u
Sudut Pandang si Senpai u
Kouhai-chan ditembak
cowok lain pada hari Rabu.
Dan kemudian, dia
bertanya kepadaku mengenai masalah itu pada hari Kamis.
Dan hari ini, Jumat
pagi. Aku bilang kepadanya untuk menungguku sedikit lagi.
Apa ini pilihan yang terbaik?
Aku penasaran apakah
besok kita bisa kembali ke hubungan kita yang biasa lagi.
Aku tidak ingin
serakah, dan aku tidak ingin kehilangan dia. Apa yang aku katakan padanya
pada dasarnya adalah itu. Setelah memikirkannya dengan tenang, jawabanku terasa
terlalu egois.
Dengan pemikiran
semacam itu di dalam kepalaku, aku menjelajahi Twitter-ku dan situs web novel
di tablet. Tiba-tiba, aku melihat pemberitahuan di bagian atas layar.
Maharun ♪ : Selamat malam
Itu dari Kouhai-chan.
Melihat jam di tablet,
waktunya sekitar jam 11 malam. Jadi sudah semalam ini? Tempo hari
adalah hari libur, ditambah pula cuma hanya ada sedikit PR minggu ini, jadi itu
membuatku terlalu bebas. Aku harus tidur. Walau aku tidak harus
bangun pagi-pagi, sih.
Iguchi Keita : Hei
Maharun ♪ : Senpai masih bangun?
Maharun ♪ : Kamu masih harus melakukan
sesuatu, ‘kan?
Iguchi Keita : Kalau begitu, aku akan
tidur sekarang
Aku memutuskan
demikian.
Karena aku sudah
mandi sebelumnya, aku membersihkan mejaku, dan mengambil sikat gigiku.
Maharun ♪ : Ya?
Maharun ♪ : Uhm
Iguchi Keita : Yosh , aku akan tidur nyenyak sekarang
Kemarin di jam segini
aku sudah tertidur, tidak ada pesan LINE dari Kouhai-chan karena orang lain
memberi tahu Kouhai-chan sesuatu yang aneh. Sebenarnya, aku agak pahit dengan
pria itu.
Iguchi Keita : Baiklah. Aku sudah
masuk ke tempat tidur.
Butuh waktu sekitar
lima menit setelah pesan pertama tiba. Anak cowok memang gampangan bila
mengenai hal semacam ini.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Ketika aku mengirim
pesan LINE ke Senpai sebelum tidur, sepertinya Senpai juga sudah menempati
kasurnya.
Ia bilang kalau Ia
biasanya tidur setelah tanggalnya berubah ‘kan, apa ini baik-baik saja?
Maharun ♪ : Senpai, apa kamu mau tidur
sekarang?
Maharun ♪ : Sebelumnya, Kamu bilang
kalau kamu biasanya tidur ketika tanggalnya berubah
Iguchi Keita : Tidak apa-apa
Iguchi Keita : Aku mau tidur lebih
cepat hari ini
Maharun ♪ : Benarkah?
Sepertinya itu baik
untuknya.
Uhn. Apa yang
harus kita bicarakan?
Konsep pertama kami
adalah menghabiskan waktu sampai tangan dan kaki kami cukup hangat karena kami
berdua peka terhadap dingin. Uhnn ...
Aku membayangkan Senpai
yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Apa Ia berbaring? Atau
menyamping?
Maharun ♪ : Senpai, apa kamu masih
mengenakan kacamatamu?
Iguchi Keita : Kenapa kau mendadak
menanyakan itu?
Iguchi Keita : Tapi ya, aku masih
memakainya.
Bagi penderita
miopia, mereka harus melepas kacamata saat tidur. Jika tidur dengan
memakainya, bisa-bisa secara tidak sengaja menghancurkannya setelah tergencet
oleh tubuhmu, dan itu akan sangat berbahaya.
Tak perlu dikatakan
lagi, aku memakai lensa kontak di siang hari. Sepertinya tidak baik tidur
sambil memakainya, karena itu akan buruk bagi kesehatan mata.
Apa yang menggangguku
adalah apakah aku harus mengenakan kacamataku saat bermain di smartphone -ku
sebelum tidur seperti ini. Jika aku memakainya, membuatnya lebih mudah
untuk melihat layar, tapi aku takut kalau aku akan tertidur. Jika aku
tidak memakainya, rasanya sulit untuk melihat smartphone-ku, yang mana membuatku
harus melihatnya dari jarak dekat. Akibatnya, penyakit mataku akan
bertambah parah.
Senpai adalah tipe
orang yang memakainya, apa pun yang terjadi, ya.
Iguchi Keita : Ah.
Iguchi Keita : Begitu rupanya ya
Maharun ♪ : ….?
Iguchi Keita : Kouhai-chan memakai
kontak, ‘kan?
Iguchi Keita : Itu artinya, Kau harus
melepasnya sebelum tidur
Untuk beberapa
alasan, aku merasakan intensitas aneh yang ditransmisikan dari karakter di
layar smartphone-ku.
Iguchi Keita : Apa kau masih memakainya
sekarang? Atau kau memakai kacamata?
u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku penasaran kenapa
dia mendadak bertanya tentang kacamataku.
Lalu aku ingat kalau
Kouhai-chan juga rabun, jadi aku bertanya padanya.
Maharun ♪ : Saat ini aku memakai
kacamata.
Aku memejamkan mataku
(tentu saja tidak tidur) dan
membayangkan Kouhai-chan yang berkacamata. Aku sudah mencoba
membayangkannya sebelumnya. Mungkin sebulan yang lalu, pas sekitar hari
ulang tahunku.
Sejak itu, seberapa
dekat hubunganku dengannya? Aku sendiri tidak yakin.
Iguchi Keita : Begitu ya
Iguchi Keita : Kacamata jenis apa?
Apa yang dia katakan
tentang itu terakhir kali? Aku ingat dia pernah bilang kalau aku ingin
melihatnya dalam berkacamata, aku harus datang ke rumahnya.
Maharun ♪ : Apa kamu penasaran?
Maharun ♪ : Apa kamu ingin tahu, Senpai?
Iguchi Keita : U, uh huh
Dasar setan kecil
yang licik !!!
Maharun ♪ : Apa boleh buat ー
Maharun ♪ : Ini karena Senpai spesial,
oke?
Ketika aku ingin
mengirim, 'Apa maksudmu dengan spesial?',
Log obrolan bergeser.
Maharun ♪ : [Maharun ♪
mengirimimu gambar.]
Itu foto selfie
Kouhai-chan, dengan dirinya membuat tanda peace
menempel di pipinya yang tersenyum, bersama dengan bantal lembut sebagai latar
belakangnya.
Matanya tampak agak
mengantuk, dengan bingkai logam mengelilingi matanya. Hal tersebut membuat
kesan Kouhai-chan tampak agak berbeda dari kesan biasanya, tapi bingkai perak
tipis tampak cocok untuknya. Seperti biasa, dia terlihat imut.
Maharun ♪ : Bagaimana?
Iguchi Keita : Kau terlihat mengantuk
Maharun ♪ : Aku tidak mengantuk, kok
Maharun ♪ : Masih belum
Maharun ♪ : Eh, ini sudah jam 12 malam,
ya
Tanggal berubah di
tengah log obrolan kami. Sabtu, 18 November.
Itu berarti, hak
istimewa mengajukan 『pertanyaan』 sudah dipulihkan.
Seharusnya tidak
masalah untuk menanyakan sesuatu yang mengganjal pikiranku sejak beberapa waktu
yang lalu, bukan?
Iguchi Keita : Ngomong-ngomong, ini
waktu 「pertanyaan hari ini」 dariku.
Maharun♪ : Eh
Aku memulai
pertanyaan dengan nada bercanda, tapi apa yang akan aku tanyakan adalah topik
serius.
Iguchi Keita : Apa balasanmu padanya?
Iguchi Keita : Cowok yang menembakmu
itu
Mungkin rasanya tidak
adil untuk bertanya padanya dengan cara seperti ini, tapi seperti yang kuduga, aku
ingin tahu. Lagi pula aku punya hak untuk bertanya.
Maharun ♪ : [Maharun ♪ memulai
panggilan.]
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Senpai?”
Rasa ngantukku
langsung hilang dalam sekejap.
“Kenapa kau tiba-tiba
menelponku?”
Karena waktunya sudah
dini hari. Kami berdua mencoba menekan suara kami di dalam
selimut. Ah, aku pernah mendengar suara Senpai semacam ini sebelumnya juga.
“Ini salah
Senpai karena mendadak menanyakan hal itu.”
“Lagipula aku
penasaran. Kalau begitu, tadi 『pertanyaan hari ini』dariku.”
Apa aku tidak bisa
berbohong?
“Tidak, aku
bilang kepadanya kalau aku tidak bisa berpacaran dengannya. Hanya itu saja.”
“Dia pasti menanyakan
alasanmu, ‘kan?”
Senpai benar-benar
tegas hanya pada saat seperti ini saja. Serius.
Aku memejamkan mataku,
mengambil napas untuk memastikan suaraku tidak terdengar gemetar, dan mulai berbicara.
“Aku bilang padanya,
ada seseorang yang aku sukai.”
Aku bisa mendengar Senpai
menelan ludahnya di telepon.
“Tidak, maksudku, eh.
Umm, hanya seperti itu saja, Senpai. Bukan berarti apa yang aku jelaskan
kepadanya adalah benar, dan dia mungkin berpikir itu aneh jika aku menceritakan
semuanya. Ya itu saja. Ini tidak seperti ...”
Kehangatan pipi dan
telingaku semakin meningkat. Ini pasti karena aku terbungkus
selimut. Begitulah caraku meyakinkan diri sendiri.
“Begitu ya. Terima
kasih.”
Dan kemudian, kami
menutup telepon.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Maharun ♪ : Ngantukku benar-benar
hilang sekarang
Maharun ♪ : Ini salah Senpai
Iguchi Keita : Begitu ya, maaf
Maharun ♪ : Sebagai permintaan maaf,
tolong temani aku sedikit lama lagi
Maharun ♪ : Sampai aku merasa cukup
lelah untuk tidur
Setelah ini, dia juga
memintaku untuk mengirimkan selfie-ku padanya.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (63)
Selfie-nya terlihat sangat
canggung.
Maharun kawaiii...
BalasHapus