Senin, 29
April - Bergegas keluar. Kegelapan. Selamat hari Senin.
Kemarin, apa yang terjadi
setelah itu ... setelah kami tiba di ruangan 701 di mana Tomomi berada, bersama
dengan Selene dia menyambut kami dengan ekspresi acuh tak acuh. Melihat perilakunya
yang begitu, membuat hatiku terasa sakit.
Aku membuat Tomomi menangis.
Dan ... berkebalikan dengan rasa bersalah dan depresi dalam diriku, Tomomi
menyapaku dengan sikapnya yang seramah biasanya.
Sejak Mika tertidur pulas,
sekitar jam 12 malam, semuanya memutuskan untuk membawanya kembali ke kamarnya.
Ini sedikit bermasalah karena
mereka tidak bisa kembali ke kamar masing-masing sampai saat seperti ini.
Meski Selene tak ada masalah
karena dia termasuk orang nokturnal, tapi bagi Mika yang paling muda dan Sayuri
yang menjalani kehidupan yang rajin pasti terasa sulit. Sayuri melakukan yang
terbaik untuk melawan rasa kantuknya, dari waktu ke waktu dia hampir kalah dan
ambruk.
Mika malah sebaliknya, dia
tidur dengan nyenyak sekali.
Sementara berhati-hati untuk
tidak membangunkannya, aku turun dengan lift sambil menggendong Mika. Setelah
meletakkan Mika di tempat tidur, kami berpisah di lorong lantai dua.
Aku mencoba memanggil Tomomi,
tetapi “Maaf Nii-chan, terima kasih sudah
menemaniku hari ini!” dia menjawab dengan nada suaranya yang biasa.
Sejak kami kembali, sepanjang
waktu Tomomi mengirimiku kode tatapan yang seakan-akan ingin mengatakan "Jangan mengungkit kejadian di
taman.", Tidak mengizinkanku untuk mendekatinya.
Setelah tiba di kamarku, aku
kembali sendirian lagi.
Sepertinya aku kecapekan karena
kencan yang tidak terbiasa kulakukan, setelah selesai mandi aku jatuh secara dramatis
ke tempat tidur, tanpa aku sadari, sekarang sudah jam 10:00 dari tanggal 29.
Aku terbangun dari kasur karena
sadar kalau aku sudah sangat terlambat dan memeriksa smartphone, aku langsung
menyadari sesuatu.
Hari ini adalah hari libur
nasional.
“Eh? Ini dari Mariko.”
Ada pesan dari Mariko melalui
chatting STRING. Pesannya datang sekitar tiga puluh menit yang lalu. Isi pesannya
ialah, Mumpung sekarang hari libur, gimana
kalau kita pergi bersenang-senang ke suatu tempat? Ajakan seperti itu.
Pas siang ... atau lebih
tepatnya, pas sore aku akan pergi ke kamar Selene, karena Mariko mengajakku
jadi aku mungkin juga menerima ajakannya.
Sembari berpikir begitu, pergi
bermain-main dengan gadis yang berbeda selama dua hari berturut-turut mungkin bukan
hal baik bagi seorang cowok. Tidak, yah, Tomomi adalah adikku, sih.
Aku sudah banyak merepotkan
Mariko, setidaknya aku harus membalas kebaikannya dengan membawa barang-barang
saat berbelanja atau melalui beberapa hukuman lainnya.
Pesan dari tiga puluh menit
yang lalu. Ada juga kemungkinan kalau Mariko sudah pergi dengan teman-temannya
yang lain.
Tidak, meski begitu, ini
bukanlah tindakan baik untuk tidak menjawab pesannya.
Pertama-tama, aku memutuskan
untuk menulis kalau aku ketiduran dan meminta maaf.
Ketika aku mengirim pesan, ada
jawaban cepat dari Mariko. Rupanya dia belum pergi keluar.
Sembari menemaninya, Aku
mungkin bisa berkonsultasi mengenai masalah kemarin dengan Mariko.
Aku akan mengarang cerita kalau
aku mendengarnya dari seorang teman.
Apa aku membuat kesalahan saat
kencan dengan Tomomi kemarin... tak
peduli seberapa banyak aku berpikir tentang hal itu, aku masih tidak tahu, tapi
aku tahu, kalau aku sudah menyakiti Tomomi sampai membuatnya menangis.
Saat aku mencoba membalas pesan
Mariko "Kalau begitu, jam sebelas di
depan stasiun--”
Ada pesan lain yang datang. Itu
dari Selene. Melihat apa yang tertulis aku membuka mata lebar. Jantungku
berdetak kencang dan aku merasa seperti dicekik.
[“Tolong”]
Hanya ada satu kata.
Anak itu, apa dia pingsan?!
Adikku pingsan! Aku tak bisa
menggunakan ini sebagai alasan. Aku membalas pesan Mariko melalui string kalau aku
punya urusan mendadak. Aku merasakan sakit yang menusuk di belakang dadaku.
Mariko menanggapi dengan “Kalau begitu, aku akan pergi dengan temanku
yang lain.", Mungkin dia tidak mau membuatku khawatir, lagian, hanya aku
satu-satunya teman yang mungkin bisa dia ajak...….. bagaimanapun juga, aku
sungguh-sungguh meminta maaf padanya dan berjanji untuk membalas budinya nanti,
lalu sambil masih mengenakan baju tidur, aku langsung bergegas keluar dari
ruangan.
Setelah menutup pintu, aku baru
sadar.
Nomor smart key telah berubah
ke 101 dan aku tidak bisa kembali lagi ke kamarku.
Aku tidak memeriksanya dengan
benar, namun nomornya tidak bisa berubah dari pagi sampai tengah malam.
Kemudian lagi kadang-kadang perubahan tak terasa.
Setelah turun ke lantai pertama,
tanpa mengetuk lagi aku langsung menerobos kamar Selene.
“Apa kau baik-baik saja, Selene
?!”
Di ruang tamu redup dengan
tirai penghalang cahaya, Selene ada di sana, jatuh di lantai. Matanya terpejam
dan rambutnya yang hitam panjang menyebar di lantai, layaknya dongeng Sleeping
Beauty ... dia bernapas damai dalam tidurnya.
Dia mencengkeram smartphone di
tangannya.
“Hei, Selene, bertahanlah!”
Ketika aku mengangkat dan
mengguncang tubuhnya yang ramping, Selene perlahan membuka matanya dan bergumam
dengan suara lemah.
“...Onii Chan...”
“Ya! Ini aku! Apa kau baik-baik
saja? Atau apa aku harus memanggil ambulans?”
Selene menggeleng dan berbicara
dengan suara lemah.
“... Aku senang kamu berhasil
tepat waktu.”
“Tepat waktu ... apa-apaan itu
?! cara bicaramu terlalu menyeramkan!”
Seolah-olah dia mengatakan
kalau dia senang melihat wajahku sebelum meninggal. Sesuatu seperti itu.
Tubuh Selene terasa dingin. Aku
memeluknya erat-erat.
“...hangatnya...”
“Jangan mati! Aku mohon!”
Aku mencoba untuk menyalurkan
suhu tubuhku sebanyak mungkin pada Selene. Apa mungkin, Selene mengidap suatu
penyakit yang tak bisa disembuhkan?
Apa itu alasannya dia tidak mau
bertemu siapa-siapa dan menolak untuk pergi ke sekolah dan berhubungan dengan
orang lain?
Setelah bisa akrab dengan
teman-temannya jadi rasanya sulit untuk mengucapkan kata perpisahan. Persetan
dengan itu!
Padahal dia ingin pergi ke
Nippori denganku ... apa mimpinya tak bisa terwujud?
“... Onii-chan. Permintaan
terakhirku ... maukah kamu mendengarkannya?”
“Jangan bilang 'terakhir'! Aku
akan melakukan apapun yang kau inginkan! Selama aku bisa, apa pun!”
Dengan senyum pucat, Selene
membuat permintaan.
“... Aku ingin makan kue krim
puff.”
“Haa? !!”
“... krim puff rasanya lezat.
Aku lapar.”
Pada saat itu, aku akhirnya
mengerti. Kalau aku membuat kesalahpahaman yang luar biasa, aku tiba-tiba
merasa malu.
Ketika melepaskan Selene, aku
bertanya.
“Hei Selene. Jangan bilang kau
ambruk gara-gara kelaparan?”
Selene menggeleng vertikal dan
menatapku dengan mata berkilau seperti permata.
“... ya. Itu sebabnya untuk
menghindari tambahan konsumsi kalori, aku menghabiskan waktu dalam mode siaga.”
Syukurlah, aku menghela napas
lega.
“Kau benar-benar bikin kaget.
Sialan, pesan yang berisi 'Tolong' itu terlalu menakutkan!”
“... bagiku, ini adalah situasi
yang serius.”
“Jadi, jika kau makan sesuatu, kau
akan energik lagi."
Kali ini dia mengangguk dua
kali.
“... Aku akan menjadi lebih
energik jika aku makan kue krim puff.”
“Apa yang terjadi dengan mie
gelas yang bisa kau makan?”
“... belakangan ini, setelah
makan di luar bersama Onii-chan dan memakan masakan Sayuri-chan, aku rasa sudah
jadi pilih-pilih. Aku sudah menyadari rasa kekosongan makan mie gelas
sendirian.”
Sampai saat ini, Selene hidup
diet "Aku bisa hidup hanya dengan
mie gelas saja”,jadi nafsu makannya terhadap makanan lain adalah sesuatu
yang menggembirakan. Aku pikir dia selangkah lebih dekat untuk normalisasi
sebagai manusia.
“Bagaimana kalau kau berbelanja
sebelum kau ambruk di ruangan?”
“... terkena sinar matahari
akan membuatku meleleh. Apa Onii-chan tak khawatir bila adiknya mencair? Apa
Onii-chan bisa menahan adiknya yang mencair?”
“Jangan bicara seolah-olah kau
terbuat dari keju. Uhh ... dari sekarang, pastikan untuk jujur menulis pesan 'Aku lapar jadi tolong beri aku makan
sesuatu". Kedengarannya cukup sepele, tapi jika kau mau melakukan itu,
itu nanti akan sangat membantuku.”
“... dengan Onii-chan yang
memanjakanku sampai segininya, sepertinya kemandirianku benar-benar akan
runtuh.”
“Bila kau sadar menjadi manja, jadilah
mandiri. Baiklah! Bagaimana kalau kita pergi ke toko sekarang?”
“...bersama Onii-chan?”
“Jika itu bersama denganku,
dunia luar sama sekali tidak menakutkan! Setelah berlatih sejauh ini, Kau pasti
bisa berjalan di luar pada siang hari.”
“... pergi keluar di pagi hari
sangatlah menakutkan. Jika aku melakukan itu, aku nanti hampir mirip seperti
manusia.”
“Bukannya itu baik-baik saja. lagi
pula, kau adalah manusia.”
“ ... Aku adalah keturunan dari
ras kegelapan. Nama julukanku 'Black Sun'
bukan cuma pajangan belaka.”
“Tidak, tidak, tidak, tdak. Aku
baru pertama kali mendengar julukan itu. Lagian dari awal, nama Selene adalah
nama seorang dewi bulan, bagaimana mungkin itu bisa berubah menjadi 'Black Sun'.”
“... Black Sun, dengan kata lain, matahari yang terhalang oleh bulan.
Ketika bulan dan matahari tumpang tindih ... ta-tapi sekarang, itu bukan
artinya.”
Karena ruangan sangat gelap,
perubahan di wajah Selene ini tidak bisa dilihat dengan baik. Tapi suaranya sedikit
gemetar. Apa dia merasa malu ...?
“Jadi, maksudmu apa? Jelaskan
kepadaku supaya lebih mudah untuk dimengerti.”
“... Maksudku, aku bulan dan
Onii-chan adalah Yoichi ….. matahari. Ketika keduanya tumpang tindih, um ... eh
... in-ini memalukan.”
Aku tidak terlalu mengerti apa
yang dia katakan.
Kami berdua tumpang tindih,
maknanya, Selene berdiri di depanku dan kita berdua berpura-pura menjadi EXILE?
Itu pastinya terasa memalukan. Itu adalah sesuatu yang hanya terlihat bagus
ketika ada banyak orang.
Usai mengatakan itu, Selene
terdiam. Aku mencoba untuk mengubah topik pembicaraan.
“Uhh ... jadi Selene, kau
menyerah untuk menjadi tenggeret abadi?”
“... itu nama samaran untuk di
internet. Julukan yang terukir di dalam jiwaku harus menjadi rahasia.”
“Kau pergi ke depan dan
membiarkanku untuk tahu, apa itu benar-benar tak masalah?”
“... tidak apa-apa untuk
Onii-chan. Karena Onii-chan istimewa.”
Selene menunduk ke bawah.
Tentu saja, antara Selene dan aku
... bahkan di antara para saudarinya, hubungan kami tidaklah normal.
Tapi kesampingkan masalah itu
dulu, hmmmm. Apa yang harus kita lakukan.
Saat aku melihat ke sekeliling ruangan
yang redup karena tirai ditutup, aku sudah mengkonfirmasi keapda Selene.
“Omong-omong, kelihatannya kau
tidak pergi ke sekolah ya...?”
“... hari ini adalah hari
libur. Happy Monday banzai.”
Berkebalikan dengan Selene yang
bangga membusungkan dadanya, bahuku terkulai sedih.
“Lalu, bagaimana dengan krim
puff-nya? Kau tampaknya tidak berniat akan membelinya. Aku ingin pergi ke toko
bersamamu.”
Aku mungkin sedikit kejam, tapi
aku mengatakan itu dalam nada suara yang jelas.
Selene mengerutkan alisnya,
berpikir keras tentang hal itu, lalu mengangguk setelah memikirkannya satu
menit.
“... Aku akan menahannya. Walau
itu akan menghancurkan hatiku.”
“Jadi kau menyimpulkan
pemikiranmu dengan 'menahannya'!”
Seberapa bencinya dia pergi ke
luar.
Bahkan selama berlatih kencan
dengan Tomomi, Selene membawa laptop ke kamar 701 dan mencurahkan dirinya untuk
mendukung kami dari dalam ruangan.
Selene terus menggeleng.
“... itu juga karena Onii-chan
tidak bisa pergi ke luar dengan penampilan seperti itu.”
Diberitahu begitu, aku melihat
pakaianku sendiri.
Piyama. Tentu saja, pergi
keluar dengan penampilan seperti ini pada siang hari memang butuh banyak
keberanian.
Itulah yang Selene simpulkan
setelah melihat pakaianku dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“... dengan alasan itu, itu
artinya bersama Onii-chan, kita akan berada di dalam ruangan sepanjang hari.”
Setelah rencana rekayasa balik
Selene, aku merasa tidak ingin pergi ke luar.
Tak disangka hari seperti ini
akan datang ... tidak, jangan mudah menyerah, diriku. Ayo bujuk Selene lagi sebagai
kakaknya. Mana mungkin aku menyerah begitu saja.
“Ya ampun. Bagaimana dengan makanannya?
Tanpa ada apa-apa, kita nanti bisa kelaparan.”
“... jika kita makan mie gelas
bersama-sama, rasanya akan menjadi lebih lezat juga. Kita bisa pesan online
untuk makan malam.”
Sial. Masih ada cara itu ya.
Ahh, sungguh hari itu yang
memalaskan! Sepertinya aku cuma bisa membiarkan diriku terjebak di dalamnya.
Selene melambai aneh padaku.
“ ... sekarang, Onii-chan, ayo
jatuhlah ke sisi kegelapan. Jangan menolaknya, tinggalkan tubuh dan pikiranmu
kepadaku. Baru-baru ini, Onii-chan tidak bermalas-malasan dan bersantai.
Dengar, jika kamu berbaring di lantai, kamu takkan bisa mengerahkan tenaga
untuk berdiri. Ayo terjatuh ke sisi kegelapan bersama-sama.”
“Ti-tidak! Binasalah, kegelapan!"
Aku langsung berdiri, tanganku
meraih tirai dan membuka semuanya sekaligus. Sinar matahari menerobos masuk
melalui jendela. Cuaca hari ini sangat cocok untuk liburan.
“... Tidaaaaaaaaaaaakkkkk!”
Selene menjerit hambar dan
terjatuh. Dengan posisi seperti itu, dia bergumam.
“... Onii-chan, aku sudah
berakhir. Tolong rebus air untuk mie gelas.”
Aku menuju ke dapur dengan
enggan.
uuuu
Setelah memakan mie yang
kumasak sendiri dan mengucapkan terima kasih kepada Selene.
“Aku belum mengatakan dengan
benar kemarin, tapi terima kasih, Selene.”
Selene memiringkan kepalanya
seperti tupai kecil dan balik bertanya.
“...untuk apa?”
“Kau mengirimkan informasi
melalui pesan. Dan juga, bahwa kantong plestermu sangat membantu.”
"... Tomomi-chan adalah
pengecut jadi aku pikir dia akan memaksa dirinya untuk berjalan meski ukuran
sepatunya tidak cocok.”
“Tomomi kalah dari Selene dalam
kekuatan pesona gadis! Dia bilang sesuatu seperti itu.”
“... Aku tidak peduli tentang
itu.”
Walau Selene adalah seorang
gadis yang bisa diandalkan ketika dia benar-benar melakukan sesuatu, fakta kalau
dia tidak punya motivasi adalah kekurangannya.
“Kemarin, apa Tomomi mengatakan
sesuatu saat dia kembali?”
“... tidak ada yang khusus.
Tapi ...”
“Tapi? Apa terjadi sesuatu?”
“... ini cuma pendapat pribadiku.
Jadi, aku mungkin salah.”
“Katakan padaku, Selene. Anggap
saja sebagai referensi.”
Dia merenungkan sejenak dan kemudian
perlahan-lahan, mengangguk dalam-dalam.
“... Aku pikir, Tomomi-chan tidak
punya pacar.”
Pada awalnya, aku tidak
mengerti apa yang Selene katakan.
“Ap-Apa maksudmu, Selene?”
“... Aku tidak tahu alasannya.
Tapi, melihat keadaan dia kemarin, aku merasa kalau Tomomi-chan berbohong
mengenai dirinya yang punya pacar.”
Aku menarik napas dalam-dalam.
Setelah menenangkan hatiku, aku mengkonfirmasi kepada Selene.
“Jika itu benar, kenapa Tomomi
berbohong tentang punya pacar?”
“... Aku juga tidak tahu.”
Aku pun tak punya petunjuk
apa-apa.
“... tadi itu cuma pendapatku,
mungkin saja berbeda dari fakta yang sebenarnya jadi tolong rahasiakan di dalam
hatimu Onii-chan.”
“Y-ya. Aku mengerti.”
Ini hanya kecurigaan tanpa ada bukti
apapun, jadi tak perlu membeberkan kepada orang lain.
Tanpa diduga, pupil mata Selene
bergetar.
“... Onii-chan ... boleh aku
menanyakan sesuatu?
Aku mengangguk diam-diam saat dia
tampak sangat serius.
“... jika, pengunduran diri
sosialku sudah sembuh ... apa Onii-chan juga berhenti mengajakku kencan?”
Selene bergumam dengan nada
suara yang kecil.
“Kau khawatir tentang itu?”
Dia mengangguk ringan dua kali
berturut-turut.
“... kencan malam bersama
Onii-chan sangat menyenangkan dan aku mulai merindukan untuk kencan di bawah
matahari. Ketika Tomomi-chan dan Onii-chan pergi berkencan, aku entah bagaimana
merasa iri. Tapi ... jika hari dimana aku bisa pergi ke luar pada siang hari,
tidak ada lagi kebutuhan untuk berlatih dengan Onii-chan.”
“Aku ingin pergi berkencan
dengan Selene juga, kita bisa berlatih sebanyak yang kau mau.”
“...Onii Chan.”
Dengan gerakan lambat seperti
siput, Selene perlahan menempel ke tubuhku.
Sambil tersenyum, aku bilang.
“Setelah Golden Week ini selesai, bagaimana kalau kau pergi ke sekolah?
Bertujuan untuk kencan di distrik grosir Nippori!”
“... uuu. Onii-chan, kamu
sadis.”
“Aku tak berpikir rintangannya
sesulit itu. Kau juga bilang kalau kau ingin mandiri, Selene.”
“... itu ... benar. Ini
menjengkelkan. Tolong biarkan aku berpikir tentang hal itu.”
Kenyataan kalau dia bermasalah
dan akan memikirkannya adalah bukti bahwa dia serius dan mencoba untuk mengubah
dirinya sendiri.
Semuanya akan baik-baik saja
selama aku mendukungnya dari waktu ke waktu ... hanya saja, tinggal berapa
banyak lagi waktu yang tersisa.
Ketika aku melihat jam di
dinding ruangan, waktu masih pagi.
“... oh benar. Hari ini adalah
hari yang sempurna untuk mengungkapkan sisi malas dan memalukanku kepada Onii-chan.
Dengan mengalami hidupku, tolong temukan kelemahanku lebih banyak. Tentunya,
itu akan berguna dengan rehabilitasiku.”
“Kau cuma mengubah cara untuk
menyatakan 'jatuh ke dalamkegelapan'.”
Dengan ekspresi serius, Selene
berucap.
“... meskipun intinya adalah
sama, kemasan bisa lebih baik atau lebih buruk. Kehidupan sehari-hariku ...
pertama, tidur sampai siang. Dan, setelah bangun, aku makan dan memeriksa anime
di TV.”
Selene menyalakan TV dan
perekam dengan remote.
Sepertinya aku hanya bisa
menyerah untuk pergi ke luar hari ini.
Anime favorit Selene adalah perubahan
heroine ranger. Setelah pembukaan, judul dari episode pun ditampilkan.
< "Eh? Cuma Aku yang
satu-satunya tidak diajak? Kejutan ulang tahun Miki.>
“... Aku sudah pernah melihat
ini sebelumnya.”
Selene langsung menekan tombol
stop perekam. Dengan cepat, Dia memutar video anime lain. Itu adalah salah satu
anime dengan banyak anak laki-laki yang keluar dari robot.
Anehnya gelisah, Selene tidak
menoleh ke arahku.
“Ada apa, Selene? Tak biasanya
kau terlihat resah begitu.”
“... aku dalam tempoku sendiri
dan tenang.”
Dia tidak menyelesaikan
kalimat. Itu tidak biasa.
Setelah itu kita menegggelamkan
diri dalam anime sampai malam. Di tengah-tengah itu aku tidak mampu untuk
mempertahankan kesabaranku dan mulai membersihkan ruangan.
Untuk makan malam, Selene
memesan online dan kami makan bersama-sama.
Saat malam semakin larut,
Selene mulai mendapatkan motivasi, dia bergegas menuju mesin jahit sekitar
pukul sepuluh malam.
Ketika aku melihat Selene yang
berkonsentrasi pada pekerjaannya, sosok tidurny di tempat tidur tampak seperti
sebuah kebohongan.
Saat dia sibuk dengan mesin
jahit, aku bingung memikirkan masalah besok.
Aku akan sendirian dengan
Tomomi, cuma ada kita berdua.
Aku perlu meminta maaf. Jujur,
mungkin dia akan memberitahuku di mana letak kesalahanku.
Jika aku meminta maaf dengan
benar dan dimaafkan, mungkin ... aku akan mendengar perasaan Tomomi yang
sebenarnya.
Kesampingkan masalah pacar,
waktu untuk berbicara dengan Tomomi memang benar-benar diperlukan.