Omae wo Onii-chan Vol.2 Epilog Bahasa Indonesia



Minggu, 5 Mei - Epilog

Dengan susah payah, kami akhirnya kembali ke apartemen.
Untuk makan malam, aku memesan dari layanan delivery restoran. Sayuri berkata “Aku akan membuat sesuatu!” tapi dia langsung pusing hanya karena berdiri saja, membiarkan dia memegang pisau dapur itu berbahaya.
Selene sudah setengah tertidur saat dia makan malam, Yuuki dan Mika juga tampak lelah karena bermain hari ini.
Tomomi ... memiliki ekspresi damai.
Aku pikir dia merasa lega karena sudah menceritakan segalanya.
Kami mandi bergantian dan pergi tidur lebih awal.
Aku pun tertidur dengan pulas.

uuuu

Keesokan paginya, ketika semua orang sedang makan sarapan di ruang 701, Sayuri tiba-tiba mengumumkan sesuatu.
“Aku juga punya pacar, Onii-sama! Tolong lebih perhatian kepadaku! Tolong praktek kencan khusus denganku.”
Saat aku mencoba untuk menanggapi Sayuri, Selene diam-diam mengangkat tangannya.
“... Aku punya pacar. Sebuah karakter 2D.”
Saat aku menatap wajah Sayuri dan Selene secara bergantian, Yuuki malu-malu mengangkat tangannya.
“Aku juga ... Aku pu-punya pacar juga, Nii-san! Settingannya adalah dia itu mantan wakil ketua OSIS!”
Mika mengangkat kedua tangannya seperti membuat gerakan banzai.
“Lalu Mii-chan juga! Mii-chan sedang mencari pria idaman untuk menjadi ayah Maple!”
Tatapan dari keempatnya tertuju kepadaku.
“Hey hey ... tunggu sebentar. Jangan bilang, Kalian ingin praktek kencan adil dengan kalian masing-masing ...?”
Tomomi menyilangkan lengannya dan mengangguk.
“Baiklah! Aku akan membantu praktek kencan kalian. Serahkan tugas dukungan kepadaku!”
Mika menggeleng ringan.
“Umm, Mii-chan lebih suka semuanya pergi bersama-sama daripada terpisah!”
Lalu, Yuuki menimpali sambil tersenyum.
“Aku sependapat dengan Mika-chan. Jika aku dengan Nii-san saja, mungkin akan membuatku terlalu gugup.”
Selene mengangguk kecil.
“... dengan sekelompok orang tak dikenal, rasanya terlalu menakutkan. Lebih baik dengan banyak orang yang aku kenal.”
Ketiganya memiliki pendapat yang sama, tatapan meminta mereka tertuju pada Sayuri.
Dalam suasana yang begitu, bahu Sayuri terkulai dan dia mendesah pasrah.
“Ak-Aku mengerti. Jangan menatapku seperti itu ... haa. Kalau begitu, besok mari kita semua pergi kencan. Apa kamu tak keberatan, Onii-sama?”
Ketika aku sedang tidur, pertemuan para adik mungkin sudah digelar.
“Y-ya. Tapi, kita semua akan pergi ke mana?”
Mika mengusulkan dengan suara gembira.
“Maumauland!”
Kemudian Sayuri menyipitkan mata.
“Dalam hal ini, aku akan menyiapkan rencana yang sempurna. Karena kita akan pergi, aku akan menyiapkan bekal makan siang juga. Meski kita tidak bisa makan di taman, ada banyak ruang terbuka di luar di mana kita bisa makan siang. Kita akan keluar sementara saat makan siang dan kembali setelah itu ... kita bisa melakukan itu.”
“Aku tidak tahu itu.”
Aku mengerutkan alis. Sayuri menatap wajahku dengan cemas.
“Um, apa ada masalah, Onii-sama?”
Aku buru-buru mengembalikan ekspresiku.
“Rencana bagus Sayuri! Tapi aku penasaran apa Murasaki-san akan mengizinkannya."
Tomomi memiringkan kepalanya bingung.
“Siapa yang peduli dengan perizinan! Ayo kita pergi, Nii-chan!”
Aku teringat jadwal Maumauland yang pernah Sayuri tunjukkan padaku sebelumnya.
“Jika kita mengikuti rencana Sayuri, kita akan melihat kembang api pada jam 8.35 malam, kemudian mampir ke toko souvenir dan pulang. Mengingat ini rencana dadakan dan kondisi fisik yang lelah, jadi kurasa ini bukan ide yang buruk .”
Yuuki memegang dagunya antara jari telunjuknya dan ibu jari, merenungkan sejenak dan kemudian berbicara.
“Kalau bukan karena itu, kita mungkin berakhir pulang terlambat.”
“Itu benar, Yuuki. Tentu saja, berencana untuk pulang lebih cepat mungkin lebih baik, tapi waktu kita akan dipersingkat karena itu, mengingat ramainya taman hiburan selama liburan, kita harus menyerah pada wahana populer ... kita setidaknya harus didampingi oleh orang dewasa, jadi kita bisa pergi bahkan pulang terlambat.”
Tomomi mengangkat jempolnya dan tersenyum, menunjukkan gigi putihnya.
“Kalau begitu, ayo pergi menemui Murasaki-san dan memintanya untuk menemani kita!”
Itu cukup ide yang dinamis.
“Ap-Apa itu tidak apa-apa?”
Selain Mika, semua orang di sini tidak akrab dengan Murasaki-san. Termasuk diriku juga.
Sambil masih tersenyum, Tomomi menanggapi.
“Demi menemukan kelemahan Murasaki-san, Aku pikir ada bagusnya untuk mencoba banyak hal. Misalnya saja, membuatnya naik roller coster ... dan sejenisnya? Yah, menyebutnya kelemahan mungkin terlalu berlebihan.”
“Begitu ya. Kalau dipikir-pikir lagi, aku tidak terlalu mengenal tentang Murasaki-san juga. Makanan apa yang dia suka? Jenis buku apa yang dia baca? Dan sebagainya.”
Tomomi terus melanjutkan.
“Kenali musuhmu dan kenali dirimu sendiri dan kamu akan selalu menang dalam setiap pertempuran, Nii-chan!”
Jika aku tidak salah itu kutipan seni perang dari Sun Tzu. Aku lalu mengangguk.
“Jika kita mengakrabkan diri dengan Murasaki-san, situasinya mungkin berubah ... ya. Bagaimana pendapat kalian?”
Selene bergumam.
“... sedikit menakutkan.”
Sayuri juga menjawab dengan cemas.
“Aku pasti akan gugup.”
Yuuki menatap wajahku dan mengangguk.
“Aku setuju. Murasaki-san mungkin akan menyangkalnya sendiri, tapi dia pasti ingin pergi juga. Maksudku, pergi dengan semua orang terasa lebih menyenangkan.”
Mika mengangkat kedua tangannya seperti gerakan banzai.
“Murasaki-neechama juga ikut? Yayy!”
Melihat senyum si bungsu, Selene pun menyerah.
“... yup, mari kita lakukan itu.”
Dia berbicara singkat dan menyatakan persetujuannya. Menimpali, Sayuri juga ikut mengangguk.
“Aku mengerti, Onii-sama. Ini juga merupakan cobaan. Akan kutunjukkan bawha aku bisa mengatasinya!”
Karena semuanya sudah sepakat, Tomomi pun berdiri.
“Kalau begitu, ayo kita segera laksanakan negosiasinya. Ah! Mika, apa kamu bisa melakukan sesuatu? Sembunyi di balik Nee-chan dan coba menatap Murasaki-san dari belakang.”
“Yup! Aku akan melakukannya!”
Sepertinya Tomomi punya semacam rencana.
“Jika tidak mempan, menyerah juga merupakan bagian penting.”
Meminta maaf lebih dulu, aku pun berdiri dari tempat duduk.

uuuu

Setelah sarapan, kami menuju ke ruang 202 bersama Tomomi yang sudah memiliki semacam rencana.
Saat kita menekan tombol intercom ruangan Murasaki-san , 'tunggu sepuluh menit' katanya.
Setelah tepat sepuluh menit, kami pun masuk ke dalam ruangan.
Murasaki-san menunggu kami dengan ekspresi dingin.
“Jika kamu menghubungiku lebih dulu, aku tidak akan membuatmu menunggu.”
“Ak-Aku minta maaf.”
“Jadi, ada urusan apa kalian kemari?.”
Ayo kita jujur di sini.
“Um, besok kami berniat untuk pergi ke Maumauland dengan semuanya, apa Murasaki-san bersedia datang bersama dengan kami?”
Itu adalah usulan berani, meski aku sendiri yang bilang.
Mungkin karena dia tidak mengharapkan permintaan tersebut dari kami, ekspresi Murasaki-san berubah menjadi blank.
“Ak-Aku minta maaf, jadi tidak bisa ya? Meski itu hari libur, Murasaki-san pasti sangat sibuk.”
“U-umm ... itu ... aku tidak punya pekerjaan mendesak yang harus dilakukan besok, tapi ...”
Mustahil, Murasaki-san terguncang?!
Mika berdiri di belakangku dan menatap tajam pada Murasaki-san.
Kemudian dia melangkah maju.
“Nii-chama, apa bicaranya sudah selesai? Murasaki-neechama akan ikut, ‘kan? La-Lalu! Berikutnya, Mii-chan mau berbicara dengan Mursaki-neechama.”
“Y-ya, ada apa?”
Walau dia masih belum menyatakan apa dia bersedia pergi ke Maumauland atau tidak, Murasaki-san berbicara dengan suara gemetearan. Sepertinya Mika bisa meyakini Murasaki-san untuk ikut.
Mika membuka ritsleting Maple dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam.
Menyerahkan ke Murasaki-san, Mika membungkuk.
“Murasaki-neechama, terima kasih atas segalanya.”
“Ap-Apa ini ...”
“Anone, Nii-chama bilang 'bila kau memberi hadiah ke Murasaki-san yang sudah banyak merawatmu, dia pasti akan senang'. Mii-chan pikir itu adalah ide yang bagus, tolong diterima.”
Untuk sesaat, Murasaki-san langsung melongo seperti orang kena hipnotis.
“Buka dan lihatlah!”
“Ya, maaf.”
Sepertinya suara Mika emnyadarkannya kembali, Murasaki-san membuka kotak kecil dengan jari yang gemetaran.
Dan isi dari kotak kecil tersebut, adalah jepit rambut yang Mika beli di Akihabara.
Sebuah replika aksesoris yang dipakai karakter anime ... ‘kan. Aku pikir itu lebih mirip seperti mainan, tapi ternyata bukan begitu.
Menatap hadiah yang dia terima dari Mika, Murasaki-san bergumam.
“Jepit rambut ... yang indah, ya.”
Murasaki-san bergetar berlebihan seperti Chihuahua yang ketakutan.
Apa dia merasa senang atau malu, aku tidak tahu.
“Coba pakai! Ah! Mii-chan akan memakaikannya!”
Mika bergegas ke sisi Murasaki-san dan menempatkan jepit rambut di poninya. Jepit rambut yang dihiasi batu ungu indah di atasnya, itu sangat cocok dengan nama dan gambaran Murasaki-san. (TN : Murasaki artinya warna ungu)
Mata Mika berbinar-binar.
“Waa, ini sangat cocok untuk Murasaki-neechama.”
Murasaki-san tidak memiliki senyum di wajahnya. Sepertinya dia berusaha untuk menahan sesuatu.
“Te-Terima kasih banyak ...”
Suaranya terbalik seolah-olah dia sedang berada d aerobatik pesawat.
Dia berdiri dari sofa dan berbalik badan.
“Aaa! Jangan malu-malu begitu!”
Mika berjalan di sekelilingnya dan menatap wajah Murasaki-san.
Aku penasaran jenis ekspresi macam apa yang dia miliki. Sebaliknya .... dia sangat gemetaran sekali, apa dia baik-baik saja? Karena cemash, aku memanggilnya.
“Umm, Murasaki ...- san?”
Tubuhnya yang gemetar langsung segera mereda.
“Baiklah. Aku akan mengurus dan memesan tiketnya langsung. Tujuh tiket. Karena besok hari libur, sesuai dengan peraturan, mereka takkan menjual tiket pada hari itu sendiri.”
Setelah mendengar itu, Mika mengangkat lengannya dengan gembira dan bersorak  "yaay!".
Umm ... tujuh tiket, itu artinya ...
Saat aku masih termenung, Tomomi menyikutku.
“Kita berhasil, Nii-chan!”
Karena dia bersedia untuk mengurusnya, dengan kata lain ... rencana sukses ?!
“Apa benar baik-baik saja? Atau lebih tepatnya ... um.”
Murasaki-san menenangkan napasnya dan berbicara dengan nada dinginnya yang biasa.
Dia masih belum sanggup bertatap muka denganku dan Tomomi.
“Jika hanya anak di bawah umur, itu akan mengkhawatirkan. Dan juga, pada akhirnya, ini adalah bagian dari pemilihan adik. Dalam taman hiburan nanti, aku ingin melihat siapa yang paling pas untuk menjadi adik. Bukankah kamu berpikir begitu, Yoichi-san?”
“Y-ya! Tepat sekali!”
Aku akhirnya menjawab seperti itu. Apa itu baik-baik saja, dengan alasan seperti itu ?!
Mika yang menatap wajah Murasaki-san terus mengangkat tangannya dengan gembira.
“Aku akan bertemu Maumau-san! Yayy, yaaayy!”
Dari sebelah, Tomomi berbisik ke telingaku.
“Pemilihan waktu triksnya dihitung dengan sempurna. Tapi, yang lebih penting, keimutan Mika adalah keadilan tertinggi.”
Dan begitulah, sepertinya kita akan pergi ke Maumauland besok.
Berdasarkan catatan Sayuri, rencana untuk menaklukkan (?) Maumauland telah disusun sempurna.
Yuuki memeriksa jarak dimana Mika bisa berjalan sendiri. Kami menyiapkan waktu istirahat supaya dia tidak terlalu lelah.
Selene juga mengatakan "Tidak masalah jika itu dengan semua orang". Sepertinya pergi ke Akihabara sendirian memberikan kepercayaan diri yang baru. Setelah dia terbiasa dengan kerumunan orang, dia bisa melemat tutup mata dan mulai pergi ke luar ... atau begitulah katanya.
Tomomi memeriksa wahana yang ada. Karena tinggi Mika belum cukup untuk beberapa wahana, kami menghapus rencana naik wahana tersebut dari rencana awal.
Sayuri merangkum semua rencana tersebut di buku catatannya.
Aku hanya mengawasi apa yang mereka lakukan. Atau lebih tepatnya, aku tidak bisa membantu apa-apa setelah melihat adik-adikku yang bekerja penuh semangat.
Taman hiburan, ya. Maumauland bukanlah tempat yang pernah kukunjungi bersama Jinya-san, tapi sedikit dari kegembiraan saat itu telah kembali kurasakan.

uuuu

Pada malam itu, para adik kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap hari besok.
Meski aku bilang begitu, mereka tidak bisa kembali ke kamar mereka sendiri sampai tengah malam karena kunci elektrik.
Hari ini juga aku menggendong Mika yang tertidur kembali ke kamarnya.
Seperti yang aku duga, aku lebih memilih beberapa perubahan mengenai masalah ini.
Ketimbang tentang Maumauland, seharusnya aku bertanya Murasaki-san tentang ini... yah, walau sudah terlambat untuk itu sekarang.
Tentu saja, aku tak keberatan kalau mereka tinggal sampai Senin pagi juga.
Lebih baik lagi, jika semua orang akhirnya tinggal di lantai tujuh ....
Mau sampai berapa lama kita akan tetap seperti ini.         
Mendadak, sebuah kisah dari suatu tempat terlintas di dalam benakku.
Kebanyakan orang tidak tahu kapan mereka akan mati.
Jika pernyataan mati oleh dokter karena penyakit yang tak tersembuhkan, mereka memiliki gambaran kasar, cuma "sebagian besar".
Namun, ada juga orang yang hidup lebih lama dari apa yang diberitahu oleh dokter, serta mereka yang kondisinya tiba-tiba berubah dan mati sebelum itu.
Bahkan orang yang punya kesehatan bagus, bisa saja mendadak mengalami kecelakaan. Jinya-san juga, pasti seperti itu.
Tidak ada yang tahu, kapan sebuah akhir akan datang.
Karena kita tidak tahu, kita menjalani hidup supaya tidak memili penyesalan pada hari itu ... pikirku.        
Saat melamuni hal itu sambil berbaring di tempat tidur di kamarku ... ada pesan masuk melalui STRING. Itu dari Mariko.
Apa kamu ada waktu luang Jumat depan? Itulah yang tertulis.
Jumat adalah diliran Mika tapi ... Dia bilang kepadaku kemarin untuk menikmati waktu untuk diriku sendiri juga, aku terus menolak dan meminta maaf kepada Mariko sepanjang waktu.
Tanpa berpikir tentang sesuatu yang istimewa, Aku menjawab dengan “Ya, ada”.
Aku tidak menyangka bahwa balasan biasa seperti ini akan mengakibatkan sesuatu seperti itu.



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama