Prolog
“... chan. Onii-chan. Jika kamu
tidak segera bangun, aku akan mati. Aku akan terpojok karena putus asa, mati
dan menghilang. Tolong, jangan biarkan tubuh lemah ini membusuk dalam
kesedihan.”
Aku terbangun karena badanku diguncang
terus-terusan.
Di sudut tempat tidur nyaman
yang terasa seperti awan, aku benar-benar tertidur meringkuk dengan posisi seperti
janin .
Ketika aku membuka mataku,
seorang gadis berambut hitam menatap wajahku.
Ternyata itu Selene. Meski dia
adalah salah satu orang yang paling sulit untuk bangun pagi, dia sekarang sudah
berpakaian rapi, layaknya anak kecil yang bersemangat sebelum jalan-jalan
sekolah.
“Kau tidak sabaran sekali. Padahal,
di luar masih gelap, bukan?.”
Di luar jendela masih gelap. Aku
teringat bahwa waktu sebelum fajar adalah saat yang paling gelap.
“Jika tidak buru-buru, kita
nanti akan terjebak macet ...”
Sambil menggosok mata ngantukku,
aku berusaha mencari dalam ingatanku.
Jantung di dadaku berdebar
sangat kencang. Ini karena mimpi aneh yang aku lihat tadi. Namun, aku tidak
tahu jenis mimpi macam apa itu.
“... kamu menangis?”
“Ini pasti karena aku menguap.”
Selene diam-diam menunjuk
bantal.
Ada noda di atasnya. Aku merasa
malu sampai ditunjukkan bukti kuat begitu.
“... kamu melihat mimpi yang
sangat menakutkan sampai membuatmu menangis?”
“Aku bukan anak kecil, aku takkan
menangis hanya karena mimpi buruk.”
Selene memiringkan kepalanya dengan
wajah penuh rasa ingin tahu. Aku bisa mencium aroma bunga semerbak dari rambut
berkilaunya.
Sekali lagi setelah
mempersiapkan diri untuk tamasya, aku menatap Selene.
Ahh, mungkin ini adalah kelanjutan
mimpi. Mana mungkin dia bisa bangun sebelum fajar menjelang.
“Sial, hari ini adalah hari
libur jadi biarkan aku beristirahat lebih lama ... ah."
Kesadaranku langsung jernih dan
aku akhirnya mulai berpikir tentang jadwal hari ini. Selene perlahan-lahan
menjauh dariku dan bergumam.
“... semua orang sudah siap.”
“Ahhh! Maumauland!”
Hari ini kita enam bersaudara
dan Murasaki-san akan bermain di Maumauland ... dalih untuk mencari kandidat
mana yang pantas untuk menjadi adikku.
Aku bangkit dari tempat tidur,
mencuci muka dan menggosok gigi, lalu berganti pakaian. Aku sudah menyiapkan
tas tadi malam.
Adik-adikku sudah berkumpul di
ruang tamu.
“Pagi, Nii-chan!”
Tomomi tampak bersemangat saat
ini.
“Selamat pagi, Onii-sama.”
Sejumlah kotak makan siang dan
lauk yang dikemas ke dalam satu tumpukan, Sayuri mengucap salam sembari melepas
celemek dengan senyum dan meletakkan tutup di atas kotak, dia lalu membungkusnya
dengan kain ungu.
“Pagi, Nii-san.”
Yuuki tertawa sambil memegang cangkir
mug di tangannya. Hari ini juga dia meminum kopi hitam.
“Nii-chama dasar tukang tidur.
Maple tidak bisa tidur karena kegirangan sejak dari kemarin. Ahh sulitnya, aku
tidak bisa tidur sama sekali. Dia bilang begitu.”
Sambil mengangkat Maple di
kedua tangannya, Mika menari dengan sukacita.
“Pagi, semuanya. Bagaimana
dengan Murasaki-san?”
Sayuri memegang smartphone di
tangannya dan menegaskan hal itu.
“Sepertinya dia sedang mempersiapkan
mobil di tempat parkir.”
“Kalau begitu, mungkin lebih
baik untuk menunggu di sana. Aku akan membawa kotak makan siang.”
“Aku tidak mau merepotkan
Onii-sama dengan itu.”
“Aku sudah menyerahkan
segalanya padamu, setidaknya biarkan aku melakukan pekerjaan fisik.”
Ketujuh kotak makan siang
termasuk bagian Murasaki-san ternyata cukup berat juga. Baru beberapa saat yang
lalu, Sayuri menyelesaikan yang lainnya, kotak makan siang empat tumpukan. Aku
mengangkat itu juga.
Benar-benar berat. Tomomi
memantul dari sofa dan berdiri di depanku.
“Apa kamu baik-baik saja,
Nii-chan? Mau aku bawa setengahnya?”
“Aku baik-baik saja. Ayo kita
pergi.”
Menanggapi ucapanku, Tomomi
berkata “Lalu, aku akan membiarkan diriku dimanja”.
Harus menahan supaya tidak dimanja
sebagai kakak tertua yang telah dibangunnya dan meledak sebelumnya, berkat itu
sekarang dia telah menenangkan dirinya sepenuhnya.
“... Berangkaaaaaaaatttttt.”
Dengan semangat tinggi, Selene
adalah orang pertama yang berjalan menuju pintu keluar. Aku terus berusaha
mengejarnya. keaktifan yang tak terduga dari Selene, yang membanggakan diri
sebagai Hikkikomori.
“Yayy yayy! Maumauland!
Pengalaman pertama Mii-chan!!”
Dari waktu ke waktu, Mika
bertindak girang dan mengatakan sesuatu yang cukup cabul, yang mana hal tersebut membuat Yuuki
tersipu.
“Mika-chan. Pengalaman pertama
mungkin, um, benar dibilang begitu, tapi bila diucapkan oleh seorang gadis
mungkin bisa menyebabkan kesalahpahaman ...”
“Ap-Apa ini pengalaman pertama
Yuuki-neechama juga?”
“It-It-It-It-Itu benar!”
Melihat percakapan keduanya, Tomomi
dan Sayuri menyeringai secara bersamaan.
“Yuuki begitu polos.”
“Yuuki-san adalah karakter yang
masih alami, ya.”
Sambil Panik, Yuuki berbalik ke
arah mereka berdua dan berbicara.
“Ka-Karakter apanya!”
Kami sudah cukup dekat sampai
bisa melakukan percakapan semacam ini antara satu sama lain secara alami.
Setelah turun lift, kami pergi
ke luar. Langit timur mulai terlihat cerah, tapi di luar itu masih
remang-remang. Sebuah mobil dengan lampu yang dihidupkan sedang menunggu kami
di pinggir jalan. Wajah Murasaki-san bisa dilihat di kursi pengemudi.
Menurut ramalan cuaca, cuaca
hari ini akan menjadi cerah, cuaca yang sempurna untuk pergi keluar.