanada-kun, dia terlihat lengket denganmu.”
Hiiragi-chan tersenyum dan melambai pada Rei-chan dan kami semua makan kue bersama.
“Kue-kuenya, rasanya enak ...”
Rei-chan sedang memakan kue buatan Kanata di antara Hiiragi-chan dan aku. Dia makan dengan cara imut seperti tupai.
“Chip coklat adalah raja dan tidak ada yang bisa menandingi hal itu. Kue kopi memiliki rasa manis sedang yang membuatnya mudah untuk dimakan. Kue tanpa rasa ini juga enak jika aku memakannya sendiri! Semua camilan ini ... kebahagiaan murni ...”
Aku tahu kalau bagian dalamnya adalah seorang gadis yang sudah berusia 20 tahun, jadi aku merasa tidak masalah. Namun, untuk yang lainnya, dia mungkin tanpak seperti anak kecil yang dewasa sebelum waktunya.
“He-Hei? Rei-chan. Bagaimana dengan yang ini ...? ”
Sana diam-diam merekomendasikan kuenya sendiri.
“Ini enak, tapi kue ini kurang kepribadian. Aku takkan benar-benar memakannya jika aku punya tiga jenis lainnya.”
“Ugugugugu...”
Rei-chan berkomentar pedas tanpa ampun.
“Se-Sederhana itu yang terbaik, tapi untuk anak kecil, kurasa itu terlalu sulit baginya?”
“... punya Saa-chan terlalu polos, tapi bagus, tapi polos.”
“Uuuu ... Kana-chan, terima kasih ... sudah berapa kali kamu bilang polos?”
Setelah pengambilan sampel dilakukan sampai batas tertentu, Hiiragi-chan bertanya mana yang terbaik.
“Yang mana rasanya yang paling enak?”
“Kue kopi. Rasa manis yang sedang adalah pertimbangan bagus untuk gadis.”
Sepertinya untuk selera rasa Rei-chan yang dewasa, kueku sesuai dengan seleranya. Seperti ini, dari penilaian Rei-chan, kueku keluar jadi pemenang.
Sana dan aku akhirnya mengantar Rei-chan pulang.
“Kenapa dia memanggilmu Senpai?”
“Entahlah? Aku juga penasaran.”
Aku menghindari pertanyaan yang diajukan Sana.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama