Memori 6: Kafe
Kucing dan Adegan Ranjang serta Diriku
—Aku benar-benar terkejut, dan
bingung harus berkata apa.
Pemicunya adalah percakapan
yang sangat normal.
“Oiya, Senpai. Apa kamu merasa
ada sesuatu yang berubah baru-baru ini?”
Waktu berlalu cukup lama sejak
Senpai kembali ke dunia ini, jadi aku bertanya kepadanya dalam arti 'Apa kamu sudah terbiasa dengan sekolah?
Kedip’, kau tahu.
“Tidak juga, tapi aku menyadari
ada seseorang yang mengikutiku belakangan ini.”
“Heh? Mengikuti?”
Mengikuti ... Seperti membututi
?!
“Dia bahkan mengejarku sampai
ke rumah kemarin.”
“Eh — Ehhhhhhhh ?! Bukannya
itu, kayak, masalah besar ?! ”
“Tidak juga. Aku sudah
memastikan pelakunya.”
“Eh, benarkah?”
Aku pikir ini akan berubah
menjadi insiden penguntit besar. Tidak tunggu, yang namanya penguntit masih
penguntit,walau kita mengetahui identitas pelakunya, ‘kan ...? Yah, bukan
berarti Senpai akan bermasalah dengan penguntit itu.
“Teman sekelas perempuan.”
“ ... perempuan ... teman
sekelas?”
Eh, tunggu.
“Itu ... Um ... bagaimana
gerak-geriknya?”
“Bagaimana ...? Biar
kupikir-pikir dulu, dia berusaha keras supaya aku tidak menangkapnya, dan aku
bisa merasakan gairah gila darinya, seolah-olah dia tidak mau kehilangan satu
gerakan pun dariku. ”
Mencoba supaya Senpai tidak
akan menangkapnya ... gairah gila ... Maksudku, bukannya ini pada dasarnya
berarti dia cinta mati pada Senpai ?! Dia mungkin bersembunyi untuk menunggu
kesempatan menembak, dan dia bahkan mengikutinya sampai ke rumah — Dia tidak
bisa lebih serius, ‘kan!
“Ngo-ngomong-ngomong ... siapa
sebenarnya dia itu?”
“Aku tidak tahu namanya, tapi
dia sedang mengikuti kita saat ini juga.”
“-Beneran?! Siapa — ah. ”
Aku tidak bisa mencarinya, atau
sudah jelas kita tahu. Bukan seperti ada artinya setelah berteriak seperti itu.
“…?”
Senpai menatapku dengan semacam
ekspresi apa yang sedang kau lakukan?,
tapi aku mengabaikannya untuk saat ini.
“Ha-Haruskah kita pergi ke tepi
sungai?”
Jika kita pergi ke ruang yang
lebih terbuka, aku mungkin bisa melihat siapa pelakunya dengan mata kepalaku
sendiri.
Dan, setelah banyak hal yang terjadi,
orang yang mengikuti kami ternyata adalah Koto-chan — Gadis cantik berponi lurus,
yang selalu sekelas denganku sejak SMP, bernama Mikage Kotoha, dan aku bisa
sangat mengetahuinya kalau dia tertarik pada Senpai .
Jujur saja, aku akan berbohong
jika mengatakan aku tidak bahagia. Aku pikir semua orang merasa waspada
terhadap Senpai, bahkan merasa takut, karena bagaimana perbuatannya di kelas.
Melihat bahwa seorang gadis imut seperti Koto-chan menaruh rasa padanya
membuatku merasa tenang. Tapi, bahkan lebih dari itu, aku benar-benar terkejut,
dan sejujurnya cukup khawatir bahwa Senpai
akan diambil dari ku, jadi aku merasa panik ... Dan mungkin atau mungkin
tidak mengatakan sesuatu yang benar-benar memalukan ...
“Ada apa, Koori?”
“Eh. A-Apa maksudmu?”
Oke, jangan pikirkan itu karena
Senpai sebenarnya tepat ada di sampingku! Lupakan, aku ... Yup, sudah lupa!
“Itu mengingatkanku ... Senpai,
apa kamu pernah berbicara dengan Koto-chan?”
Kupikir aku sudah melupakan
tentang itu, diriku ?! Ini sering terjadi baru-baru ini ... apa aku akan
baik-baik saja?
“Kami tidak pernah berbicara
sama sekali.”
“... Kamu tidak pernah bicara,
tapi ...?”
Pasti ada sesuatu yang lain.
“Dia sudah menatapku dengan curiga
sejak hari pertama.”
“Mustahil…”
Sejak hari pertama ... jadi dia
jatuh hati pada Senpai sejak pandangan pertama ... ?!
“Juga, Senpai, kamu
menyadarinya?”
“Selalu waspada terhadap
pandangan mata orang lain padamu adalah salah satu dasar pertahanan diri.”
Serius~ padahal aku selalu bersama
Senpai, tapi aku masih tidak tahu ...
“Mungkin ini yang pertama buat
Koto-chan ...”
Cinta pertamanya, mungkin.
“Tidak, mungkin tidak.”
“Eh, bagaimana kamu bisa tahu?”
“Dia bersembunyi dengan cukup
terampil. Dia terlihat sudah terbiasa dengan ini.”
“O-Ohhh…?”
Jadi Koto-chan sebenarnya
berpengalaman dalam cinta? Mungkin aku bisa meminta saran padanya nanti... Yah,
diriku dari semua orang mungkin tidak boleh. Walau dia memiliki banyak pengalaman
cinta, aku tidak tahu apa dia pernah patah hati seperti ini, belum lagi bahwa
akulah alasannya. Terus juga, dia pasti sedih karena itu berakhir seperti ini,
belum lagi dia menyatakan kalau dia akan mendukungku ... dia sangat keren.
Jika aku berada di posisi yang
sama dengan dia, aku mungkin bisa menahan diri, tapi mendukung orang lain?
Mungkin tidak ….. Berpikir bahwa aku menghancurkan potensi cinta seorang gadis
baik seperti dirinya …... sangat menyakitkan. Tapi, membiarkannya juga bukan
pilihan ...
Maksudku, sebelumnya aku adalah
bagian dari obrolan cewek dengan teman-temanku, dan bahkan banyak terlibat di
sana-sini, tapi tak disangka bahwa aku akan mengalami masalah yang sama seperti
mereka suatu hari ... aku takkan pernah memikirkan ini sampai beberapa waktu
yang lalu ~
Dan itu semua karena Sen — Wah,
Senpai menatapku seperti orang gila.
“A-Apa?” Uwah, aku tergagap ...
memalukan sekali.
“Maaf, aku pasti
mengejutkanmu.”
“Ah, tidak, aku cuma melamun,
tak perlu khawatir.”
Meski aku akhirnya bisa jalan
berduaan dengan Senpai seperti ini ... Bersama, dengan Senpai ... Mmm ...
“Koori.”
“Iya?”
“Yah, jika kau tidak keberatan,
apa kau mau menemaniku sebentar?”
TTTTT
“Ohhh~~~!”
Setelah diajak oleh Senpai,
kami pergi ke sebuah gedung dekat stasiun kereta, yang seluruhnya tertutup
kaca. Tempat ini baru dibangun sampai beberapa waktu yang lalu, dan sekarang
menjadi menara belanja yang baru saja selesai, menampung banyak toko kecil.
“Ahhh, jadi tempat ini akhirnya
selesai juga.”
Dulu saat Senpai baru keluar
dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, pekerjaan konstruksinya masih dalam
proses. Oh benar, teman-temanku juga mengajak aku ke sini ~ Aku terlalu sibuk
jadi aku menolak ajakan mereka.
“Tetap saja, tak kusangka kalau
Senpai akan mengundangku ...”
“Apa aku merepotkan ...?”
“Tidak sama sekali kok!
Maksudku, aku paham bila akulah yang mengundangmu, tapi kupikir yang membuat
menarik adalah Senpai duluan yang melakukannya! ” Aku menyeringai pada diriku
sendiri.
Aku penasaran, perasaan apa
ini? Diundang ke sini oleh Senpai, orang yang jelas-jelas belum terbiasa dengan
dunia ini, aku merasa sangat senang, sungguh, tapi bukan itu saja ... Aku tidak
bisa menjelaskannya dengan baik.
“Dan, kemana kamu akan
membawaku, Senpai ~?” Sambil memegang tas di belakang tanganku, aku menyeringai
padanya, yang berjalan langsung ke bagian belakang lift tanpa ragu-ragu.
Ohh ~? Jadi ada toko di
belakang sini ... Tunggu, ini ... kafe?
Masuk dengan sepatu harus dilepas? Jarang-jarang sekali.
Kami mengikuti aturan dan
melepas sepatu, lalu berjalan di sepanjang karpet lembut, dan masuk melalui
pintu.
“Kami ada dua orang.”
Senpai bersikap normal dengan
karyawan kafe! Wow!
Tapi, saat aku menangis kagum,
aku melihat seekor kucing di depan mataku.
“O-Ohhhh?!”
Kami sedang di dalam toko, ‘kan
?! Woah, wah, dia cuma bersantai di meja ...! Ahhh, dia sangat imut ... ?!
Juga, dia benar-benar terbiasa dilihat ... Waahhh!
“Bahkan di dalam masih ada
banyak.”
Mengikuti garis pandang Senpai,
aku melihat ada banyak kucing yang memenuhi ruangan, ada yang sedang tidur,
berjalan-jalan, atau membersihkan bulu mereka — Pada dasarnya, ini ...!
“Kafe kucing, ya ~”
“Ya, kafe kucing.”
Setelah menertawakan ucapan
Senpai, kucing belang hibrida hitam dan putih datang meringkuk di kakiku. Aduh
aduh, terlatih sekali, sampai bisa datang menyambutku seperti ini~
“Wahh, imut sekali~ Siapa
namamu? Ah, ini dia ... Buchiko-chan ~? Senang bertemu denganmu, Buchiko-chan ~
Ohh, bulumu begitu halus dan lembut ~ Boleh aku mengambil foto bersamamu?”
Awww, dia mendengkur! Lucunya~!
Astaga, aku pernah mendengar tentang kafe kucing, tapi aku sama sekali belum
pernah benar-benar pergi ke kafe kucing.
Ketika aku sedang memikirkan
itu, kucing lain, yang tampak seperti munchkin, memamerkan perutnya kepadaku, seolah-olah
hendak mengatakan aku di sini juga, tahu? jadi aku memberinya respons yang bagus.
Sementara itu, kucing lain sedang melihat ke bawah dari menara kucing dengan
ekspresi seperti Pendatang baru?, dan
... ohh, di sana ada kucing biru rusia juga! Aku belum pernah melihat yang
sedekat ini sebelumnya!
“Haaa ... ini adalah
kebahagiaan ...”
“…Aku senang kau menyukainya.”
“Tentu saja! Ini yang terbaik!
Aku terkejut kamu tahu tempat ini, Senpai ~ ”
“Ya ... karena aku mencarinya.”
“Eh, mencarinya?”
Ia tidak menemukannya secara
kebetulan?
“Karena kau pernah bilang kalau
kamu suka kucing ... Kupikir mungkin ada tempat yang seperti ini.”
Dia melakukannya ... demi
diriku? Senpai yang selalu bermasalah sejak dia kembali ke dunia ini?
“Karena tadi, kau tampak seperti
sedikit sedih ... jadi, kupikir ini kesempatan yang bagus.”
“——”
...... Maksudku ........ Kau
tahu ... Ini hanya ... Aku merasa ingin menangis air mata kebahagiaan ... Tapi,
jika aku mulai menangis sekarang, Ia akan berpikir sudah melakukan sesuatu yang
salah lagi, jadi aku tidak bisa membiarkan itu terjadi! Tahanlah air mata, diriku!
Untuk mengalihkan perhatianku,
aku mengambil Buchiko-chan dan memeluknya.
“Ay-Ayolah, Senpai. Kamu juga
mencobanya! ”
Saatnya meminjam kekuatan
makhluk imut ini untuk mengatasi situasi!
—Atau begitulah pikirku, tapi
Senpai secara refleks melangkah mundur.
“Eh?” Aku dibuat kaget.
“………Apa ada yang salah?”
“Maksudku, seharusnya aku yang
bilang begitu …....”
Aku melangkah lagi menuju Senpai,
dan dia tetap diam. Satu langkah lain, dan reaksinya masih sama. Mengulanginya
sampai langkah kelimaku — tepat ketika aku bisa menyerahkan kucing itu, Senpai
melangkah mundur lagi.
“………”
“………Senpai?”
Ekspresinya tetap sama dari
sebelumnya. Ia tidak bersin atau semacamnya, jadi itu mungkin bukan karena
alergi.
“Apa kamu ... buruk berhubungan
dengan kucing?”
Aku tidak bisa membayangkan hal
itu terjadi.
“Bukan itu masalahnya.”
Seperti yang diharapkan, Senpai
menegaskan dugaanku.
“Aku menyukai semua binatang
kecil, termasuk kucing.”
“Ya, masuk akal ~”
Senpai memandangi kucing-kucing
itu dengan tatapan yang sangat lembut, dan aku merasa seperti bisa mencuri
pandang padanya saat Ia terkekeh. Lucunya ... kamu sangat lucu ... Senpai. Itu
sebabnya aku membayangkan bahwa Ia benar-benar mencintai kucing. Bukan hanya
tidak bisa menyentuh mereka, tapi juga mendekatinya… ... bukannya itu aneh?
“Apa ada sesuatu yang terjadi
di dunia lain yang mana kamu berakhir jadi seperti ini?"
Tepat pada saat aku mengatakan
itu, ekspresi Senpai langsung menjadi gelap, dan aku langsung tahu kalau aku
mendapat jackpot.
“Kamu benar-benar ... sangat
peka dengan hal yang beginian, Koori.”
“Tidak, kupikir semua orang
bisa menebaknya ...
Atau mungkin tidak? Banyak yang
bilang kalau mereka tidak bisa membaca ekspresi Senpai sama sekali.
“... Kau mungkin ingin
mengetahui ... ya?”
Hah? Biasanya Ia cuma
mengatakan 'Menunjukkannya padamu mungkin jauh lebih cepat', dan lalu meraih tanganku.
Terus, apa ini cuma perasaanku saja ... atau memang wajah Senpai agak sedikit
pucat ...? Apa mungkin ini sebenarnya trauma?
“Um ... Aku mau tahu, tapi kamu
tidak harus memaksakan dirimu jika itu terlalu sulit bagimu—”
“Masalahnya adalah, Celi ...”
Eh, Celi-chan? Si cantik
bertelinga kucing yang wajahnya mirip denganku?
“... Tidak, kau benar. Maaf,
lupakan saja.”
“Eh, eh, tidak mungkin!”
Aku ingin tahu jika ini ada
hubungannya dengan Celi-chan!
“Apa yang terjadi dengannya ?!
Jangan bilang, dia mati— ”
“Tidak, dia tidak mati ... malah
kebalikannya.”
“Kebalikannya…?”
Kebalikan dalam artian apa? Aku
ingin menanyakannya, tapi ekspresi Senpai sudah memberiku ide samar.
“Senpai, ayo kita lihat.”
“……”
“Ayolah, ayolah ~” Aku
mendekati Senpai sambil memegangi Buchiko-chan di tangan, yang tentu saja tidak
Ia nikmati.
Melihat ekspresinya, aku merasa
ingin mengambil fotonya.
“………Baiklah…”
Akhirnya, Senpai menyerah, dan
saat aku melakukan pose kemenangan, lingkungan sekitarku menjadi gelap gulita.
Dan berikutnya yang aku lihat adalah — masih gelap gulita? Yang bisa aku lihat
hanyalah seseorang sedang berbaring di tempat tidur ... ah, itu Senpai? Wahh,
aku bisa melihat Senpai yang sedang tertidur ?! Ini kesempatan SSR! Tunggu, ini
bukan waktunya untuk bersemangat.
Aku melihat seseorang
menyelinap ke ranjangnya. Menilai dari gerakan lihainya, dia pasti seorang pro.
Kata seseorang bahkan tidak repot-repot mencari di sekitar ruangan, dan malah
menuju langsung ke tempat Senpai.
... Bahkan aku sendiri bisa
tahu. Itu benar-benar tampak seperti salah satu adegan pembunuhan yang pernah
kulihat di film, manga, dan bahkan anime.
“Cepat bangun, Senpai!!”
Aku berteriak keras, sepenuhnya
menyadari bahwa Senpai masa lalu takkan bisa mendengarku. Tepat ketika aku merasa
sangat khawatir, aku menyadari sesuatu yang penting.
—Senpai menghilang dari tempat
tidur.
Dia tiba-tiba muncul di
belakang si pembunuh, menjatuhkan mereka di tempat tidur. Setelah itu, Senpai
menggunakan tangan kanannya untuk menyalakan apa yang tampak seperti lampu yang
dekat dengannya ... Ah, begitu, dia melemparkan sihir aneh lagi untuk melakukan
itu? Ahh, sihir sangat praktis sekali ~
「... Apa
yang kau lakukan, Celi」
“Hah?! Celi-chan?!”
Kamu bercanda, kan ?! Celi-chan
adalah pembunuhnya ?!
Perkembangan macam apa — ah,
itu beneran dia ... Tapi ... kenapa ... Hm?
“Wah, apa-apaan dengan
penampilan cabul itu ?!”
Dia hampir tidak memakai
apa-apa selain pakaian dalam! Apa-apaan itu?! Terus, jika pandanganku tidak
salah, wajahnya tampak memerah seperti tomat, dan matanya terlihat sangat mabuk
... Dia seperti sedang kepanasan ... Bukannya Celi-chan seharusnya wanita yang
kalem dan tenang ...?
“Sekarang aku memikirkannya,
bukannya dia benar-benar mencoba merayumu ...!”
Aku panik, dalam banyak artian
lain.
“Kamu akan mengerti sebentar
lagi.”
「Haa ...
Huff ... Kai ... ri ...」
Woah, apa-apaan dengan napas
erotis itu ... ?! Bukannya itu sangat berbahaya, ya ?! Kesenjangan macam apa
ini? Cowok normal mana pun akan langsung menyerah padanya! Bagaimana dengan
Senpai ?!
「…… Musim kawin, ya」
Ia masih tenang seperti biasa.
Tidak, sepertinya semua ini hanya merepotkannya. Yah, kurasa ini tidak terlalu
buruk ...
“Senpai, bukannya kamu terlalu
tenang mengenai situasi ini ...?”
Jika aku jadi Celi-chan, aku
akan sedikit terluka melihat dia bertindak acuh tak acuh begini.
“Aku dengar kalau Rasha
menderita karena musim kawin, jadi aku berasumsi bahwa waktu seperti ini mungkin
akan datang suatu hari.”
「……..…」
Celi-chan yang erotis
kelihatannya sedang menderita, wajahnya memohon, jadi Senpai menyerah dan membebaskannya
— Dan pada saat itu, Celi-chan berada di atas angin, mendorong Senpai ke bawah
di tempat tidur, dan menungganginya.
「Ja ...
Jangan ... bergerak ...」
Setelah itu, dia membawa kuku
jarinya — tidak, cakarnya lebih dekat ke leher Senpai.
“Eh, apa ini ...”
Bukannya Senpai sedang terpojok
?!
Seperti yang diduga, Senpai
masa lalu ikut menunjukkan wajah terkejutnya.
「Hei,
Celi ...!」
「Maafkan
aku ... maafkan aku ...」
「Jika kau
punya tenaga untuk meminta maaf, maka—」
「Ugh…Ahh…」
Woah woah woah, ini hampir
seperti ... Celi-chan semakin panas hanya dengan mendengarkan suara Senpai ...?
Meski dia biasanya kebalikannya ...
“Eh, tunggu! Dia menaruh
tangannya ... di dalam pakaian Senpai!”
“Koori, jika kau bisa ...”
Jangan menonton — dia mungkin
ingin mengatakan itu, tapi aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Sambil masih
menunggangi Senpai, Celi-chan memeluk tubuhnya saat dia menggeliat kesakitan.
「Kai ...
ri ... kumohon ... komhon ...!」
「Be-Berhenti,
Celi— 」
Senpai juga tidak bisa menahan
suaranya dengan kuat, ketika Celi-chan membenamkan wajahnya di dada Senpai,
lalu menjulurkan lidahnya — menjelajahi seluruh tubuhnya. Mulai dari dada, dia
menjilat tangan, kaki, dan seluruh bagian tubuh Senpai.
「Yah ...
Nyaaaaa ... Mmm ...」
Terkadang, dia akan mengerang
seperti itu.
... Um ... Maksudku, ini adalah
... adegan yang intens. Rasanya seperti ... dia seperti kucing raksasa. Memang
benar dia tampak seperti sedang kepanasan, tapi ini jelas-jelas berbeda dari
bagaimana perilaku manusia biasanya.
“Lagiupla, Senpai, mengapa kamu
tidak mendorongnya ...?”
Memang, Senpai bahkan tidak
mencoba untuk melawan.
Maksudku, apa itu tidak
apa-apa? Apa. Ini. Oke! Aku berpikir ... untuk sangat membencinya ... kau tidak
berusaha melawan, ‘kan?
“Itu karena aku tidak bisa. Aku
pasti sudah melakukannya jika aku punya kesempatan.”
Pada awalnya, itu terdengar
seperti alasan yang dibuat-buat, tapi pada saat yang sama, Senpai masa lalu
mulai mengerang.
「...
A-Apa ... tubuhku ... tidak ... ?!」
“Eh, apa?”
Rasanya seperti, Ia tidak bisa
bergerak?
“Aku lalu mendengar penyebabnya
pada hari berikutnya, tapi selama musim kawin, ras Rasha mengeluarkan cairan
yang menyebabkan kelumpuhan, hanya efektif terhadap lawan jenis.”
“Eh, kelumpuhan ...? Uwahh
menakutkan sekali…”
“Jika itu saja maka tidak ada
masalah, namun ...”
「Ini ...
inderaku ... menajam ... ?! Ceri, hentikan ...! 」
Apa ... apa apa apa apa ?!
Kenapa Senpai terlihat erotis juga?
“Sekresi ini ... meningkatkan inderamu,
terutama pada kulit ... merangsang tubuhmu jika kau berhubungan dengan lawan
jenis ...”
Aku bahkan nyaris tidak
mendengarkan gumaman pasrah Senpai. Tepat di hadapanku, ekspresi Senpai masa
lalu, penuh dengan kelelahan dan kenikmatan pada saat yang sama, benar-benar
menarik perhatianku.
Woah ... Ohhh ... Uhhh ... kamu
tahu, apa aku boleh melihatnya 'sampai akhir ...?
Tapi kemudian….
“Hah?!”
Adegan di depan mataku
tiba-tiba menjadi gelap gulita, dan kami kembali ke kafe kucing.
... Ahh, padahal itu semakin
menarik ... Tunggu, kenapa Senpai berkeringat sebanyak itu ?! Wajahnya merah
seperti tomat, kepalanya sedikit menggantung, tidak melihat tatapanku ... ah, Ia
pasti measa malu ... tidak bagus, Ia terlalu imut.
“Um ...”
Eh, entah kenapa suasananya
jadi canggung? Karena aku melihatnya ... tampak seperti orang mesum seperti
itu?
“Ah, benar, apa yang terjadi
setelah itu ?!”
Itulah hal yang paling penting
saat ini.
“... Dia terus menjilatku
sepanjang malam ... menggosokkan tubuhnya padaku ... dan hanya itu saja.”
“……Cuma itu?”
Mereka tidak melangkah lebih
jauh? Senpai mengangguk, wajahnya tampak seperti Ia benar-benar tidak ingin
mengingat lebih dari itu.
“Lalu, bagaimana dengan
Celi-chan ...?”
“... Keesokan paginya, dia
kembali sadar dan meminta maaf, tapi dia tidak mau berbicara denganku sekitar
seminggu setelah itu.”
Woah ... Yah,bukan berarti aku
bisa menyalahkannya. Karena akhirnya jadi begitu.
“... Sepertinya kamu tidak bisa
melakukan apa-apa terhadap masalah musim kawin ...”
Aku mungkin tidak berdaya
melawannya.
“…Ya. Dan kami berdua menyadari
hal itu. ”
Aku juga memahaminya, tapi…
“Ngomong-ngomong, karena
kejadian itu ... akhirnya aku menjadi begini.”
“…..Be-Begitu ya~”
Aku penasaran ... ini pasti
sangat sulit bagi Senpai, dan aku merasa kasihan padanya karena Ia tidak bisa
dekat dengan kucing lagi, meski Ia sangat menyukai mereka ... Tapi aku masih
berpikir bahwa korban terbesar dari insiden itu adalah Celi -chan ...
Dia sangat menyukai Senpai,
menginginkannya untuk menerimanya sehingga dia akhirnya bisa menunjukkan
perasaannya yang sebenarnya — tetapi malah berakhir seperti ini, membuat
segalanya lebih rumit dari sebelumnya ...
Ah, aku berbicara dalam sudut pandang
Celi-chan lagi ... Nah, dalam kasusku, kurasa aku merasa senang karena mereka
tidak melewati batas ~? Hmm ... masih aman, meski aku sendiri tidak terlalu yakin.
Tapi, yang lebih penting.
“Aku terkejut kamu datang ke
sini ke kafe kucing meski kamu—”
Ah ... Ahhh, begitu rupanya. Mungkin
karena aku merasa sedih ... Walau Ia sendiri tidak bisa, Ia ingin aku ceria
kembali dengan bermain kucing-kucing ini, jadi itu sebabnya Ia membawaku ke
sini ... Ahh, Ia baik hati sekali~.
“Aku merasa harus meminta maaf.
Memaksa mu ke sini karena kamu begitu perhatian padaku ... yah ... terima
kasih. “
Mengatakannya dengan keras
seperti itu benar-benar memalukan ...
Aku tidak ingin melihat wajah
Senpai karena sangat memalukan, jadi aku melarikan diri ke kucing yang ada di
kakiku.
... Haaaa, kucing memang yang
terbaik ... —Begitulah pikirku, ketika Senpai tiba-tiba angkat bicara.
“Tidak ... akulah yang harusnya
... meminta maaf, dan mengucapkan terima kasih kepadamu.”
“Eh?”
Mengapa? Aku menatapnya, tapi Ia
menyembunyikan wajahnya dengan satu tangan.
“Melihatmu sebahagia ini karena
kucing-kucing di sini ... aku sadar. Aku hanya ingin melihat ... senyummu ...”
“———!”
Ugh ... Eh ... Ah ... Ahhh?!?!?
Pa-Panas panas panas! Wajahku, kepalaku, terasa terbakar! Te-Tenang, tenang, tenanglah
... !!!
“Nyaaa!!”
“Ah, ma-maaf, Buchiko-chan ...”
Tanpa sadar aku mengerahkan
banyak tenaga di tanganku, dan meremas Buchiko-chan ... Tapi — aku tidak bisa
menahannya. Jika kamu mengatakan sesuatu yang sangat baik dengan wajah manismu
... Aku tidak bisa ...
“Koori ...?”
“Ah ... Ahahaha, kurasa aku
tidak perlu menahan diri ~”
“Ya……? Kenapa kamu masih
jongkok begitu?”
Karena wajahku berubah merah
seperti ceri sekarang?! - Aku mencoba bersiul di dalam kepalaku, tapi di luar,
aku hanya menunjukkan Ya-Yah, kupikir
akan lebih baik jika aku terus melakukan kontak mata dengan kucing seperti ini
... permisi, berusaha menutupi perasaanku yang sebenarnya.
“Di belakang masih ada lagi ...
mau aku bawakan satu ke sini?”
“Bukannya kamu barusan
menunjukkan kepadaku kalau Senpai tidak bisa memegangi kucing ?!”
Itulah pemicu semua ini, bukan
?!
“Mungkin jika aku berusaha sangat
keras ... itu bisa berhasil.”
“Sudah kubilang kamu tidak
perlu berusaha sekeras itu ...!”
“Jika itu demi Koori, aku
selalu bisa melewati batasku.”
“~~~ !!! Lagi-lagi dengan
ituuuuuuu! ”
Itu dia! Inilah penyebabnya, tahu
?! Senpai mungkin takkan mengerti jika aku memberitahunya !!
Sekilas, Senpai mungkin
terlihat seperti cowok tanpa emosi dan berwajah datar, tetapi Ia benar-benar
memikirkan segalanya ... bahkan perasaannya sendiri, dan orang-orang di
sekitarnya. Ini mungkin mengapa Celi-chan, Shemi-chan, dan Shaltinia-san
akhirnya jatuh cinta padanya ... dan Koto-chan tidak terkecuali.
“Hmmm…”
Aku senang kalau semua orang
memahami pesona yang dimiliki Senpai, dan aku merasa ingin membualnya sebagai
pacarnya ... Tapi, melihat Senpai yang biasanya polos tiba-tiba berubah menjadi gigolo seperti itu, aku khawatir bahwa hatiku takkan sanggup menerima lebih
banyak dari ini…
…Ya kamu tahu lah. Inti dari
semua itu adalah aku mengalami masalah karena terlalu bahagia saat ini,
mungkin. Menyadari fakta itu saja membuatku tersenyum sepanjang hari.