Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 52



u Sudut Pandang si Senpai u
“Selamat pagi.”
“Pagi.”
Keseharian yang normal lainnya juga dimulai hari ini.
Umm, Senpai.
Ada apa, Kouhai-chan?
Tolong jangan tanya aku untuk sesuatu yang tidak masuk akal, oke?
Karena Senpai menanyakan hal aneh kemarin, aku benar-benar lupa tentang ini.
“Hal aneh?”
Senpai bertanya kenapa aku bisa tahu persis jumlah hari yang telah berlalu sejak kita pertama kali bertemu.
Ah, dan lalu, Kau sebenarnya menulis buku harian. Apa kau juga menulis apa yang terjadi kemarin?”
“Ya aku menulisnya!”
Kouhai-chan sepertinya ingin membalas ejekanku, tapi dia segera ingat apa yang ingin dia katakan.
Eh, tapi bukan itu yang ingin aku bicarakan. Ini tentang itu. Yang aku katakan kemarin, ayo kita kembali ke standar.”
Ah, benar juga. Kau sempat mengatakan itu kemarin, ya. Apa maksudnya itu?”
“Entah?”
Apa yang kau maksud dengan itu?
Aku sendiri benar-benar tidak tahu pasti.
Haa.”
Rasanya seperti, yah, apa Senpai tidak merasa pertanyaan kita banyak berubah baru-baru ini dari awal kita mulai?
Hmm.
Aku mengerti apa yang ingin dia katakan.
“Ya.”
Tapi, rasanya sulit untuk dijelaskan.
Walau aku bisa mengucapkannya secara lisan, aku takkan bisa menyampaikan maksudnya dengan benar, seperti tetesan air yang mengalir dari celah tanah.
Jadi apa kamu mengerti, Senpai?
Yah…..mungkin, aku sedikit mengerti ...
Entah kenapa, rasanya senpai tidak berbohong, tapi juga terasa seperti tidak memahaminya ...
Aku juga merasa heran kenapa rasanya seperti itu.
Apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini?
Dalam sebuah buku yang pernah aku baca, aku ingat bahwa protagonis mengatakan bahwa "setiap contoh adalah ujian pemahaman" dan bagaimana memasukkannya ke dalam tindakan.

u Sudut Pandang si Kouhai u
Aku ingin tahu apakah maksudku tersampaikan pada Senpai juga.
Pertanyaan seperti apa yang kita miliki di awal?
Entah bagaimana, aku ingin menjelaskan perasaan ini kepadanya. Aku ingin membuatnya menjadi kata-kata.
Dengan berpikiran begitu, aku jadi yakin bahwa Senpai juga ingin tahu tentang hal itu.
Ini sesuatu tentang makanan favorit kita, minuman favorit, dan golongan darah, ‘kan?
Ya, ini seperti membuat kartu profil.
Ya, tentu saja itu benar.
Lagipula, aku ingin tahu tentang profil Senpai saat kita baru mengenal satu sama lain, itu sebabnya aku banyak bertanya padanya.
Lalu, bagaimana dengan pertanyaan kita baru-baru ini?
Kemarin, Senpai bertanya mengenai alasan mengapa aku bisa tahu jumlah hari, ‘kan? Aku tak pernah menyangka bahwa hari di mana kita akan berbicara tentang buku harianku akan datang secepat ini.”
Dua hari yang lalu, itu juga alasan. Mengenai kenapa kau ingin naik sepeda.”
Sebelum itu, aku bertanya pada Senpai alasan mengapa ... Kamu suka buku, ‘kan?”
Dengan sampel sebanyak ini, pasti orang akan menyadarinya.
Alasan, ya.
Pertanyaannya bukan lagi 'apa', tapi 'mengapa'.
“Benar, benar. Aku pikir kita beberapa kali melakukan pembicaraan yang menyebabkan kita saling menggali satu sama lain. Jadi itu sebabnya.”
Menggali?
Yah, aku mengerti nuansanya entah bagaimana.
Ada kalanya pembicaraan kita menjadi sangat dalam, atau bahkan mengarah di mana kita merusak mentalitas kita sendiri, bukan?
“Ya.”
Mereka juga mengatakan dengan niat seperti itu,
“Ya…”

u Sudut Pandang si Senpai u
Tapi baiklah.
Aku pikir itu tidak terlalu buruk juga untuk membicarakan sesuatu yang mendalam, atau mengeluarkan isi hatiku.
Tetap saja, aku masih penasaran pada titik apa malah jadi seperti ini.
Apa yang terjadi, senpai?
Tentu saja, ketika aku memikirkannya, Kouhai-chan yang ada di depanku akan bertanya apa yang terjadi.
Aku pikir aku akan memberikan pertanyaan semacam ini 50 poin. Hanya karena cerita itu akan menjadi terlalu dalam ketika pertanyaannya bukan apa, tetapi berubah menjadi mengapa.”
Yah, aku tidak punya pilihan selain menjawabnya seperti ini.
Kouhai-chan juga mendesakku untuk melanjutkan jawabanku. Dia meletakkan tangan kanannya di dagunya, membuat pose berpikir.
Aku pikir tidak ada salahnya membicarakan sesuatu yang mendalam. Jika aku bisa mengetahui sesuatu yang belum kuketahui dari Kouhai-chan, bukankah itu baik-baik saja? Dan juga, aku merasa bahwa pengetahuan ... tapi tidak sesuai dengan konteks ini, jadi ... berita? dan seberapa dalam atau dangkal pembicaraan kita tidak ada hubungannya sama saekali.”
“Oh aku mengerti. Aku akhirnya mengerti, Senpai.”
Kouhai-chan yang memiringkan kepalanya sekitar tiga puluh derajat sambil mendengarkan penjelasanku sejak beberapa waktu yang lalu kembali sumringah.
Oh? Kalau begitu katakan padaku.”
Aku juga masih tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
Meski Senpai sudah memahaminya?
Eh, aku benar-benar tidak mengerti.
Eh? Kamu pasti bohong, ‘kan?”
“Tidak, aku serius.”
Wajah Kouhai-chan semakin dekat ke wajahku, dan dia menatap mataku. Walau terhalang kacamataku, sih.
Ngomong-ngomong, wajahmu terlalu dekat, oi. Aku bisa mencium aroma lembut dan wangi darinya.
Sepertinya Senpai mengatakan yang sebenarnya ... Lalu, aku akan menjelaskannya. Mengapa arah pembicaraan kita menjadi seperti ini?”

u Sudut Pandang si Kouhai u
Alasannya adalah karena pertanyaan kita belakangan ini mungkin terlalu langsung.
Direct attack?
Kamu tidak perlu mengatakannya dalam bahasa Inggris, Senpai.
“Maaf.”
Aku mulai membahas masalah utama.
Diri kita yang sebelumnya terlalu lega.
Rasa lega. Mengemukakkan kepercayaan.
Setelah mengisi satu sama lain dengan beberapa pertanyaan, kita mengambil kedua informasi dari hal-hal tidak jelas yang belum kita selesaikan, atau sesuatu seperti itu.
Ah, aku paham. Sesuatu seperti membuat profil, ya?”
Mungkin itu masalahnya.
Senpai juga sepertinya mulai mengerti.
Menyela apa yang akan aku katakan, Ia lalu melanjutkan kata-kataku.
Di sisi lain, kita yang sekarang ...
... langsung jawab pertanyaannya.
“Jadi begitu ya…”
Pada awalnya, kita berdua enggan mengajukan pertanyaan acak. Ya tentu saja. Kita belum terlalu mengenal satu sama lain.
Karena itulah, secara alami kita menanyakan pertanyaan dangkal itu.
Dibandingkan dengan dulu, kita mungkin menjadi jauh lebih dekat saat ini, atau bahkan mungkin terlalu dekat.
Sampai pada titik, di mana kita bahkan bisa bertanya langsung satu sama lain sampai batas tertentu. Ini memang nyaman, tetapi kegembiraan dan kelegaan seperti mengukir papan kayu atau mengisi parit luar dengan hati-hati tampaknya telah menghilang.
Aku merasa agak bahagia, sekaligus agak sedih juga. Aku tak pernah berpikir aku akan mengatakan sesuatu seperti ini.
Aku jadi tidak yakin apakah kita masih perlu kembali ke titik awal sekarang.
Bukannya kau sendiri yang mengusulkan itu?
Lalu, kita akan kembali hari ini.
Apa maksudmu dengan hari ini ...
Sudah tiga hari sejak aku mengajukan pertanyaan lebih dulu kepadanya. Ini adalah sesuatu yang aku pikirkan ketika aku makan tadi malam.
Senpai, apa kamu tipe yang menaruh perasan lemon di karaage-mu?
“Tidak. Kenapa aku harus repot-repot meletakkan benda asam seperti itu?”
Itu adalah jawaban langsung. Yah, aku merasa Senpai takkan menaruhnya juga.
Bagaimana dengan Kouhai-chan, apa kau menaruhnya? Itu Pertanyaan hari ini.
Aku tipe orang yang menaruhnya. Bukannya itu baik untuk gizi?”
Hee.
Ngomong-ngomong.
Profil seperti apa yang akan aku ketahui dengan pertanyaan seperti ini? Aku saat ini masih belum bisa memahaminya sama sekali.




Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (52)
Sepertinya Senpai adalah tipe orang yang tidak memakai lemon di karaage.

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama