Omae wo Onii-chan Vol.2 Chapter 08 Bahasa Indonesia


Senin, 29 April - Bergegas keluar. Kegelapan. Selamat hari Senin.

Kemarin, apa yang terjadi setelah itu ... setelah kami tiba di ruangan 701 di mana Tomomi berada, bersama dengan Selene dia menyambut kami dengan ekspresi acuh tak acuh. Melihat perilakunya yang begitu, membuat hatiku terasa sakit.
Aku membuat Tomomi menangis. Dan ... berkebalikan dengan rasa bersalah dan depresi dalam diriku, Tomomi menyapaku dengan sikapnya yang seramah biasanya.
Sejak Mika tertidur pulas, sekitar jam 12 malam, semuanya memutuskan untuk membawanya kembali ke kamarnya.
Ini sedikit bermasalah karena mereka tidak bisa kembali ke kamar masing-masing sampai saat seperti ini.
Meski Selene tak ada masalah karena dia termasuk orang nokturnal, tapi bagi Mika yang paling muda dan Sayuri yang menjalani kehidupan yang rajin pasti terasa sulit. Sayuri melakukan yang terbaik untuk melawan rasa kantuknya, dari waktu ke waktu dia hampir kalah dan ambruk.
Mika malah sebaliknya, dia tidur dengan nyenyak sekali.
Sementara berhati-hati untuk tidak membangunkannya, aku turun dengan lift sambil menggendong Mika. Setelah meletakkan Mika di tempat tidur, kami berpisah di lorong lantai dua.
Aku mencoba memanggil Tomomi, tetapi “Maaf Nii-chan, terima kasih sudah menemaniku hari ini!” dia menjawab dengan nada suaranya yang biasa.
Sejak kami kembali, sepanjang waktu Tomomi mengirimiku kode tatapan yang seakan-akan ingin mengatakan "Jangan mengungkit kejadian di taman.", Tidak mengizinkanku untuk mendekatinya.
Setelah tiba di kamarku, aku kembali sendirian lagi.
Sepertinya aku kecapekan karena kencan yang tidak terbiasa kulakukan, setelah selesai mandi aku jatuh secara dramatis ke tempat tidur, tanpa aku sadari, sekarang sudah jam 10:00 dari tanggal 29.
Aku terbangun dari kasur karena sadar kalau aku sudah sangat terlambat dan memeriksa smartphone, aku langsung menyadari sesuatu.
Hari ini adalah hari libur nasional.
“Eh? Ini dari Mariko.”
Ada pesan dari Mariko melalui chatting STRING. Pesannya datang sekitar tiga puluh menit yang lalu. Isi pesannya ialah, Mumpung sekarang hari libur, gimana kalau kita pergi bersenang-senang ke suatu tempat? Ajakan seperti itu.
Pas siang ... atau lebih tepatnya, pas sore aku akan pergi ke kamar Selene, karena Mariko mengajakku jadi aku mungkin juga menerima ajakannya.
Sembari berpikir begitu, pergi bermain-main dengan gadis yang berbeda selama dua hari berturut-turut mungkin bukan hal baik bagi seorang cowok. Tidak, yah, Tomomi adalah adikku, sih.
Aku sudah banyak merepotkan Mariko, setidaknya aku harus membalas kebaikannya dengan membawa barang-barang saat berbelanja atau melalui beberapa hukuman lainnya.
Pesan dari tiga puluh menit yang lalu. Ada juga kemungkinan kalau Mariko sudah pergi dengan teman-temannya yang lain.
Tidak, meski begitu, ini bukanlah tindakan baik untuk tidak menjawab pesannya.
Pertama-tama, aku memutuskan untuk menulis kalau aku ketiduran dan meminta maaf.
Ketika aku mengirim pesan, ada jawaban cepat dari Mariko. Rupanya dia belum pergi keluar.
Sembari menemaninya, Aku mungkin bisa berkonsultasi mengenai masalah kemarin dengan Mariko.
Aku akan mengarang cerita kalau aku mendengarnya dari seorang teman.
Apa aku membuat kesalahan saat kencan dengan Tomomi  kemarin... tak peduli seberapa banyak aku berpikir tentang hal itu, aku masih tidak tahu, tapi aku tahu, kalau aku sudah menyakiti Tomomi sampai membuatnya menangis.
Saat aku mencoba membalas pesan Mariko "Kalau begitu, jam sebelas di depan stasiun--
Ada pesan lain yang datang. Itu dari Selene. Melihat apa yang tertulis aku membuka mata lebar. Jantungku berdetak kencang dan aku merasa seperti dicekik.
[“Tolong”]
Hanya ada satu kata.
Anak itu, apa dia pingsan?!
Adikku pingsan! Aku tak bisa menggunakan ini sebagai alasan. Aku membalas pesan Mariko melalui string kalau aku punya urusan mendadak. Aku merasakan sakit yang menusuk di belakang dadaku.
Mariko menanggapi dengan “Kalau begitu, aku akan pergi dengan temanku yang lain.", Mungkin dia tidak mau membuatku khawatir, lagian, hanya aku satu-satunya teman yang mungkin bisa dia ajak...….. bagaimanapun juga, aku sungguh-sungguh meminta maaf padanya dan berjanji untuk membalas budinya nanti, lalu sambil masih mengenakan baju tidur, aku langsung bergegas keluar dari ruangan.
Setelah menutup pintu, aku baru sadar.
Nomor smart key telah berubah ke 101 dan aku tidak bisa kembali lagi ke kamarku.
Aku tidak memeriksanya dengan benar, namun nomornya tidak bisa berubah dari pagi sampai tengah malam. Kemudian lagi kadang-kadang perubahan tak terasa.
Setelah turun ke lantai pertama, tanpa mengetuk lagi aku langsung menerobos kamar Selene.
“Apa kau baik-baik saja, Selene ?!”
Di ruang tamu redup dengan tirai penghalang cahaya, Selene ada di sana, jatuh di lantai. Matanya terpejam dan rambutnya yang hitam panjang menyebar di lantai, layaknya dongeng Sleeping Beauty ... dia bernapas damai dalam tidurnya.
Dia mencengkeram smartphone di tangannya.
“Hei, Selene, bertahanlah!”
Ketika aku mengangkat dan mengguncang tubuhnya yang ramping, Selene perlahan membuka matanya dan bergumam dengan suara lemah.
“...Onii Chan...”
“Ya! Ini aku! Apa kau baik-baik saja? Atau apa aku harus memanggil ambulans?”
Selene menggeleng dan berbicara dengan suara lemah.
“... Aku senang kamu berhasil tepat waktu.”
“Tepat waktu ... apa-apaan itu ?! cara bicaramu terlalu menyeramkan!”
Seolah-olah dia mengatakan kalau dia senang melihat wajahku sebelum meninggal. Sesuatu seperti itu.
Tubuh Selene terasa dingin. Aku memeluknya erat-erat.
“...hangatnya...”
“Jangan mati! Aku mohon!”
Aku mencoba untuk menyalurkan suhu tubuhku sebanyak mungkin pada Selene. Apa mungkin, Selene mengidap suatu penyakit yang tak bisa disembuhkan?
Apa itu alasannya dia tidak mau bertemu siapa-siapa dan menolak untuk pergi ke sekolah dan berhubungan dengan orang lain?
Setelah bisa akrab dengan teman-temannya jadi rasanya sulit untuk mengucapkan kata perpisahan. Persetan dengan itu!
Padahal dia ingin pergi ke Nippori denganku ... apa mimpinya tak bisa terwujud?
“... Onii-chan. Permintaan terakhirku ... maukah kamu mendengarkannya?”
“Jangan bilang 'terakhir'! Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan! Selama aku bisa, apa pun!”
Dengan senyum pucat, Selene membuat permintaan.
“... Aku ingin makan kue krim puff.”
“Haa? !!”
“... krim puff rasanya lezat. Aku lapar.”
Pada saat itu, aku akhirnya mengerti. Kalau aku membuat kesalahpahaman yang luar biasa, aku tiba-tiba merasa malu.
Ketika melepaskan Selene, aku bertanya.
“Hei Selene. Jangan bilang kau ambruk gara-gara kelaparan?”
Selene menggeleng vertikal dan menatapku dengan mata berkilau seperti permata.
“... ya. Itu sebabnya untuk menghindari tambahan konsumsi kalori, aku menghabiskan waktu dalam mode siaga.”
Syukurlah, aku menghela napas lega.
“Kau benar-benar bikin kaget. Sialan, pesan yang berisi 'Tolong'  itu terlalu menakutkan!”
“... bagiku, ini adalah situasi yang serius.”
“Jadi, jika kau makan sesuatu, kau akan energik lagi."
Kali ini dia mengangguk dua kali.
“... Aku akan menjadi lebih energik jika aku makan kue krim puff.”
“Apa yang terjadi dengan mie gelas yang bisa kau makan?”
“... belakangan ini, setelah makan di luar bersama Onii-chan dan memakan masakan Sayuri-chan, aku rasa sudah jadi pilih-pilih. Aku sudah menyadari rasa kekosongan makan mie gelas sendirian.”
Sampai saat ini, Selene hidup diet "Aku bisa hidup hanya dengan mie gelas saja”,jadi nafsu makannya terhadap makanan lain adalah sesuatu yang menggembirakan. Aku pikir dia selangkah lebih dekat untuk normalisasi sebagai manusia.
“Bagaimana kalau kau berbelanja sebelum kau ambruk di ruangan?”
“... terkena sinar matahari akan membuatku meleleh. Apa Onii-chan tak khawatir bila adiknya mencair? Apa Onii-chan bisa menahan adiknya yang mencair?”
“Jangan bicara seolah-olah kau terbuat dari keju. Uhh ... dari sekarang, pastikan untuk jujur menulis pesan 'Aku lapar jadi tolong beri aku makan sesuatu". Kedengarannya cukup sepele, tapi jika kau mau melakukan itu, itu nanti akan sangat membantuku.”
“... dengan Onii-chan yang memanjakanku sampai segininya, sepertinya kemandirianku benar-benar akan runtuh.”
“Bila kau sadar menjadi manja, jadilah mandiri. Baiklah! Bagaimana kalau kita pergi ke toko sekarang?”
“...bersama Onii-chan?”
“Jika itu bersama denganku, dunia luar sama sekali tidak menakutkan! Setelah berlatih sejauh ini, Kau pasti bisa berjalan di luar pada siang hari.”
“... pergi keluar di pagi hari sangatlah menakutkan. Jika aku melakukan itu, aku nanti hampir mirip seperti manusia.”
“Bukannya itu baik-baik saja. lagi pula, kau adalah manusia.”
“ ... Aku adalah keturunan dari ras kegelapan. Nama julukanku 'Black Sun' bukan cuma pajangan belaka.”
“Tidak, tidak, tidak, tdak. Aku baru pertama kali mendengar julukan itu. Lagian dari awal, nama Selene adalah nama seorang dewi bulan, bagaimana mungkin itu bisa berubah menjadi 'Black Sun'.
“... Black Sun, dengan kata lain, matahari yang terhalang oleh bulan. Ketika bulan dan matahari tumpang tindih ... ta-tapi sekarang, itu bukan artinya.”
Karena ruangan sangat gelap, perubahan di wajah Selene ini tidak bisa dilihat dengan baik. Tapi suaranya sedikit gemetar. Apa dia merasa malu ...?
“Jadi, maksudmu apa? Jelaskan kepadaku supaya lebih mudah untuk dimengerti.”
“... Maksudku, aku bulan dan Onii-chan adalah Yoichi ….. matahari. Ketika keduanya tumpang tindih, um ... eh ... in-ini memalukan.”
Aku tidak terlalu mengerti apa yang dia katakan.
Kami berdua tumpang tindih, maknanya, Selene berdiri di depanku dan kita berdua berpura-pura menjadi EXILE? Itu pastinya terasa memalukan. Itu adalah sesuatu yang hanya terlihat bagus ketika ada banyak orang.
Usai mengatakan itu, Selene terdiam. Aku mencoba untuk mengubah topik pembicaraan.
“Uhh ... jadi Selene, kau menyerah untuk menjadi tenggeret abadi?”
“... itu nama samaran untuk di internet. Julukan yang terukir di dalam jiwaku harus menjadi rahasia.”
“Kau pergi ke depan dan membiarkanku untuk tahu, apa itu benar-benar tak masalah?”
“... tidak apa-apa untuk Onii-chan. Karena Onii-chan istimewa.”
Selene menunduk ke bawah.
Tentu saja, antara Selene dan aku ... bahkan di antara para saudarinya, hubungan kami tidaklah normal.
Tapi kesampingkan masalah itu dulu, hmmmm. Apa yang harus kita lakukan.
Saat aku melihat ke sekeliling ruangan yang redup karena tirai ditutup, aku sudah mengkonfirmasi keapda Selene.
“Omong-omong, kelihatannya kau tidak pergi ke sekolah ya...?”
“... hari ini adalah hari libur. Happy Monday banzai.”
Berkebalikan dengan Selene yang bangga membusungkan dadanya, bahuku terkulai sedih.
“Lalu, bagaimana dengan krim puff-nya? Kau tampaknya tidak berniat akan membelinya. Aku ingin pergi ke toko bersamamu.”
Aku mungkin sedikit kejam, tapi aku mengatakan itu dalam nada suara yang jelas.
Selene mengerutkan alisnya, berpikir keras tentang hal itu, lalu mengangguk setelah memikirkannya satu menit.
“... Aku akan menahannya. Walau itu akan menghancurkan hatiku.”
“Jadi kau menyimpulkan pemikiranmu dengan 'menahannya'!”
Seberapa bencinya dia pergi ke luar.
Bahkan selama berlatih kencan dengan Tomomi, Selene membawa laptop ke kamar 701 dan mencurahkan dirinya untuk mendukung kami dari dalam ruangan.
Selene terus menggeleng.
“... itu juga karena Onii-chan tidak bisa pergi ke luar dengan penampilan seperti itu.”
Diberitahu begitu, aku melihat pakaianku sendiri.
Piyama. Tentu saja, pergi keluar dengan penampilan seperti ini pada siang hari memang butuh banyak keberanian.
Itulah yang Selene simpulkan setelah melihat pakaianku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“... dengan alasan itu, itu artinya bersama Onii-chan, kita akan berada di dalam ruangan sepanjang hari.”
Setelah rencana rekayasa balik Selene, aku merasa tidak ingin pergi ke luar.
Tak disangka hari seperti ini akan datang ... tidak, jangan mudah menyerah, diriku. Ayo bujuk Selene lagi sebagai kakaknya. Mana mungkin aku menyerah begitu saja.
“Ya ampun. Bagaimana dengan makanannya? Tanpa ada apa-apa, kita nanti bisa kelaparan.”
“... jika kita makan mie gelas bersama-sama, rasanya akan menjadi lebih lezat juga. Kita bisa pesan online untuk makan malam.”
Sial. Masih ada cara itu ya.
Ahh, sungguh hari itu yang memalaskan! Sepertinya aku cuma bisa membiarkan diriku terjebak di dalamnya.
Selene melambai aneh padaku.
“ ... sekarang, Onii-chan, ayo jatuhlah ke sisi kegelapan. Jangan menolaknya, tinggalkan tubuh dan pikiranmu kepadaku. Baru-baru ini, Onii-chan tidak bermalas-malasan dan bersantai. Dengar, jika kamu berbaring di lantai, kamu takkan bisa mengerahkan tenaga untuk berdiri. Ayo terjatuh ke sisi kegelapan bersama-sama.”
“Ti-tidak! Binasalah, kegelapan!"
Aku langsung berdiri, tanganku meraih tirai dan membuka semuanya sekaligus. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela. Cuaca hari ini sangat cocok untuk liburan.
“... Tidaaaaaaaaaaaakkkkk!”
Selene menjerit hambar dan terjatuh. Dengan posisi seperti itu, dia bergumam.
“... Onii-chan, aku sudah berakhir. Tolong rebus air untuk mie gelas.”
Aku menuju ke dapur dengan enggan.

uuuu

Setelah memakan mie yang kumasak sendiri dan mengucapkan terima kasih kepada Selene.
“Aku belum mengatakan dengan benar kemarin, tapi terima kasih, Selene.”
Selene memiringkan kepalanya seperti tupai kecil dan balik bertanya.
“...untuk apa?”
“Kau mengirimkan informasi melalui pesan. Dan juga, bahwa kantong plestermu sangat membantu.”
"... Tomomi-chan adalah pengecut jadi aku pikir dia akan memaksa dirinya untuk berjalan meski ukuran sepatunya tidak cocok.”
“Tomomi kalah dari Selene dalam kekuatan pesona gadis! Dia bilang sesuatu seperti itu.”
“... Aku tidak peduli tentang itu.”
Walau Selene adalah seorang gadis yang bisa diandalkan ketika dia benar-benar melakukan sesuatu, fakta kalau dia tidak punya motivasi adalah kekurangannya.
“Kemarin, apa Tomomi mengatakan sesuatu saat dia kembali?”
“... tidak ada yang khusus. Tapi ...”
“Tapi? Apa terjadi sesuatu?”
“... ini cuma pendapat pribadiku. Jadi, aku mungkin salah.”
“Katakan padaku, Selene. Anggap saja sebagai referensi.”
Dia merenungkan sejenak dan kemudian perlahan-lahan, mengangguk dalam-dalam.
“... Aku pikir, Tomomi-chan tidak punya pacar.”
Pada awalnya, aku tidak mengerti apa yang Selene katakan.
“Ap-Apa maksudmu, Selene?”
“... Aku tidak tahu alasannya. Tapi, melihat keadaan dia kemarin, aku merasa kalau Tomomi-chan berbohong mengenai dirinya yang punya pacar.”
Aku menarik napas dalam-dalam. Setelah menenangkan hatiku, aku mengkonfirmasi kepada Selene.
“Jika itu benar, kenapa Tomomi berbohong tentang punya pacar?”
“... Aku juga tidak tahu.”
Aku pun tak punya petunjuk apa-apa.
“... tadi itu cuma pendapatku, mungkin saja berbeda dari fakta yang sebenarnya jadi tolong rahasiakan di dalam hatimu Onii-chan.”
“Y-ya. Aku mengerti.”
Ini hanya kecurigaan tanpa ada bukti apapun, jadi tak perlu membeberkan kepada orang lain.
Tanpa diduga, pupil mata Selene bergetar.
“... Onii-chan ... boleh aku menanyakan sesuatu?
Aku mengangguk diam-diam saat dia tampak sangat serius.
“... jika, pengunduran diri sosialku sudah sembuh ... apa Onii-chan juga berhenti mengajakku kencan?”
Selene bergumam dengan nada suara yang kecil.
“Kau khawatir tentang itu?”
Dia mengangguk ringan dua kali berturut-turut.
“... kencan malam bersama Onii-chan sangat menyenangkan dan aku mulai merindukan untuk kencan di bawah matahari. Ketika Tomomi-chan dan Onii-chan pergi berkencan, aku entah bagaimana merasa iri. Tapi ... jika hari dimana aku bisa pergi ke luar pada siang hari, tidak ada lagi kebutuhan untuk berlatih dengan Onii-chan.”
“Aku ingin pergi berkencan dengan Selene juga, kita bisa berlatih sebanyak yang kau mau.”
“...Onii Chan.”
Dengan gerakan lambat seperti siput, Selene perlahan menempel ke tubuhku.
Sambil tersenyum, aku bilang.
“Setelah Golden Week ini selesai, bagaimana kalau kau pergi ke sekolah? Bertujuan untuk kencan di distrik grosir Nippori!”
“... uuu. Onii-chan, kamu sadis.”
“Aku tak berpikir rintangannya sesulit itu. Kau juga bilang kalau kau ingin mandiri, Selene.”
“... itu ... benar. Ini menjengkelkan. Tolong biarkan aku berpikir tentang hal itu.”
Kenyataan kalau dia bermasalah dan akan memikirkannya adalah bukti bahwa dia serius dan mencoba untuk mengubah dirinya sendiri.
Semuanya akan baik-baik saja selama aku mendukungnya dari waktu ke waktu ... hanya saja, tinggal berapa banyak lagi waktu yang tersisa.
Ketika aku melihat jam di dinding ruangan, waktu masih pagi.
“... oh benar. Hari ini adalah hari yang sempurna untuk mengungkapkan sisi malas dan memalukanku kepada Onii-chan. Dengan mengalami hidupku, tolong temukan kelemahanku lebih banyak. Tentunya, itu akan berguna dengan rehabilitasiku.”
“Kau cuma mengubah cara untuk menyatakan 'jatuh ke dalamkegelapan'.”
Dengan ekspresi serius, Selene berucap.
“... meskipun intinya adalah sama, kemasan bisa lebih baik atau lebih buruk. Kehidupan sehari-hariku ... pertama, tidur sampai siang. Dan, setelah bangun, aku makan dan memeriksa anime di TV.”
Selene menyalakan TV dan perekam dengan remote.
Sepertinya aku hanya bisa menyerah untuk pergi ke luar hari ini.
Anime favorit Selene adalah perubahan heroine ranger. Setelah pembukaan, judul dari episode pun ditampilkan.

< "Eh? Cuma Aku yang satu-satunya tidak diajak? Kejutan ulang tahun Miki.>

“... Aku sudah pernah melihat ini sebelumnya.”
Selene langsung menekan tombol stop perekam. Dengan cepat, Dia memutar video anime lain. Itu adalah salah satu anime dengan banyak anak laki-laki yang keluar dari robot.
Anehnya gelisah, Selene tidak menoleh ke arahku.
“Ada apa, Selene? Tak biasanya kau terlihat resah begitu.”
“... aku dalam tempoku sendiri dan tenang.”
Dia tidak menyelesaikan kalimat. Itu tidak biasa.
Setelah itu kita menegggelamkan diri dalam anime sampai malam. Di tengah-tengah itu aku tidak mampu untuk mempertahankan kesabaranku dan mulai membersihkan ruangan.
Untuk makan malam, Selene memesan online dan kami makan bersama-sama.
Saat malam semakin larut, Selene mulai mendapatkan motivasi, dia bergegas menuju mesin jahit sekitar pukul sepuluh  malam.
Ketika aku melihat Selene yang berkonsentrasi pada pekerjaannya, sosok tidurny di tempat tidur tampak seperti sebuah kebohongan.
Saat dia sibuk dengan mesin jahit, aku bingung memikirkan masalah besok.
Aku akan sendirian dengan Tomomi, cuma ada kita berdua.
Aku perlu meminta maaf. Jujur, mungkin dia akan memberitahuku di mana letak kesalahanku.
Jika aku meminta maaf dengan benar dan dimaafkan, mungkin ... aku akan mendengar perasaan Tomomi yang sebenarnya.
Kesampingkan masalah pacar, waktu untuk berbicara dengan Tomomi  memang benar-benar diperlukan.



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama