Sabtu, 4 Mei
- Balas dendam. Semangat tinggi. Kencan ke-2.
“Nii-chan, apa kamu tahu
perbedaan antara 'kiseki' dan 'keajaiban'?”
“Keduanya punya arti yang sama
... ‘kan?”
Mungkin bukan begitu, itu
sebabnya dia bertanya, tapi aku tidak bisa memikirkan dimana letak perbedaannya.
“Ini adalah sesuatu yang aku
temukan sendiri, tapi 'kiseki' juga
melibatkan keinginanmu sendiri. Misalnya saja, seseorang yang secara ajaib
selamat dari operasi nya. Atau seseorang yang secara ajaib bisa melarikan diri,
seseuatu macam itu.”
“Hmm, aku masih belum tahu apa
perbedaannya.”
“Para dokter yang melakukan
operasi yang ingin menyelamatkan pasien dan orang yang melarikan diri ingin
melarikan diri dengan aman, itulah sebabnya 'kiseki'
terjadi.”
“Lalu bagaimana dengan 'keajaiban'?”
“Yang itu adalah sesuatu tak
terduga, keberuntungan. Misalnya, seseorang yang berpapasan denganmu di kota
mengenakan T-shirt yang sama. Kamu tidak pergi ke kota dengan pemikiran 'Aku ingin berpapasan dengan seseorang yang
memakai T-shirt yang sama!'. Tapi, ketika bertemu dengan situasi seperti
itu, rasanya seperti sebuah keajaiban.”
“Menjadi diberitahu itu,
rasanya memang seperti itu ... atau mungkin tidak.”
“Apakah kencan hari ini adalah 'kiseki'? Atau 'keajaiban'? Aku penasaran.”
Setelah keluar tempat yang
rumit dari stasiun melalui gerbang tiket, mata Tomomi berbinar-binar.
Tempat yang aku pilih ... adalah
itu.
“O’ Akihabara! Aku datang
kembali!”
“Datang kembali kau bilang,
memangnya kau pernah tinggal di daerah ini sebelumnya? Kalau begitu tidak ada
yang baru. Sayang sekali ... aku gagal dalam penelitianku.”
Tomomi mengangkat jari
telunjuknya, lalu mengayunkan ke samping dengan mendecakkan lidahnya "tch tch tch".
“Itu salah Nii-chan. Ini,
adalah sapaan umum.”
“Aku tidak tahu apa-apa tentang
ketentuan semacam itu tapi ... karena kau tampak menikmatinya, kurasa tempat
ini bukan pilihan yang buruk.”
“Nah, karena Nii-chan bukan otaku
jadi ya apa boleh buat. Omong-omong ... sebenarnya, ini pertama kalinya aku mengunjungi
Akihabara."
"Aku juga.”
“Jadi kita adalah sepasang
saudara perjaka Akiba, ya.”
“Tolong berhenti mengatakannya
dengan cara seperti itu.”
Selama beberapa hari aku
menyelidiki tempat ini melalui smartphone-ku.
Karena data foto dari peta
jalan ini sudah tua, toko kacamata di depan stasiun tampaknya telah berubah
menjadi game center Seka dan bangunan
dari Radio Kaikan, simbol Akihabara juga sedang dalam pembangunan.
Namun, kesan utama kota adalah
sesuatu yang sudah aku siapkan.
Bangunan stasiunnya memang
baru, tapi kota Listrik ini tidak terlalu banyak berubah.
Baju Tomomi hari ini adalah
perpanjangan dari pakaian kasual nya. Dia mengenakan hoodie dan celana pendek.
sepatunya adalah sepatu biasa, mengutamakan kenyamanan pada kaki.Dan juga, dia
berdandan secara natural.
Orang-orang yang berbaris
dibelakang kita adalah pengawas kita hari ini.
Sayuri melihat alun-alun di
depan toko Yamama Denki, lalu berbalik ke arahku lagi.
“Onii-sama. Hari ini kita akan
mengawasimu sampai akhir.”
Tomomi menjulurkan lidahnya
pada Sayuri.
“Kamu tidak perlu datang.”
“Kami tidak bisa melakukan itu!
Yuuki-san dan Mika-san, tolong awasi dengan tegas saat kita ...”
Menyelinap dari Sayuri, Mika
langsung bergegas menuju ke Seka game
centar.
Woah, dari
pintu masuk, ada orang yang terbiasa dengan payung besar.
“Waaa! Jamur!”
Karakter dari aplikasi yang
disukai Mika sedang dalam penjualan ... lagian dari awal, dia datang ke
Akihabara untuk bermain. Sembari mengejar Mika, Yuuki berkata kepadaku.
“Nii-san, serahkan Mika-chan
padaku!”
“Te-Tentu! Aku mengandalkanmu!”
Bahu Tomomi naik turun dengan
ringan.
“Aku bukan lagi di usia dimana
aku langsung girang karena jamur. Ah! Sayuri, jika kamu mau bergabung dengan
mereka, kamu tidak perlu menahan diri.”
“Me-Meski aku pikir ... itu
lucu tapi ... aku harus memenuhi peran pengawas dan melaporkan kepada Selene-san,
aku akan membayangi kalian dari belakang seperti hantu penguntit.”
Dan, sekitar pada saat yang
bersamaan ketika Sayuri menyatakan itu, ada email tiba di smartphone-ku. Itu
dari Selene, yang sedang menunggu di apartemen.
Ingin mengejutkan Tomomi,
sampai kami mencapai tujuan, aku tidak bilang kita akan pergi kemana untuk
kencan kali ini, tampaknya itu juga kejutan bagi Selene. Yang tertulis di dalam
e-mail adalah ini.
『 'Bersenang-senang
di Akihabara sungguh tidak adil. Bisnis dukungan akan tutup untuk hari ini.'』
Heck, dia tiba-tiba mengabaikan
tugasnya! Entah bagaimana, aku pikir dia mungkin merasa iri, tapi apa Akihabara
sangat mengejutkanmu, Miss Selene.
Mengintip ke layar smartphone-ku,
Tomomi tertawa.
“Dia merajuk. Nah, Selene dalam
keadaan semacam itu, Sayuri, karena kamu tidak perlu lagi melaporkan apa pun,
kamu tidak perlu memaksa diri lago, tau? Maksudku, ketertarikanmu cuma terbatas
untuk peralatan memasak dan barang-barang.”
“Memang, aku merasa tertarik
pada oven model terbaru dan penggorengan yang tidak menggunakan minyak, tapi
aku lebih tertarik pada perilaku Tomomi-san yang mati-matian mencoba untuk membuat
kalian berduaan saja. Apa kamu berniat mau melakukan sesuatu yang membuatmu
merasa bersalah? aku jadi merasa curiga tentang itu.”
Sayuri mengatakan itu dengan
tersenyum. Namun matanya, sama sekali tidak tersenyum. bahu Tomomi berkedut
kuat.
“Ti-Tidak ada yang seperti itu,
kok. Sebaliknya, dari awal, ini adalah kencanku dengan Nii-chan, berduaan itu
normal, NORMAL!”
“Sebenarnya ini bukan kencan,
tapi praktek. Selain itu, kencan kedua dengan Onii-sama ... ya praktek, itu
terlalu iri.”
Layaknya kucing dengan anjing,
kedua adikku ini saling bertatapan sampai seolah-olah bisa memercikkan api.
Sepertinya mereka akan berkelahi bila aku tidak menghentikan mereka.
“Tu-Tunggu sebentar! Sayuri,
kali ini akulah yang mengajak Tomomi.”
“Aku baru pertama kali
mendengarnya. Ke-Kenapa? Apa Onii-sama ingin berkencan Tomomi-san lagi dan
lagi?”
“Umm ... itu ... itu ...”
Tomomi membusungkan dadanya.
“Supaya aku bisa berkencan
dengan pacarku, kita akan berlatih untuk kedua kalinya. Bukankah begitu,
Nii-chan?”
Dia menimpaliku. Aku akan
menggunakan alasan itu.
“Y-ya. Jadi begitulah! Anggap
saja sebagai dukungan yang murah hati.”
Sayuri mengarahkan pandangan
berkaca-kaca ke arahku.
“Aku mengerti. Jika itu
dukungan jangka panjang agar Tomomi-san bisa mengambil langkah pertama menuju
masa depan yang cerah dengan pacarnya, aku sama sekali tidak keberatan, tapi
...”
Garis pandangnya menuju ke arahTomomi.
“Ngomong-ngomong, kapan kamu
akan memperkenalkan pacarmu kepada kita?”
Dasar Tomomi, bukan hanya aku,
tapi dia juga tidak memperkenalkan pacarnya kepada adik-adiknya.
Aku tahu itu mungkin akan sulit
baginya untuk memperkenalkan pacarnya padaku, tapi dia berusaha cukup keras
untuk merahasiakan identitas pacarnya. Atau mungkin seperti yang Selene bilang
...
Tidak baik. Aku tidak boleh
meragukan Tomomi.
Sebagai saudara, kita harus saling
percaya dan bekerja sama.
“Sekarang sudah waktunya kita
pergi. Kita sudah melenceng dari jadwal.”
Aku meraih tangan Tomomi.
Sayuri terdiam dengn tidakpuas. Maaf Sayuri, tolong tahan untuk hari ini.
Tomomi menggeleng riang.
“Yup! Kita akan pergi kemana
dulu, Nii-chan?”
Aku sudah menandai sebuh toko
di peta smartphone.
“Hei! Nii-chan, Nii-chan! Aku
ingin melihat Gamer!”
Dia langung bereaksi ke toko
anime yang ada di sepanjang jalan.
“Tentu. Kalau begitu ayo ke
sana.”
Kami menuju ke toko, yang ramai
pada akhir pekan. Tomomi bergegas ke lantai enam.
Berbagai macam barang yang ada di
sudut lantai enam adalah permainan kartu, dia mengangguk sambil bersenandung
pelan.
“Seperti
yang diharapkan dari toko di Akiba. Hmm, turnamen akan dimulai di malam hari
... haa ?! Aku tidak membawa kartu dekku, uuu ... andai saja aku tahu tujuannya
Akihabara. Sebaliknya, seperti yang diharapkan, hari Sabtu pasti banyak peserta
yang ikut.”
Ketika
aku menengok sekilas ke belakang, Sayuri menunggu di luar dengan patuh. Hari
ini, dia mungkin tetap seperti itu sepanjang waktu.
Kemudian,
kami mengunjungi area pameran di lantai lima. Di tengah penayangan, di sana ada
sebuah museum anime mahou shoujo.
Tentunya,
jika Selene ada di sini, hal tersebut akan menginspirasi kreativitasnya.
Setelah
melihat-lihat sekeliling toko dan meninggalkannya, Tomomi menarik napas
dalam-dalam.
Karena
saking gembiranya, wajahnya sedikit memerah.
“Sungguh
menakjubkan. Ada event tanda tangan di kertas berwarna, ada banyak event yang
diadakan, rasanya benar-benar seperti Akihabara!”
“Dan
belanjamu?”
“Untuk
sekarang mending kita lihat-lihat saja dulu! Aku sudah mengingat item yang aku
incar.”
Aku
penasaran, mau berapa banyak barang yang ingin dia beli.
Ketika
aku memeriksa ke belakang, karena khawatir, Sayuri tampak sedikit pusing.
“Apa
kau baik-baik saja, Sayuri?”
“Tolong
jangan mencemaskanku dan bersenang-senanglah pada kencanmu. Aku cuma sekedar
bayangan.”
Tomomi
mengangguk kuat.
“Kemudian,
aku akan menerima tawaranmu, selanjutnya kita akan pergi kemana, Nii-chan?”
Kami
bergegas menuju jalur penyebrangan yang terkenal, persimpangan pusat. Saat kita
mendongak ke atas, ada papan nama dari Onodenbouya yang bisa terlihat. Sebuah
kereta berjalan di atas jembatan besi hijau, sangat mungkin untuk melihat ke
arah itu dari bawah. Itu adalah pemandangan yang aneh.
Aku
memeriksa di peta dan tanpa pergi ke sisi lain dari persimpangan, aku berbelok
ke kanan.
Karena
jalur penyebrangan tidak berfungsi pada hari seperti ini, orang-orang meluap
dari trotoar.
Ada
cukup banyak wisatawan asing. Tidak hanya ada toko elektronik, tapi juga toko
yang menjual oleh-oleh khas Jepang seperti jubah dan lampion, bahkan boneka
Jepang.
Barang
elektronik seperti komputer pribadi, smartphone dan peralatan berteknologi
tinggi lainnya telah menyatu dengan budaya otaku anime dan game.
Bahkan
di seluruh dunia tempat ini sungguh tidak biasa. Jepang keren? Begitulah.
Saat
kita terus menyusuri jalan trotoar dan melalui penyeberangan, Tomomi tiba-tiba
berteriak. Aku langsung tahu kalau dia pasti sudah mengenal toko di samping
kami saat dia tiba-tiba berhenti. Pasti tempat yang terkenal.
“Ini
diaaaaaa! Shishinoana! Nii-chan, kita masih di bawah umur jadi mari kita
lanjutkan dengan hati-hati.”
Tomomi
membawaku ke dalam gedung berdinding oranye. Di dalamnya, terdapata Aula-A dan Aula-B.
Ngomong-ngomong, Aula yang di tuju Tomomi adalah Aula-A. Aula-B ditujukan untuk
wanita ... sesuatu seperti itu. Meski dia sendiri wanita untuk beberapa alasan
dia takkan pergi ke Aula-B.
Penyelidikanku
masih kurang. Yah, jika dia ingin pergi ke sana mending kita turuti saja
kemauannya.
Daya
tarik di sini sebagian besar adalah "doujinshi". Tomomi berhenti
bergerak setelah mencapai lantai empat.
“U-uwahhh!
Nii-chan, aku ingin cepat-cepat tumbuh dan menjadi dewasa!”
“Mendadak
kau bilang apa sih?”
Tomomi
kalah, benar-benar kalah, terus tertekan akhirnya dia berkata “Sekarang, ayo
kita jaga supaya tubuh kita tetap murni, Nii-chan!" dan menyerah untuk
naik ke lantai atas. Sebenarnya apa yang ada di lantai lima dan lantai
selanjutnya?
Setelah
membeli apa yang menarik minatnya, sesaat dia keluar dari toko, Tomomi langsung
buru-buru ke gedung biru sebelahnya.
“Animete!
Tidak afdol bila tidak mampir ke sini!”
Entah
bagaimana, sejak meninggalkan gerbang tiket, Tomomi sudah sangat bersemangat.
Layaknya pemilik dari anjing yang terlalu kegirangan, aku ditarik ke sana-
kemari olehnya.
“Barang
Anime Tenchou ... jadi bahkan ada sesuatu seperti ini!”
Tetap
mengawasi Tomomi saaat dia begitu bersemangat pasti sangat sulit untuk Sayuri
... dan, saat aku ingin memeriksa di belakang kami, Sayuri berdiri di sudut
barang memeriksa pelindung matahari, dia tampak kebingungan.
Jangan
bilang, kalau dia juga tertarik ?!
Dan,
melihat tatapan terkejutku, Sayuri menempatkan kembali pelindung matahari
tersebut ke rak, kemudian buru-buru bersembunyi lagi.
Bahuku
ditepak dua kali.
“Nii-chan
terlalu mencemaskan Sayuri!”
“Oo
... woah.? !!”
Ketika
aku berbalik, jari Tomomi itu menyolek pipiku.
“Ka-Kau
ini bocah SD apa?!”
“Yaay!
Nii-chan ketangkap!”
Melihat
Tomomi bersenang-senang, aku tidak punya tenaga lagi untuk marah.
Walau
dia tidak membeli apa-apa, Tomomi meninggalkan gedung dengan ekspresi segar.
“Selanjutnya
kemana lagi, Nii-chan ?! Cepat, cepat!”
“Aku
punya pertanyaan ... apa ada perbedaan di antara toko-toko ini?”
“Tentu
saja suasana dan pelanggannya berbeda. Dan juga, meski mereka menjual barang
dan buku yang sama, mereka memberikan bonus yang berbeda!”
Hmm,
aku tidak tahu bonus macam apa yang dimaksud, tapi diberitahu begitu aku
menyadari ada banyak gadis di Animete.
Setelah
kembali ke jalan utama, kami lanjut menuju Suehirocho, kemudian melalui
penyeberangan untuk pergi ke jalan Ton Quixote.
Tomomi
berhenti di jejeran toko di pinggir jalan.
“Toko
buku Suika sangat terkenal banget ‘kan. Nii-chan ... Aku akan pergi untuk
mengintip sedikit!”
Tampaknya
tokonya terletak di ruang bawah tanah gedung.
Meski
Tomomi adalah menuju ke ruang bawah tanah melalui tangga, tapi dia langsung
segera kembali.
“Nii-chan,
aku ingin cepat-cepat tumbuh dan menjadi dewasa! Sebaliknya, Nii-chan, cepat
dan jadilah dewasa, lalu dengarkan keinginan adik kecilmu ini!”
“Bukan
berarti aku bisa menjadi dewasa karena kau menyuruhku begitu, benar. Pokoknya,
apa kau tidak mau lihat-lihat ke toko dulu?”
“Uhh,
umm ... lain kali saja! Maksudku, ini sangat super beresiko, serius!”
Tomomi
menggeliat dengan wajah memerah. Dia tampak sedikit senang dan hal terebut
membuatku senang juga.
Tempat
mana yang cocok buat Tomomi untuk memulai belanja? Aku sudah memasukkan waktu
untuk berbelanja di jadwal, tapi sudah berjalan terlalu baik dan masih ada
waktu tersisa.
“Nii-chan,
apa kita bisa berbelanja setelah itu sekaligus?”
“Bukannya
keliling lagi untuk kedua kalinya terlalu merepotkan?”
“Ayolaaah.
Kita akan melanjutkannya dengan cepat.”
“Bailah.
Ayo kita lakukan itu.”
Sepertinya
Tomomi adalah tipe orang yang lihat-lihat dulu segala dan kemudian baru
melakukan belanja. Nah, jika ada banyak toko yang menarik minat Tomomi, jika
dia memaksa dirinya untuk melihat-lihat selama mungkin, dia pasti ingin
berbelanja juga.
“Juga
... umm ... ada satu hal lagi yang ingin kuminta, apa kita bisa bermain game
bersama-sama?”
“Waktu
untuk kegiatan itu juga sudah dijadwalkan.”
Putar
arah melewati stasiun, kami menuju ke arah trotoar.
Pada
Solmap ada tampilan game baru. Ada juga beberapa orang yang melihat-lihat.
Melewati
depan Master Donuts, kami kembali ke bawah jembatan.
Gedung
klub Seka menjulang tepat di samping kami. Aku menunjuk jariku ke arah itu.
“Uwahaa!
Nii-chan, apa benar baik-baik saja?”
“Ya.
Ada game centre lokal di mana kita
bisa bermain bersama, jadi hari ini ... mengamuklah semaumu!”
“Hyeahh!
Nii-chan memang yang terbaik!”
Tomomi
menarik lenganku dan Sayuri untuk memasuki gedung. Kami segera menuju ke lantai
dimana ada permainan pertempuran.
Setelah
membabat habis game fighting robot yang populer dan segera mengalahkan sepuluh
orang, tanpa aku sadari, jumlah orang yang menonton telah membludak.
Meski
dia kalah pada permainan ke-11, itu tampaknya karena koreksi negatif dari
kemenangan beruntun. Mereka yang menan beruntun tampaknya menurukan kemampuan
mereka.
Pertandingan di mana dia kalah
juga hampir saja. Jujur saja, pergerakan lawannya terlalu cepat sampai-sampai aku
tidak tahu apa yang terjadi dan pertandingan itu sudah selesai sementara lawannya
cuma satu milimeter dari HP yang tersisa.
Setelah kalah, saat Tomomi
berdiri dia menerima tepuk tangan meriah dari para penonton.
Entah bagaimana ... Tomomi
terlihat menakjubkan.
Adapun Sayuri, dia melihat
permainan Tomomi seakan-akan ingin melahap pemandangan itu. Jadi, dia ingin
tahu tentang aktivitas onee-channya ya. Yah, lagipula mereka memang bersaudara.
Ketika kami meninggalkan klub
Seka, Tomomi membusungkan dadanya dan meregangkan punggungnya.
“Aww ... Aku benar-benar
gugup.”
“Sepuluh kemenangan beruntun memang
sungguh menakjubkan.”
“Itu berarti jalanku masih panjang.”
Saat Tomomi tertawa dengan
rendah hati, Sayuri perlahan mengangkat tangannya.
“Aku cuma sekedar bayangan,
tapi apa aku boleh menyatakan sesuatu?”
Ekspresi Tomomi tampak bingung.
“Nn? Ada apa, Sayuri?”
“Um ... ta-tadi itu
menakjubkan. Aku memang tidak mengerti, tapi aku merasa terkesan.”
Sejenak, wajah Tomomi memerah.
Dia menunduk ke bawah dan tersipu sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk.
“U-umm ... te-terima kasih
banyak.”
Rasa malunya itu menular dan
Sayuri ikut tersipu juga.
“Ak-Aku akan kembali menjadi
bayangan!”
Sayuri mengambil tiga langkah
ke belakang dan langsung hening. Kehadirannya menghilang. Dia mirip seperti
kapal selam siluman.
Sama seperti Sayuri yang
katakan, aku tidak bisa menjelaskan apa yang menakjubkan tentang permainan
Tomomi.
Tapi, serangan dan pertahanan,
atau lebih tepatnya, dia membalikkan situasi berkali-kali meski dipaksa
menyerah telah terukir kuat dalam memoriku.
Itu adalah pertarungan yang
mengagumkan. Karena mereka bertarung jujur dan adil, mereka menerima tepuk
tangan meriah terlepas apakah mereka menang atau kalah.
“Nii-chan, selanjutnya kita
akan ke mana lagi?”
Kali ini kami melihat-lihat
sekeliling klub Seka. Di Akihabara ada berbagai toko-toko khusus. Setelah tiba
di depan toko elektronik, kami berhenti di persimpangan jalan. Setelah memeriksa
peta melalui smartphone-ku, aku menemukan tujuan berikutnya tepat di
persimpangan jalan tersebut.
“Wow! Lihat, Nii-chan! Kartu
memori di sini super murah!”
Di luar, ada barang berkotak
plastik berjejer yang perhatian Tomomi. Sambil menatap tajam pada label harga,
Tomomi terus mendesah.
“32gb kelas 10 dengan harga segini
... tidak ada, belanja setelah itu, aku perlu bersabar!”
Dari waktu ke waktu Tomomi
melantunkan mantra magis. Aku pikir 32GB adalah kapasitas kartu, tapi aku
penasaran maksud dari kelas 10.
Tomomi menyerah pada belanja
dan meraih tanganku.
“Nii-chan, kita terus
melanjutkan seperti ini, ‘kan?”
“Y-ya.”
Kami melewati sebuah toko
elektronik komputer.
“Ada banyak orang di sini, tapi
maid juga ada banyak.”
Sejak kami mulai berjalan
menyusuri jalan samping dari jalan utama, ada banyak gadis berpakaian maid, rasanya seperti daerah yang sangat
padat.
Ada papan iklan mencolok yang
dihiasi lampu merah dan kuning dari toko biasa serta maid cafe juga.
Dari balkon, para maid melambaikan tangan kepada orang
yang lewat.
Sekali lagi, aku berpikir ini
adalah tempat yang menakjubkan.
“Nii-chan tampak terkejut.”
“Y-ya. Ini sungguh
menakjubkan.”
“Jadi itu bagaimana
tanggapanmu.”
“Tanggapan?”
“Tanggapanmu sama seperti anak
SD.”
“Ma-Mau bagaimana lagi! Aku
kewalahan di sini!”
Saat kami membicarakan itu dan
tiba di depan Kokobukiya, Mika dan Yuuki telah keluar dari toko dengan membawa tas
belanjaan di tangan mereka.
“Hei, Nii-san. Apa kencannya
berjalan dengan baik?”
“Sepertinya berjalan dengan
baik untukmu.”
“Yup. Ah! Aku sudah memilih
toko yang bisa dimasuki untuk Mika-chan, jadi jangan khawatir, Nii-san.”
“Te-Tentu. Mika, apa yang kau
beli?”
“Lihat, lihat. Aksesoris
rambutnya lucu!”
“Aksesoris? Jadi ada yang
menjual itu juga.”
Yuuki mengangguk.
“Mereka tampaknya aksesoris
dari karakter anime Chinanda dan dibuat dengan baik. Harganya cukup mahal, tapi
Mika-chan bilang 'Aku ingin ini!'
sehingga menyerah membeli hal-hal yang lebih kecil, jadi kami membeli ini sebagai
gantinya.”
Mika menatap wajahku dengan
penuh perhatian.
“Untuk memberitahuku tentang
hal itu Nii-chama, Mii-chan akan memberi sekitar lima ribu yen sebagai ucapan
terima kasih nanti, oke?”
“Sebagai ucapan terima kasih?”
“Yup! Pasti! Ah! Kita harus
pergi sudah. Maple bilang 'jangan jadi
orang ketiga saat kencan'. Ayo, selanjutnya giliran Yuuki-neechama yang
berbelanja.”
Yuuki melambaikan tangannya ke
arah kami saat Mika menarik tangannya.
“Ba-Baiklah, kita akan pergi kea
rah sini.”
“Y-ya. Hati-hati.”
Yuuki dan Mika pergi ke jalan
kita datang, kemudian Tomomi bergumam.
“Yuuki, dia benar-benar cukup
akrab dengan Mika. Aku ingin tahu, apa Nii-chan dan aku bisa melakukan hal yang
sama?”
“Kita berdua sudah cukup akrab
... bukan?”
Aku meraih tangan Tomomi dan
mengangguk.
“Begitu ya! Aku senang. Aku
sudah akrab dengan Nii-chan. Kita memang mesra ya ‘kan. Ini adalah sama-sama
cinta bukan?”
“U-umm, jika yang kau maksud
cinta keluarga maka ya ...pikirku.”
Di belakang kami, aku merasa
kehadiran tanpa kata-kata yang haus darah ... tapi, tanpa berani melihat ke
belakang, aku menuju tujuan berikutnya.
Rute yang pernah kudengar suara
elektronik ringan, pada saat itu Tomomi menarik lenganku dan mulai berlari.
Dia berteriak ketika kami tiba
di depan toko.
“Ini super tomat! Nii-chan, itu
ada di sini ‘kan? Ada di sini? Pasti di sini bukan!”
Di depan toko khusus permainan
retro, kegembiraan Tomomi mencapai maksimum.
Game retro sangat langka
keberadaannya. Dan begitu, Tomomi membeli satu permainan.
“Railway
King 2" adalah game komputer.
Itu adalah series ke-2 dari
game "Super-Large Strategy, Railway
King" yang pernah kami mainkan,
dan game series ke-1 punya sistem kartu yang menjadi dasar dari seluruh sistem
permainan ... atau sesuatu semacam itu.
Game tersebut sangat langka karena
dijual sangat laris. Tapi, bisa mendapatkannya dengan manual dan dalam keadaan
baik, aku punya sesuatu yang benar-benar beruntung! Atau begitulah ucapnya,
Tomomi tampak puas.
Tempat selanjutnya, kami menuju
ke arah Y Books. Tempat tersebut tidak hanya menjual buku, tapi juga
barang-barang hobi.
Tomomi terpesona oleh deretan
figure karakter.
Figur karakter yang bisa dimenangkan
di minimarket 'hadiah pertama lotere' berada di sini sebagai barang untuk
dibeli. Bisa mendapatkan karakter yang tak bisa dia menangkan dari hadiah lotre,
wajah Tomomi tampak sangat bahagia.
Setelah itu kami pergi ke
sebuah toko di seberang jalan yang menjual suku cadang komputer. Aku berniat
pergi ke seberang jalan untuk melihat-lihat, tapi tanpa aku sadari, Tomomi
berubah menjadi serigala lapar.
Meski dia tidak membeli apapun,
dia tertarik pada harga suku cadang komputer.
Sayuri dan aku benar-benar
diabaikan. Sejak Tomomi itu berkeliaran ke sana – kemari di dalam toko, aku
memutuskan untuk beristirahat di depan mesin penjual otomatis yang ada di luar.
“Umm, Onii-sama, apa kamu
baik-baik saja tidak masuk ke dalam bersama Tomomi-san?”
“Hmm, seperti yang diharapkan, aku
tahu menahu tentang bagian-bagian PC meski aku melihatnya. Bila figure karakter
atau sejenisnya, aku masih bisa mengatakan sesuatu. Daripada itu, apa kau
baik-baik saja, Sayuri?”
“Pada awalnya aku kewalahan
oleh atmosfer, tapi secara perlahan-lahan aku mulai terbiasa. Seperti yang
kuduga, aku tidak gegabah untuk membeli sesuatu seperti terakhir kali.”
Aku memeriksa waktu di
smartphone-ku. Acara kencan berjalan lancar. Walau aku menambahkan waktu belanja
setelah kembali, masih ada waktu yang tersisa dalam jadwal.
Tiba-tiba, aku kepikiran
sesuatu.
“Larena masih ada waktu,
bagaimana kalau kita lihat-lihat Kanda Myojin?”
Jika aku tidak salah, tempatnya
tidak jauh dari sini.
“Onii-sama! A-Ayo kita lakukan
itu lain kali saja.”
“Tapi tempat itu benar-benar
dekat, bukan?”
“Umm ... saat aku jadi ka ...
karakter utamanya, ayo kita kunjungi tempat itu. Tapi hari ini, Tomomi-san adalah
karakter utamanya.”
“Begitu ya, jadi kau memikirkan
perasaan Onee-chanmu, Sayuri.”
“Ya, Aku ... aku memikirkan perasaan
kakakku.”
Dengan ekspresi sedikit
bermasalah, Sayuri tersenyum. Dan saat kita selesai berbincang, Tomomi kembali.
“Maaf sudah membuatmu menunggu
Nii-chan! Apa kamu sedang berbicara dengan Sayuri?”
“Kami membicarakan mengenai
bagaimana vitalitasmu bisa semenakjubkan begitu.”
Sudut mulut Tomomi ini
mengendur.
“Akihabara lah yang memberiku
kekuatan!”
Dengan dia kembali, Sayuri
kembali ke mode bayangan.
“U-umm ... bagaimana dengan
suku cadang komputernya?”
“Yah, bila kuringkas dalam satu
kata sih, kata 'murah' akan lebih tepat untuk menggambarkan toko ini.”
Ujar Tomomi, dan ketika dia
mulai berbicara tentang bagian bagian, tampaknya ceritanya akan lama ... jadi aku
memutuskan untuk tidak mendengarkannya.
Ketika kami menuju jalan
Kurumaehashi, Tomomi menemukan sesuatu lagi dan berhenti.
“Tunggu Nii-chan! Apa aku boleh
melihat-lihat ke dalam toko ini? Aku bisa mencium aroma harta.”
Ada tanda Ayafusen. Ini adalah
toko game ... ‘kan?
“Y-ya. Tentu.”
“Kalau begitu, aku akan pergi!”
Sama seperti saat di toko suku
cadang komputer, Tomomi langsung bergegas masuk ke dalam.
Dan dia dengan cepat kembali.
Perasaan ini ... sama seperti di toko buku Suika.
“Nii-chan, ini buruk! Mereka
menolak siapa saja yang di bawah usia 18 tahun! Intinya, di dalam toko itu
isinya ero dan ero, dan ero!”
“Jangan berbicara cabul
begitu!”
“Ehehe, maaf!”
Tomomi memang tak kenal lelah,
atau lebih tepatnya ... Aku pikir dia mencapai puncak sebelumnya, tapi momentum
nya masih meningkat.
Echizenya. Itu adalah toko yang
memiliki senapan angin dan semua produk yang berhubungan dengan game survival.
“Nii-chan memang yang terbaik!
Aku mencintaimu!”
“H-Hey, hei, itu terlalu berlebihan
...”
“Tidak perlu malu-malu begitu.”
Melihat senapan angina yang di
pajang di dinding membuat pupil matanya berbinar, Tomomi mulai mengoceh tentang
keindahan bentuk senapan tkepada diriku dan Sayuri yang diam-diam berdiri di
belakang.
uuuu
Kami lalu makan siang di McD
Suehiromachi.
Meski ada beberapa restoran di
Akihabara, namun menurut informasi di internet tempat tersebut ramai semua. Ada
satu restoran dekat stasiun yang cukup ramai di mana kita bisa santai.
“Mau makan siang bersama?”
“Aku lebih memilih kursi di
dekat konter saja.”
Sayuri pergi sendirian ke meja
dekat konter. Tidak perlu sampai segitunya ….. tidak, Sayuri ingin praktek
kencan harus dilakukan dengan benar sampai akhir, itu mungkin penting berhasil
sampai akhir tanpa ada yang mengganggu.
Makan bersama yang menyenangkan,
sebuah peristiwa penting dalam kencan ... iya ‘kan.
Menimbang kembali hal itu, aku
mengajak Tomomi dan kami duduk di meja dekat jendela.
“Kemampuan manajemen Nii-chan
benar-benar menakjubkan. Bahkan mempersiapkan hadiah semacam itu, aku ... merasa
terkesan.”
Fakta bahwa hari ini mereka
menjual Burger pedas cuma sebuah kebetulan. Dan juga, alasan aku bisa
mempersiapkan jadwal dengan baik seperti ini karena berkat Sayuri.
“Aku senang kau menyukai hal
itu.”
Tomomi segera mulai melahap
Spicy Burger yang sudah dia nanti-nanti.
“Mari makan!”
Dia membuka bungkusan kertas
dan mengigit burger. Saus tomat mengalir dari tepi mulutnya. Ya, jika ada
banyak saus yang keluar ..,,,,. itu berbahaya. Benar-benar berbahaya.
“Uhyah! Pedas! Ini pedas banget!
A ha ha ha ha!"
Karena saking kepedasan, Tomomi
mulai tertawa.
“Iya ‘kah? Bila itu benar-benar
pedas. Untung saja aku memesan yang baisa.”
Cari aman, aku memilih menu
Teriyaki Burger.
Rasa manis kecap dasar dan
mayonesnya benar-benar tak tertahankan. Ini bukan makanan Jepang, tapi rasanya
lezat dalam caranya sendiri. Ketika tinggal bersama nenek, aku jarang makan
hamburger, dan meski aku memakan makanan semcam ini, aku lebih suka rasa makanan
Jepang. Dan seperti itu, sekali lagi aku telah mengakui seleraku sendiri.
“Kamu tidak punya hati untuk
petualangan, Nii-chan! Aku bisa-bisa jadi kecanduan dengan kepedasan ini!
Hhaa.”
Tomomi berlinang air mata
sembari tersenyum. Atau lebih tepatnya ... dia menangis. Aliran air matanya
mengalir di pipinya.
“Apa kau baik-baik saja? Apa
pedas sekali ya?”
“Karena kekurangan air minum jadi
aku menyita cola Nii-chan!”
Cola punyaku diembat Tomomi.
Tapi aku sudah meminum cola itu
….... ini, bukannya ini ciuman tidak langsung ?!
Tidak, tidak, tenanglah
sedikit. Bagi saudara melakukan ini ... sebenarnya ... no-normal.
Tomomi mengelap pipinya dengan
ibu jarinya, meminum cola dan tersenyum lagi.
“Ngomong-ngomong, demi rencana
kencan hari ini, apa Nii-chan menyelidiki dan memikirkan semuanya?”
“Itu benar. Karena aku memikirkanmu
saat melakukan hal itu, aku cukup bersenang-senang.”
Kami mengunjungi banyak tempat
yang tidak direncanakan, tapi sebagian besar berjalan sesuai rencana.
Tiba-tiba, Tomomi membuat
ekspresi serius.
Sepanjang waktu ini dia sealu
tampak bersemangat, apa yang terjadi sekarang?
Dengan tampilan yang bermasalah,
dia mengangkat alis dan bergumam.
“Begitu rupanya. Jadi, Nii-chan
... selalu memperhatikan aku.”
“Kau adalah adikku yang
berharga, itu adalah hak istimewa seorang kakak.”
“Lalu, apa Nii-chan pergi
bermain dengan teman-temannya?”
“Sayangnya, aku tidak punya
teman seperti itu.”
Wajah Mariko muncul di dalam
benakku, tapi bagaimana bilangnya ya, Mariko ... tidak terasa seperti seorang
teman. Seorang teman masa kecil.
Tomomi terus melanjutkan.
“Umm ... Aku .... tidak, kami
semua membebani Nii-chan, kami tidak ingin Nii-chan terbelenggu karena kami.”
“Jangan menyebutnya terbelenggu.
Aku cukup bersenang-senang dan melakukannya karena aku menyukainya. Tidak ada
yang perlu kau cemaskan sama sekali.”
Ekspresinya langsung sumringah
dan perlahan-lahan cerah.
“Terima kasih, Nii-chan.
Tentang itu ... mulai dari sekarang, jika Nii-chan punya rencana sendiri ...
setidaknya untuk hari Selasa, kamu tidak perlu mencemaskanku! Tentu saja, kita
tidak tahu sampai berapa lama kehidupan kita saat ini terus berlanjut tapi …...
itu sebabnya, aku ingin Nii-chan bisa hidup bebas.”
Yuuki dan Mika mengatakan hal
yang sama juga, tapi Tomomi, tampaknya mengkhawatirkan tentang diriku.
“Te-Tentu. Terima kasih,
Tomomi.”
Tomomi mengangguk dan menggigit
Spicy Burger, sekali lagi air mata muncul di sudut matanya.
Ketika dia menghela napas setelah
makan, ekspresi wajahnya terlihat tenang dan puas. Ekspresi Tomomi benar-benar
kaya akan emosi, aku tak pernah bosan melihatnya ... jika aku bilang begitu
padanya tentang yang aku rasa, dia akan marah dengan “Aku ini bukan tontonan!”.
“Nii-chan, kencan itu sangat
menyenangkan, ya.”
“Memang ... huh. Sebelumnya
kencan kita di Shibuya mungkin terlalu berlebihan.”
“Yup. Aku lebih suka sepatu
ketimbang hak tinggi, dan pakaian nyaman memang sangat berguna. Maaf Nii-chan,
aku tidak sangat femininm.”
“Ka-Kau ini bilang apa. Kau
sendiri sudah cukup lucu tau.”
“Ja-Jangan memujiku, rasanya
memalukan!”
Aku menatap tajam ke arahnya.
“Ad-Ada apa, Nii-chan.”
“Saat kau berkencan dengan
pacarmu, bagaimana kalau kau mengusulkan kencan di mana kau bisa menikmati dirimu
sendiri? Aku sudah mengkonfirmasi hal itu dengan kencan hari ini. Walau kau
mencoba berlebihan, itu tidak akan berlangsung lama. Jika pacarmu tidak bisa
menerima dirimu yang sebenarnya ... Onii-chan tidak akan menerima dia.”
Tomomi mengangguk dalam-dalam
dan menunduk, lalu memandangku.
“Auu ... tunggu, Nii-chan. Aku
punya sesuatu yang ingin kubicarakan.”
Tubuhnya condong ke depan dan
Tomomi berbisik ke telingaku.
“Aku ingin berduaan bersama dengan
Nii-chan, tak peduli apa konsekuensinya.”
“Kau ...Apa maksudmu bilang
begitu…”
“Karena Sayuri ada di sini ... aku
ti-tidak bisa mengatakannya.”
Mata Tomomi tampak serius saat
dia memohon padaku.
Lalu, kesempatan tiba-tiba
muncul.
Sayuri berdiri dari tempat duduknya
untuk pergi ke toilet.
Usai melihat itu, Tomomi
berdiri dan menarik lenganku.
“Kesempatan! Ayo! Nii-chan!”
“He-Hei! Sayuri ...”
“Tidak apa-apa, ayo cepat!”
Meninggalkan Sayuri di
restoran, tanganku ditarik Tomomi sampai keluar toko. Tomomi mulai berlari menuju
jalanan sepi di samping restoran.
Tak lama kemudian ada nada
dering email pada smartphone-ku. Tomomi tersentak.
“Ah! GPS! Nii-chan matikan
smartphone-mu juga!”
“Eh? Smartphone?”
“Jika tidak, kita akan
ditemukan.”
Sepertinya kami melarikan diri
dari Sayuri, aku ingin tahu apa itu baik-baik saja untuk melakukan apa yang
seperti Tomomi katakan.
“Hei, Tomomi ... apa itu sesuatu
yang akan menyakiti Sayuri?”
“Umm ... mungkin ... tidak,
tapi ... aku ... akan menyakiti semua orang.”
Berdiri di tempat, Tomomi
membuat ekspresi tersiksa.
“Maksudmu semua orang, berarti
tidak hanya Sayuri, tapi juga Selene, Yuuki dan Mika?”
“Yup. Dan Nii-chan juga.
Kumohon... Aku ingin kita bicara empat mata.”
Tomomi yang selalu ceria memiliki
ekspresi rapuh seolah-olah dia akan
hancur bila disentuh sedikit saja.
Aku mematikan smartphone-ku.
“Sudah. Dengan ini baik-baik
saja, kan?”
“Terima kasih, Nii-chan. Karena
mempercayaiku.”
Setelah itu Tomomi mulai berjalan
dalam pola zig-zag. Kami berjalan menjauh dari Akihabara dan stasiun Suehirocho.
Aku tidak tahu kita sedang ada di mana karena aku tidak bisa melihat aplikasi peta
di smartphone.
Kami berjalan selama sekitar
lima menit. Jika kita tidak menghubungi dia, Sayuri akan merasa khawatir.
Tidak ada taman untuk berbicara
dengan tenang, kami berdua berada di sebuah gang di belakang jejeran bangunan
abu-abu dan krem.
Tidak ada pejalan kaki di sini.
Mungkin karena itu jauh dari jalan utama, mobil lewat pun tidak ada.
Hiruk perkotaan dan keramaian
orang dari sebelumnya tampak seperti sebuah ilusi.
Tidak ada suasana romantis, tapi
Tomomi tiba-tiba mendekatiku. Hal itu saja sudah membuatku cukup gugup,
kepalaku terasa jadi kosong.
“He-Hei. Kau ingin membicarakan
sesuatu, kan?”
Ketika Tomomi menatapku
seolah-olah memohon sesuatu, wajah kami begitu dekat sampai-sampai bisa
merasakan napas masing-masing.
“Nii-chan ... maaf.”
“... apa yang terjadi? Mendadak
minta maaf begitu.”
Sejenak, ekspresi wajahnya
tampak sedih dan berbalik.
Aku menunggu kata-katanya. Tomomi
seperti anak kucing yang ketakutan bersembunyi dalam bayang-bayang, melirikku
dengan takut sebelum berbalik ke arahku lagi.
Bibirnya gemetar ketakutan, dan
dia mengaku.
“Sebenarnya ... aku ... tidak
punya pacar.”
Setelah dia selesai mengatakan
itu, Tomomi memejamkan matanya erat-erat.
Ketimbang Tomomi yang seumuran
denganku, sebaliknya orang yang di hadapanku ini adalah ... Tomomi yang kekanak-kanakan.
Itulah perasaan aku miliki.
Tomomi kecil, muda dan bersiap mau menangis kapan saja... aku benar-benar merasa
lega. Terlepas dari kenyataan bahwa kami seumuran, aku sangat menyayangi adikku
ini.
Pernyataan tidak masuk akal
Selene "Aku entah bagaimana berpikir
begitu" ternyata tepat sasaran.
Aku tidak marah atau geram pada
Tomomi sedikit pun.
“Begitu ya. Aku pensaran kau
mau bilang apa. Ini mungkin terdengar aneh, tapi aku merasa lega.”
“... Heee? Ap-Apa kamu tidak
marah?”
Aku mengangguk.
“Meski cuma sebulan, tapi
Tomomi ... mendengar adikku punya pacar, rasanya sedikit traumatis untukku. Itu
sebabnya, aku merasa lega setelah mendengar itu semua adalah bohong. Meski aku
harus mengucapkan selamat kepada adikku yang populer , aku bertindak tidak
dewasa sebagai kakak.”
“N-Nii-chan ...”
“Jika aku mengatakan sesuatu
seperti ini, aku jadi menyulitkanmu nanti. Jika kau menemukan seseorang yang
benar-benar kau cintai, aku akan mendukungmu. Memberkatimu. Karena aku,…..
Tomomi ... Onii-chan kalian.”
Setelah menunduk ke bawah, dia
mengangguk mengatakan “ya”.
Apa aku melakukan sesuatu yang
buruk lagi?
“Apa kau baik-baik saja,
Tomomi?”
Tomomi mengangkat kepalanya dan
tertawa.
“Ak-Aku baik-baik saja ,
Nii-chan."
Tampaknya dia tidak marah atau
tertekan, jadi aku merasa lega.
Sekarang, aku telah memutuskan
untuk mendukung cinta adikku, tapi selain itu... sebagai kakaknya, aku harus
memarahinya.
“Tapi, ini tidak baik Tomomi.
Membohongi semua orang di sekelilingmu. Pastikan untuk meminta maaf kepada
Sayuri dan yang lainnya.”
Wajah Tomomi memucat.
“Te-Tentang itu, demi melindungi
martabat Onee-chan, aku mohon tolong rahasiakan itu, Onii-sama!"
“Kau ini, Onii-sama ... hey
hey. Lagian kenapa kau berbohong segala?”
Air mata muncul di matanya.
“Sebab, sebagai putri sulung, aku
tidak bisa bermesraan dengan Nii-chan ... dan begitu.”
“Aku tidak yakin jika kau harus
mengatakan 'bermesraan'.”
“Dan sebelumnya ... kami pergi
bersama-sama ke ruangan Murasaki-san.”
“Y-ya. Apa itu buruk?”
“Tidak. Memang benar kalau aku
ingin menjadi berguna bagi Nii-chan! Tapi itu tidak berjalan dengan baik ...
dan kita tidak pergi ke restoran keluarga ... itu salah cuaca jadi mau bagaimna
lagi tapi, entah bagaimana ... tiba-tiba ... aku tidak bisa lagi memahami
diriku sendiri dan ... kau berkencan dengan Selene di malam hari, aku jadi
merasa iri.”
Aku memeluk kepala Tomomi dan
mengelus kepalanya dengan lembut.
“Begitu rupanya. Meski kau
adalah adikku tapi kau mencoba untuk menjadi Onee-chan yang baik dan ...
berlebihan sedikit.”
“Maaf. Maafkan aku Nii-chan.
Uwahhhhhnn. Kupikir bila aku bilang kalau aku punya pacar, Nii-chan akan lebih
perhatian kepadaku! Aku adik nakal yang mencoba memanfaatkan kebaikan Nii-chan
!!”
Tomomi mulai berperilaku
seperti manja anak dan menangis tersedu-sedu.
Aku mengelus kepalanya dan
dengan lembut mengusap punggungnya.
“Aku juga terlalu
mengandalkanmu, sebagai adik tertua. Maaf.”
“Ini bukan salaahhh Nii-chan.
Saat di Shibuya, dan hari ini, Nii-chan serius berkencan denganku dan aku terus
menipu Nii-Chann ... itu semua salahkuuuu.”
Sepertinya akan memakan waktu
lama sampai Tomomi bisa tenang kembali.
“Uuu, aku benar-benar minta
maaf.”
Tomomi bilang begitu sambil
menggunakan nada bicara formal, lalu aku menyalakan smartphone. Aku
mengaktifkan GPS juga. Selama kita tidak bergerak dari tempat ini, salah satu
dari mereka mungkin datang ke sini untuk mencari kita.
Tapi yah, pasti butuh waktu
yang lama jadi mendingan langsung mengirim email ke Sayuri dan memberitahunya
kalau kami baik-baik saja. Aku memilih depan stasiun Akihabara sebagai tempat
berkumpul kembali.
Kali ini, secara terbuka aku
akan menjelaskan situasinya kepada semua orang dan menyuruh Tomomi untuk meminta
maaf ... dan begitu, praktek kencan berakhir dengan cara yang aneh.
——Setelah mencapai stasiun.
Di pintu gerbang tiket Station
Akihabara ada Yuuki dan Mika yang tiba lebih awal. Dan ... di atas bahu Yuuki,
ada seorang gadis dengan pakaian gothic hitam.
“... zhe ... haa ... orang-orang
... seperti serangga.”
“Selene ?! Apa kau datang ke
sini sendirian?”
Yuuki mengangguk dengan
ekspresi bermasalah.
“Dia benar-benar ingin datang
ke Akihabara, jadi dia beneran datang tapi ... Selene-chan sudah kehabisan
napas.”
Dengan wajah pucat, Selene
menatap pemandangan di luar pintu gerbang tiket Akihabara dan bergumam.
“... jadi Akihabara ...
benar-benar ada, ya.”
Layaknya seorang penjelajah
yang telah mencapai wilayah yang belum dijelajahi dari dongeng mengucapkan
kata-kata terakhirnya.
Sementara itu, mungkin karena
dia berlari mencari ke sana-sini, Sayuri berkumpul lagi dengan kami sambil
bercucuran keringat.
“Onii-sama, aku senang kau aman
... eh, Selene-san, kenapa ?!”
Protesnya terhadap Tomomi
langsung hilang, sepertinya Sayuri terkejut oleh fakta bahwa Selene datang ke
Akihabara.
Mika menatap wajah Selene
dengan cemas.
“Selene-neechama, ja-jangan
mati ... Kamu tidak boleh mati, aku akan sedih ...”
“... Mi-Mika-chan ... hiduplah
demi diriku ... juga.”
Dalam kasus terburuk, kita
mungkin perlu menelepon ambulans bila terus seperti ini.
Aku terkejut dengan usaha
Selene melakukan yang terbaik untuk datang ke sini sendirian, tapi akan lebih
baik kalau dia terbiasa untuk itu sehingga kita tidak perlu membuat keributan
dengan ambulans di sini. Jika dia mulai mengatakan “Jika aku pergi ke luar dan ambulans datang, aku merasa ingin sekarat”,
dia mungkin akan mulai menyucikan dirinya lagi.
Aku sudah memutuskan.
“Baiklah ... kita akan kembali!
Mundur!”
“... akhirnya ... akhirnya
sampai ke Akihabara ... namun ... uu uu ... terlalu banyak orang dan mataku
mulai pusing.”
“Selene. Kau sudah berjuang dengan baik. Ayo kita kembali untuk hari ini. Lain kali, kita akan melangkah lebih jauh setelah mempersiapkan diri.”
“... padahal hampir saja.
Sayang sekali.”
Tomomi, yang diam sepanjang
waktu mengangguk.
“Selene, jika Kau mabuk dengan
jumlah orang, coba tutup matamu dan ambil napas dalam-dalam.”
“... ya. Su-haa, su-haa.”
Saat dia diberitahu oleh
Tomomi, Selene memejamkan mata dan mulai bernapas dalam-dalam.
“... Aku sudah sedikit tenang.”
“Aku akan menggenggam tanganmu
sampai kita mencapai rumah, ayo kita pulang. Saat kamu sudah tenang ——Ada
sesuatu yang harus kuberitahu pada semua nya.”
Setelah menyatakan begitu,
Tomomi menarik lembut tangan Selene. Dengan mata masih tertutup, Selene ditarik
Tomomi sampai-sampai dia terjatuh saat melewati gerbang tiket.
Selene datang ke Akihabara
berlangsung kurang dari lima menit.
Setelah naik ke gerbong kereta,
Tomomi tiba-tiba kaget.
“Nii-chan, gawat! Aku tidak
berbelanja sama sekali!!”
Bagian dari itu adalah salahnya
sendiri, sayangnya, dia harus melakukannya lain kali.
uuuu
Setelah beralih ke JR Swasta
Railway, Selene akhirnya membuka matanya dan sembuh. Sepertinya dia sudah tenang
entah bagaimana.
Saat itulah Tomomi berdiri dari
kursi dan mengakui semuanya kepada adik-adiknya yang duduk berjajar.
Ketika Tomomi berbicara,
ekspresi Mika tampak kosong di wajahnya. Tapi kemudian, dia bilang “Aku senang Tomomi-neechama belum
mendapatkan pacar”, sambil tersenyum ceria.
Yuuki tampaknya tidak marah.
Lega, bukan. Dan, mungkin aku terlalu
bergantung pada Tomomi-oneechan ... katanya.
Selene tampak tidak terlalu
terkejut, seperti yang aku harapkan, memangnya apa itu? Ujarnya dan kembali
terkulai lemas. Yah, dia sudah kehilangan banyak tenaga yang setara dengan
sehari, jadi ya apa boleh buat kalau dia tidak bisa berpikir jernih.
Namun, orang yang bereaksi
paling parah adalah Sayuri.
Setelah Tomomi dan aku
menghilang, sepertinya dia mencari-cari kami dengan panik. Instingnya cukup
tajam saat dia mendatangi gang belakang tempat kami berada sesaat setelah kami
meninggalkannya.
Dia fokus mencari tempat yang
tidak ada orang. Sayuri benar-benar mengerikan.
Dan Sayuri yang begitu
menggembungkan pipinya dan berkata kepada Tomomi.
“Ak-aku tahu akan jadi begini.
Dari awal, mana mungkin gadis tomboy seperti Tomomi-san bisa mendapatkan
pacar.”
“A-apa! Kali ini memang salahku.
Tapi ini dan itu adalah dua hal yang berbeda! Bahkan Nii-chan bilang kalau aku
ini im-imut!”
Lalu Yuuki buru-buru menyela di
antara keduanya.
“Sabar, sabar, kalian berdua
tenanglah sedikit.”
Mika menatap Tomomi.
“Tomomi-neechama enak, bisa
berjalan-jalan dengan Nii-chama. Tapi lihat, Mii-chan juga bersenang-senang
dengan Yuuki-neechama. Ini bagus juga, ‘kan!”
Dengan nada membual, Mika
tertawa senang.
Sementara masih lemas, Selene
bergumam.
“... ada terlalu banyak
manusia. Perlu mengurangi jumlah mereka.”
Tak disangka, deklarasi mengerikan?!
“Fuaaaa ...”
Sambil membalas pernyataan
Selene di dalam pikiranku, aku tiba-tiba menguap lebar. Seperti ketularan, Mika
juga ikut menguap, dia menyandarkan kepalanya pada Yuuki yang ada sampingnya
dan memejamkan matanya.
“Fuaa. Beneran, kamu
menyebabkan banyak masalah kepada orang lain. Tolong berhenti melakukan hal itu
lagi nanti.”
Setelah menjelajahi banyak
tempat yang tidak terbiasa, Sayuri mengusap matanya yang mengantuk.
Untuk saat ini, sepertinya
Sayuri memaafkan Tomomi mengenai masalah hari ini.
Aku merasa lega karena tidak
ada menaruh dendam pada masalah Tomomi.
“Nii-san, aku juga mengantuk
juga.”
“... ssuu ... suu ...”
Dari samping Yuuki, Selene
mulai bernapas damai dalam tidurnya.
Tomomi tertawa.
“Nii-chan dan Yuuki tampaknya
lelah menjadi pendamping pada kencan kali ini, Kalian berdua bisa pergi tidur.”
Yuuki mengusap matanya.
“Apa itu baik-baik saja? Bukankah
Tomomi-chan juga merasa lelah?”
“Aku masih energik. Yuuki,
tidurlah sampai kita tiba di stasiun, juga. Aku akan membangunkanmu saat kita
sudah sampai.”
Yuuki tampak ragu-ragu sedikit,
tapi kemudian, akhirnya mengangguk juga.
“Oke. Bangunkan aku nanti.”
Meringkuk dengan Mika, Yuuki
pun mulai memejamkan matanya.
“Ayo Nii-chan juga, jangan
menahan diri.”
“Tomomi, kau tidak perlu memaksa diri untuk
menjadi Onee-chan,lho.”
“Tidak! Mulai sekarang aku takkan
memaksakan diri atau menahan.”
“Begitu ya. Lalu ... cuma
sepuluh menit.”
Saat aku memejamkan mata,
guncangan nyaman dari kereta hampir mengambil kesadaranku.
Telingaku terasa geli.
“Terima kasih, Nii-chan.”
Tiba-tiba, sesuatu yang lembut
menyentuh pipiku.
Sebelum aku bisa mengetahui apa
itu, kesadaranku mulai kabur dan aku pun tertidur.