Soudana, Tashika ni Kawaii Na Chapter 07 Bahasa Indonesia

Memori 7 : Rumah Senpai dan Ujian serta Diriku

Aku tidak pernah berharap hari ini akan datang.
Bersiaga di lorong rumahku, aku membuka pintu dengan kecepatan kilat ketika aku mendengar bunyi bel berbunyi.
“Hyaa ?! —Se-Senpai? I-Itu benar-benar mengejutkanku ... Kamu membukanya begitu cepat ... ”
Aku menyambut Koori yang sedang terkejut. Dia berdiri di depan pintu masuk. Di depan rumah keluarga Watase—
“Haaa ... aku pikir ibumu mungkin akan menyapaku, jadi aku berusaha keras pada pakaianku ... dan semuanya terasa sia-sia sekarang, aaaaah ~”
Koori menunjukkan senyum getir, sekali lagi menegaskan asumsiku bahwa orang yang di depanku benar-benar adalah dia, dan bukan orang lain. Namun, kenyataan di depanku masih terlalu nyata untuk bisa kuterima.
“... Um, boleh aku masuk?”
“—Tentu saja..”
“Kalau begitu, aku akan menerima tawaranmu …... Maaf sudah mengganggu ~” Koori yang tersenyum mengikutiku melalui pintu masuk, dan melepas sepatu.
Menyaksikan pemandangan yang sulit dipercaya ini di depanku, aku mulai mengenang bagaimana situasi ini bisa terjadi—

ghghghgh

Di tempat yang disebut sekolah ini, ujian singkat sering diadakan. Aku diingatkan tentang hal itu setelah aku mulai menghadiri pelajaran lagi, tapi aku tidak terlalu memikirkannya saat itu. Namun-
“Um, Senpai, bagaimana dengan pelajaranmu?”
Suatu hari, Koori datang untuk bertanya kepadaku.
“Ahh, aku sudah terbiasa sekarang.”
“Ohh, sangat bagus ~ Tapi ... masalahnya, aku ditanya oleh guru matematika kita ... bagaimana tesnya?”
“Tes?”
“Iya. Yang sering kita lakukan setiap saat sebelum pelajaran diulai. Sebagai revisi dari pelajaran terakhir,.”
“Aku ambil bagian dalam hal itu.”
“... Ya, memang sangat bagus. Lalu, bagaimana hasilnya? ”
“Hasil ...”
“Aku penasaran apa kamu berhasil menjawab beberapa soal ~”
“Menjawab?”
“Hah?! Kau mengubahnya menjadi pertanyaan ?! Ahahah, bagus sekali! ”
“……? Kupikir aku berhasil menulis namaku dengan benar?”
“Kamu meang berhasil, ya  berhasil ~ Tapi, soal setelah itu ... Ahh, yah, kurasa aku sedikit mengerti apa yang ingin Sensei katakan padaku ~”
Kata-kata itu tidak bisa aku abaikan.
“Ia memberitahumu sesuatu tentangku, Koori?”
“—Ah, Senpai, tunggu sebentar! Jangan memulai menyerbu ruang guru begitu saja! Dia cuma mengkhawatirkanmu !!! ”
... Aku tidak mengerti, tapi sepertinya aku telah membuat Koori bermasalah.
“Maaf... apa yang harus aku lakukan?”
Apa yang bisa aku lakukan supaya aku bisa membawa bebanku sendiri? Hanya itu yang perlu aku ketahui, dan aku akan melakukan yang terbaik.
“Mari kita lihat ... Hmm ...” Koori menyilangkan lengannya dan mulai berpikir sejenak, sebelum dia melanjutkan. “Baiklah, aku sudah memutuskannya. Senpai, kamu akan belajar bersama denganku ~ ”
—Setelah itu, kami memutuskan bagaimana cara terbaik mendekati ini, menyadari bahwa aku mungkin perlu mengejar ketinggalan beberapa mater pelajaran SMP juga, dan membutuhkan lingkungan yang pas yang bisa kami gunakan agar kami takkan terganggu oleh orang lain .
“Kalau begitu, bagaimana dengan tempatku?” Ujarku.

ghghghgh

Koori langsung membalas 'Ya'. Sekali lagi, aku berhutang budi padanya.
Mungkin tidak perlu disebutkan, tapi rumahku adalah tempat yang paling aman untukku, ebuah lokasi yang tidak perlu kucemaskan dengan kesenjangan pengetahuanku tentang dunia saat ini.
“... Hei, Senpai? Apa kamu baik-baik saja?” Koori menatap wajahku, melambaikan tangannya di depan mataku.
Rambutnya yang biasanya ikal dan bergelombang sekarang diikat dengan scrunchie, memperlihatkan lehernya yang ramping dan indah bahkan lebih dari biasanya. Bahkan perubahan kecil seperti itu membuatku tidak bisa tenang.
“Y-Ya ... yah, aku hanya ingin tahu karena kau berpenampilan berbeda dari biasanya ... seperti gaya rambutmu ...”
“Eh. A-Ah, Yah ... Aku pikir, kalau aku bertemu orang tuamu di sini, aku mungkin tidak boleh terlihat terlalu mencolok ... sesuatu seperti itu ...”
“…Begitukah.”
Meski aku tidak mengerti, sepertinya orang tuaku seharusnya tidak pulang hari ini. Karenanya, kekhawatiran itu sama sekali tidak perlu, tapi juga tidak perlu memberitahunya tentang itu. Atau begitulah yang aku pikirkan.
“Ngomong-ngomong ... tentang orang tuamu ...”
Aku merasa ragu sejenak, tapi aku tidak ingin membohongi Koori.
“Mereka seharusnya tidak pulang hari ini.”
“…! …’gitu ya.”
“...? Memangnya ada masalah dengan itu?”
“Eh ?! Ma-Masalah ?! Kenapa?!”
“Maksudku, wajahmu tiba-tiba memerah, jadi aku penasaran ...”
“Tidak, tidak, tidak, bukan itu masalahnya! A-Ayolah, Senpai ~ memberitahu kalau orang tuamu takkan pulang hari ini, kau membuatku jadi baper — Ah. ”
Wajahnya yang menyadari kalau dia mengacau, bersamaan dengan pipinya yang memerah, terlihat sangat lucu yang mana aku bisa melihatnya selamanya. Tapi, itu akan mengalahkan alasan untuk hari ini.
“... Untuk sekarang, bagaimana kalau kita pergi ke kamarku dulu?”
“—Y-Ya.”
…? Ada sesuatu yang aneh? Aku merasa dia merasa gugup. Meski begitu, melihat pihak lain seperti itu membuatku sedikit menenangkan diri. Dan asimetri ini membantu dalam berbagai situasi. Setelah menyadari ini di dunia yang berbeda, aku hanya bisa menghargainya. Jika kau mampu bersikap tenang di tengah pertarungan yang sengit, Kau dapat memberi tekanan pada musuh. Dengan menggunakan metode ini, aku berhasil bertahan sampai sekarang—
“Um ...”
Mendengar suara kecil Koori, aku disadarkan ke kenyataan lagi. Koori melihat ke sekelilingnya dengan seksama, saat dia melanjutkan.
“Mungkin agak terlambat untuk bilang begini ... tapi rumah Senpai ... besar sekali ...”
“Kau pikir begitu?”
Sejujurnya, aku tak pernah terlalu memikirkannya. Tapi, aku merasa seperti ada orang yang pernah mengatakan itu di masa lalu.
“Ya ... aku belum pernah melihat lorong yang panjang seperti ini. Dan ada banyak kamar ... namun pintu masuknya cukup dekat dengan jalan ... apa kamu tidak khawatir tentang pencuri dan semacamnya?”
Itu sudut pandang yang cukup menarik dari Koori.
“Tidak masalah. Menurut ayahku, ini memang disengaja. Mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi keamanan rumah ini cukup ketat. Ia bahkan mengatakan kalau Ia sedang menunggu seseorang untuk menerobos masuk untuk menguji semua persiapan. ”
“Ehhh ...? Menginginkan seseorang untuk mendobrak masuk ... ayahmu juga tampak sangat menarik ~ ”
Aku penasaran tentang itu. Paling tidak, Koori sendiri individu yang lebih menarik bagiku.
“Aku yakin ayahku akan senang jika Ia mendengar kamu mengatakan itu.”
“Ehh? Kenapa ~ ”
Melihat senyum Koori, aku merasa lega. Hanya melihat itu saja mampu membuatku melupakan kekhawatiran lain di dunia. Merasa pipiku sedikit rileks, aku tiba di sebuah kamar, dan membuka pintu.
“Ini kamarku.”

TTTTT

“Oohhh ~~~”
Sama gugupnya saat aku membunyikan bel pintu, aku memasuki kamar Senpai.
Tepat setelah melangkah masuk, aku langsung mengerti bahwa itu adalah kamarnya. Meski agak berantakan, tapi tidak sampai kacau balau. Ah, tapi, dia punya tiga rak buku, aku tidak menyangkanya ….. dan semuanya diisi dengan baik. Aku ingin tahu apa Ia membaca manga?
—Bagian paling penting dari ruangan itu adalah sesuatu yang lain.
“Kasurmu terlihat besar sekali...”
Terletak di bagian terdalam ruangan, tepat di depan jendela yang mengarah ke teras, segera mencuat ketika kamu masuk.
“Kelihatannya, mereka baru saja membelinya baru-baru ini.”
“Eh?”
Ba-Baru-baru ini, maksudmu — pikirku, tapi ada sesuatu yang menggangguku.
“,,,Kelihatannya?”
“Sebelumnya kasur itu tidak ada di sana saat aku pergi ke dunia yang berbeda. Selama dirawat di rumah sakit, mereka berencana ingin memindahkanku ke sini, jadi mereka membelinya. ”
“Ah…”
Aku ... mengerti ... Jadi orang tuanya benar-benar memikirkannya. Aku merasa lega mendengarnya.
“Kamu benar-benar dicintai, Senpai.”
“Dicintai? Oleh orang tuaku? Kurasa tidak.”
“Eh ?! Tidak tidak, tidak, jelas-jelas mereka memikirkanmu! ”
“Mereka memang memikirkanku ya. Tidak salah lagi.”
“……Hmmm??”
Bukannya itu sama saja dengan dicintai?
“Hmm?”
Tanda tanya muncul di atas kedua kepala kami, ketika Senpai mengeluarkan Ah ... helaan , tampaknya telah menyadari sesuatu.
“Aku pikir cara kita menggunakan kata 'dicintai' sedikit berbeda ... Perbedaan, bisa dikatakan. Dari apa yang aku lihat, emosi yang aku terima dari orang tuaku sama sekali bukan cinta. Jika aku harus memberi nama ... mungkin bisa dibilang kasih sayang orang tua?”
“Hah…”
Maksudku, bukannya itu sama saja dengan cinta? Aku tidak begitu mengerti ...
Senpai pasti melihat bahwa aku tidak dapat memahami apa yang Ia maksud, jadi Ia mencoba untuk menjelaskannya lebih lanjut.
“Pada dasarnya, cinta yang murni adalah emosi yang hanya kurasakan terhadap Koori, dengan ekspresi lain yang tidak pas. Itu sebabnya, apa yang aku rasakan terhadap orang tuaku, dan apa yang mereka rasakan terhadapku sama sekali berbeda. ”
“…………Eh?”
Eh. Eh. Baru saja, bukannya Senpai ... mengatakan sesuatu yang luar biasa gila? Bagi Senpai, cinta adalah emosi luar biasa yang hanya Ia rasakan terhadapku ...?
“Ah, yah ... itu sebabnya ... kau tahu ...”
Senpai pasti menyadari bahwa Ia baru saja mengatakan sesuatu yang luar biasa.
“Aku ... aku akan mengambil sesuatu untuk diminum, jadi kau bisa duduk di mana saja yang  kau mau.”
Dan dengan itu, Senpai bergegas keluar dari ruangan.
“……… Fiuh ...”
Ahhh, ini buruk ... sesi belajar bareng belum dimulai ... Dan itu sudah sulit begini ...
“Tidak, tidak, tidak, aku tidak bisa.”
Kami punya tujuan hari ini, yaitu belajar bersama untuk meningkatkan nilai Senpai. Seperti serius, itu mungkin berakhir buruk bagi Senpai.
'... Koori, apa kamu punya waktu? Saya dengar kau dan Watase cukup dekat, jadi— '
Aku benar-benar khawatir saat Sensei memanggilku seperti itu, dan dari kelihatannya, bahkan sebelum UTS, dia mungkin akan gagal dalam semua mata pelajaran. Ia baru kembali dari dunia lain, jadi alih-alih memaksanya mengulang satu tahun lagi, Ia akan dipaksa keluar. Dan itu — akan sangat bermasalah.
Maksudku, meskipun hatiku tidak mau menerimanya sekarang, aku sebenarnya ingin mesra-mesraan di sekolah! Hanya bercanda ... ya tidak, sebenarnya aku benar-benar menginginkan itu. Aku pikir kita selalu bersama di luar sekolah, tapi aku juga ingin tetap bersamanya di sekolah, dan ada banyak acara sekolah yang ingin aku ikuti ... bersama dengan Senpai, karena aku tahu ini akan menjadi 200% lebih asyik bersamanya.
—Dan tentu saja, Senpai sendiri akan lebih baik jika Ia lulus SMA.
“Itu sebabnya, kita harus bekerja keras!”
Aku menghela napas, dan duduk di sebelah meja yang terlihat sangat mahal. Setelah itu, tempat tidurnya masuk dalam bidang penglihatanku. Tempat tidur ... Senpai selalu tidur di situ...
………… Senpai masih belum kembali, ‘kan?
Aku menengok ke pintu, dan setelah memeriksa apakah pintu sudah tertutup dengan baik, perlahan-lahan aku berjalan ke tempat tidur — Tunggu, tunggu, tunggu. Aku tidak bisa melakukan itu. Aku akan berubah menjadi orang mesum total.
Tidak peduli seberapa aku menyukai Senpai — Ahh, Ia selalu berbau sangat harum ... Ia mungkin memakai parfum ... dan selalu begitu menenangkan, namun terus-menerus membuat jantungku berdetak lebih cepat, jadi aku selalu ingin menghirup napas dalam-dalam sekarang ... Hah? Bukannya aku bisa melakukan itu sekarang? ... Bukannya ini kesempatan besarku sekarang?! - Pikiranku menjadi kacau, tapi aku tidak bisa langsung melompat ke—
“Tidak, aku malah sudah melakukannya ?!”
Sementara aku masih berusaha mengendalikan diriku, tubuhku secara alami melompat ke kasur Senpai! Apa aku akan baik-baik saja ?! Ah ... uuuu ... rasanya aku dipeluk oleh Senpai ?! Ehhh, ini buruk, ini buruk, ini buruk! Ini sangat nikmat ...! Ahh, hatiku akan meledak ...! Woah Woah Woah, kalau terus begini, aku akan—
“……… Koori?”
Jantungku serasa berhenti sejenak. Aku tersentak bangkit dari selimut, dengan panik menatap ke arah Senpai — Ahhhh ?!
“U-Um ... i-ini ...! Y-Yah ... ?! ”
In-Ini bukan alasan yang tepat, diriku ?! Apa yang harus aku lakukan-
“Apa kau habis... terjatuh?”
“…Eh?”
“Maksudku, aku mendengar suara keras dari kamarku, jadi aku bergegas kembali ...”
Ah, Ia mendengar jeritan delusiku barusan — Sekarang bukan itu yang penting!
“Ye-Yeah! Itu dia! Senpai, kamu jenius! Seorang jenius sejati! Aku tersandung dan jatuh di tempat tidur! Aku benar-benar melakukannya!”
“Y-Ya ... aku mengerti, jadi kau tidak perlu panik begitu...”
“Tidak tidak Tidak! Aku senang kamu kembali untuk melihat apa aku baik-baik saja!”
“…Baik? Ngomong-ngomong, aku cuma ada teh oolong ... jika kau mau minuman yang lain, aku bisa pergi dan membelinya. ”
“T-Tidak, aku suka teh oolong. Terima kasih banyak."
Fiuh ... itu benar-benar buruk ... Serius, apa yang aku pikirkan ...
“…Aku benar-benar minta maaf.”
“Hm? Tidak, itu seharusnya kalimatku. Aku lupa membeli makanan ringan, jadi aku hanya punya cemilan yang dibeli ibuku beberapa waktu lalu ... ”
“... Maksudku, bukannya itu dari merek yang benar-benar mahal dan terkenal?”
Melihat ke bungkusnya, aku bisa melihat nama mereknya, dan yakin akan hal itu. Aku melihat mereka sangat populer di seluruh media sosial yang aku gunakan, cemilan macarons yang tampak mewah.
“Wahhhh, ini pertama kalinya aku melihat mereka langsung seperti ini! Dan aku benar-benar ingin mencobanya setidaknya sekali ~ Tapi pergi ke kota cuma membeli ini rasanya aneh, jadi aku tidak melakukannya, ehe ~ ”
“Begitukah…”
“Ah, apa aku boleh mengambil foto ~?”
“Tentu.”
“Yay! ... Woah, bentuknya sangat detail ... Lucunya! Aku dengar, kafe terdekat juga menjualnya!”
“... apa kau mau mengunjunginya nanti?”
“Eh?”
“Jika ... jika kau tidak keberatan,  ...”
“Apa itu benar-benar oke ?!”
Kupikir Senpai tidak terlalu suka manisan, jadi aku tidak ingin membebaninya ... Tapi Ia mungkin benar-benar siap untuk itu?
“Juga, jika kita mau pergi ke kota, masih ada hal lain yang ingin aku lihat juga! Boleh aku membuat rencana untuk itu, Senpai?”
“Ya ... tolong lakukan.”
Uwah ... Wajah bahagia Senpai ... sangat bagus ... Aku menggunakan ponselku sekarang untuk memotretnya, jadi jika aku bergerak sedikit, aku mungkin bisa menyimpan momen ini, tapi aku terlalu takut untuk merusak pemandangan, jadi tanganku tidak bergerak sama sekali.
Ahhh ... bagaimana aku harus mengatakannya ... aku benar-benar ... menyukainya ... Hanya menghabiskan waktu bersamanya saja sudah membuatku bahagia......
“Tunggu, ini salah!”
Maksudku, bukan dalam pengertian itu! Aku tidak punya waktu untuk merencanakan kencan berikutnya sekarang juga!
“Senpai, kita seharusnya belajar hari ini! Kita harus mulai sekarang!”
“Memang itu rencanaku?”
“…………Maafkan aku.”
Hanya aku satu-satunya yang menghalangi awal pembelajaran kami.
... Baiklah, saatnya serius!
Duduk di seberang Senpai, aku terdengar seperti tipe orang yang menyelesaikan tugas musim panas mereka pada hari terakhir.
“Ayo kita mulai dengan pelajaran matematika terlebih dahulu!”

TTTTT

“Um, Senpai ... bukannya kamu melakukannya dengan sempurna ...”
Senpai mengerjakan semuanya dengan lancar. Tidak perlu bagiku untuk serius. Meski mungkin tidak terlihat seperti itu, aku sebenarnya tipe JK yang rajin, jadi aku ingin menunjukkan sisi bagusku dengan membantu belajarnya ... Jika harus kukatakan, Senpai mungkin lebih pintar ketimbang diriku. Satu-satunya masalah adalah—
“Apa aku harus ... menulis jawabannya di sini juga?”
“Senpai ... tidak ada ujian di mana kamu tidak diperbolehkan menulis jawabannya.”
“Tapi…”
“Tidak apa-apa kok ~ Tidak seperti dunia yang pernah kamu lihat, lembar jawabannya tidak akan terbakar hanya karena kamu mengacaukan prosedurnya.”
Aku tidak bercanda, itu tampaknya akar dari masalahnya. Itu adalah beberapa konsep yang terpaksa Ia sesuaikan di dunia yang Ia masuki ... Jika kamu menulis beberapa kalimat, orang yang menuliskannya akan memunculkan fenomena yang mereka tulis ... Aku tidak terlalu mengerti, tapi sepertinya itulah yang menjadi alasannya.
Dan akibatnya, itu sudah menjadi kebiasaannya untuk selalu cermat memikirkan apa yang akan ditulisnya.
“Lagian, bukannya menulis angka seharusnya tidak masalah ...?”
Bukankah seharusnya kamu bisa lulus tes dengan mudah?
“Kupikir aku tidak perlu menulisnya, jadi aku membiarkannya kosong.”
“Tidak perlu?! Itu ujian, jadi kamu harus menulisnya!”
“Tentang itu ... kenapa kita perlu diuji mengenai beberapa pengetahuan kecil oleh guru itu ... memangnya mereka pikir mereka siapa?”
“... Maksudku ... kamu menanyakan itu padaku ...?”
Ya Tuhan, ini terlalu lucu.
Ngomong-ngomong, sebagai hasil dari sesi belajar bersama ini, itu malah berubah menjadi pemeriksaan akal sehat, dan Senpai sekarang seharusnya bisa mengikuti ujian dengan benar. Meski rasanya sedikit antiklimaks, jujur saja aku masih merasa senang. Aku bahkan membawa buku latihan dan catatanku dari sekolah SMP hanya untuk memastikan ... tapi aurasa itu tidak diperlukan.
Tepat setelah kami belajar dengan lancar—
“... Kalau begitu, mungkin kita harus istirahat sebentar.”
“……”
“Senpai?”
“... Maaf ... biarkan aku menyelesaikan ini dulu.”
“Ah, baiklah ...”
Begitu ya, Ia sedang mengerjakan buku latihan. Aku baru saja memeriksa bagaimana Ia akan memecahkan beberapa pertanyaan pertama, tapi kelihatannya baik-baik saja ... Sepertinya sisi rajin Senpai belum lenyap sama sekali ... Bagaimana aku mengatakannya, mengetahui itu benar-benar meyakinkan, dan melihat Senpai yang aku kenal membuatku bahagia juga. Satu-satunya hal yang berbeda adalah aku bisa melihat Senpai dari dekat seperti ini.
... Tulisannya sangat cantik. Ini benar-benar mencerminkan dirinya; teliti, dan baik hati. Jari-jarinya yang memegang pena dengan tatapan serius sangat keren juga ~ Semakin aku melihatnya, semakin aku—
“Baiklah, sudah selesai.”
“……”
Senpai tiba-tiba mengangkat kepalanya, menangkapku lengah.
“Koori?”
“Ah, ti-tidak ... Kerja bagus.”
“Ya, kamu juga ... Mau teh lagi?”
Senpai membawa gelas bersamanya, dan melangkah keluar ruangan. Aku terus duduk di tepi meja, mendesah lega. Pandanganku mengarah ke rak buku, dan aku melihat beberapa buku latihan yang tampak familiar.
“Woah, Ia masih menyimpan yang dari SD.”
Kurasa Senpai tidak membaca manga sama sekali, melihat semua novel dan buku latihan di sini ... Aku ingin tahu bagaimana kesannya sekarang, setelah berada di dunia yang berbeda ... Ahh, aku ingin mendengarnya. Mungkin aku harus merekomendasikan beberapa kepadanya?
“Hmm?”
Ini bukan aku yang ...... salah lihat, ‘kan?
Aku berdiri untuk mendekati rak buku, dan mengeluarkan sesuatu yang terjepit di antara buku-buku itu - Ya, aku pikir begitu.
“Ini ... telinga kucing palsu?”
…Kenapa? Barang pesta? Tidak, Senpai bukan tipe yang membeli itu. Mereka terlihat dibuat sangat bagus ... Jangan bilang, Senpai benar-benar memakainya sendiri ?!
“Maaf sudah menunggu — Hm? Apa ada yang salah?”
“Senpai, ini apa?!”
“…Pertanyaan bagus.”
“Eh? Tapi, aku menemukan ini di rak bukumu, jadi ... “
“... Aku tidak mengingat itu.”
“Ehhhh ...? Lalu, bagaimana  ... ah, mungkin orang tuamu?”
“Aku meragukan itu.”
“Coba ingat lagi ...”
Yah, sosok orang tuanya masih merupakan misteri bagiku. Tapi, itu malah menjadi petunjuk bagi Senpai.
“Ah, mungkin itu punya sepupuku.”
“Ohh, sepupumu!”
Aku tidak tahu Senpai punya sepupu. Dan karena sepupu itu menyimpan sesuatu di kamar Senpai—
“Kalian pasti sangat dekat?”
“Entah ... Mereka dua tahun lebih muda dariku, namun mampu melakukan banyak hal gila.”
“Ahaha, seperti yang diharapkan dari sepupumu ~!”
Dua tahun lebih muda dari Senpai, itu artinya mereka seumuran denganku, ‘kan? Aku ingin tahu orang seperti apa mereka.
"Karena mereka tinggal sangat dekat ... Ah tunggu, mereka pergi ke Australia untuk belajar di luar negeri.”
“Ehhh! Belajar di luar negeri, itu keren sekali! ”
“... Belajar di luar negeri itu keren, ya.”
“Eh. Senpai, kamu lebih baik tidak berpikir untuk melakukannya juga, oke?”
“…Bagaimana kau bisa tahu?”
“Pfft, jadi kamu benar-benar memikirkannya ... lu-lucu sekali ... Yah, itu pasti suvenir dari sepupumu, mungkin?”
Aku pikir itu benda milik Senpai, membayangkan dia mengenakannya — Ah, tunggu. Mungkin benda ini benar-benar cocok untuknya?
Saat aku berpikir begitu, aku melambaikan tangan ke Senpai.
“Senpai, Senpai, kemari sebentar.”
“... Aku tidak akan memakainya, oke?”
“Eh ?! Bagaimana kamu bisa tahu?!”
“Aku tahu dari melihat wajahmu, Koori.”
“Yang bener ~”
Ya, dalam artian lain itu membuatku sedikit ... tidak, cukup senang.
“Ayolah, jangan seperti itu ~ Di taman hiburan tertentu, mengenakan benda ini adalah hal yang wajib, lho? Ah, mengunjungi salah satu dari mereka mungkin ide yang bagus, ayo kita pergi ke sana kapan-kapan! ”
“Aku tidak keberatan ... tapi di sini bukan taman hiburan.”
“Itu benar, tapi tetap saja! Ayolah, sebentar saja!”
Ah, aku mulai lebih menikmati ini. Aku biasanya bukan tipe yang suka menjahili Senpai seperti ini ...
“Lihat, lihat, kamu tinggal memakainya seperti ini — Lihat? Bagaimana itu? Apa ini cocok untukku?”
Sesaat aku menaruh telinga kucing palsu di atas kepalaku, Senpai langsung bereaksi. Dengan gerakan seperti sedang teleportasi, Ia berdiri di depanku dengan cepat.
“Eh ... eh? A-Apa— ”
Ia mencengkeram lenganku saat aku mau melepas telinga kucing lagi, dan menatapku.
“—!”
Didorong oleh Senpai, punggungku menabrak rak buku ... dengan Senpai yang menatapku dengan tatapan penuh gairah.
Eh. Eh. Apa? Kenapa Ia terlihat serius ... dan sangat keren. Apa ini…? Suasana untuk .....kamu tahu ...? Ciuman? ... Dan apa yang terjadi setelahnya?
Begitu aku menyadari hal itu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
“U-Um ~ Apa ini ... a-apa yang barusan kupikirkan ...?”
Ah, suaraku gemetaran! Ini yang terburuk! Ta-Tapi, mau bagaimana lagi, jantungku berdetak sangat kencang ...
Aku panik seperti seorang gadis dimabuk cinta, ketika Senpai memejamkan matanya sejenak, mengambil satu langkah menjauh dariku. Ia menundukkan wajahnya ke bawah, dan menyembunyikan mulutnya dengan tangan kanannya.
“... Maaf ... Kau sangat imut ... sampai tubuhku bergerak sendiri ...”
“——”
Apa maksudnya itu? Apa telinga kucing ini sangat efektif? Tunggu dulu. Bagaimana dengan suasana sebelumnya?
“Aku benar-benar……. minta maaf…”
Eh, eh? Maksudku, meski kamu meminta maaf seperti itu ...
Setelah harapan aku dikhianati seperti itu, mulutku berbicara sebelum aku bisa berpikir.
“U-Um, Senpai, itu tidak apa-apa!”
Apanya? Aku berpikir sendiri, tapi aku tidak bisa menghentikan diriku dari kata-kataku selanjutnya.
“Aku sudah mengenakan pakaian dalam yang imut untuk hari ini!”
“——”
Senpai ... Membuat ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku menyadari sudah sangat terlambat tentang apa yang aku katakan, jadi aku tidak bisa menariknya lagi.
“……… Tidak …… Lupakan saja itu…”
Tidak, buat aku menghilang. Dari dunia ini. Sekarang juga!!!!
—Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh ?! Tapi, tapi, tapi!!! Itulah yang kamu pikir akan terjadi, ‘kan ?! Kamu pasti akan berpikiran begitu, ‘kan ?! Itu semacam aliran suasananya, jadi aku ...! Bagaimana aku bisa keluar dari situasi ini—
“…… Pfft.”
“—?!”
Apa Senpai barusan tertawa ?! Meski aku mau mati karena rasa malu, itu saja sudah cukup untuk menghilangkan semuanya ...
Aku menatap Senpai. Tawa ini ... yah, tidak terlalu banyak tawa, tapi tetap saja, aku ingin membakarnya ke dalam ingatanku. Dan ketika aku melakukan itu, Senpai menunjukkan senyum yang sangat indah kepadaku.
“Aku sangat mencintaimu, Koori. Dari lubuk hatiku.”
“——”
“Itu sebabnya ... yah ... aku ingin ... menghargai hal semacam ini ...” Bagian terakhir berubah menjadi gumaman, jadi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
…Tidak tidak. Tidak tidak tidak tidak. Kamu tidak bisa melakukan itu Senpai. Aku senang kalau kamu menghargaiku dan semuanya seperti itu. Aku memang senang, tapi—
“Sama seperti cowok yang bernafsu terhadap gadis yang mereka sukai, para gadis juga ingin melakukan hal semacam ini dengan cowok yang mereka sukai, tahu ?!”
—Mana mungkin aku bisa mengatakan itu sekarang! Mustahil mustahil mustahil!
Meski aku bisa mengatakannya………. Aku merasa mengatakannya sekarang bukanlah waktu yang tepat. Aku cukup yakin Senpai juga memahami hal semacam ini. Tapi, mengenal wataknya ... Ia mungkin ... cowok yang sangat polos! Itu sebabnya, mengatakan Ayo kita lakukan! atau Makan aku dong! mungkin akan membuat segalanya menjadi lebih buruk ... Yah, toh aku tidak bisa bersikap asertif. Ini juga akan menjadi pertama kalinya bagiku, tahu.
“Itu sebabnya, untuk saat ini ...”
Eh. Senpai tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“……Eh?”
Iamenciumku. Dalam sepersekian detik. Rasanya terlalu cepat bagiku untuk menikmatinya. Tapi yang lebih penting.
“Kenapa ... di dahiku?”
Itu bahkan bukan di pipiku. Maksudku, di pipiku juga bakal sangat buruk.
“... Ka….Kalau ... di mulut ...”
“Alasan macam apa itu ?! Setidaknya lakukan di pipiku!”
“... Pi — aku mengerti ... maaf ...”
Tapi kamu takkan melakukannya lagi? Kamu takkan melakukannya lagi ?! Hah…? Huuuuh ~?
Yah, itu saja sudah cukup bagiku, dan wajah imutmu sudah membuatku merasa puas, jadi aku memaafkanmu ?! Juga, melihatnya bereaksi seperti itu terhadap telinga kucing ... yah tidak buruk juga.
“Sungguh ... Senpai, cowok pengecut tidak terlalu populer belakangan ini, tahu ~?”
Yah, aku lumayan menyukai hal semacam itu! Terutama seseorang seperti Senpai, yang selalu tenang dan keren, tiba-tiba menjadi canggung dan lemah seperti itu!
“—Baiklah. Aku akan mencoba yang terbaik untuk menjadi lebih kuat.”
“Pfft.”
Hei ... jangan ... aku akan mulai tertawa lag ‘kan...
“Aku bercanda, Senpai ... dan juga, semakin kuat ... bukannya kau sudah terlalu kuat? Kembali dari dunia lain dengan masih membawa kekuatan gila itu? ”
“Tidak, itu masih belum cukup. Aku menjadi sadar akan hal itu hari ini. Bahkan sekarang, aku tidak bisa menang melawan Koori. Dunia yang berbeda tidak ada bandingannya dengan ini. ”
“... Pfft ... haha, jadi aku ini lebih kuat dari dunia mana pun yang pernah kamu kunjungi ...”
“Aku pasti akan menjadi lebih kuat ... jadi tunggu aku.”
“—Eh. Tunggu, caramu mengatakannya membuatnya terdengar seperti kamu akan berlatih di dunia lain lagi ... kamu lebih baik tinggal di sini, kamu dengar?! ”
Seriusan! Kamu lebih baik tidak pergi ke dunia lain lagi!
Senpai tampak sedikit bingung padaku, tiba-tiba menjadi sangat serius, dan menghela nafas.
“Tentu saja. Aku takkan menjadi orang yang bisa dipisahkan darimu lagi, Koori. ”
“... Mm ... itu ... aku senang, tapi ...”
Rasanya cuup memalukan mendengarnya langsung begitu …... Aku tidak akan bisa mengangkat kepalaku ...
“Itu sebabnya ... kamu tahu ... tolong jaga aku dengan baik mulai sekarang.”
Mendengar kata-kata Senpai yang cemas, namun juga bersyukur, aku menyadari bahwa kami berdua merasakan hal yang sama. Karena itu, aku menatapnya kembali dengan senyuman terbaik yang bisa kutunjukkan.
“... Apa boleh buat~ Jika kamu bilang begitu, maka aku akan menuruti keinginanmu.”
Ini adalah kehidupan sehari-hari Senpai dan diriku. Hari-hari ini akan terus berlanjut mulai sekarang—
Oh benar, masih ada rencan kencan kota yang akan datang dengan Senpai! Astaga, enaknya kita pergi ke mana ya ~? Ahh, aku jadi tidak sabar!



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama