Omae wo Onii-chan Vol.2 Chapter 13 Bahasa Indonesia


Sabtu, 4 Mei - Balas dendam. Semangat tinggi. Kencan ke-2.

“Nii-chan, apa kamu tahu perbedaan antara 'kiseki' dan 'keajaiban'?”
“Keduanya punya arti yang sama ... ‘kan?”
Mungkin bukan begitu, itu sebabnya dia bertanya, tapi aku tidak bisa memikirkan dimana letak perbedaannya.
“Ini adalah sesuatu yang aku temukan sendiri, tapi 'kiseki' juga melibatkan keinginanmu sendiri. Misalnya saja, seseorang yang secara ajaib selamat dari operasi nya. Atau seseorang yang secara ajaib bisa melarikan diri, seseuatu macam itu.”
“Hmm, aku masih belum tahu apa perbedaannya.”
“Para dokter yang melakukan operasi yang ingin menyelamatkan pasien dan orang yang melarikan diri ingin melarikan diri dengan aman, itulah sebabnya 'kiseki' terjadi.”
“Lalu bagaimana dengan 'keajaiban'?”
“Yang itu adalah sesuatu tak terduga, keberuntungan. Misalnya, seseorang yang berpapasan denganmu di kota mengenakan T-shirt yang sama. Kamu tidak pergi ke kota dengan pemikiran 'Aku ingin berpapasan dengan seseorang yang memakai T-shirt yang sama!'. Tapi, ketika bertemu dengan situasi seperti itu, rasanya seperti sebuah keajaiban.”
“Menjadi diberitahu itu, rasanya memang seperti itu ... atau mungkin tidak.”
“Apakah kencan hari ini adalah 'kiseki'? Atau 'keajaiban'? Aku penasaran.”
Setelah keluar tempat yang rumit dari stasiun melalui gerbang tiket, mata Tomomi berbinar-binar.
Tempat yang aku pilih ... adalah itu.
“O’ Akihabara! Aku datang kembali!”
“Datang kembali kau bilang, memangnya kau pernah tinggal di daerah ini sebelumnya? Kalau begitu tidak ada yang baru. Sayang sekali ... aku gagal dalam penelitianku.”
Tomomi mengangkat jari telunjuknya, lalu mengayunkan ke samping dengan mendecakkan lidahnya "tch tch tch".
“Itu salah Nii-chan. Ini, adalah sapaan umum.”
“Aku tidak tahu apa-apa tentang ketentuan semacam itu tapi ... karena kau tampak menikmatinya, kurasa tempat ini bukan pilihan yang buruk.”
“Nah, karena Nii-chan bukan otaku jadi ya apa boleh buat. Omong-omong ... sebenarnya, ini pertama kalinya aku mengunjungi Akihabara."
"Aku juga.”
“Jadi kita adalah sepasang saudara perjaka Akiba, ya.”
“Tolong berhenti mengatakannya dengan cara seperti itu.”
Selama beberapa hari aku menyelidiki tempat ini melalui smartphone-ku.
Karena data foto dari peta jalan ini sudah tua, toko kacamata di depan stasiun tampaknya telah berubah menjadi game center Seka dan bangunan dari Radio Kaikan, simbol Akihabara juga sedang dalam pembangunan.
Namun, kesan utama kota adalah sesuatu yang sudah aku siapkan.
Bangunan stasiunnya memang baru, tapi kota Listrik ini tidak terlalu banyak berubah.
Baju Tomomi hari ini adalah perpanjangan dari pakaian kasual nya. Dia mengenakan hoodie dan celana pendek. sepatunya adalah sepatu biasa, mengutamakan kenyamanan pada kaki.Dan juga, dia berdandan secara natural.
Orang-orang yang berbaris dibelakang kita adalah pengawas kita hari ini.
Sayuri melihat alun-alun di depan toko Yamama Denki, lalu berbalik ke arahku lagi.
“Onii-sama. Hari ini kita akan mengawasimu sampai akhir.”
Tomomi menjulurkan lidahnya pada Sayuri.
“Kamu tidak perlu datang.”
“Kami tidak bisa melakukan itu! Yuuki-san dan Mika-san, tolong awasi dengan tegas saat kita ...”
Menyelinap dari Sayuri, Mika langsung bergegas menuju ke Seka game centar.
Woah, dari pintu masuk, ada orang yang terbiasa dengan payung besar.
“Waaa! Jamur!”
Karakter dari aplikasi yang disukai Mika sedang dalam penjualan ... lagian dari awal, dia datang ke Akihabara untuk bermain. Sembari mengejar Mika, Yuuki berkata kepadaku.
“Nii-san, serahkan Mika-chan padaku!”
“Te-Tentu! Aku mengandalkanmu!”
Bahu Tomomi naik turun dengan ringan.
“Aku bukan lagi di usia dimana aku langsung girang karena jamur. Ah! Sayuri, jika kamu mau bergabung dengan mereka, kamu tidak perlu menahan diri.”
“Me-Meski aku pikir ... itu lucu tapi ... aku harus memenuhi peran pengawas dan melaporkan kepada Selene-san, aku akan membayangi kalian dari belakang seperti hantu penguntit.”
Dan, sekitar pada saat yang bersamaan ketika Sayuri menyatakan itu, ada email tiba di smartphone-ku. Itu dari Selene, yang sedang menunggu di apartemen.
Ingin mengejutkan Tomomi, sampai kami mencapai tujuan, aku tidak bilang kita akan pergi kemana untuk kencan kali ini, tampaknya itu juga kejutan bagi Selene. Yang tertulis di dalam e-mail adalah ini.
'Bersenang-senang di Akihabara sungguh tidak adil. Bisnis dukungan akan tutup untuk hari ini.'
Heck, dia tiba-tiba mengabaikan tugasnya! Entah bagaimana, aku pikir dia mungkin merasa iri, tapi apa Akihabara sangat mengejutkanmu, Miss Selene.
Mengintip ke layar smartphone-ku, Tomomi tertawa.
“Dia merajuk. Nah, Selene dalam keadaan semacam itu, Sayuri, karena kamu tidak perlu lagi melaporkan apa pun, kamu tidak perlu memaksa diri lago, tau? Maksudku, ketertarikanmu cuma terbatas untuk peralatan memasak dan barang-barang.”
“Memang, aku merasa tertarik pada oven model terbaru dan penggorengan yang tidak menggunakan minyak, tapi aku lebih tertarik pada perilaku Tomomi-san yang mati-matian mencoba untuk membuat kalian berduaan saja. Apa kamu berniat mau melakukan sesuatu yang membuatmu merasa bersalah? aku jadi merasa curiga tentang itu.”
Sayuri mengatakan itu dengan tersenyum. Namun matanya, sama sekali tidak tersenyum. bahu Tomomi berkedut kuat.
“Ti-Tidak ada yang seperti itu, kok. Sebaliknya, dari awal, ini adalah kencanku dengan Nii-chan, berduaan itu normal, NORMAL!”
“Sebenarnya ini bukan kencan, tapi praktek. Selain itu, kencan kedua dengan Onii-sama ... ya praktek, itu terlalu iri.”
Layaknya kucing dengan anjing, kedua adikku ini saling bertatapan sampai seolah-olah bisa memercikkan api. Sepertinya mereka akan berkelahi bila aku tidak menghentikan mereka.
“Tu-Tunggu sebentar! Sayuri, kali ini akulah yang mengajak Tomomi.”
“Aku baru pertama kali mendengarnya. Ke-Kenapa? Apa Onii-sama ingin berkencan Tomomi-san lagi dan lagi?”
“Umm ... itu ... itu ...”
Tomomi membusungkan dadanya.
“Supaya aku bisa berkencan dengan pacarku, kita akan berlatih untuk kedua kalinya. Bukankah begitu, Nii-chan?”
Dia menimpaliku. Aku akan menggunakan alasan itu.
“Y-ya. Jadi begitulah! Anggap saja sebagai dukungan yang murah hati.”
Sayuri mengarahkan pandangan berkaca-kaca ke arahku.
“Aku mengerti. Jika itu dukungan jangka panjang agar Tomomi-san bisa mengambil langkah pertama menuju masa depan yang cerah dengan pacarnya, aku sama sekali tidak keberatan, tapi ...”
Garis pandangnya menuju ke arahTomomi.
“Ngomong-ngomong, kapan kamu akan memperkenalkan pacarmu kepada kita?”
Dasar Tomomi, bukan hanya aku, tapi dia juga tidak memperkenalkan pacarnya kepada adik-adiknya.
Aku tahu itu mungkin akan sulit baginya untuk memperkenalkan pacarnya padaku, tapi dia berusaha cukup keras untuk merahasiakan identitas pacarnya. Atau mungkin seperti yang Selene bilang ...
Tidak baik. Aku tidak boleh meragukan Tomomi.
Sebagai saudara, kita harus saling percaya dan bekerja sama.
“Sekarang sudah waktunya kita pergi. Kita sudah melenceng dari jadwal.”
Aku meraih tangan Tomomi. Sayuri terdiam dengn tidakpuas. Maaf Sayuri, tolong tahan untuk hari ini.
Tomomi menggeleng riang.
“Yup! Kita akan pergi kemana dulu, Nii-chan?”
Aku sudah menandai sebuh toko di peta smartphone.
“Hei! Nii-chan, Nii-chan! Aku ingin melihat Gamer!”
Dia langung bereaksi ke toko anime yang ada di sepanjang jalan.
“Tentu. Kalau begitu ayo ke sana.”
Kami menuju ke toko, yang ramai pada akhir pekan. Tomomi bergegas ke lantai enam.
Berbagai macam barang yang ada di sudut lantai enam adalah permainan kartu, dia mengangguk sambil bersenandung pelan.
“Seperti yang diharapkan dari toko di Akiba. Hmm, turnamen akan dimulai di malam hari ... haa ?! Aku tidak membawa kartu dekku, uuu ... andai saja aku tahu tujuannya Akihabara. Sebaliknya, seperti yang diharapkan, hari Sabtu pasti banyak peserta yang ikut.”
Ketika aku menengok sekilas ke belakang, Sayuri menunggu di luar dengan patuh. Hari ini, dia mungkin tetap seperti itu sepanjang waktu.
Kemudian, kami mengunjungi area pameran di lantai lima. Di tengah penayangan, di sana ada sebuah museum anime mahou shoujo.
Tentunya, jika Selene ada di sini, hal tersebut akan menginspirasi kreativitasnya.
Setelah melihat-lihat sekeliling toko dan meninggalkannya, Tomomi menarik napas dalam-dalam.
Karena saking gembiranya, wajahnya sedikit memerah.
“Sungguh menakjubkan. Ada event tanda tangan di kertas berwarna, ada banyak event yang diadakan, rasanya benar-benar seperti Akihabara!”
“Dan belanjamu?”
“Untuk sekarang mending kita lihat-lihat saja dulu! Aku sudah mengingat item yang aku incar.”
Aku penasaran, mau berapa banyak barang yang ingin dia beli.
Ketika aku memeriksa ke belakang, karena khawatir, Sayuri tampak sedikit pusing.
“Apa kau baik-baik saja, Sayuri?”
“Tolong jangan mencemaskanku dan bersenang-senanglah pada kencanmu. Aku cuma sekedar bayangan.”
Tomomi mengangguk kuat.
“Kemudian, aku akan menerima tawaranmu, selanjutnya kita akan pergi kemana, Nii-chan?”
Kami bergegas menuju jalur penyebrangan yang terkenal, persimpangan pusat. Saat kita mendongak ke atas, ada papan nama dari Onodenbouya yang bisa terlihat. Sebuah kereta berjalan di atas jembatan besi hijau, sangat mungkin untuk melihat ke arah itu dari bawah. Itu adalah pemandangan yang aneh.
Aku memeriksa di peta dan tanpa pergi ke sisi lain dari persimpangan, aku berbelok ke kanan.
Karena jalur penyebrangan tidak berfungsi pada hari seperti ini, orang-orang meluap dari trotoar.
Ada cukup banyak wisatawan asing. Tidak hanya ada toko elektronik, tapi juga toko yang menjual oleh-oleh khas Jepang seperti jubah dan lampion, bahkan boneka Jepang.
Barang elektronik seperti komputer pribadi, smartphone dan peralatan berteknologi tinggi lainnya telah menyatu dengan budaya otaku anime dan game.
Bahkan di seluruh dunia tempat ini sungguh tidak biasa. Jepang keren? Begitulah.
Saat kita terus menyusuri jalan trotoar dan melalui penyeberangan, Tomomi tiba-tiba berteriak. Aku langsung tahu kalau dia pasti sudah mengenal toko di samping kami saat dia tiba-tiba berhenti. Pasti tempat yang terkenal.
“Ini diaaaaaa! Shishinoana! Nii-chan, kita masih di bawah umur jadi mari kita lanjutkan dengan hati-hati.”
Tomomi membawaku ke dalam gedung berdinding oranye. Di dalamnya, terdapata Aula-A dan Aula-B. Ngomong-ngomong, Aula yang di tuju Tomomi adalah Aula-A. Aula-B ditujukan untuk wanita ... sesuatu seperti itu. Meski dia sendiri wanita untuk beberapa alasan dia takkan pergi ke Aula-B.
Penyelidikanku masih kurang. Yah, jika dia ingin pergi ke sana mending kita turuti saja kemauannya.
Daya tarik di sini sebagian besar adalah "doujinshi". Tomomi berhenti bergerak setelah mencapai lantai empat.
“U-uwahhh! Nii-chan, aku ingin cepat-cepat tumbuh dan menjadi dewasa!”
“Mendadak kau bilang apa sih?”
Tomomi kalah, benar-benar kalah, terus tertekan akhirnya dia berkata “Sekarang, ayo kita jaga supaya tubuh kita tetap murni, Nii-chan!" dan menyerah untuk naik ke lantai atas. Sebenarnya apa yang ada di lantai lima dan lantai selanjutnya?
Setelah membeli apa yang menarik minatnya, sesaat dia keluar dari toko, Tomomi langsung buru-buru ke gedung biru sebelahnya.
“Animete! Tidak afdol bila tidak mampir ke sini!”
Entah bagaimana, sejak meninggalkan gerbang tiket, Tomomi sudah sangat bersemangat. Layaknya pemilik dari anjing yang terlalu kegirangan, aku ditarik ke sana- kemari olehnya.
“Barang Anime Tenchou ... jadi bahkan ada sesuatu seperti ini!”
Tetap mengawasi Tomomi saaat dia begitu bersemangat pasti sangat sulit untuk Sayuri ... dan, saat aku ingin memeriksa di belakang kami, Sayuri berdiri di sudut barang memeriksa pelindung matahari, dia tampak kebingungan.
Jangan bilang, kalau dia juga tertarik ?!
Dan, melihat tatapan terkejutku, Sayuri menempatkan kembali pelindung matahari tersebut ke rak, kemudian buru-buru bersembunyi lagi.
Bahuku ditepak dua kali.
“Nii-chan terlalu mencemaskan Sayuri!”
“Oo ... woah.? !!”
Ketika aku berbalik, jari Tomomi itu menyolek pipiku.
“Ka-Kau ini bocah SD apa?!”
“Yaay! Nii-chan ketangkap!”
Melihat Tomomi bersenang-senang, aku tidak punya tenaga lagi untuk marah.
Walau dia tidak membeli apa-apa, Tomomi meninggalkan gedung dengan ekspresi segar.
“Selanjutnya kemana lagi, Nii-chan ?! Cepat, cepat!”
“Aku punya pertanyaan ... apa ada perbedaan di antara toko-toko ini?”
“Tentu saja suasana dan pelanggannya berbeda. Dan juga, meski mereka menjual barang dan buku yang sama, mereka memberikan bonus yang berbeda!”
Hmm, aku tidak tahu bonus macam apa yang dimaksud, tapi diberitahu begitu aku menyadari ada banyak gadis di Animete.
Setelah kembali ke jalan utama, kami lanjut menuju Suehirocho, kemudian melalui penyeberangan untuk pergi ke jalan Ton Quixote.
Tomomi berhenti di jejeran toko di pinggir jalan.
“Toko buku Suika sangat terkenal banget ‘kan. Nii-chan ... Aku akan pergi untuk mengintip sedikit!”
Tampaknya tokonya terletak di ruang bawah tanah gedung.
Meski Tomomi adalah menuju ke ruang bawah tanah melalui tangga, tapi dia langsung segera kembali.
“Nii-chan, aku ingin cepat-cepat tumbuh dan menjadi dewasa! Sebaliknya, Nii-chan, cepat dan jadilah dewasa, lalu dengarkan keinginan adik kecilmu ini!”
“Bukan berarti aku bisa menjadi dewasa karena kau menyuruhku begitu, benar. Pokoknya, apa kau tidak mau lihat-lihat ke toko dulu?”
“Uhh, umm ... lain kali saja! Maksudku, ini sangat super beresiko, serius!”
Tomomi menggeliat dengan wajah memerah. Dia tampak sedikit senang dan hal terebut membuatku senang juga.
Tempat mana yang cocok buat Tomomi untuk memulai belanja? Aku sudah memasukkan waktu untuk berbelanja di jadwal, tapi sudah berjalan terlalu baik dan masih ada waktu tersisa.
“Nii-chan, apa kita bisa berbelanja setelah itu sekaligus?”
“Bukannya keliling lagi untuk kedua kalinya terlalu merepotkan?”
“Ayolaaah. Kita akan melanjutkannya dengan cepat.”
“Bailah. Ayo kita lakukan itu.”
Sepertinya Tomomi adalah tipe orang yang lihat-lihat dulu segala dan kemudian baru melakukan belanja. Nah, jika ada banyak toko yang menarik minat Tomomi, jika dia memaksa dirinya untuk melihat-lihat selama mungkin, dia pasti ingin berbelanja juga.
“Juga ... umm ... ada satu hal lagi yang ingin kuminta, apa kita bisa bermain game bersama-sama?”
“Waktu untuk kegiatan itu juga sudah dijadwalkan.”
Putar arah melewati stasiun, kami menuju ke arah trotoar.
Pada Solmap ada tampilan game baru. Ada juga beberapa orang yang melihat-lihat.
Melewati depan Master Donuts, kami kembali ke bawah jembatan.
Gedung klub Seka menjulang tepat di samping kami. Aku menunjuk jariku ke arah itu.
“Uwahaa! Nii-chan, apa benar baik-baik saja?”
“Ya. Ada game centre lokal di mana kita bisa bermain bersama, jadi hari ini ... mengamuklah semaumu!”
“Hyeahh! Nii-chan memang yang terbaik!”
Tomomi menarik lenganku dan Sayuri untuk memasuki gedung. Kami segera menuju ke lantai dimana ada permainan pertempuran.
Setelah membabat habis game fighting robot yang populer dan segera mengalahkan sepuluh orang, tanpa aku sadari, jumlah orang yang menonton telah membludak.
Meski dia kalah pada permainan ke-11, itu tampaknya karena koreksi negatif dari kemenangan beruntun. Mereka yang menan beruntun tampaknya menurukan kemampuan mereka.
Pertandingan di mana dia kalah juga hampir saja. Jujur saja, pergerakan lawannya terlalu cepat sampai-sampai aku tidak tahu apa yang terjadi dan pertandingan itu sudah selesai sementara lawannya cuma satu milimeter dari HP yang tersisa.
Setelah kalah, saat Tomomi berdiri dia menerima tepuk tangan meriah dari para penonton.
Entah bagaimana ... Tomomi terlihat menakjubkan.
Adapun Sayuri, dia melihat permainan Tomomi seakan-akan ingin melahap pemandangan itu. Jadi, dia ingin tahu tentang aktivitas onee-channya ya. Yah, lagipula mereka memang bersaudara.
Ketika kami meninggalkan klub Seka, Tomomi membusungkan dadanya dan meregangkan punggungnya.
“Aww ... Aku benar-benar gugup.”
“Sepuluh kemenangan beruntun memang sungguh menakjubkan.”
“Itu berarti jalanku masih panjang.”
Saat Tomomi tertawa dengan rendah hati, Sayuri perlahan mengangkat tangannya.
“Aku cuma sekedar bayangan, tapi apa aku boleh menyatakan sesuatu?”
Ekspresi Tomomi tampak bingung.
“Nn? Ada apa, Sayuri?”
“Um ... ta-tadi itu menakjubkan. Aku memang tidak mengerti, tapi aku merasa terkesan.”
Sejenak, wajah Tomomi memerah. Dia menunduk ke bawah dan tersipu sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk.
“U-umm ... te-terima kasih banyak.”
Rasa malunya itu menular dan Sayuri ikut tersipu juga.
“Ak-Aku akan kembali menjadi bayangan!”
Sayuri mengambil tiga langkah ke belakang dan langsung hening. Kehadirannya menghilang. Dia mirip seperti kapal selam siluman.
Sama seperti Sayuri yang katakan, aku tidak bisa menjelaskan apa yang menakjubkan tentang permainan Tomomi.
Tapi, serangan dan pertahanan, atau lebih tepatnya, dia membalikkan situasi berkali-kali meski dipaksa menyerah telah terukir kuat dalam memoriku.
Itu adalah pertarungan yang mengagumkan. Karena mereka bertarung jujur dan adil, mereka menerima tepuk tangan meriah terlepas apakah mereka menang atau kalah.
“Nii-chan, selanjutnya kita akan ke mana lagi?”
Kali ini kami melihat-lihat sekeliling klub Seka. Di Akihabara ada berbagai toko-toko khusus. Setelah tiba di depan toko elektronik, kami berhenti di persimpangan jalan. Setelah memeriksa peta melalui smartphone-ku, aku menemukan tujuan berikutnya tepat di persimpangan jalan tersebut.
“Wow! Lihat, Nii-chan! Kartu memori di sini super murah!”
Di luar, ada barang berkotak plastik berjejer yang perhatian Tomomi. Sambil menatap tajam pada label harga, Tomomi terus mendesah.
“32gb kelas 10 dengan harga segini ... tidak ada, belanja setelah itu, aku perlu bersabar!”
Dari waktu ke waktu Tomomi melantunkan mantra magis. Aku pikir 32GB adalah kapasitas kartu, tapi aku penasaran maksud dari kelas 10.
Tomomi menyerah pada belanja dan meraih tanganku.
“Nii-chan, kita terus melanjutkan seperti ini, ‘kan?”
“Y-ya.”
Kami melewati sebuah toko elektronik komputer.
“Ada banyak orang di sini, tapi maid juga ada banyak.”
Sejak kami mulai berjalan menyusuri jalan samping dari jalan utama, ada banyak gadis berpakaian maid, rasanya seperti daerah yang sangat padat.
Ada papan iklan mencolok yang dihiasi lampu merah dan kuning dari toko biasa serta maid cafe juga.
Dari balkon, para maid melambaikan tangan kepada orang yang lewat.
Sekali lagi, aku berpikir ini adalah tempat yang menakjubkan.
“Nii-chan tampak terkejut.”
“Y-ya. Ini sungguh menakjubkan.”
“Jadi itu bagaimana tanggapanmu.”
“Tanggapan?”
“Tanggapanmu sama seperti anak SD.”
“Ma-Mau bagaimana lagi! Aku kewalahan di sini!”
Saat kami membicarakan itu dan tiba di depan Kokobukiya, Mika dan Yuuki telah keluar dari toko dengan membawa tas belanjaan di tangan mereka.
“Hei, Nii-san. Apa kencannya berjalan dengan baik?”
“Sepertinya berjalan dengan baik untukmu.”
“Yup. Ah! Aku sudah memilih toko yang bisa dimasuki untuk Mika-chan, jadi jangan khawatir, Nii-san.”
“Te-Tentu. Mika, apa yang kau beli?”
“Lihat, lihat. Aksesoris rambutnya lucu!”
“Aksesoris? Jadi ada yang menjual itu juga.”
Yuuki mengangguk.
“Mereka tampaknya aksesoris dari karakter anime Chinanda dan dibuat dengan baik. Harganya cukup mahal, tapi Mika-chan bilang 'Aku ingin ini!' sehingga menyerah membeli hal-hal yang lebih kecil, jadi kami membeli ini sebagai gantinya.”
Mika menatap wajahku dengan penuh perhatian.
“Untuk memberitahuku tentang hal itu Nii-chama, Mii-chan akan memberi sekitar lima ribu yen sebagai ucapan terima kasih nanti, oke?”
“Sebagai ucapan terima kasih?”
“Yup! Pasti! Ah! Kita harus pergi sudah. Maple bilang 'jangan jadi orang ketiga saat kencan'. Ayo, selanjutnya giliran Yuuki-neechama yang berbelanja.”
Yuuki melambaikan tangannya ke arah kami saat Mika menarik tangannya.
“Ba-Baiklah, kita akan pergi kea rah sini.”
“Y-ya. Hati-hati.”
Yuuki dan Mika pergi ke jalan kita datang, kemudian Tomomi bergumam.
“Yuuki, dia benar-benar cukup akrab dengan Mika. Aku ingin tahu, apa Nii-chan dan aku bisa melakukan hal yang sama?”
“Kita berdua sudah cukup akrab ... bukan?”
Aku meraih tangan Tomomi dan mengangguk.
“Begitu ya! Aku senang. Aku sudah akrab dengan Nii-chan. Kita memang mesra ya ‘kan. Ini adalah sama-sama cinta bukan?”
“U-umm, jika yang kau maksud cinta keluarga maka ya ...pikirku.”
Di belakang kami, aku merasa kehadiran tanpa kata-kata yang haus darah ... tapi, tanpa berani melihat ke belakang, aku menuju tujuan berikutnya.
Rute yang pernah kudengar suara elektronik ringan, pada saat itu Tomomi menarik lenganku dan mulai berlari.
Dia berteriak ketika kami tiba di depan toko.
“Ini super tomat! Nii-chan, itu ada di sini ‘kan? Ada di sini? Pasti di sini bukan!”
Di depan toko khusus permainan retro, kegembiraan Tomomi mencapai maksimum.
Game retro sangat langka keberadaannya. Dan begitu, Tomomi membeli satu permainan.
“Railway King 2" adalah game komputer.
Itu adalah series ke-2 dari game "Super-Large Strategy, Railway King"  yang pernah kami mainkan, dan game series ke-1 punya sistem kartu yang menjadi dasar dari seluruh sistem permainan ... atau sesuatu semacam itu.
Game tersebut sangat langka karena dijual sangat laris. Tapi, bisa mendapatkannya dengan manual dan dalam keadaan baik, aku punya sesuatu yang benar-benar beruntung! Atau begitulah ucapnya, Tomomi tampak puas.
Tempat selanjutnya, kami menuju ke arah Y Books. Tempat tersebut tidak hanya menjual buku, tapi juga barang-barang hobi.
Tomomi terpesona oleh deretan figure karakter.
Figur karakter yang bisa dimenangkan di minimarket 'hadiah pertama lotere' berada di sini sebagai barang untuk dibeli. Bisa mendapatkan karakter yang tak bisa dia menangkan dari hadiah lotre, wajah  Tomomi tampak sangat bahagia.
Setelah itu kami pergi ke sebuah toko di seberang jalan yang menjual suku cadang komputer. Aku berniat pergi ke seberang jalan untuk melihat-lihat, tapi tanpa aku sadari, Tomomi berubah menjadi serigala lapar.
Meski dia tidak membeli apapun, dia tertarik pada harga suku cadang komputer.
Sayuri dan aku benar-benar diabaikan. Sejak Tomomi itu berkeliaran ke sana – kemari di dalam toko, aku memutuskan untuk beristirahat di depan mesin penjual otomatis yang ada di luar.
“Umm, Onii-sama, apa kamu baik-baik saja tidak masuk ke dalam bersama Tomomi-san?”
“Hmm, seperti yang diharapkan, aku tahu menahu tentang bagian-bagian PC meski aku melihatnya. Bila figure karakter atau sejenisnya, aku masih bisa mengatakan sesuatu. Daripada itu, apa kau baik-baik saja, Sayuri?”
“Pada awalnya aku kewalahan oleh atmosfer, tapi secara perlahan-lahan aku mulai terbiasa. Seperti yang kuduga, aku tidak gegabah untuk membeli sesuatu seperti terakhir kali.”
Aku memeriksa waktu di smartphone-ku. Acara kencan berjalan lancar. Walau aku menambahkan waktu belanja setelah kembali, masih ada waktu yang tersisa dalam jadwal.
Tiba-tiba, aku kepikiran sesuatu.
“Larena masih ada waktu, bagaimana kalau kita lihat-lihat Kanda Myojin?”
Jika aku tidak salah, tempatnya tidak jauh dari sini.
“Onii-sama! A-Ayo kita lakukan itu lain kali saja.”
“Tapi tempat itu benar-benar dekat, bukan?”
“Umm ... saat aku jadi ka ... karakter utamanya, ayo kita kunjungi tempat itu. Tapi hari ini, Tomomi-san adalah karakter utamanya.”
“Begitu ya, jadi kau memikirkan perasaan Onee-chanmu, Sayuri.”
“Ya, Aku ... aku memikirkan perasaan kakakku.”
Dengan ekspresi sedikit bermasalah, Sayuri tersenyum. Dan saat kita selesai berbincang, Tomomi kembali.
“Maaf sudah membuatmu menunggu Nii-chan! Apa kamu sedang berbicara dengan Sayuri?”
“Kami membicarakan mengenai bagaimana vitalitasmu bisa semenakjubkan begitu.”
Sudut mulut Tomomi ini mengendur.
“Akihabara lah yang memberiku kekuatan!”
Dengan dia kembali, Sayuri kembali ke mode bayangan.
“U-umm ... bagaimana dengan suku cadang komputernya?”
“Yah, bila kuringkas dalam satu kata sih, kata 'murah' akan lebih tepat untuk menggambarkan toko ini.”
Ujar Tomomi, dan ketika dia mulai berbicara tentang bagian bagian, tampaknya ceritanya akan lama ... jadi aku memutuskan untuk tidak mendengarkannya.
Ketika kami menuju jalan Kurumaehashi, Tomomi menemukan sesuatu lagi dan berhenti.
“Tunggu Nii-chan! Apa aku boleh melihat-lihat ke dalam toko ini? Aku bisa mencium aroma harta.”
Ada tanda Ayafusen. Ini adalah toko game ... ‘kan?
“Y-ya. Tentu.”
“Kalau begitu, aku akan pergi!”
Sama seperti saat di toko suku cadang komputer, Tomomi langsung bergegas masuk ke dalam.
Dan dia dengan cepat kembali. Perasaan ini ... sama seperti di toko buku Suika.
“Nii-chan, ini buruk! Mereka menolak siapa saja yang di bawah usia 18 tahun! Intinya, di dalam toko itu isinya ero dan ero, dan ero!”
“Jangan berbicara cabul begitu!”
“Ehehe, maaf!”
Tomomi memang tak kenal lelah, atau lebih tepatnya ... Aku pikir dia mencapai puncak sebelumnya, tapi momentum nya masih meningkat.
Echizenya. Itu adalah toko yang memiliki senapan angin dan semua produk yang berhubungan dengan game survival.
“Nii-chan memang yang terbaik! Aku mencintaimu!”
“H-Hey, hei, itu terlalu berlebihan ...”
“Tidak perlu malu-malu begitu.”
Melihat senapan angina yang di pajang di dinding membuat pupil matanya berbinar, Tomomi mulai mengoceh tentang keindahan bentuk senapan tkepada diriku dan Sayuri yang diam-diam berdiri di belakang.

uuuu

Kami lalu makan siang di McD Suehiromachi.
Meski ada beberapa restoran di Akihabara, namun menurut informasi di internet tempat tersebut ramai semua. Ada satu restoran dekat stasiun yang cukup ramai di mana kita bisa santai.
“Mau makan siang bersama?”
“Aku lebih memilih kursi di dekat konter saja.”
Sayuri pergi sendirian ke meja dekat konter. Tidak perlu sampai segitunya ….. tidak, Sayuri ingin praktek kencan harus dilakukan dengan benar sampai akhir, itu mungkin penting berhasil sampai akhir tanpa ada yang mengganggu.
Makan bersama yang menyenangkan, sebuah peristiwa penting dalam kencan ... iya ‘kan.
Menimbang kembali hal itu, aku mengajak Tomomi dan kami duduk di meja dekat jendela.
“Kemampuan manajemen Nii-chan benar-benar menakjubkan. Bahkan mempersiapkan hadiah semacam itu, aku ... merasa terkesan.”
Fakta bahwa hari ini mereka menjual Burger pedas cuma sebuah kebetulan. Dan juga, alasan aku bisa mempersiapkan jadwal dengan baik seperti ini karena berkat Sayuri.
“Aku senang kau menyukai hal itu.”
Tomomi segera mulai melahap Spicy Burger yang sudah dia nanti-nanti.
“Mari makan!”
Dia membuka bungkusan kertas dan mengigit burger. Saus tomat mengalir dari tepi mulutnya. Ya, jika ada banyak saus yang keluar ..,,,,. itu berbahaya. Benar-benar berbahaya.
“Uhyah! Pedas! Ini pedas banget! A ha ha ha ha!"
Karena saking kepedasan, Tomomi mulai tertawa.
“Iya ‘kah? Bila itu benar-benar pedas. Untung saja aku memesan yang baisa.”
Cari aman, aku memilih menu Teriyaki Burger.
Rasa manis kecap dasar dan mayonesnya benar-benar tak tertahankan. Ini bukan makanan Jepang, tapi rasanya lezat dalam caranya sendiri. Ketika tinggal bersama nenek, aku jarang makan hamburger, dan meski aku memakan makanan semcam ini, aku lebih suka rasa makanan Jepang. Dan seperti itu, sekali lagi aku telah mengakui seleraku sendiri.
“Kamu tidak punya hati untuk petualangan, Nii-chan! Aku bisa-bisa jadi kecanduan dengan kepedasan ini! Hhaa.”
Tomomi berlinang air mata sembari tersenyum. Atau lebih tepatnya ... dia menangis. Aliran air matanya mengalir di pipinya.
“Apa kau baik-baik saja? Apa pedas sekali ya?”
“Karena kekurangan air minum jadi aku menyita cola Nii-chan!”
Cola punyaku diembat Tomomi.
Tapi aku sudah meminum cola itu ….... ini, bukannya ini ciuman tidak langsung ?!
Tidak, tidak, tenanglah sedikit. Bagi saudara melakukan ini ... sebenarnya ... no-normal.
Tomomi mengelap pipinya dengan ibu jarinya, meminum cola dan tersenyum lagi.
“Ngomong-ngomong, demi rencana kencan hari ini, apa Nii-chan menyelidiki dan memikirkan semuanya?”
“Itu benar. Karena aku memikirkanmu saat melakukan hal itu, aku cukup bersenang-senang.”
Kami mengunjungi banyak tempat yang tidak direncanakan, tapi sebagian besar berjalan sesuai rencana.
Tiba-tiba, Tomomi membuat ekspresi serius.
Sepanjang waktu ini dia sealu tampak bersemangat, apa yang terjadi sekarang?
Dengan tampilan yang bermasalah, dia mengangkat alis dan bergumam.
“Begitu rupanya. Jadi, Nii-chan ... selalu memperhatikan aku.”
“Kau adalah adikku yang berharga, itu adalah hak istimewa seorang kakak.”
“Lalu, apa Nii-chan pergi bermain dengan teman-temannya?”
“Sayangnya, aku tidak punya teman seperti itu.”
Wajah Mariko muncul di dalam benakku, tapi bagaimana bilangnya ya, Mariko ... tidak terasa seperti seorang teman. Seorang teman masa kecil.
Tomomi terus melanjutkan.
“Umm ... Aku .... tidak, kami semua membebani Nii-chan, kami tidak ingin Nii-chan terbelenggu karena kami.”
“Jangan menyebutnya terbelenggu. Aku cukup bersenang-senang dan melakukannya karena aku menyukainya. Tidak ada yang perlu kau cemaskan sama sekali.”
Ekspresinya langsung sumringah dan perlahan-lahan cerah.
“Terima kasih, Nii-chan. Tentang itu ... mulai dari sekarang, jika Nii-chan punya rencana sendiri ... setidaknya untuk hari Selasa, kamu tidak perlu mencemaskanku! Tentu saja, kita tidak tahu sampai berapa lama kehidupan kita saat ini terus berlanjut tapi …... itu sebabnya, aku ingin Nii-chan bisa hidup bebas.”
Yuuki dan Mika mengatakan hal yang sama juga, tapi Tomomi, tampaknya mengkhawatirkan tentang diriku.
“Te-Tentu. Terima kasih, Tomomi.”
Tomomi mengangguk dan menggigit Spicy Burger, sekali lagi air mata muncul di sudut matanya.
Ketika dia menghela napas setelah makan, ekspresi wajahnya terlihat tenang dan puas. Ekspresi Tomomi benar-benar kaya akan emosi, aku tak pernah bosan melihatnya ... jika aku bilang begitu padanya tentang yang aku rasa, dia akan marah dengan “Aku ini bukan tontonan!”.
“Nii-chan, kencan itu sangat menyenangkan, ya.”
“Memang ... huh. Sebelumnya kencan kita di Shibuya mungkin terlalu berlebihan.”
“Yup. Aku lebih suka sepatu ketimbang hak tinggi, dan pakaian nyaman memang sangat berguna. Maaf Nii-chan, aku tidak sangat femininm.”
“Ka-Kau ini bilang apa. Kau sendiri sudah cukup lucu tau.”
“Ja-Jangan memujiku, rasanya memalukan!”
Aku menatap tajam ke arahnya.
“Ad-Ada apa, Nii-chan.”
“Saat kau berkencan dengan pacarmu, bagaimana kalau kau mengusulkan kencan di mana kau bisa menikmati dirimu sendiri? Aku sudah mengkonfirmasi hal itu dengan kencan hari ini. Walau kau mencoba berlebihan, itu tidak akan berlangsung lama. Jika pacarmu tidak bisa menerima dirimu yang sebenarnya ... Onii-chan tidak akan menerima dia.”
Tomomi mengangguk dalam-dalam dan menunduk, lalu memandangku.
“Auu ... tunggu, Nii-chan. Aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan.”
Tubuhnya condong ke depan dan Tomomi berbisik ke telingaku.
“Aku ingin berduaan bersama dengan Nii-chan, tak peduli apa konsekuensinya.”
“Kau ...Apa maksudmu bilang begitu…”
“Karena Sayuri ada di sini ... aku ti-tidak bisa mengatakannya.”
Mata Tomomi tampak serius saat dia memohon padaku.
Lalu, kesempatan tiba-tiba muncul.
Sayuri berdiri dari tempat duduknya untuk pergi ke toilet.
Usai melihat itu, Tomomi berdiri dan menarik lenganku.
“Kesempatan! Ayo! Nii-chan!”
“He-Hei! Sayuri ...”
“Tidak apa-apa, ayo cepat!”
Meninggalkan Sayuri di restoran, tanganku ditarik Tomomi sampai keluar toko. Tomomi mulai berlari menuju jalanan sepi di samping restoran.
Tak lama kemudian ada nada dering email pada smartphone-ku. Tomomi tersentak.
“Ah! GPS! Nii-chan matikan smartphone-mu juga!”
“Eh? Smartphone?”
“Jika tidak, kita akan ditemukan.”
Sepertinya kami melarikan diri dari Sayuri, aku ingin tahu apa itu baik-baik saja untuk melakukan apa yang seperti Tomomi katakan.
“Hei, Tomomi ... apa itu sesuatu yang akan menyakiti Sayuri?”
“Umm ... mungkin ... tidak, tapi ... aku ... akan menyakiti semua orang.”
Berdiri di tempat, Tomomi membuat ekspresi tersiksa.
“Maksudmu semua orang, berarti tidak hanya Sayuri, tapi juga Selene, Yuuki dan Mika?”
“Yup. Dan Nii-chan juga. Kumohon... Aku ingin kita bicara empat mata.”
Tomomi yang selalu ceria memiliki ekspresi rapuh seolah-olah dia  akan hancur bila disentuh sedikit saja.
Aku mematikan smartphone-ku.
“Sudah. Dengan ini baik-baik saja, kan?”
“Terima kasih, Nii-chan. Karena mempercayaiku.”
Setelah itu Tomomi mulai berjalan dalam pola zig-zag. Kami berjalan menjauh dari Akihabara dan stasiun Suehirocho. Aku tidak tahu kita sedang ada di mana karena aku tidak bisa melihat aplikasi peta di smartphone.
Kami berjalan selama sekitar lima menit. Jika kita tidak menghubungi dia, Sayuri akan merasa khawatir.
Tidak ada taman untuk berbicara dengan tenang, kami berdua berada di sebuah gang di belakang jejeran bangunan abu-abu dan krem.
Tidak ada pejalan kaki di sini. Mungkin karena itu jauh dari jalan utama, mobil lewat pun tidak ada.
Hiruk perkotaan dan keramaian orang dari sebelumnya tampak seperti sebuah ilusi.
Tidak ada suasana romantis, tapi Tomomi tiba-tiba mendekatiku. Hal itu saja sudah membuatku cukup gugup, kepalaku terasa jadi kosong.
“He-Hei. Kau ingin membicarakan sesuatu, kan?”
Ketika Tomomi menatapku seolah-olah memohon sesuatu, wajah kami begitu dekat sampai-sampai bisa merasakan napas masing-masing.
“Nii-chan ... maaf.”
“... apa yang terjadi? Mendadak minta maaf begitu.”
Sejenak, ekspresi wajahnya tampak sedih dan berbalik.
Aku menunggu kata-katanya. Tomomi seperti anak kucing yang ketakutan bersembunyi dalam bayang-bayang, melirikku dengan takut sebelum berbalik ke arahku lagi.
Bibirnya gemetar ketakutan, dan dia mengaku.
“Sebenarnya ... aku ... tidak punya pacar.”
Setelah dia selesai mengatakan itu, Tomomi memejamkan matanya erat-erat.
Ketimbang Tomomi yang seumuran denganku, sebaliknya orang yang di hadapanku ini adalah ... Tomomi yang kekanak-kanakan.
Itulah perasaan aku miliki. Tomomi kecil, muda dan bersiap mau menangis kapan saja... aku benar-benar merasa lega. Terlepas dari kenyataan bahwa kami seumuran, aku sangat menyayangi adikku ini.
Pernyataan tidak masuk akal Selene "Aku entah bagaimana berpikir begitu" ternyata tepat sasaran.
Aku tidak marah atau geram pada Tomomi sedikit pun.
“Begitu ya. Aku pensaran kau mau bilang apa. Ini mungkin terdengar aneh, tapi aku merasa lega.”
“... Heee? Ap-Apa kamu tidak marah?”
Aku mengangguk.
“Meski cuma sebulan, tapi Tomomi ... mendengar adikku punya pacar, rasanya sedikit traumatis untukku. Itu sebabnya, aku merasa lega setelah mendengar itu semua adalah bohong. Meski aku harus mengucapkan selamat kepada adikku yang populer , aku bertindak tidak dewasa sebagai kakak.”
“N-Nii-chan ...”
“Jika aku mengatakan sesuatu seperti ini, aku jadi menyulitkanmu nanti. Jika kau menemukan seseorang yang benar-benar kau cintai, aku akan mendukungmu. Memberkatimu. Karena aku,….. Tomomi  ... Onii-chan kalian.”
Setelah menunduk ke bawah, dia mengangguk mengatakan “ya”.
Apa aku melakukan sesuatu yang buruk lagi?
“Apa kau baik-baik saja, Tomomi?”
Tomomi mengangkat kepalanya dan tertawa.
“Ak-Aku baik-baik saja , Nii-chan."
Tampaknya dia tidak marah atau tertekan, jadi aku merasa lega.
Sekarang, aku telah memutuskan untuk mendukung cinta adikku, tapi selain itu... sebagai kakaknya, aku harus memarahinya.
“Tapi, ini tidak baik Tomomi. Membohongi semua orang di sekelilingmu. Pastikan untuk meminta maaf kepada Sayuri dan yang lainnya.”
Wajah Tomomi memucat.
“Te-Tentang itu, demi melindungi martabat Onee-chan, aku mohon tolong rahasiakan itu, Onii-sama!"
“Kau ini, Onii-sama ... hey hey. Lagian kenapa kau berbohong segala?”
Air mata muncul di matanya.
“Sebab, sebagai putri sulung, aku tidak bisa bermesraan dengan Nii-chan ... dan begitu.”
“Aku tidak yakin jika kau harus mengatakan 'bermesraan'.”
“Dan sebelumnya ... kami pergi bersama-sama ke ruangan Murasaki-san.”
“Y-ya. Apa itu buruk?”
“Tidak. Memang benar kalau aku ingin menjadi berguna bagi Nii-chan! Tapi itu tidak berjalan dengan baik ... dan kita tidak pergi ke restoran keluarga ... itu salah cuaca jadi mau bagaimna lagi tapi, entah bagaimana ... tiba-tiba ... aku tidak bisa lagi memahami diriku sendiri dan ... kau berkencan dengan Selene di malam hari, aku jadi merasa iri.”
Aku memeluk kepala Tomomi dan mengelus kepalanya dengan lembut.
“Begitu rupanya. Meski kau adalah adikku tapi kau mencoba untuk menjadi Onee-chan yang baik dan ... berlebihan sedikit.”
“Maaf. Maafkan aku Nii-chan. Uwahhhhhnn. Kupikir bila aku bilang kalau aku punya pacar, Nii-chan akan lebih perhatian kepadaku! Aku adik nakal yang mencoba memanfaatkan kebaikan Nii-chan !!”
Tomomi mulai berperilaku seperti manja anak dan menangis tersedu-sedu.
Aku mengelus kepalanya dan dengan lembut mengusap punggungnya.
“Aku juga terlalu mengandalkanmu, sebagai adik tertua. Maaf.”
“Ini bukan salaahhh Nii-chan. Saat di Shibuya, dan hari ini, Nii-chan serius berkencan denganku dan aku terus menipu Nii-Chann ... itu semua salahkuuuu.”
Sepertinya akan memakan waktu lama sampai Tomomi bisa tenang kembali.
“Uuu, aku benar-benar minta maaf.”
Tomomi bilang begitu sambil menggunakan nada bicara formal, lalu aku menyalakan smartphone. Aku mengaktifkan GPS juga. Selama kita tidak bergerak dari tempat ini, salah satu dari mereka mungkin datang ke sini untuk mencari kita.
Tapi yah, pasti butuh waktu yang lama jadi mendingan langsung mengirim email ke Sayuri dan memberitahunya kalau kami baik-baik saja. Aku memilih depan stasiun Akihabara sebagai tempat berkumpul kembali.
Kali ini, secara terbuka aku akan menjelaskan situasinya kepada semua orang dan menyuruh Tomomi untuk meminta maaf ... dan begitu, praktek kencan berakhir dengan cara yang aneh.
——Setelah mencapai stasiun.
Di pintu gerbang tiket Station Akihabara ada Yuuki dan Mika yang tiba lebih awal. Dan ... di atas bahu Yuuki, ada seorang gadis dengan pakaian gothic hitam.
“... zhe ... haa ... orang-orang ... seperti serangga.”
“Selene ?! Apa kau datang ke sini sendirian?”
Yuuki mengangguk dengan ekspresi bermasalah.
“Dia benar-benar ingin datang ke Akihabara, jadi dia beneran datang tapi ... Selene-chan sudah kehabisan napas.”
Dengan wajah pucat, Selene menatap pemandangan di luar pintu gerbang tiket Akihabara dan bergumam.
“... jadi Akihabara ... benar-benar ada, ya.”
Layaknya seorang penjelajah yang telah mencapai wilayah yang belum dijelajahi dari dongeng mengucapkan kata-kata terakhirnya.
Sementara itu, mungkin karena dia berlari mencari ke sana-sini, Sayuri berkumpul lagi dengan kami sambil bercucuran keringat.
“Onii-sama, aku senang kau aman ... eh, Selene-san, kenapa ?!”
Protesnya terhadap Tomomi langsung hilang, sepertinya Sayuri terkejut oleh fakta bahwa Selene datang ke Akihabara.
Mika menatap wajah Selene dengan cemas.
“Selene-neechama, ja-jangan mati ... Kamu tidak boleh mati, aku akan sedih ...”
“... Mi-Mika-chan ... hiduplah demi diriku ... juga.”
Dalam kasus terburuk, kita mungkin perlu menelepon ambulans bila terus seperti ini.
Aku terkejut dengan usaha Selene melakukan yang terbaik untuk datang ke sini sendirian, tapi akan lebih baik kalau dia terbiasa untuk itu sehingga kita tidak perlu membuat keributan dengan ambulans di sini. Jika dia mulai mengatakan “Jika aku pergi ke luar dan ambulans datang, aku merasa ingin sekarat”, dia mungkin akan mulai menyucikan dirinya lagi.
Aku sudah memutuskan.
“Baiklah ... kita akan kembali! Mundur!”
“... akhirnya ... akhirnya sampai ke Akihabara ... namun ... uu uu ... terlalu banyak orang dan mataku mulai pusing.”

“Selene. Kau sudah berjuang dengan baik. Ayo kita kembali untuk hari ini. Lain kali, kita akan melangkah lebih jauh setelah mempersiapkan diri.”
“... padahal hampir saja. Sayang sekali.”
Tomomi, yang diam sepanjang waktu mengangguk.
“Selene, jika Kau mabuk dengan jumlah orang, coba tutup matamu dan ambil napas dalam-dalam.”
“... ya. Su-haa, su-haa.”
Saat dia diberitahu oleh Tomomi, Selene memejamkan mata dan mulai bernapas dalam-dalam.
“... Aku sudah sedikit tenang.”
“Aku akan menggenggam tanganmu sampai kita mencapai rumah, ayo kita pulang. Saat kamu sudah tenang ——Ada sesuatu yang harus kuberitahu pada semua nya.”
Setelah menyatakan begitu, Tomomi menarik lembut tangan Selene. Dengan mata masih tertutup, Selene ditarik Tomomi sampai-sampai dia terjatuh saat melewati gerbang tiket.
Selene datang ke Akihabara berlangsung kurang dari lima menit.
Setelah naik ke gerbong kereta, Tomomi tiba-tiba kaget.
“Nii-chan, gawat! Aku tidak berbelanja sama sekali!!”
Bagian dari itu adalah salahnya sendiri, sayangnya, dia harus melakukannya lain kali.

uuuu

Setelah beralih ke JR Swasta Railway, Selene akhirnya membuka matanya dan sembuh. Sepertinya dia sudah tenang entah bagaimana.
Saat itulah Tomomi berdiri dari kursi dan mengakui semuanya kepada adik-adiknya yang duduk berjajar.
Ketika Tomomi berbicara, ekspresi Mika tampak kosong di wajahnya. Tapi kemudian, dia bilang “Aku senang Tomomi-neechama belum mendapatkan pacar”, sambil tersenyum ceria.
Yuuki tampaknya tidak marah. Lega, bukan. Dan, mungkin aku terlalu bergantung pada Tomomi-oneechan ... katanya.
Selene tampak tidak terlalu terkejut, seperti yang aku harapkan, memangnya apa itu? Ujarnya dan kembali terkulai lemas. Yah, dia sudah kehilangan banyak tenaga yang setara dengan sehari, jadi ya apa boleh buat kalau dia tidak bisa berpikir jernih.
Namun, orang yang bereaksi paling parah adalah Sayuri.
Setelah Tomomi dan aku menghilang, sepertinya dia mencari-cari kami dengan panik. Instingnya cukup tajam saat dia mendatangi gang belakang tempat kami berada sesaat setelah kami meninggalkannya.
Dia fokus mencari tempat yang tidak ada orang. Sayuri benar-benar mengerikan.
Dan Sayuri yang begitu menggembungkan pipinya dan berkata kepada Tomomi.
“Ak-aku tahu akan jadi begini. Dari awal, mana mungkin gadis tomboy seperti Tomomi-san bisa mendapatkan pacar.”
“A-apa! Kali ini memang salahku. Tapi ini dan itu adalah dua hal yang berbeda! Bahkan Nii-chan bilang kalau aku ini im-imut!”
Lalu Yuuki buru-buru menyela di antara keduanya.
“Sabar, sabar, kalian berdua tenanglah sedikit.”
Mika menatap Tomomi.
“Tomomi-neechama enak, bisa berjalan-jalan dengan Nii-chama. Tapi lihat, Mii-chan juga bersenang-senang dengan Yuuki-neechama. Ini bagus juga, ‘kan!”
Dengan nada membual, Mika tertawa senang.
Sementara masih lemas, Selene bergumam.
“... ada terlalu banyak manusia. Perlu mengurangi jumlah mereka.”
Tak disangka, deklarasi mengerikan?!
“Fuaaaa ...”
Sambil membalas pernyataan Selene di dalam pikiranku, aku tiba-tiba menguap lebar. Seperti ketularan, Mika juga ikut menguap, dia menyandarkan kepalanya pada Yuuki yang ada sampingnya dan memejamkan matanya.
“Fuaa. Beneran, kamu menyebabkan banyak masalah kepada orang lain. Tolong berhenti melakukan hal itu lagi nanti.”
Setelah menjelajahi banyak tempat yang tidak terbiasa, Sayuri mengusap matanya yang mengantuk.
Untuk saat ini, sepertinya Sayuri memaafkan Tomomi mengenai masalah hari ini.
Aku merasa lega karena tidak ada menaruh dendam pada masalah Tomomi.
“Nii-san, aku juga mengantuk juga.”
“... ssuu ... suu ...”
Dari samping Yuuki, Selene mulai bernapas damai dalam tidurnya.
Tomomi tertawa.
“Nii-chan dan Yuuki tampaknya lelah menjadi pendamping pada kencan kali ini, Kalian berdua bisa pergi tidur.”
Yuuki mengusap matanya.
“Apa itu baik-baik saja? Bukankah Tomomi-chan juga merasa lelah?”
“Aku masih energik. Yuuki, tidurlah sampai kita tiba di stasiun, juga. Aku akan membangunkanmu saat kita sudah sampai.”
Yuuki tampak ragu-ragu sedikit, tapi kemudian, akhirnya mengangguk juga.
“Oke. Bangunkan aku nanti.”
Meringkuk dengan Mika, Yuuki pun mulai memejamkan matanya.
“Ayo Nii-chan juga, jangan menahan diri.”
 “Tomomi, kau tidak perlu memaksa diri untuk menjadi Onee-chan,lho.”
“Tidak! Mulai sekarang aku takkan memaksakan diri atau menahan.”
“Begitu ya. Lalu ... cuma sepuluh menit.”
Saat aku memejamkan mata, guncangan nyaman dari kereta hampir mengambil kesadaranku.
Telingaku terasa geli.
“Terima kasih, Nii-chan.”
Tiba-tiba, sesuatu yang lembut menyentuh pipiku.
Sebelum aku bisa mengetahui apa itu, kesadaranku mulai kabur dan aku pun tertidur.



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama