Memori 4 :
Karaoke dan Smartphone serta Diriku
Sesuai rencana, aku menerima surat
persetujuan dari orang tuaku, dan menuju ke lokasi di mana aku seharusnya
bertemu dengan Koori.
Ditanya tentang keluargaku, aku
pikir aku tak pernah memberikan detail sebanyak itu. Aku punya kecenderungan
untuk tidak terlalu terlibat dengan orang lain, dan tidak ada banyak orang yang
ingin tahu tentang orang tuaku secara lebih formal, belum lagi aku mencoba
menghindari itu sebisa mungkin.
Selain dari perilaku orang tuaku,
kepribadian serta aspek-aspek lain tentang mereka tampaknya sangat kontras
dengan apa yang kau sebut akal sehat. Penjelasan yang singkat akan menimbulkan
kesalahpahaman, dan mencampurinya jujur saja sangat merepotkan. Karena itu, aku
berusaha menghindari pembicaraan tentang keluargaku, tapi—
Untuk beberapa alasan, aku
tidak membencinya sama sekali saat aku berbicara dengan Koori tentang hal itu.
Sebaliknya, aku ingin dia memahami keadaan. Meski dia tidak ada hubungannya
dengan itu, tapi Koori berbeda ...
“Yah, Koori bukanlah orang
asing ...” Gumamku, lalu membuka mataku lebar-lebar karena kebodohanku sendiri.
Kata-kataku barusan membuatnya
terdengar seperti Koori adalah keluarga bagiku. Sungguh arogan, keangkuhan yang
konyol. Tapi, bahkan lebih dari itu….
“………”
Anehnya aku merasakan perasaan
nyaman saat memanggil Koori sebagai keluargaku. Apa seseorang seperti diriku, yang
dengan tidak tahu malunya, benar-benar diizinkan untuk memiliki model
smartphone yang sama dengan Koori ... ? Ketimbang, —sebelum pikiranku membayangkan lebih
jauh dari itu, aku melihat sosoknya.
Pada saat yang sama ketika
kebahagiaan memenuhi kepala dan hatiku, wajahku mengendur. Dia sedang menunggu
di depan toko KQ. Mengistirahatkan tubuhnya, dibalut pakaian pribadi, bersandar
di pagar, dan ... apa namanya ... memakai headphone di kepalanya, tampaknya sedang
mendengarkan musik.
Itu benar-benar sangat cocok
untuknya. Meski dia hanya mengenakan headphone — dia terlihat sangat manis.
Pakaiannya juga. Aku tidak tahu apa sebutan mereka, tapi sepertinya mereka dibuat
untuk Koori dan hanya untuknya ...
“Ah, Sen — Wah, apa-apaan dengan
ekspresi sedih itu ?! Apa kamu terluka ?!”
Dia melepas headphone, dan
dengan cepat bergegas ke arahku. Sosoknya terlalu menyilaukan, aku tidak bisa
menatap langsung padanya.
“Koori ... aku ...”
“E-Eh, ada apa ini? Apa kamu
tidak bisa mendapatkan persetujuan dari orang tuamu ?! ”
“Tidak, aku berhasil mendapatkannya
dengan sempurna.”
“Eh? Ah, syukurlah, Fiuh ... ” Koori
menghela nafas lega, hampir seolah-olah dia merasa bahagia untuk dirinya
sendiri.
Melihat itu, aku merasakan
sakit yang menyayat dadaku. Koori bersikap sangat baik terhadapku, namun aku
...
“Aku bisa mendapatkan kontrak,
tapi ... Apa aku memiliki hak untuk menggunakan model yang sama denganmu, Koori
...?”
“…Hah?” Mata Koori berkedip
kaget, dan membeku sesaat. “Pff ... Ha-Hak?! Hak untuk menggunakan model yang
sama, katanya !! Ahahahahaha !! ”
Dia tertawa terbahak-bahak,
memegangi perutnya saat dia membungkuk ke depan. Dia terus tersenyum, sambil
melanjutkan, seolah-olah itu adalah hal yang normal untuk dikatakan.
“Tentu saja kamu punya hak
untuk itu! Ayo pergi ~ ”
Senyuman itu. Aku bisa melihat
ini sepanjang waktu — untuk selamanya.
“Ayo, Senpai! ”
Sampai Koori memberi isyarat
untuk memasuki toko dengan tangannya yang melambai, aku bahkan tidak dapat
bergerak satu inci pun dari tempat itu.
ghghghgh
Akhirnya, Senpai mengikutiku ke
dalam toko, di mana Onee-san yang baik hati memandu kami ke dua kursi terbuka,
dimulai dengan layanan pelanggan. Ketika dia bangkit dari kursinya untuk
memeriksa beberapa hal, aku ingat kejadian tadi, dan mulai menyeringai lagi.
Ya ampun ~ Senpai benar-benar
terlalu lucu ..... Ia terus membuatku tertawa karena hal-hal konyol. Jujur, aku
bertindak seperti gadis pemalu yang sedang jatuh cinta karena aku terus
berpikir kalau hari ini adalah kencan, tapi melihat Senpai bersedih seperti
itu, dan mengetahui alasannya, aku terlalu sibuk tertawa untuk memikirkan tentang
itu.
... Yah, adanya Senpai duduk di
sampingku seperti ini saja sudah membuat jantungku berdebar lebih cepat. Saat
aku mengintip ke arahnya, aku melihat Ia menatapku seperti orang gila.
“Ad-Ada apa?”
“... Apa ada musik yang
diputar?”
“Musik? Apa maksudmu yang dari
interior toko?”
“Tidak.” kata Senpai, sambil
menunjuk headphone yang tergantung di leherku.
“Ah, sepertinya itu mulai
diputar lagi.”
Kupikir aku sudah mematikannya,
tapi aku pasti tidak sengaja menyalakannya lagi sebelumnya. Mengambil smartphone-ku
untuk menghentikan musik, Senpai menatapku dengan ekspresi yang sangat menarik.
“Lagu apa yang kau suka,
Koori?”
“Oh, kau juga suka mendengarkan
musik, Senpai?”
Aku merasa seperti itu tidak pernah
terjadi sama sekali saat dua tahun lalu, tapi mungkin ada beberapa pemicu yang
terjadi pada salah satu dunia yang pernah Ia kunjungi? Jika demikian — aku
sangat ingin mendengarnya sekali! Musik seperti apa yang sedang didengar
Senpai?
Tanpa sadar aku mencondongkan
tubuhku ke depan, dan menatap mata Senpai.
“Aku tidak terlalu sering
mendengarkan musik ... Aku hanya ingin tahu apa yang kamu dengarkan.”
“Itu artinya…”
Kamu ingin tahu segalanya
tentang diriku? ... Ah, sial ... Aku cengengesan lagi.
Ngomong-ngomong, aku hanya
memberitahu semua jenis musik yang aku suka dengarkan.
“Mari kita lihat ~ Pop, rock,
musik barat, lagu idol, lagu anime, vocaloid ... sebenarnya cukup banyak ...
tapi sebagian besar musik yang aku dengarkan adalah rock, kurasa ~?”
“Jadi, kau suka musik rock ya.”
“Hm… aku pikir itu tergantung
pada band-nya. Aku mencoba untuk menonton langsung konser band yang aku suka.”
“Konser langsung ...”
“Ini gila keren ~! Aku pernah menonton
konser langsung sebuah band yang baru saja melanjutkan aktivitas mereka setelah
sepuluh tahun hiatus….. Ah, apa kamu mau mendengarnya? ”
Aku melepas headphone-ku, dan menyerahkannya
kepada Senpai, yang baru saja membeku sepenuhnya.
“Ahh, aku harus menyesuaikan
panjangnya.”
Aku menggerakkan tanganku pada
slider headphone sehingga bisa mencapai telinga Senpai, saat aku menyadari—
Bukannya ini kesempatan yang
sempurna ... untuk berbagi headphone?
Mulutku berbicara duluan
sebelum aku bisa memikirkan hal ini dengan sempurna.
“Um, apa Senpai tak keberatan
jika aku ikut mendengarkannya juga? Membicarakannya membuatku merasa seperti
itu lagi. ”
“...? Tentu, silahkan.”
Melepaskan headphone lagi,
Senpai menyerahkanku satu speaker, dan meletakkan yang lain di telinganya.
“Kalau begitu ... aku akan
memakainya, oke ~”
Menekan tombol play di smartphone-ku
dan meletakkan speaker lain di telingaku, tanganku dengan lembut menyentuh
Senpai. Tidak, bahkan lebih dari itu — wajah Senpai tepat berada di sebelah
wajahku.
….. Aku seharusnya sudah
menduga hal ini ...! Berbagi headphone seperti ini berarti kita bisa sedekat
ini! Memusatkan perhatian pada Senpai, samar-samar aku bisa mendengar napasnya,
dan ketika aku menatap ke sebelahku — Ahh, terlalu dekat, terlalu dekat!
Bulu mata Senpai benar-benar
panjang ... lehernya sangat ramping ... dan tubuhnya terlihat berotot meski Ia baru
bangun dari koma ... Ya Tuhan ...! Tunggu, bukannya jantungku berdetak terlalu
kencang ?! Jangan bilang ... Ia bisa mendengarnya ?!
Aku terus memberitahu diriku
sendiri untuk tenang, tetapi seluruh situasi terlalu berat bagiku, yang mana
bahkan tidak memungkinkanku untuk memperhatikan music yang sedang diputar.
“... Ba-Bagaimana?”
Karena tidak tahan, aku
mengambil speaker, dan bertanya Senpai sambil berusaha sekuat tenaga untuk
menyembunyikan wajahku yang sedikit memerah.
“Aku sangat menyukai punk rock
tipe emo ini ...”
“………”
“Senpai…?”
Senpai lalu melepas headphone,
dan berbicara dengan lembut.
“Maaf ... aku tidak bisa
mengatakannya.”
“Ah ... Ahh ~ Yah, semua orang
punya selera masing-masing, jadi aku tidak bisa menyalahkanmu—”
“Tidak.”
Dengan tangan kanannya, Ia menyerahkan
headphone, lalu mencoba menyembunyikan wajahnya dengan tangan kirinya. Dang,
aku baru sadar, tapi ... wajah Senpai memerah seperti orang gila, ‘kan?
“.... Koori terlalu dekat ...
jadi aku tidak bisa fokus sama sekali ...”
“——Itu.”
Itulah yang aku rasakan juga — aku
hampir bilang begitu tanpa berpikir. Maksudku, bukankah Senpai terlalu manis?
Dan bukannya itu berarti aku juga terlalu imut? Ugh ... persamaan matematika
macam apa ini?
“... Um, boleh aku mengganggu
sekarang?”
Karyawan Onee-san kembali tanpa
kami berdua sadari, memanggil kami kembali ke kenyataan. Betul! Kami berada di
tengah-tengah toko sekarang!
“A-Ah, ywah! Maafkan aku! Kami
baik-baik saja!”
Wah, suaraku bergetar ...!
“Maaf sudah mengganggumu
seperti itu ~”
... Jangan tunjukkan padaku
senyum pahit itu, Onee-san ... aku minta maaf, oke?
Tapi, sebelum aku bisa
meyakinkannya agar dia tidak merasa bersalah, Senpai menyelaku.
“Memang benar kau mengganggu
kami, tapi aku tidak terlalu marah.”
“Senpaaaaai?!”
TTTTT
“Huff ... kupikir umurku semakin
pendek setiap detik ...”
Sehabis keluar dari toko, aku
menarik napas dalam-dalam. Onee-san itu benar-benar marah pada kita ...
Menengok ke arah Senpai yang
terlalu jujur untuk kebaikannya sendiri, Ia sedang menatap smartphone yang baru
didapat ditangannya ... Ah, Ia tersenyum ... ?! Apa-apaan dengan wajah super
duper imut itu! Permisi?! Betapa polosnya dirimu! Terpolos dari yang terpolos!
Imyutnyaaaaaaaaa!!!
“... Koori? Mengapa kau mengarahkan
kamera semartphone-mu ke arahku?”
“—Eh? Ah, tidak apa-apa! ”
Tadi hampir saja…! Tanpa sadar,
aku mengambil ponselku untuk mengambil fotonya ... Tapi, apa yang salah dengan
memotretnya? Lakukan saja dengan dalih memori ...? Tidak, tapi ... —Aku
berpikir masak-masak untuk membuat alasan, ketika Senpai dengan lembut
menundukkan kepalanya padaku.
“Terima kasih banyak, Koori.
Karena bantuanmu, aku berhasil mendapatkan smartphone baru.”
“……… Ti-Tidak masalah ...”
Ugh ... Senpai yang jujur
menusuk ke dalam hatiku ...
Aku meletakkan tanganku di dada
untuk mengambil napas dalam-dalam lagi, dan memasukkan sumber pikiran jahatku,
headphone, ke dalam tasku.
“Dengan ini, aku akhirnya bisa
menggunakan Link untuk mengirim pesan ke Koori ...”
“Ah, benar. Kita harus bertukar
nomor lagi karena Senpai mendapat yang baru.”
“... Nomor ... milikku ...
nomor teleponku sendiri ….”
“Apa mau aku bantu melakukannya
untukmu?”
“Tidak, aku bisa melakukannya
sendiri ...” Senpai mulai mengutak-atik smartphone, ekspresi rumit menghias wajahnya.
Ia menekan dengan kedua
tangannya, jelas terlihat tidak berpengalaman. Dengan melihat itu saja ... Aku sudah
merasa sangat puas. Mengawasinya beberapa saat, Senpai menggumamkan sesuatu mustahil, ya ... dan menjejalkan tangannya
ke ruang hampa lagi. Menghentikannya di tengah jalan, aku memberi Senpai ide
yang lebih baik.
“Senpai, ada tempat di mana kita
bisa melakukan ini dengan lebih tenang, bagaimana dengan itu?”
TTTTT
Tempat (mungkin) terbaik untuk
bermain-main dengan smartphone-mu. Itu adalah….
“Ohh, beruntung! Lihatlah
ruangan yang indah ini! Senpai pergi ke belakang, ke belakang oke? ”
Mendorong Senpai yang berhenti
di pintu masuk, aku meletakkan dua cangkir teh oolong yang aku beli dari bar
minuman di atas meja, memeriksa sekeliling ruangan. A/C oke , Wifi berfungsi dengan baik, remote control
hadir, dan begitu pula mikrofon ~
“Jadi ini ... yang namanya
ruang karaoke ...”
Duduk di atas sofa, Senpai
mengamati sekelilingnya dengan penuh minat, kata-katanya membuatku tertawa
lagi.
“Kenapa kamu membuatnya
terdengar seperti 'Ini ... adalah dunia
yang berbeda, ya ...?' Senpai?”
“Maksudku ... dunia yang
berbeda takkan mengejutkanku seperti ini.”
“Pffft, jadi ruang karaoke
lebih misterius ketimbang dunia yang berbeda ... ?!”
Itu memang seperti Senpai ~ Dan
lagi, karena sudah 20 tahun, jadi daripada melihat dunia dan kota yang
misterius, ruang karaoke yang normal pasti terlihat aneh, ya? Tapi, itu
sebabnya aku memutuskan untuk datang ke sini sejak awal ~!
“Senpai, sudah lama tidak pergi
ke karaoke, ‘kan? Ada wifi gratis pula, tidak ada yang mengganggu kita, dan
kita bisa berteriak sekeras yang kita inginkan. Tempat sempurna untuk mengatur
smartph— ”
Hm? Tidak ada yang mengganggu
kita, dan kita bisa berteriak sekeras yang kita inginkan ...? Yah, bukan berarti
Senpai akan menganggap perkataanku dengan artian lain, jadi terserahlah.
“Untuk sekarang, mari kita
selesaikan pengaturan smartphone sebelum kita bernyanyi ~ Um, untuk melihat
nomor teleponmu, kamu harus—”
“—!”
Tepat ketika aku ingin mengintip
smartphone yang dipegang Senpai, Ia melompat.
“Eh?!”
“……… Maaf …… yah… karena kau
begitu dekat jadi aku…”
“Ah ... Ma—”
—af, tapi tepat sebelum itu.
“Bu-Bukannya aku benci kalau
kau dekat denganku! Sebaliknya, aku malah merasa senang ... Ah, tunggu, tidak!
Yah, tidak juga, tapi ... ugh ...”
Aku tidak tahu karena ruangan
ini masih agak gelap sebelumnya, tapi wajah Senpai pasti terlihat memerah
sekarang.
“Dalam ruangan gelap ... dan tertutup
ini ... hanya berdua dengan Koori ... aku merasa seperti tak bisa menahan diri
...”
“———”
…… Ummm… Hah? Tunggu ... apa
ini salahku?
“Um ... ka-kalau begitu — kurasa
aku akan pergi bernyanyi!”
... Apa yang aku bicarakan.
Yah, aku sudah berada di batasku dalam artian banyak hal, jadi aku memutuskan
untuk melarikan diri dengan menggunakan remote control, mencari lagu yang bisa aku
nyanyikan. Beberapa lagu yang selalu aku nyanyikan saat bersama teman-temanku.
Intro pun dimulai — Tunggu,
bukannya ini lagu tentang patah hati? —Ah, aku terlambat menyadarinya! Lagu
sudah dimulai, jadi aku harus menyanyikannya dengan normal, berkat
teman-temanku yang sering menyeretku ke
sini berkali-kali.
Aku mencoba yang terbaik untuk
tidak melihat Senpai ketika aku bernyanyi, tapi kemudian selingan datang. Menegak
minumanku, aku melirik ke arah Senpai — Ahh, Ia menatapku dengan penuh antusias
!!!
Ia menyilangkan tangan,
memelototiku dengan ekspresi serius — Ah, lagunya sudah mulai lagi.
Aku mengacaukan di bagaian
selanjutnya, tapi aku tidak berhenti sampai akhir. Entah bagaimana, aku senang
kalau aku tidak punya waktu untuk mempersiapkan mental untuk bernyanyi di depan
Senpai ~
“Eh ... um ... bagaimana itu?”
“Koori.”
“Y-Yesh?”
“Suara nyanyianmu sangat bagus.
Aku terkejut.”
“——”
Maaf, tapi yang kaget di sini
adalah aku tau ?! Dan juga, kenapa Senpai sudah kembali normal ?! Kemana
perginya rasa panikmu tadi?!
Atau begitulah protesku di
dalam kepalaku, tapi karena suasana canggung dan memalukan dari sebelumnya
benar-benar hilang, aku bisa bersikap normal lagi.
“Yah ~ karena aku sering
melakukan karaoke dengan temanku ~”
“Ini bukan pada tingkat itu. Aku
merasa seperti kau punya bakat di bidang ini.”
“Se-Senpai, ayolah ~ Kamu memang
benar, tapi jangan mengatakannya dengan blak-blakan begitu~ ... Juga, itu cuma lelucon,
jadi balaslah, tolong.”
“...? Apa maksudmu?”
“Peka sedikit ...”
Kurasa jawaban seperti 'Jangan katakan itu tentang dirimu' dari
Senpai terlalu sulit ... Yah, aku benar-benar menyukai Senpai yang polos
seperti itu ~
“Jadi ... tentang
smartphonemu.”
“—A-Ah ... aku menemukan
nomorku.”
“O-Ohhh! Good job, Senpai!”
“Juga, aku bisa memulai ini ...
perangkat lunak ... unduh, kan?”
“Iya. Ah, pengaturan wifinya—”
“Aku pikir aku sudah melakukan itu.
Meski aku tidak yakin ...”
“Eh, tidak mungkin.”
Walau bilang begitu, jangan
mengintip teleponnya, atau hal yang sama akan terulang kembali!
“….. Boleh aku ... pinjam
sebentar?”
Senpai sendiri mungkin
menyadari bahwa hal buruk dapat terjadi jika aku mendekatinya sekarang, jadi Ia
dengan tenang menyerahkannya.
... Ah, Ia benar. Wifinya sudah
benar-benar terhubung. Aku mengira bakal ada masalah dengan itu ...kok bisa?
“Kalau begitu, ayo kita tunggu sampai unduhannya selesai.
Setelah selesai, kita bisa bertukar alamat Link kita.”
“Itu bagus sekali ...”
“………… Senpai, matamu ... menyuruhku
untuk bernyanyi lagi?”
Senpai mengangguk, dan dengan
lembut tersenyum padaku. Maksudku, aku harus bernyanyi jika kamu melihatku
seperti itu.
“Yah apa boleh buat kalau
begitu ~ Kurasa aku akan bernyanyi lagi ~!” Aku menyeringai, dan melanjutkan.
“Tapi, kamu akan bernyanyi juga, Senpai. Di sini, Kau tahu cara menggunakan
remote, ‘kan? ”
“…Ya. Tapi-“
“Tidak ada tapi-tapian!” Sambil
membentuk X besar dengan tanganku, dan berkata dengan mic di tangan, aku
menatap Senpai yang tersipu.
Lagu berikutnya sedikit lebih
cepat dari sebelumnya, lebih ceria. Karena ini bukan lagu tentang patah hati
atau cinta yang tak terbalas, itu lebih menyenangkan untuk bernyanyi dalam
situasi ini. Tapi, sudah cukup tentang nyanyianku.
“—Ohhh ?! Eh, kamu memilih lagu
yang ini, Senpai ?! ”
Lagu yang Senpai pilih dari
remote control adalah lagu yang memiliki tempo super cepat. Setidaknya satu
orang akan selalu memilih lagu ini ketika aku pergi ke karaoke, dan biasanya
akan mengacau di tengah-tengah lagu ...
Tunggu? Tunggu sebentar. Lagu
ini dirilis tahun lalu, jadi mana mungkin Senpai tahu tentang lagu ini...
“Senpai ... apa kamu memilih
lagu ini hanya karena berdasarkan peringkat?”
“Ya.” Senpai sedikit
memiringkan kepalanya, jelas kebingungan mengenai apa yang ingin kutanya.
Maksudku, menyanyikan lagu yang
tidak pernah kamu dengar sebelumnya adalah tantangan dengan tingkat tertinggi,
iya ‘kan ?! Siapa juga yang mau mencobanya!
Tapi, kenyataan malah berkata
lain.
“……Hah? Eh?”
Pertama, awalan pada lagunya berbeda.
Begitu juga teksnya! Ia melihat layar, tapi timingnya
benar-benar tidak pas! Meski begitu — ini bagus banget.
“…Apa-apaan…. ini?”
Volume, ritme, semuanya terlalu
sempurna untuk menjadi kenyataan. Aku tidak tahu mengapa Ia tidak bisa
bernyanyi secara normal mengikuti lirik, tapi lagipula memang lagunya semacam
ini. Lagu sebelumnya mungkin lebih baik ... Tapi, aku masih merinding.
Setelah menyelesaikan lagu itu,
Senpai menyeka keringat di dahinya, dan menatapku.
—Ah, ini buruk. Aku tidak bisa …...
Aku tidak tahu mengapa, tapi jika aku melihat Senpai sekarang, aku merasa
hatiku akan meledak ... Jadi aku mengalihkan pandanganku.
... Tetap saja, aku harus
mengatakan sesuatu ...
“Um ... bisakah kamu
menyanyikan satu lagu lagi?”
Maksudku, aku akan berbohong
kalau aku bilang aku tidak serius. Aku ingin mendengarnya lagi. Aku ingin
mendengarnya lebih banyak lagi.
Setelah berpikir sejenak,
Senpai mengangguk.
“Baiklah.”
Senpai mengambil remote
control, dan lagu yang dia pilih adalah—
“Yang bener?!” Aku menjerit,
saat aku tersentak.
Alasanku menjerit karena lagu
yang dipilih Senpai. Ironisnya, Ia memilih salah satu lagu yang aku sukai, dari
band favoritku ... Dan Senpai ... akan menyanyikan itu ...? Lagu tersebut
memliki banyak nada tinggi, dan secara keseluruhan cukup sulit ... Apa Ia berencana
akan mengubah liriknya?
Dilanda perasaan harap-harap
cemas, aku menatap Senpai ketika intro dimulai. Setelah itu, suara Senpai
meledak. Ia terus menunjukkan ekspresi tekun, dan tidak mengubah liriknya. Itu
sempurna, namun juga sangat seperti Senpai.
…Ini buruk. Oh. Ya. Tuhan.
Senpai ... sangat ... keren ...!
Meski itu adalah lagu yang
penuh gairah, dengan seseorang yang kebanyakan melakukan anggukan, serta melakukan
high-five dengan seseorang. Dan
Senpai menyanyikan itu. Ini terlalu bagus. Aku gemetaran. Aku menjadi emosional
— aku….… mulai menangis.
“—Koori ?! Maaf, aku memilihnya
karena aku tahu kau menyukai lagu ini ... tapi kurasa itu jelek ya ...?”
Senpai menyerbu ke arahku
setelah Ia selesai, jadi aku membantah kesalahpahamannya dengan kekuatan penuh.
Itu terlalu bagus, aku terharu sampai menangis.
“Kamu terlalu keren, aku jadi
jatuh cinta padamu lagi ...” Gumamku, memastikan bahwa Ia takkan bisa
mendengarku.
Mengambil napas dalam-dalam,
aku mencoba menenangkan diri, dan lalu mengangkat kepalaku.
“Maksudku — bukankah itu
terlalu bagus ?! Bukannya sudah 20 tahun sejak kamu pergi ke karaoke, Senpai ?!
”
Hanya seseorang yang pergi ke
karaoke setiap hari, seorang pecandu, yang bisa menyanyikannya dengan sempurna!
Dan Ia seharusnya cuma mendengar lagu itu sekali saat kita berbagi headphone!
Jadi kenapa begitu bagus ... ?!
“Tidak juga. Aku tidak pernah
pergi ke karaoke sebelumnya.”
“……Hah? Jadi ini ... baru
pertama kalinya?”
“Ya.”
“Apa kamu ini jenius?”
Seorang jenius yang tak
tertandingi? Ini terasa seperti sih—
“Ah, sihir ?!”
Benar, aku lupa! Senpai
sebenarnya bisa menggunakan sihir!
“Sihir ... aku memang
menggunakan sihir, tapi aku tidak menggunakannya saat aku bernyanyi.”
“Sudah aku duga! ... Eh, yang
mana? ”
Apa kamu menggunakan sihir?
Atau tidak?
Setelah Ia memandang ke
kejauhan, dan terlihat sedikit nostalgia, Senpai mengulurkan tangannya ke arahku.
“Akan lebih cepat jika aku
menunjukkannya padamu.”
Ah, ini adalah pola di mana Ia
menunjukkan ingatannya dari dunia yang lain ... Nah, karena ini yang ketiga
kalinya, jadi aku cukup terbiasa.
Bagaimanapun juga, ruangan
karaoke di depan mataku menjadi gelap, dan ketika aku bisa melihat cahaya lagi—
“…Hah? tidak jadi cerah?
Senpai, apa ini — Kya! ”
Senpai di depanku tiba-tiba
melangkah mundur …... —eh, tidak menabrakku?
“Ah, ini Senpai di masa lalu
...?”
Bila dilihat dari dekat,
pakaiannya tampak usang, gaya berpakaian seperti seorang pengelana. Sementara aku
mengawasinya dengan seksama, Ia sekali lagi bergerak dengan kecepatan gila, di
mana aku berjongkok di tempat.
“Wah, apa yang sebenarnya
terjadi ?!”
Rasanya seperti Senpai sedang bertarung
?! Aku benar-benar tidak tahu karena area sekitar yang gelap, tapi percikan
cahaya yang kadang-kadang menyala membuatnya tampak seperti Senpai sedang
bertarung melawan seseorang.
Refleksi ini ... atau hologram?
Meski aku tahu ini sangat aman, tapi rasanya masih menakutkan.
“Woah ... sesuatu keluar! Ada
sesuatu yang luar biasa keluar!”
Aku menutup mataku, dan
menyembunyikan wajahku ... Hm? Tidak ada suara?
Dengan hati-hati membuka mataku
untuk memeriksa situasinya, Senpai saat ini tepat di sebelah aku. Posisi ini
... kabedon ...?
“…Kau baik-baik saja?”
“Ak-Aku ... baik-baik saja ...”
Tidak baik dalam arti yang
berbeda.
Sementara itu, di punggung
Senpai, lingkungan sekitar mulai menyala, jadi aku melihat ke sana, melihat
ruang terbuka yang lebih luas. Seluruh tempat tersebut diaspal batu …...
seukuran ruang kelas, dengan Senpai berdiri di sana.
Ia pasti bertarung mati-matian,
tetapi Ia tidak memiliki luka sama sekali. Selain itu, daripada penampilan pengelana
yang aku asumsikan …... rasanya lebih mirip seorang assassin dari sebuah game
...?
“Senpai, ini ...”
“Ini adalah ... Colosseum
Alideja, yang terletak di [Stero'Un].”
“Colosseum ... ?!”
Seperti yang mereka punya di zaman
Roma kuno? Secara teknis aku bisa mencarinya dengan smartphone-ku, tapi mana
mungkin aku bisa mendapatkan koneksi di sini, ya ~
“Di [Stero'Un], mereka yang
datang dari dunia berbeda diubah menjadi Darya ... budak dari kasta terendah,
dan dilempar ke ruang bawah tanah yang disebut Alideja ini, mereka bertarung
dengan Darya lain yang juga bertujuan untuk melarikan diri dari neraka itu.
Manusia [Stero'Un] menonton mereka dengan gembira. ”
“Menonton ...?”
“Sebagai hiburan.”
“... Woah ... mengerikan sekali
...”
Pasti kepala mereka semua ada
yang korslet.
“Tepat sekali. Ini adalah dunia
yang cukup kejam. ”
“Cukup…?”
Yang begini dibilang cukup ?!
Dunia macam apa yang pernah dikunjungi Senpai ... ?!
“Ketimbang sistem itu, ada hal
lain yang memberiku lebih banyak masalah ...”
Di sana, wajah Senpai berubah
dengan ekspresi jijik.
“Kamu baik-baik saja?”
Tiba-tiba, ada seorang gadis yang
berjalan ke pandanganku, kakinya yang telanjang terlalu menyilaukan untuk
mataku. Usianya ... harusnya seumuran denganku? Pakaiannya sama compang-campingnya
dengan pakaian Senpai, dan — Oh, aku bisa melihat sekilas wajahnya. Dia lumayan
imut!
Eh ... tidak, tunggu. Itu bukan
lumayan! Dia sangat imut sekali! Karena ada poni yang menutupi wajahnya jadi
aku tidak tahu! Dia memiliki mata yang besar, hampir berkilau, dan mulutnya
terlihat sangat lembut ...! Meski sedikit ternoda karena kotoran, rambut abu-abunya
yang pendek tampak super cocok untuknya ... Bukannya dia akan menjadi
kecantikan gila jika dia merawatnya dengan benar?
... Tapi, yang lebih penting,
dia hampir tidak mengenakan apa-apa ?! Jika dia bergerak sedikit saja, bukannya
kamu bisa melihat banyak hal buruk?
“Senpai, gadis ini ...”
“Ya ... dia sedikit mirip
denganmu, Koori.”
“Hah?!”
Bagaimana?! Dari mananya?!
Aku ingin bertanya, tapi Senpai
tampak serius.
... Ehhh? Apa aku benar-benar
mirip dengan kecantikan seperti itu ~? Oh hentikan ~
Sejauh ini, itu adalah reaksi
yang berbeda dari semua gadis dunia lainnya. Senpai masa lalu juga tidak
mengatakan apa-apa — atau begitulah pikirku, saat….
「Jangan
pedulikan aku.」
「Tidak
bisa. Karena kamu adalah masterku 」
“Master?!” Tanpa sadar aku
melihat ke arah Senpai.
“Celi adalah ras ... 'Rasha' rupanya
mereka punya tradisi untuk memanggil orang-orang yang menyelamatkan mereka
dengan sebutan “Master”, dan mengikuti orang tersebut selama sisa hidup mereka
...”
Ah, jadi gadis ini bernama
Celi-chan. Namanya juga lucu ... Tapi, kesampingkan itu.
“Senpai ... apa kamu
menerimanya?”
“... Aku menolaknya
berkali-kali ... Tapi ...”
Melihat Senpai melirikku
berulang kali, aku punya firasat tertentu.
“Kamu tidak bisa mengabaikannya
... karena dia mirip denganku ...?”
“………”
Menganggap keheningan itu
sebagai pengganti Ya, sejujurnya aku tidak yakin bagaimana harus menanggapi hal
ini. Maksudku, rasanya tidak enak dipanggil secara tidak langsung seimut Celi-chan,
dan mendengar alasan Senpai tidak mengusirnya membuatku menggeliat dalam
kebahagiaan lagi, bercampur dengan sedikit rasa malu malu, tapi melihat Ia
menerima gadis lain masih membuatku merasa muram juga ... Tapi bukannya aku
punya hak untuk mengatakan itu ... Ahhh, kepalaku sakit!
Kesampingkan semua hal yang
membuat pikiranku kacau — Yah, aku benar-benar tidak boleh, tapi aku harus
melakukannya. Aku lalu bertanya pada Senpai.
“Juga, sihir menyanyi itu ...?”
Itulah yang terpenting
sekarang. Itu alasan utamaku menonton adegan ini.
“….. Itu ...”
Tepat ketika Senpai inign
berbicara, Celi-chan yang cantik tiba-tiba melihat dari balik bahunya.
「...!
Kairi, kita harus - Kya! 」
Celi-chan berjongkok di tempat
itu, dan Senpai mengikutinya ... sembari melindunginya ... Ugh ... Maksudku,
aku tahu, tapi ... Ahhhh ...!
Sementara itu, Celi-chan
memegangi kepalanya, terlihat seperti sedang kesakitan — Hm?
“Ada telinga yang tumbuh dari
kepalanya ?!”
Bukan wajahnya, tapi kepalanya.
Telinga seperti kucing. Dan bukan jenis yang biasa dipakai untuk
bersenang-senang selama pesta cosplay, telinga yang asli.
“Tergantung dari situasinya,
Rasha tidak hanya memiliki telinga seperti itu, tapi juga ... Tidak, itu tidak
penting saat ini.”
Apa? Bukan hanya telinga?
Ceritakan lebih banyak?
Tapi, situasi di depan kami
sekarang lebih mendesak, dan Senpai tetap melanjutkan.
“Alideja memiliki bos monster
yang mengintai di setiap lantai, dan yang ada di sini adalah—”
「Sirene
...」
Senpai dari masa lalu terus melanjutkan,
tetapi Senpai saat ini memberikan penjelasan.
“Bos lantai ini, Sirene,
menggunakan nyanyiannya sebagai senjata, menurunkan pertahananmu, dan, seperti
yang sudah kau duga, itu sangat efektif terhadap orang-orang seperti Celi —
yang spesialisasi dan mempercayai pendengaran mereka.”
「Melarikan
...diri…….」
Ah, Ia benar. Celi-chan
terlihat ... tidak seperti dia kesakitan ...? Maksudku, dia jelas-jelas tidak
terlihat nyaman, tapi matanya tampak mengantuk, dan sepertinya dia berusaha
menahan diri untuk tidak jatuh tertidur ... Dan juga, aku tidak bisa mendengar
suara milik makhluk Sirene itu? Apa itu terpotong?
Aku hendak bertanya pada
Senpai, tapi sebelum itu—
「...
Kairi ...?」
Aku pikir itu adalah suara Sirene,
tetapi Celi-chan sepertinya merasakan hal yang sama seperti denganku. Senpai
... sedang bernyanyi. Ya, lebih tepatnya bersenandung, tapi itu gila bagusnya
...
Tak lama setelah itu, Senpai
menutup mulutnya, dan Celi-chan bangun dengan hati-hati.
「Kamu
membatalkan lagunya dengan milikmu ...?」
Aku tidak terlalu mengerti apa
yang dia maksudkan dengan itu, tetapi jelas sekali bahwa Senpai melakukan
sesuatu yang luar biasa di sana.
「Lagu
hanyalah kumpulan suara. Jika aku dapat menganalisis struktur suaranya, aku
bisa melawannya 」
「…………」
Tidak tidak, tidak, itu bahkan
masih terdengar sulit !? Maksudku, Celi-chan jelas-jelas setuju denganku, lihat
saja ekspresinya!
「Itu bukan
... hal yang mudah dilakukan」
Ah, dia mengatakannya.
「Seberapa
banyak upaya yang kamu lakukan untuk bisa mencapai tingkat itu ...」
「Ini
adalah hal yang diperlukan demi melewati lantai ini, jadi aku berlatih」
「….」
... Kamu terlalu keren, Senpai.
Celi-chan masih dengan wajah datar seperti sebelumnya, tapi aku bisa mengatakan
bahwa dia sama terkejutnya denganku.
「Kamu
tidak perlu ... jika itu hanya kamu sendiri ...」
“Eh?!”
Dalam keterkejutanku, aku melihat
Senpai yang asli di sebelahku, tetapi yang ada di refleksi menjawabku terlebih
dahulu.
「... Aku
tidak membuang waktuku untuk hal-hal yang tidak berguna, kau seharusnya tahu
itu」
Mengucapkan kata-kata tersebut,
Senpai mulai bergerak maju. Di sisi lain Celi-chan—
“Seperti yang bisa kamu lihat,
sihir yang aku gunakan hanya—”
“Ah, Senpai, jangan membuat
kita kembali dulu!”
Sadar betul bahwa Ia akan
membatalkan efek sihir ini, aku segera memohon padanya. Alasan untuk itu adalah
ekspresi Celi-chan barusan. Dia tampak marah, merajuk, tapi yang paling penting
— kerinduan.
“Aku tidak berpikir ada sesuatu
yang terjadi setelah itu ...” Senpai memiringkan kepalanya dengan bingung, tapi
aku yakin.
Celi-chan pasti akan mengatakan
sesuatu sekarang. Dan, setelah menunggu sebentar.
「Suatu
hari ... Aku pasti akan membuatmu menerimaku ... dan kemudian, aku akan
memberitahumu perasaan ini ...!」
“Lihat!!!”
“…?!”
Senpai lebih terkejut dari
teriakanku sendiri ketimbang kata-kata Celi-chan, tapi itu tidak penting.
... Celi-chan. Kau diselamatkan
oleh Senpai, dan membuat dirinya menjadi mastermu. Namun, Senpai tidak pernah
memberikanmu perhatian sebanyak itu, tapi tetap memperlakukanmu dengan ramah seperti
itu ... Ingin menyampaikan kepada Senpai tentang perasaanmu, tapi mengetahui
bahwa kamu tidak punya hak untuk ...
“... Ngomong-ngomong, aku
menggunakan sihir analisis tertentu, tetapi nyanyian itu sendiri tidak
dipengaruhi oleh apapun—”
“Senpai! Apa yang terjadi dengan
Celi-chan setelah itu ?!”
“A-Apa yang kamu maksud?”
“Maksudku, Celi-chan
benar-benar merasa—”
Baiklah, berhenti di sana, diriku
!! Aku pasti tidak boleh mengatakan itu! Dalam keadaan apapun! Hati-hatilah ...
Aku tidak bisa melakukan ini sebagai pengganti Celi-chan.
Jika aku berkata, “Celi-chan
benar-benar jatuh cinta padamu, Senpai! Apa kamu akan menjawab perasaannya ?!”
maka Senpai akan berkata "Ya, aku akan menjawabnya" atau "Tidak,
aku tidak menjawabnya", dan bukan keduanya ... ughhhhh ...!
“Uuuuu ...!”
“Ko-Koori ...?”
“Senpai ... ayo kita bernyanyi
sesuka hati kita hari ini! Seakan-akan ini adalah hari terakhir kita! Dengan
kekuatan penuh!”
Kami sudah kembali ke ruang
karaoke, di mana aku mengumumkan ini dengan mic di tangan. Untuk saat ini, aku
ingin bernyanyi! Demi Celi-chan juga!
Juga, tenanglah diriku ... Kamu
tidak boleh semakin tersipu sekarang ...
“Ngomong-ngomong, mengenai analisis
ini? Tidak boleh lebih dari itu, oke? ”
“...! Tapi…?!”
“Tidak ada tapi-tapian. Sudah
kubilang jangan gunakan sihir lagi, ‘kan? ”
Bagaimana jika seseorang
melihat kita? Yah, aku mengerti bahwa menggunakan sihir sudah menjadi kebiasaan
bagi Senpai ….... Terus, tolong jangan menatapku seperti itu ...
“... Um, lalu ... jika kamu
melakukannya hanya saat ada aku saja, kurasa itu akan baik-baik saja ...?”
“Benarkah…?"
"Juga, itu benar-benar aku
yang egois, kan ... kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau, Senpai.”
Aku tidak ingin mengekangnya
hanya karena dia pacarku ...
“... Tidak, aku akan menahan
diri. Aku tidak ingin kehilangan Koori karena sihirku. ”
“——”
Kata-katanya, ditambah dengan
ekspresinya yang serius, menikamku tepat di hati, membuat wajahku memerah.
“Um ... ehm ... benar ... cuma
aku yang bertindak egois, ingin memonopoli nyanyian Senpai yang menakjubkan,
jadi kamu benar-benar tidak perlu ...”
Aku cukup yakin bahwa tidak ada
yang akan merekrut Senpai menggunakan sihir untuk menganalisis lagunya. Ahh ...
Pada akhirnya, aku masih membatasi Ia, ya?
“Begitu ya ... Baiklah. Aku takkan
pernah lagi bernyanyi di depan orang lain selain kamu, Koori. ”
“- ?! Tidak, tapi…”
Itu cuma keegoisanku, jadi—
“Itu bukan karena kau yang menyuruhku.
Aku ingin melakukannya sendiri — keegoisanku. ”
“~~~!!!”
……………Aku sangat mencintainya.
Pada akhirnya, meski aku adalah
orang yang menyarankan tentang menyanyikan sisa hari itu, aku dipenuhi dengan banyak
dan banyak emosi yang aku pikir hatiku akan meledak ...
—Ah, aku benar-benar lupa
tentang smartphone Senpai!
[Extra]
— Malam itu.
“Haaaa ... Mandi benar-benar
yang terbaik ~ ……… Hm?”
Ketika aku melihat
smartphone-ku, pemberitahuan pesan tercermin di layar.
「Apa itu
berhasil?」
“Eh, Senpai mengirim link
padaku?!”
Meskipun aku lupa untuk
membantunya mengaturnya ...
“Ia melakukannya sendiri ...!
Luar biasa!”
Yah ... pengaturannya akan
bekerja sendiri setelah instalasi, tapi ... karena itu Senpai, jadi masih
menakjubkan!
「Bekerja
dengan sempurna ~!」
「Sungguh
... syukurlah.」
“Pfft ... Ia menggunakan emoji
yang salah ... ~”
「Itu
salah, Senpai!」
「Maaf」
“Ahahaha, Senpai~”
「Tersenyum
sambil meminta maaf, LOL!」
「Aneh
... bagaimana aku harus melakukannya?」
「Kamu
tinggal menekan emoji yang ingin kamu gunakan」
「 」
“... Ia cuma mencobanya,
kurasa.”
Juga, ini adalah obrolan Link
pertama kita setelah kita mulai resmi berpacaran, ya ~
“Aku tidak tahu mengapa ...
tapi ini benar-benar menyenangkan, saling bertukar Link dengan Senpai.”
Aku tidak bisa menahan senyum aku.
Karena tidak ada pesan baru yang datang, aku bangkit dari kamar mandi, dan
pergi untuk mandi terakhir—
“Hmmm? Ini berdering? ... Ini
dia.”
Di satu sisi, gagang shower, di
sisi lain smartphone-ku, aku melihat ke bawah ke layar, dan melihat wajah
Senpai.
“…Hah?”
Apa aku menempatkan fotonya
sebagai latar belakang smartphone-ku? Tunggu, Ia bergerak ...?
「Ko-Koori
... ?!」
Aku bahkan bisa mendengar
suaranya—
“Tunggu, mengapa ini berubah
menjadi video call?!”
Huuuuh ?! Huuuuuuuuuuuuuh ?! Eh
?! Ehhh ?! Apa aku menerima panggilan itu ?! Dan kenapa video call... Ah,
apakah Senpai menekannya tanpa sengaja ... Tapi itu berarti bahwa ... Ia bisa
melihat ... semuanya ...!
“T-Tunggu — Ah!”
Aku langsung panik. Karena
lantai yang licin, aku pun terpleset jatuh.
“Aduh…”
Dan jika seseorang bertanya di
mana smartphone-ku mendarat—
“Ahh!!”
Diposisinya tepat di bawah
pantatku ... A-Ah, layarnya ... Tidak tunggu, apa Senpai bisa melihatku
sekarang ?!
「Koori
?! Apa semuanya baik-baik saja?! Layarnya tiba-tiba berubah jadi gelap, aku
tidak bisa melihat apa-apa ...! 」
A-Ah, Ia tidak bisa melihatnya
ya ... Baguslah ... pantatku menutupi layarnya ...
“Tunggu, itu tidak bagus sama
sekali!”
Aku tidak bergerak satu inci pun
sampai Senpai mematikan video call ...
Bagian akhirnya ngakak😂
BalasHapus