Omae wo Onii-chan Vol.2 Chapter 11 Bahasa Indonesia



Kamis, 2 Mei - Serius. Kesetiaan. Konseling.

Mariko masih dalam suasana hati yang bagus dari kemarin dan tersenyum lebih lebar dari biasanya.
Karena orang yang disuka adiknya, Chitose-chan suka adalah penyanyi idola, kekhawatirannya sudah hilang ... apa ini? Mariko akhirnya berkata “Aku mungkin kakak yang overprotective”, tapi aku tidak tahu bagaimana harus membalas perkataannya itu.
Pengalamanku menjadi 'Onii-chan' hanya satu bulan. Di sisi lain, pengalaman Mariko sebagai kakak sudah lebih dari sepuluh tahun.
Waktu yang dihabiskan bersama-sama dengan adiknya ... dengan keluarga ... tidak relevan! Aku belum mampu untuk menegaskan diri. Kami masih menjadi orang asing sampai bulan lalu.
Namun, aku ingin memberi mereka sesuatu.
Ketika aku samar-samar memikirkan itu, Mariko mulai berbicara denganku mengenai PR.
Dan pada seluruh waktu ini jawaban untuk pertanyaan apa yang aku ingin makan itu ditahan.
Melihat aku sedang termenung, Mariko bilang "permintaan diterima" dan tersenyum. Entah bagaimana aku merasa seperti aku melakukan sesuatu yang buruk padanya sepanjang waktu.
Pada akhirnya apa yang akan dia masak, bahkan saat aku bertanya, dia tidak mau memberitahuku.
Sungguh... apa yang sebenarnya terjadi padaku.
Hanya saja, Mariko tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan, maupun kesedihan, dia terus tersenyum dan tidak bertanya lebih jauh.
Dari awal, ini adalah salahku karena tidak bisa memutuskan. Namun, rasanya aneh mendengar bahwa permintaan itu diterima begitu saja.

uuuu

Aku pulang ke rumah saat masih cemas mengenai Mariko.
Hari ini Yuuki sedang menungguku di kamar apartemennya. Sementara dia senang, aku khawatir bahwa masalah tur klub mungkin tidak bekerja.
“Selamat datang kembali Nii-san. Ayo, masuk.”
“A-aku pulang.”
Ketika aku melewati ruang tamu dan duduk di sofa, Yuuki segera membuatkanku kopi. Bahkan tanpa meminta, dia sudah menyediakan susu dan banyak gula.
Yuuki duduk sambil menyesap kopi hitam dan menatapku.
“Aku mau melaporkan sesuatu pada Nii-san hari ini.”
Matanya berbinar.
Bagus. Tampaknya tur klubnya berjalan sukses.
“Sepertinya ada sesuatu yang baik terjadi?”
“Yep! Sebenarnya aku melakukan tur klub upacara minum teh.”
Saat dia tersenyum, aku pun ikutan tersenyum sendiri.
“Ohh. Itu bagus. Apa kau tidak gugup karena dikelillingi gadis-gadis?”
“Ak-Aku melakukan yang terbaik. Aku pikir itu juga berkat Nii-san dan semuanya.”
Yuuki menunduk sambil tersipu malu.
Dia adalah gadis jujur, lembut dan polos. Meski dia cenderung pendiam, Yuuki adalah seorang gadis yang benar-benar baik. Secara tidak sengaja, kasih sayang terhadap adikku berubah menjadi keinginan duniawi.
“Jadi, bagaimana dengan turnya?”
“Aku disuguhi teh hijau dan cemilan. Singkatnya sih, aku juga diajari tata cara upacara minum teh. Upacara teh tampaknya formal, tradisional dan kaku tapi semua orang adalah orang yang baik, mereka semua menyambutku dengan senang hati.”
Aku lega Yuuki mampu melakukannya dengan baik.
“Begitu ya. Kau sudah berusaha dengan baik, Yuuki.”
“Ini berkat dorongan Nii-san. Dan begitu, Nii-san ... Aku berpikir untuk mengikuti klub setelah masuk SMA.”
Yuuki juga sedang mencoba untuk mengambil langkah maju. Sebagai kakaknya, aku harus mendukungnya.
“Ada berbagai macam klub di SMA, apa kau berniat masuk ke klub upacara minum teh?”
Dia mengangkat alisnya, tampak bermasalah.
“Demi memoles girl power milikku yang kurang, kurasa masuk ke klub feminism akan lebih baik, ‘kan?”
“Aku ingin melihat penampilanmu selama upacara minum teh. Kupikir Kimono pasti akan sangat cocok denganmu, Yuuki.”
Tiba-tiba, wajah Yuuki memerah sampai ke telinganya.
“I-I-I-I-Itu mustahil. Mana mungkin kimono akan cocok untukku.”
“Tidak perlu panik sampai segitunya.”
“Ta-Ta-Ta-Tapi ... itu beneran mustahil, Nii-san.”
Yuuki berseru sambil berlinangan air mata.
“Apa kau tidak menyukai kimono?”
“Or-Orang bilang pakaian J-Jepang tidak cocok dengan payudara besar ... bukan itu, se-sebenarnya ... aku tidak bisa duduk bersimpuh. Kakiku akan keram dan mati rasa. Hari ini juga, selama tur klub upacara minum the, mereka harus memijat kakiku ... dan itu membuatku malu.”
Sungguh orang yang unik ... bukan, aku pikir biasanya seseorang bisa terbiasa duduk bersimpuh ...
“Aku juga tidak bagus dalam keduanya, jadi aku takkan mengatakan apa-apa. Ah! Lalu, bagaimana dengan tehnya sendiri?”
“Aku masih lebih menyukai kopi, sih.”
Mungkin Yuuki terlalu doyan kopi ketimbang melakukan upacara minum teh.
“Ya-Yah masih ada itu. Aku sendiri tidak terlalu tahu dan cuma memiliki gambarannya saja, tapi dalam upacara minum the, ketimbang minum teh untuk diri sendiri, ini lebih tentang melayani pengunjung dengan etiket yang indah. Semangat dalam pelayanan, sesuatu macam itu .”
“Be-Begitukah?. Yeah ... pelayanan sangatlah feminin. Namun aku ... benar-benar tidak mampu untuk menyambut ...”
Yuuki malah jadi depresi ?!
Sepertinya aku membuat kesalahan dalam cara memandu topik pembicaraan.
Kegiatan klub tidak sebatas hanya itu saja.
“Oh benar! Jika itu kau, bukannya klub olahraga juga oke? Karena kau bertubuh tinggi, kau mungkin akan disambut di klub basket atau bola voli.”
“Aku cuma pernah melakukanya pas pelajaran olahraga saja, apa itu tak masalah untuk pemula baru ikut klub begitu pas SMA? Aku khawatir kalau aku hanya merepotkan mereka saja.”
Dia rendah hati, tapi seperti yang kuduga, dia terlalu merendahkan dirinya.
Aku ingin Yuuki memiliki rasa percaya diri.
“Semua orang adalah pemula ketika mereka baru pertama kali memulai sesuatu, aku tak berpikir itu terlalu terlambat memulainya saat SMA. Sejujurnya, aku juga, aku cuma seorang Onii-chan pemula yang punya pengalaman kurang dari satu bulan.”
Yuuki tiba-tiba tertawa.
“Fufufu! ... ah., Maaf Nii-san. Aku terkejut karena kamu mengatakan sesuatu yang aneh.”
“Ini bukan hal yang aneh. Oh, itu benar! Bagaimana dengan klub drama?”
“A-Aku bermain drama ?! aku tidak bisa melakukannya!"
“Tidak, tidak, kupikir seharusnya kau jangan bilang mustahil dari awal. Maksudku, kau bisa berperan jadi laki-laki maupun perempuan.”
Kuncir kudanya bergoyang ke kiri dan kanan seperti ekor anjing.
“Terlepas dari peran laki-laki atau perempuan, itu masih hal yang mustahil bagiku untuk berakting di depan publik!”
“Aku pikir memiliki keberanian adalah hal yang bagus. Dan juga, dalam drama tidak hanya aktor, tapi ada juga orang yang bekerja di balik layar, ‘kan? Seperti pengaturan pencahayaan, efek suara dan kostum. Juga, alat peraga kecil dan besar. Ada banyak peran yang tersedia, kau mungkin menemukan sesuatu yang bisa menarik minatmu, Yuuki.”
“Kamu tahu banyak, ya, Nii-san, kamu memang sangat menakjubkan.”
Rasanya sangat mengganggu bila kau melihatku dengan begitu banyak rasa hormat, Yuuki-san.
“Aku tidak terlalu banyak tahu, kok.”
"Um ... klub drama kelihatannya bagus, tapi apa ada kegiatan klub lain? Di SMA mungkin ada banyak klub daripada di SMP, ‘kan?”
Itu benar, tapi klub apa yang mampu membuat Yuuki menjalani kehidupan SMA dengan puas? Karena diriku, yang sedari SMP tidak pernah mengikuti klub manapun. Jadi, aku tidak bisa memberinya saran ...
Omong-omong, selama jadi anggota OSIS SMP, aku berbicara dengan banyak orang yang memimpin dari berbagai klub dan juga menghadiri pertemuan antar klub atas nama ketua OSIS.
Di sekolah SMP ada klub bisbol, klub tenis, klub sepak bola serta klub lari dan sejenisnya. Dari seni, ada klub musik ... hmm, klub macam mana yang bisa memanfaatkan bakat Yuuki?
Karena aku merasa  Yuuki bisa melakukannya dengan baik di klub mana saja, tidak ada sesuatu yang istimewa seperti "ini dia!" yang cocok dengan gambarannya.
“Ba-Bagaimana pun juga! Jika itu kau, entah itu klub olahraga atau budaya, aku pikir kau bisa melakukannya dengan baik, Yuuki. Aku jamin itu.”
Kau bisa melakukan apa saja! Saran semacam itu sangat tidak baik. Tapi, Yuuki membalas dengan senyum.
“Terima kasih, Nii-san. Oh iya, ceritakan tentang masa-masa SMP-mu, Nii-san.”
“Tentang aku?”
Yuuki mengangguk dalam-dalam.
“Aku ingin tahu sebagai referensi.”
“Walau aku menganjurkanmu untuk ikut kegiatan klub Yuuki, sebenarnya aku sendiri tidak ikut klub manapun.”
“Eh ?! Be-Benarkah?.”
Saat Yuuki masih dalam keadaan terkejut, aku terus melanjutkan.
“Tapi aku jadi anggota OSIS. Aku membantu dengan tugas-tugas kecil saat kelas satu dan akhirnya aku menjadi wakil ketua OSIS.”
“Jadi bukan ketua melainkan jadi wakil ketua. Aku terkejut ada orang yang lebih hebat dari Nii-san.”
Dia mendesah dengan ekspresi kaget.
“Hey hey, kau pikir aku ini orang macam apa.”
“Nii-san yang menakjubkan yang memikirkan adik-adiknya, tentu saja!”
Yuuki terlalu jujur, dia adalah gadis yang kebal terhadap sarkasme.
Dia benar-benar mengagumiku ... ahh, sial. Hatiku terasa sakit.
Aku bukanlah orang yang pantas dihormati Yuuki. Sebaliknya, aku hanyalah gumpalan sampah yang tidak kompeten. Maaf.
Dan, ketika aku mulai depresi karena kekacauan pikiranku, Yuuki terus menatap ke arahku.
Tolong hentikan! ketidakberhargaanku sendiri akan membuatku mati!
Aku menurunkan bahuku dan mulai membuat alasan.
“U-uhhh ... berkat memimpin junior di OSIS, aku bisa berbicara normal dengan Yuuki, maksudku ... saat itu aku bertanggung jawab atas junior yang mana aku dipuji oleh Ketua OSIS. Tapi , cuma tentang hal itu, bahkan setelah aku menjadi wakil ketua OOSIS tidak ada yang berubah dari apa yang aku lakukan sejak kelas satu, aku bukanlah orang yang pantas kau hormati. Orang yang layak dihormati adalah orang-orang yang berdiri di atas dan membuat keputusan.”
Kalau dipikir-pikir lagi, ketua OSIS saat itu mendorong semua pekerjaan dengan junior padaku.
Berkat itu, ketika aku mendadak mendapat lima adik, aku entah bagaimana bisa bertindak seperti Onii-chan mereka... pikirku. Walau ada banyak yang tidak bisa kulakukan, sih.
Aku sudah yakin sekarang, itulah yang tertulis di wajah Yuuki.
“Jadi Nii-san sangat perhatian karena kamu punya pengalaman, ya. Seperti yang kuduga, Nii-san memang menakjubkan.”
“Jangan memujiku! Rasanya memalukan!”
Yuuki menggelengkan kepalanya.
“Aku akan terus memuji Nii-san. Karena Nii-san selalu memujiku, aku ingin membalas budi sedikit. Nii-san sangat perhatian, pandai dalam membuat kari ... dan ... ke-keren.”
Wajahnya yang memerah itu sangat feminim dan manis.
Saat kita berduaan, ekspresi Yuuki dari waktu ke waktu membuat jantungku berdetak kencang.
Meski dia bilang kalau dia kurang feminim, Yuuki adalah permata dengan girls power yang tersembunyi. Usai dipoles di beberapa tempat, dia sudah mulai bersinar.
Sembari wajahnya yang memerah hingga telinga, dia mengulangi lagi dengan panik.
“It-Itu benar. Nii-san benar-benar, sangat keren!”
“Te-Terima kasih! Ta-Tapi mending kita hentikan ini! Lebih dari ini akan berbahaya!”
Ketika kita memuji satu sama lain, suasananya berubah menjadi aneh. Juga, rintangannya berubah jadi terlalu tinggi. Tidak bisa memenuhi harapan Yuuki akan membuatku mulai merasa semakin tidak berguna.
Ucapanku “percaya dirilah” pada Yuuki telah kembali seperti bumerang dan menusukku ....
“Hei, Yuuki. Apa kau tidak suka dipuji olehku? Apa itu berubah menjadi tekanan?”
“Ra-Rasanya memang memalukan, tapi aku tidak membencinya. Itu karena Nii-san adalah orang yang baik. Aku benar-benar merasa senang.”
Yuuki membuat senyum riang dan melanjutkan.
“Aku mengagumi Nii-san, aku pikir itu sebabnya aku menghormatimu.”
“Rasa hormat, kau ini ...”
“Maksudku, Nii-san juga punya kehidupan sekolah tersendiri, kehidupan tersebut mungkin akan berakhir besok atau ada kemungkinan itu akan berlanjut sampai minggu depan, atau minggu depannya lagi. Jadi, karena Nii-san punya teman, bila kamu ingin pergi ke suatu tempat dengan mereka sepulang sekolah, nongkrong... aku ingin kamu tidak perlu mencemaskan diriku dan tinggal lakukan saja.”
Sambil condong ke depan, Yuuki menatap wajahku dengan serius.
“Tapi……lalu…...”
“Kita bisa bertemu lagi pada hari Sabtu dan Minggu, ini adalah keputusanku. Aku ingin Nii-san menghabiskan waktu penuh arti. Tentu saja, jika kamu tidak punya rencana lain, dengan senang hati aku akan menyambutmu.”
“Y-ya, terima kasih.”
Wajah Mariko terlintas dalam pikiranku. Sejak Yuuki mengusulkannya sendiri, jika kesempatan seperti itu datang lagi, aku akan menerima tawarannya.
“Baiklah, hari ini aku akan membuat kari dan Nii-san yang akan memakannya!”
Usai bilang begitu, Yuuki mulai menyiapkan makan malam.
Bahan rahasia karinya, entah bagaimana aku bisa membayangkannya ... kopi instan.



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama