Soudana, Tashika ni Kawaii Na Chapter 03 Bahasa Indonesia



Memori 3 : Starbucks dan Pengisian Baterai serta Diriku

Segalanya tidak berakhir seperti yang aku inginkan.
Sisa jam pelajaran di sore hari ialah mata pelajaran yang normal, tapi aku masih melakukan tindakan aneh seperti yang aku lakukan di pagi hari. Sejujurnya, aku tidak terlalu terganggu dengan bagaimana teman sekelas berpikir tentang diriku, dan aku juga tidak terlalu peduli jika mereka membenciku. Hanya ada satu alasan mengapa aku menahan diri di dalam kelas, berusaha untuk tidak menonjol.
Aku tidak ingin mengecewakan Koori. Dengan keinginan seperti itu, aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi murid biasa, tidak menonjol dari yang lain, tapi begitu jam pelajaran berakhir, dan sudah waktunya pulang, kenangan yang memalukan serta tak tahu diri terus berkutat di kepalaku.
... Meski Koori menunjukkan toleransi sebanyak ini, aku masih tidak bisa memenuhi harapannya sedikitpun.
“Senpai~”
Koori berdiri di depanku dengan senyum, melambaikan tangannya.
“Ahaha ~ kenapa kamu berkedip kayak terkejut begitu ~?” Koori menatapku sembari menyeringai, saat dia bertanya. “Apa yang terjadi ~? Kau melamun seperti orang gila. Lagi mikirin sesuatu? ”
Dia pasti mempertimbangkan perasaanku. Saat kami masih ada pelajaran hari ini, Koori akan selalu menunjukkan padaku senyum itu ketika mata kami bertemu.
“... Aku tidak bisa ... melakukannya dengan benar.”
“Melakukan dengan benar ...? Ahh, apa Senpai berbicara tentang pelajaran sore ini? Ahaha, semua orang benar-benar terlihat terkejut sekali ~ Ketika kamu tidak bergerak, dan ada murid cowok yang bertanya padamu apa kamu masih hidup? , Kamu langsung menjawab kamu bukan Undead! Aku hampir tertawa terbahak-bahak di sana. Yah, aku memang menghentikan apa pun yana coba Senpai lakukan saat berdiri …... omong-omong tentang itu, apa Senpai berniat menggunakan sihir lagi? ”
“Aku tadi berniat menggunakan [Ente Necro ] ..."
“Ente ... apa?”
“[Ente Necro]. Di tempat yang disebut Rigasha di [Stero'Un], kamu tak bisa membedakan secara sekilas apa orang tersebut adalah manusia asli atau 'Undead' , jadi mereka yang dicurigai harus membuktikan diri mereka sendiri ... ”
“Ohhhh! Jadi makhluk Undead beneran ada ya! Apa mereka mirip seperti ... zombie?”
“Zom ... bie ...”
“Um ... tunggu sebentar. Aku pernah melihat film zombie dari luar negeri beberapa waktu lalu ... Ah, ketemu!” ujar Koori sambil tersenyum, dan menunjukkan layar ponselnya.
…Dekat sekali.
“Apa zombie-zombie dunia lain itu mirip dengan ini?”
Matanya memancar dengan secercah antisipasi dan ketertarikan. Wajahnya memiliki sedikit bekas make-up, membuatnya terlihat lebih imut, dan cantik dari biasanya. Selain itu, aku tidak tahu bisa mengetahuinya, tapi dia mengeluarkan aroma yang membuat hatiku terasa seperti kena sambaran petie. Lengannya yang ramping tampak dari seragam yang dikenakan dengan benar, serta dadanya yang montok menonjol di balik blus putihnya—
“……”
“Hm? Kenapa kamu tiba-tiba memalingkan wajahmu seperti itu? ”
Koori sangat polos, tapi aku ...!
Aku memejamkan mataku, dan menghilangkan semua pikiran tidak murni ini dari kepalaku.
“Senpai? Halo ~? Apa ada orang di rumah? ... Eh, kamu tertidur? ”
“... Aku bangun, jangan khawatir.”
“...? Lalu, baik-baik saja? Pokoknya, tentang ini.”
“... Mereka berbeda dari 'Undead' yang aku tahu. Yang aku lihat di dunia sana tidak memliki luka seperti itu. Sebaliknya, karena tidak bisa menderita luka itulah yang membuat mereka disebut 'Undead'.”
“Eh, benarkah ?! Jadi itu berarti ... zombie yang ini palsu ~? Ahh, benar-benar mengecewakan!”
“Ah ... yah ... bukan berarti mereka tidak bisa terluka. Salah satu syarat untuk menjadi ‘Undead' adalah sesuatu yang disebut 'Excelator ', yang dimiliki setiap Undead di dalamnya, tapi dengan menggunakan senjata yang terbuat dari mineral yang disebut 'Anterial', mineral yang memiliki sifat khusus menyerap 'Excelator', Kau bisa melukai mereka, itu artinya mungkin ada beberapa yang seperti ini— ”
“Ahaha, Senpai terlihat putus asa sekali!”
Diiringi tawa Koori yang terpingkal-pingkal, aku menyadari betapa cepatnya aku berbicara.
“... Maaf ... Apa yang ingin aku sampaikan adalah—”
“Bahwa ada kemungkinan kalau zombie yang seperti ini ada, ‘kan? Jadi kamu melihatku kecewa, dan ingin mengubahnya ... apa aku benar? Ehe ~ ”
Dia benar sekali, tapi ... mendengarnya langsung dari orang yang bersangkutan membuat ini semakin memalukan. Aku bisa merasakan bahwa wajahku semakin merah, tapi bahkan ketika aku mencoba menyembunyikan mulutku, menundukkan wajahku ke bawah — Koori berjongkok untuk menatapku dengan senyum menggoda.
“... Wajah Senpai yang kebingungan benar-benar imut ~”
Dia bergumam dengan suara kecil, tertawa gembira ...
“Tidak, kau jauh lebih imut ketimbang diriku, Koori.”

ghghghgh

“Tidak, kau jauh lebih imut ketimbang diriku, Koori.”
……
“………… Lagi-lagi, bisakah kamu ...?”
“…?”
“Kamu jadi tidak adil lagi, Senpai!”
Aku sudah lupa berapa kali aku merasakan dadaku berdetak kencang karena serangan mendadak Senpai. Sebagian besar waktu Ia akan merasa malu tentang hal itu, jadi mengapa Ia bisa memanggilku imut dengan tampang lurus seperti itu ... Apa Senpai sebenarnya sudah terbiasa dengan gadis ...?
Yah, pertanyaan bodoh, sih …... Melihat semua gadis cantik yang berkumpul di sekelilingnya di dunia berbeda yang pernah Ia kunjungi.
Menyilangkan tanganku ketika aku memikirkan Shaltinia-san dan Shemi-chan, aku sekali lagi menyadari betapa kurangnya pengetahuan Senpai tentang hati seorang wanita …... Mungkin ... Ia juga tidak tahu tentang perasaanku ...?
—Tidak, tidak, jangan pikirkan hal itu!
Aku berdiri tegak lagi, dan berbicara kepada Senpai.
“Untuk saat ini, jika Senpai ada waktu, aku akan dengan senang hati menunjukkan drama TV itu, Senpai. Meski agak jadul, tapi aku pikir ini cukup menarik ~ ”
“Baik. Jika kau berkata begitu, lalu aku akan menontonnya ... aku bisa ... menontonnya di ... smart ... phone-ku, bukan?”
“Aha, apa kamu kebingungan karena istilah smartphone? Yah, kamu tidak menggunakannya selama 20 tahun ~ Ah, tunggu. Senpai, apa kamu juga menggunakannya sepanjang hari?”
“Kemarin, itu rusak.”
“Hah?! Rusak ... ah, jadi itu alasannya ya?!”
“Apa maksudmu?”
“Aku mengirim pesan sesuatu kemarin, tapi kamu tidak membalas sama sekali. Aku pikir kamu pasti sudah lupa tentang itu karena kamu tidak menggunakannya selama bertahun-tahun ... tunggu, apa kamu masih ingat aplikasi Link? "
“... Aplikasi pesan ...?”
“Yah, hampir benar …... Link adalah aplikasi di mana kamu juga bisa mengirim gambar emotes.”
“... Ahh, aku ingat.”
“Dan, aku mengirimi pesan melalui Link kemarin, alias melink-mu. Aku ingin berbicara tentang sekolah dan semacamnya. ”
“Begitukah ... aku minta maaf.”
“Tidak, jangan terlalu dipikirin. Senpai pasti lupa bagaimana menggunakannya, ‘kan. Lagi pula, kenapa itu bisa rusak?”
“Aku mengacaukan cara pengisian baterainya.”
“Bagaimana bisa?!”
Kamu bisa melakukannya?!
“Ah, tidak, tunggu ... Begitu ya ... Dunia lain tidak punya charger atau port.”
Kamu bahkan mungkin lupa bagaimana melakukannya setelah dua puluh tahun ... Bukan berarti aku bisa membayangkan bagaimana rasanya untuk mengisi daya sesuatu setelah dua puluh tahun.
“Kami memiliki sesuatu yang mirip dengan alat charger. Tapi kami menggunakan kekuatan sihir untuk mengisi ulangnya. ”
“Eh, kalau begitu ...”
“Dengan pemikiran itu, aku secara tidak sengaja ingin mengisi baterai smartphone-ku dengan kekuatan sihir, dan itu meledak.”
“Sudah kuduga!! Juga, apa ada yang terluka?! ”
“Tidak ada masalah fisik ... tapi smartphone-ku dianggap tidak berguna.”
Senpai yang depresi benar-benar imut.
“Ahhh ... kamu pasti sangat menyukainya ya.”
“Bukan ke smartphone-nya sendiri, tapi semua percakapan yang telah aku lakukan denganmu ...”
“Denganku…? Ah, dari dua tahun yang lalu?”
Senpai mengangguk, dan menatap mataku.
“Itu semua adalah kenangan penting bagiku.”
“—!”
Dua tahun yang lalu. Senpai dan aku tidak banyak bertukar pesan. Kami bahkan saling bertukar kontak kami sangat lambat dalam permainan ... Dan dia memperlakukan obrolan tersebut dengan sangat berharga ... itu membuaaku benar-benar bahagia.
Tapi, Ia memasukkan kekuatan sihir ke dalamnya, membuatnya meledak ...
“Memasukkan kekuatan sihir ... ke dalamnya ...”
Tunggu ... Aku tidak bisa bicara sekarang, atau jika tidak ...
“Membuat ponselmu meledak ... Pfft ... fu ... ha ... haha ...”
Tidak bagus, aku sudah tidak tahan lagi ...
Aku melakukan yang terbaik untuk menahan tawaku, ketika Senpai menatapku dengan tatapan curiga. Ah ... sungguh ... aku sangat ... menyukainya. Tentu saja aku ingin membuatnya bahagia. Itu sebabnya.
“—Semuanya super duper baik-baik saja, Senpai.” Ucapku dengan suara ceria. “Kita dapat menciptakan banyak kenangan seperti yang kita inginkan mulai sekarang! Pergi ke banyak tempat, dan melakukan banyak hal bersama ~ ”
“Melakukan banyak hal bersama ...”
"Tepat ~ Aku punya banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Senpai, jadi jika kamu punya sesuatu, kasih tahu aku ~”
Ya, aku punya banyak. Tapi yang terpenting.
“Untuk itu, kamu benar-benar membutuhkan smartphone ~ Kita harus bisa saling menghubungi ...”
“Untuk komunikasi singkat dan cepat, aku memiliki sihir yang disebut [Cent] ...”
“Tidak, terima kasih.”
Seperti serius, tolong jangan.
Aku membentuk tanda X dengan kedua tanganku, yang membantu meyakinkan Senpai yang telah mengangkat tangannya.
“Hmm ... harga smartphone sangat mahal, dan kamu tidak bisa menggunakan sembarang ponsel ...”
“Aku tidak sepenuhnya ingat harga pasaran smartphone, tapi kurasa aku punya cukup uang untuk itu.”
“Atau begitulah katamu, tapi jangan bawa mata uang dari dunia lain lagi, oke?”
“Kalau itu disimpan rumahku, jadi kita baik-baik saja dalam hal itu,” kata Senpai sambil mengeluarkan beberapa uang kertas.
Tidak hanya sedikit, tetapi satu bundel. Sepertinya itu bukan apa-apa.
“Apa ini cukup?”
“…Permisi?”
Sabar dulu, dong.
“Jelas-jelas uang segitu bukanlah jumlah yang bisa kamu miliki di sakumu ...”
Senpai mana mungkin punya pekerjaan rahasia, ‘kan?
“………”
“Hmm? Kenapa kamu memalingkan matamu seperti itu? ”
“……… Aku menghubungkan bagian dalam seragamku ke [Garden] ...”
“Oke, baguslah kamu jujur. Dan, cepat singkirkan itu segera. “ Mengangguk bersamaan dengan tanganku yang bersedekap, aku meminta Senpai untuk menyimpan kembali bundel uang itu. “Tidak apa-apa dan kamu tidak melakukan itu di depan orang lain, tapi lebih baik Senpai tidak melakukannya dengan seseorang selain diriu, mkay?”
“Baik. Aku hanya akan menggunakannya di depan Koori. Jika kau mau, aku bahkan bisa menggunakan [Cross] sekarang. ”
“Bukannya sudah aku bilang untuk tidak menggunakan sihir beberapa saat yang lalu?”
Ugh ... ini benar-benar bukan sesuatu untuk ditertawakan, tapi aku hampir tidak bisa menahannya ...
“Bagaimanapun juga, sepertinya kita tidak ada masalah dalam hal finansial.”
Juga, apa yang sudah keluarganya lakukan sampai-sampai Ia memiliki uang sebanyak ini ...? Aku ingin sekali bertanya, tapi karena aku ragu apa aku benar-benar boleh, Senpai berbicara terlebih dahulu.
“Koori.”
“Iya?”
“Um ... jika kamu tidak keberatan dengan itu ...”
Senpai bertindak agak curiga, namun ekspresi di wajahnya dipenuhi dengan tekad dan melanjutkan.
“Bisakah kamu ... membantuku memilihnya ...?”
“Ah, benar. Smartphone, ya? Tentu, tidak ada masalah ~ ”
“……!”
Ah, wajahnya tampak bahagia! Aku melihatnya! Eh kenapa? Oooh, kuharap aku bisa memotret itu ...! Sayangnya, raut wajahnya yang bahagia menghilang begitu saja, dan menatap kosong ke lensa kamera ponselku sekarang. Kalau saja aku sedikit lebih cepat ... Yah, terserahlah.
“... Tidak perlu ... memaksakan dirimu, oke?”
Ah, sepertinya aku disalahpahami lagi. Itu sebabnya aku cepat-cepat menghilangkan kekhawatirannya itu.
“Tidak, tidak, tidak, aku akan ikut meski Senpai tidak menginginkan aku! Sebagai permulaan, ayo kita periksa toko di stasiun kereta ~! ”

TTTTT

Oleh karena itu.
Kami tiba di dekat stasiun kereta dengan semua toko yang berbeda-beda berkumpul jadi satu, tapi saat aku bertanya kepada Senpai tentang provider mana yang pernah Ia gunakan sebelumnya, masalah lain muncul.
Provider? ... Itu bukan semacam sihir, kan?”
“Bukanlah ~ Um ... Perusahaan seperti Kocomo, Hardbank, atau CU ... apa masih ingat mereka?”
“... Maaf, aku hanya mengingat kota dengan nama yang mirip.”
“Nama kota ...”
Mungkin dari dunia yang berbeda. Pasti seperti itu. Secara alami, aku ingin bertanya tentang itu juga, tapi ...
“Mmm ... yah, produk mereka lebih terjangkau dan lebih masuk akal, dan mereka belum begitu terkenal dua tahun lalu. Sekarang mungkin mereka adalah tiga povider terbesar saat ini ~ ”
Karena smartphone Senpai meledak, kartu SIM-nya mungkin tidak berguna, ‘kan? Kita harus mencari tahu dari sana.
“Kau benar-benar tahu banyak tentang ini ...”
“Ahh, saat aku berniat membeli smartphone sebelumnya, aku mencari tahu semua ini ~ aku sangat menikmatinya.”
Seperti manfaat dan masalah perusahaan, kontrak mana yang didapat, aku masih memeriksanya dari waktu ke waktu.
“Jadi begitu rupanya ... itu luar biasa ...”
“Eh ...? Aha, bukan itu masalahnya ~ Teman-temanku sedikit tidak senang dengan hal itu. ”
“Benarkah?”
“Ya, mereka bilang seperti Nano tahu begitu banyak, itu benar-benar menakutkan dan semacamnya.”
Yah, mereka sudah terbiasa dengan kecanduan anehku, jadi mereka hanya menertawakannya sekarang. Pada saat yang sama, aku sudah terbiasa diperlakukan seperti itu juga, jadi mendengar Senpai merasa bahwa cara itu sebenarnya lebih mengejutkan ... Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya ... meski aku merasa bahagia.
“Omong-omong, Koori ... provider mana yang kamu gunakan?”
“Aku? Aku menggunakan KQ 6 ~ Ada toko tepat di—”
“Kalau begitu aku akan menggunakannya juga.”
“Hah?”
“Aku akan segera kembali.”
“Wah ... tunggu sebentar! Bukannya keputusan itu terlalu cepat? Bukankah seharusnya Senpai ... seperti, pikir-pikir lebih dulu?”
“Ini provider yang kau pilih setelah benar-benar melihatnya, ‘kan? Lalu tidak ada masalah. Aku bisa mempercayai penilaianmu.”
“Eh ... ehhhh? Maksudku, aku memnag ingin merekomendasikannya, tapi ...”
Dan juga, jika kamu mengatakan itu langsung begitu, aku nanti jadi tersipu dan cengengesan lagi ... Selain itu—
“Lebih dari segalanya ... aku ingin ... sama dengan Koori.”
“~~~!!!”
Jangan ... jangan membuat wajah yang ... seperti itu ... Maksudku, aku benar-benar jatuh hati karenanya, dan akulah seharusnya memintamu untuk itu, tapi tetap saja!
Melihat Senpai seperti ini membuatku ingin berjongkok di tempat itu, lalu berteriak kencang Kenapa kamu sangat lucu ?! Kenapa. kamu. Sangat. lucu?! , tetapi setelah mengambil napas dalam-dalam selama tiga kali, aku berhasil mengendalikan hasratku lagi.
“Ji-Jika memang begitu ... lalu ... tentu, me-mengapa tidak ...?”
“Benarkah? Terima kasih.” Terlihat lega, Senpai berjalan ke depan, dan memasuki toko KQ.
Haaa ... bersama dengan Senpai sangat buruk untuk hatiku ... dalam artian yang baik.
Aku segera mengejarnya, tapi menunggu di luar sebentar untuk menenangkan diri secara mental, ketika Ia tiba-tiba keluar lagi.
“... Aku tidak bisa melakukannya tanpa surat persetujuan dari waliku ...”
“Ah.”
Aku lupa. Itu benar-benar tak terpikirkan olehku .
“Ya-Yah, kita bisa datang lagi lain kali—“
—Jadi tidak apa-apa, aku ingin bilang begitu, tapi sebelum itu.
“... Smartphone yang sama ... dengan Koori ...”
Melihat Senpai depersi dengan kepalanya yang menggelayut, aku benar-benar tidak bisa menahan diri lagi.
“Pfff ... hahaha! Kamu terlalu kecewa, Senpai!”
Juga, betapa imutnya wajahmu, serius!
“Kenapa mereka membutuhkan persetujuan dari waliku untuk itu ...”
“Ahh, kamu mungkin terbiasa bertindak sendiri di dunia berbeda ~ Tidak heran kamu akan bermasalah dengan beberapa karyawan Onee-san ... tunggu, jangan bilang kamu benar-benar mengatakan itu?”
“Aku mengatakannya.”
Sudah kuduga ...
“Meskipun dia mengabaikannya seolah-olah itu bukan apa-apa.”
“Pfft ... ma-maksudku ... kamu tak bisa menyalahkannya ...”
Hanya membayangkan percakapan antara Senpai dan karyawan itu membuatku tertawa ... Ahh, aku seharusnya masuk ke dalam untuk menonton pertunnjukkan itu.
“Link ... dengan Koori ...”
Ah, Ia masih membicarakan itu.
“Kamu akan bisa segera melakukannya ~ Lihat, besok kita tidak ada sekolah, jadi ayo datang ke sini lagi. Namun, jika Senpai sudah mendapat oke dari ibu atau ayahmu. ”
Ngomong-ngomong tentang mereka ...
“Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang orangtuamu, Senpai ...”
Karena mereka bahkan tidak datang saat Senpai keluar dari rumah sakit ... Aku hanya bisa menebaknya …... Tapi karena aku sudah membahasnya, aku tidak bisa mengalihkan topik, hanya tinggal menunggu jawaban Senpai.
“Ya, aku akan mendapatkan persetujuan mereka malam ini.” Jawabnya, benar-benar santai.
“Hah?! Kamu masih memilikinya ?!”
“...? Masih punya ... apa?”
“Ah, yah ... bukan apa-apa ...”
Mungkin aku sudah mengatakan sesuatu yang tidak perlu di sana. Tapi, aku akan merasa tidak enakan pada Senpai jika aku menariknya kembali, jadi aku melanjutkan dengan bergumam.
“Lihat ... Aku tidak pernah melihat mereka sekali pun saat aku datang untuk menjengukmu, bahkan saat kamu keluar dari rumah saki ….. Jadi aku penasaran ….”
—Jika kamu kehilangan mereka ...
“Ahh, mereka hanya tipe orang yang tidak terlalu tertarik pada hal semacam ini.”
“Eh ?! Tidak tertarik dengan opname dan kesembuhan putra mereka sendiri ?! ”
Meskipun kamu koma selama dua tahun ?!
“Hm ... Ah, itu mungkin mengundang kesalahpahaman dengan caraku mengutarakannya. Penjelasannya agak rumit ... “
“A-Ahh, jika memang sulit untuk dibicarakan, kamu tidak perlu memberitahuku! Maksudku, bagaimanapun aku melampaui batasanku ...! ”
Tentu saja, aku ingin sekali mendengar tentang mereka ..... Maksudku, aku ingin tahu segalanya tentang Sen — tunggu, apa yang barusan kupikirkan?
“Berbicara tentang orang tua sekarang ... tidak, ini terlalu berbeda.”
Bisakah kamu berhenti menggelitik minatku? Apa artinya itu?
“Singkatnya, tidak ada masalah antara aku dan orang tuaku. Mereka sangat sibuk sampai-sampai mereka hampir tidak pernah pulang, tapi ayahku akan pulang malam ini, jadi aku bisa mendapatkan surat persetujuan darinya. ”
“Be-Begitukah ...”
Aku ingin tahu orang macam apa ayahnya Senpai ….. Meski bilang begitu, hanya mampir akan sangat sensitif, jadi tidak ada orang, untuk saat ini ...
“Tetap saja ... pada akhirnya, aku tidak bisa mengirim Link dengan Koori malam ini ...”
“Hm? Ah, kamu juga bisa menggunakan Link di perangkat lain, tahu? ”
“Benarkah?!”
“Seperti komputer atau tablet, jika kamu memilikinya.”
“Aku tidak punya kedua ... Tidak, aku rasa punya komputer ...?”
“Ah, haruskah kita mengaturnya sekarang?”
Tunggu, bukannya ini kesempatan langka untuk mengunjungi rumah Senpai ?! Apa aku ini seorang jenius ?!
Atau begitulah yang kupikirkan, tapi sesaat kemudian.
“Ah, aku lupa lagi …... kamu perlu nomor telepon ...”
Ini masih seperti SMS, jadi kamu perlu menyingkronkannya dengan smartphone.
“……….”
Melihat Senpai tertekan dan kecewa, jujur saja itu membuatku cukup terkejut. Ia tampak seperti akan berlutut dan meratapi ketidak adilan dunia ini. Ia sangat sedih hanya karena kita tidak bisa bertukar link? Maksudku, kita tidak melakukannya kemarin, jadi — Ah, apa ini salahku? Aku terus berbicara tentang membuatnya menjadi mungkin, jadi Ia pasti frustrasi karena pada akhirnya tidak berhasil ...
“Maaf, Senpai ...” Jika aku meminta maaf seperti itu, Ia mungkin takkan menganggapnya serius, jadi sebagai gantinya aku menunjuk ke starbucks terdekat.
“Kalau begitu — bagaimana kalau kita mengobrol di starbucks sebanyak yang kamu mau?”
-Hah?
Apa yang akan aku pikirkan bila dalam posisinya pada pertanyaanku itu. Maksudku, aku tahu akulah yang mengungkitnya, tapi tetap saja.
Senpai yang dimaksud sedang menatapku, jelas menginginkan penjelasan, jadi aku melanjutkan.
“Um, banyak yang terjadi hari ini, jadi aku akan mentraktirmu! Pesan apa pun yang kamu mau! ”
Kamu bahkan bisa mendapatkan grande ! ... Meski aku tidak punya banyak uang untuk dihabiskan. Aku harus mencari kerja sambilan lain kali, ya ~ Senpai pada akhirnya tampak tertarik pada Starbucks, lalu Ia melihat ke arahku setelah mengintip ke dalam.
“Tidak ... akulah yang mengajakmu untuk ikut, jadi biar aku yang membayar.”
“Tidak, tidak, tidak, akulah yang menaikkan harapanmu, jadi aku merasa buruk jika aku tidak mentraktirmu.”
Beneran. Aku serius.
“Itu tidak masalah. Kau sudah memberi informasi berharga hari ini, jadi aku akan mentraktirmu untuk itu.”
“Kamu tidak perlu mentraktirku untuk apa pun!”
“Maksudku, itu semua berkat kamu, Koori—“
Tidak tidak Tidak. Tidak tidak. Tidak tidak — aku ingin terus berdiskusi dengan Senpai, tetapi aku tidak bisa menahan diri lagi.
“Pfft ... pe-percakapan macam apa ini ...”
Di depan Starbucks! Ini terlalu lucu. Tapi begitulah yang selalu terjadi bila bersama Senpai. Ketika aku pergi dengan teman-temanku, tidak pernah semenyenangkan ini, dan alasan ketawaku juga berbeda.
Tentu saja, aku bersenang-senang dengan teman-temanku, tapi kesenangan semacam ini ketika aku bersama Senpai ... Bila ada yang bertanya padaku mengapa rasanya menyenangkan dengannya, aku tidak begitu yakin karena aku menyukai Senpai.
Sebaliknya, aku merasa seperti itu cuma satu bagian dari itu, tetapi aku tidak dapat menjelaskannya dengan benar ... Aku kadang-kadang suka menjelaskan sesuatu. Hanya saja ... ketika aku bersama Senpai, semuanya terdengar hebat bagiku, membuatku ingin menghabiskan satu menit lagi bersamanya.
“Kalau begitu baiklah! Kalau begini terus, kita takkan pernah bisa masuk, jadi bagaimana kalau kita membayar bagian kita masing-masing hari ini ?!”
“ .........! Kau jenius!”
Senpai ... wajahmu ...!
“Tidak, Senpai, ini bukan masalah pintar atau semacamnya ... Ini ... ahahahahahaha!”
Menyadari bahwa aku terus jatuh cinta pada Senpai, aku hampir tidak bisa menunggu hari berikutnya. Untung besok adalah hari libur, jadi cuma membeli smartphone mungkin akan membosankan ... mungkin aku harus mencari tempat lain yang bisa kita kunjungi ... Tapi rahasiakan itu dari Senpai ... Ah, aku sangat ahli!



close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama