Memori 7 : Rumah Senpai dan Ujian serta Diriku
Aku
tidak pernah berharap hari ini akan datang.
Bersiaga
di lorong rumahku, aku membuka pintu dengan kecepatan kilat ketika aku
mendengar bunyi bel berbunyi.
“Hyaa
?! —Se-Senpai? I-Itu benar-benar mengejutkanku ... Kamu membukanya begitu cepat
... ”
Aku
menyambut Koori yang sedang terkejut. Dia berdiri di depan pintu masuk. Di
depan rumah keluarga Watase—
“Haaa
... aku pikir ibumu mungkin akan menyapaku, jadi aku berusaha keras pada
pakaianku ... dan semuanya terasa sia-sia sekarang, aaaaah ~”
Koori
menunjukkan senyum getir, sekali lagi menegaskan asumsiku bahwa orang yang di
depanku benar-benar adalah dia, dan bukan orang lain. Namun, kenyataan di depanku
masih terlalu nyata untuk bisa kuterima.
“...
Um, boleh aku masuk?”
“—Tentu
saja..”
“Kalau
begitu, aku akan menerima tawaranmu …... Maaf sudah mengganggu ~” Koori yang
tersenyum mengikutiku melalui pintu masuk, dan melepas sepatu.
Menyaksikan
pemandangan yang sulit dipercaya ini di depanku, aku mulai mengenang bagaimana
situasi ini bisa terjadi—
ghghghgh
Di
tempat yang disebut sekolah ini, ujian singkat sering diadakan. Aku diingatkan
tentang hal itu setelah aku mulai menghadiri pelajaran lagi, tapi aku tidak
terlalu memikirkannya saat itu. Namun-
“Um,
Senpai, bagaimana dengan pelajaranmu?”
Suatu
hari, Koori datang untuk bertanya kepadaku.
“Ahh,
aku sudah terbiasa sekarang.”
“Ohh,
sangat bagus ~ Tapi ... masalahnya, aku ditanya oleh guru matematika kita ...
bagaimana tesnya?”
“Tes?”
“Iya.
Yang sering kita lakukan setiap saat sebelum pelajaran diulai. Sebagai revisi
dari pelajaran terakhir,.”
“Aku
ambil bagian dalam hal itu.”
“...
Ya, memang sangat bagus. Lalu, bagaimana hasilnya? ”
“Hasil
...”
“Aku
penasaran apa kamu berhasil menjawab beberapa soal ~”
“Menjawab?”
“Hah?!
Kau mengubahnya menjadi pertanyaan ?! Ahahah, bagus sekali! ”
“……?
Kupikir aku berhasil menulis namaku dengan benar?”
“Kamu
meang berhasil, ya berhasil ~ Tapi, soal
setelah itu ... Ahh, yah, kurasa aku sedikit mengerti apa yang ingin Sensei
katakan padaku ~”
Kata-kata
itu tidak bisa aku abaikan.
“Ia
memberitahumu sesuatu tentangku, Koori?”
“—Ah,
Senpai, tunggu sebentar! Jangan memulai menyerbu ruang guru begitu saja! Dia
cuma mengkhawatirkanmu !!! ”
...
Aku tidak mengerti, tapi sepertinya aku telah membuat Koori bermasalah.
“Maaf...
apa yang harus aku lakukan?”
Apa
yang bisa aku lakukan supaya aku bisa membawa bebanku sendiri? Hanya itu yang
perlu aku ketahui, dan aku akan melakukan yang terbaik.
“Mari
kita lihat ... Hmm ...” Koori menyilangkan lengannya dan mulai berpikir
sejenak, sebelum dia melanjutkan. “Baiklah, aku sudah memutuskannya. Senpai,
kamu akan belajar bersama denganku ~ ”
—Setelah
itu, kami memutuskan bagaimana cara terbaik mendekati ini, menyadari bahwa aku
mungkin perlu mengejar ketinggalan beberapa mater pelajaran SMP juga, dan
membutuhkan lingkungan yang pas yang bisa kami gunakan agar kami takkan
terganggu oleh orang lain .
“Kalau
begitu, bagaimana dengan tempatku?” Ujarku.
ghghghgh
Koori
langsung membalas 'Ya'. Sekali lagi, aku berhutang budi padanya.
Mungkin
tidak perlu disebutkan, tapi rumahku adalah tempat yang paling aman untukku,
ebuah lokasi yang tidak perlu kucemaskan dengan kesenjangan pengetahuanku
tentang dunia saat ini.
“...
Hei, Senpai? Apa kamu baik-baik saja?” Koori menatap wajahku, melambaikan
tangannya di depan mataku.
Rambutnya
yang biasanya ikal dan bergelombang sekarang diikat dengan scrunchie,
memperlihatkan lehernya yang ramping dan indah bahkan lebih dari biasanya.
Bahkan perubahan kecil seperti itu membuatku tidak bisa tenang.
“Y-Ya
... yah, aku hanya ingin tahu karena kau berpenampilan berbeda dari biasanya
... seperti gaya rambutmu ...”
“Eh.
A-Ah, Yah ... Aku pikir, kalau aku bertemu orang tuamu di sini, aku mungkin
tidak boleh terlihat terlalu mencolok ... sesuatu seperti itu ...”
“…Begitukah.”
Meski
aku tidak mengerti, sepertinya orang tuaku seharusnya tidak pulang hari ini.
Karenanya, kekhawatiran itu sama sekali tidak perlu, tapi juga tidak perlu
memberitahunya tentang itu. Atau begitulah yang aku pikirkan.
“Ngomong-ngomong
... tentang orang tuamu ...”
Aku
merasa ragu sejenak, tapi aku tidak ingin membohongi Koori.
“Mereka
seharusnya tidak pulang hari ini.”
“…!
…’gitu ya.”
“...?
Memangnya ada masalah dengan itu?”
“Eh
?! Ma-Masalah ?! Kenapa?!”
“Maksudku,
wajahmu tiba-tiba memerah, jadi aku penasaran ...”
“Tidak,
tidak, tidak, bukan itu masalahnya! A-Ayolah, Senpai ~ memberitahu kalau orang
tuamu takkan pulang hari ini, kau membuatku jadi baper — Ah. ”
Wajahnya
yang menyadari kalau dia mengacau, bersamaan dengan pipinya yang memerah, terlihat
sangat lucu yang mana aku bisa melihatnya selamanya. Tapi, itu akan mengalahkan
alasan untuk hari ini.
“...
Untuk sekarang, bagaimana kalau kita pergi ke kamarku dulu?”
“—Y-Ya.”
…?
Ada sesuatu yang aneh? Aku merasa dia merasa gugup. Meski begitu, melihat pihak
lain seperti itu membuatku sedikit menenangkan diri. Dan asimetri ini membantu
dalam berbagai situasi. Setelah menyadari ini di dunia yang berbeda, aku hanya
bisa menghargainya. Jika kau mampu bersikap tenang di tengah pertarungan yang
sengit, Kau dapat memberi tekanan pada musuh. Dengan menggunakan metode ini,
aku berhasil bertahan sampai sekarang—
“Um
...”
Mendengar
suara kecil Koori, aku disadarkan ke kenyataan lagi. Koori melihat ke
sekelilingnya dengan seksama, saat dia melanjutkan.
“Mungkin
agak terlambat untuk bilang begini ... tapi rumah Senpai ... besar sekali ...”
“Kau
pikir begitu?”
Sejujurnya,
aku tak pernah terlalu memikirkannya. Tapi, aku merasa seperti ada orang yang
pernah mengatakan itu di masa lalu.
“Ya
... aku belum pernah melihat lorong yang panjang seperti ini. Dan ada banyak
kamar ... namun pintu masuknya cukup dekat dengan jalan ... apa kamu tidak
khawatir tentang pencuri dan semacamnya?”
Itu
sudut pandang yang cukup menarik dari Koori.
“Tidak
masalah. Menurut ayahku, ini memang disengaja. Mungkin tidak terlihat seperti
itu, tapi keamanan rumah ini cukup ketat. Ia bahkan mengatakan kalau Ia sedang menunggu
seseorang untuk menerobos masuk untuk menguji semua persiapan. ”
“Ehhh
...? Menginginkan seseorang untuk mendobrak masuk ... ayahmu juga tampak sangat
menarik ~ ”
Aku
penasaran tentang itu. Paling tidak, Koori sendiri individu yang lebih menarik
bagiku.
“Aku
yakin ayahku akan senang jika Ia mendengar kamu mengatakan itu.”
“Ehh?
Kenapa ~ ”
Melihat
senyum Koori, aku merasa lega. Hanya melihat itu saja mampu membuatku melupakan
kekhawatiran lain di dunia. Merasa pipiku sedikit rileks, aku tiba di sebuah
kamar, dan membuka pintu.
“Ini
kamarku.”
TTTTT
“Oohhh
~~~”
Sama
gugupnya saat aku membunyikan bel pintu, aku memasuki kamar Senpai.
Tepat
setelah melangkah masuk, aku langsung mengerti bahwa itu adalah kamarnya. Meski
agak berantakan, tapi tidak sampai kacau balau. Ah, tapi, dia punya tiga rak
buku, aku tidak menyangkanya ….. dan semuanya diisi dengan baik. Aku ingin tahu
apa Ia membaca manga?
—Bagian
paling penting dari ruangan itu adalah sesuatu yang lain.
“Kasurmu
terlihat besar sekali...”
Terletak
di bagian terdalam ruangan, tepat di depan jendela yang mengarah ke teras,
segera mencuat ketika kamu masuk.
“Kelihatannya,
mereka baru saja membelinya baru-baru ini.”
“Eh?”
Ba-Baru-baru
ini, maksudmu — pikirku, tapi ada sesuatu yang menggangguku.
“,,,Kelihatannya?”
“Sebelumnya
kasur itu tidak ada di sana saat aku pergi ke dunia yang berbeda. Selama
dirawat di rumah sakit, mereka berencana ingin memindahkanku ke sini, jadi
mereka membelinya. ”
“Ah…”
Aku
... mengerti ... Jadi orang tuanya benar-benar memikirkannya. Aku merasa lega
mendengarnya.
“Kamu
benar-benar dicintai, Senpai.”
“Dicintai?
Oleh orang tuaku? Kurasa tidak.”
“Eh
?! Tidak tidak, tidak, jelas-jelas mereka memikirkanmu! ”
“Mereka
memang memikirkanku ya. Tidak salah lagi.”
“……Hmmm??”
Bukannya
itu sama saja dengan dicintai?
“Hmm?”
Tanda
tanya muncul di atas kedua kepala kami, ketika Senpai mengeluarkan Ah ... helaan , tampaknya telah
menyadari sesuatu.
“Aku
pikir cara kita menggunakan kata 'dicintai' sedikit berbeda ... Perbedaan, bisa
dikatakan. Dari apa yang aku lihat, emosi yang aku terima dari orang tuaku sama
sekali bukan cinta. Jika aku harus memberi nama ... mungkin bisa dibilang kasih
sayang orang tua?”
“Hah…”
Maksudku,
bukannya itu sama saja dengan cinta? Aku tidak begitu mengerti ...
Senpai
pasti melihat bahwa aku tidak dapat memahami apa yang Ia maksud, jadi Ia
mencoba untuk menjelaskannya lebih lanjut.
“Pada
dasarnya, cinta yang murni adalah emosi yang hanya kurasakan terhadap Koori,
dengan ekspresi lain yang tidak pas. Itu sebabnya, apa yang aku rasakan
terhadap orang tuaku, dan apa yang mereka rasakan terhadapku sama sekali
berbeda. ”
“…………Eh?”
Eh.
Eh. Baru saja, bukannya Senpai ... mengatakan sesuatu yang luar biasa gila?
Bagi Senpai, cinta adalah emosi luar biasa yang hanya Ia rasakan terhadapku ...?
“Ah,
yah ... itu sebabnya ... kau tahu ...”
Senpai
pasti menyadari bahwa Ia baru saja mengatakan sesuatu yang luar biasa.
“Aku
... aku akan mengambil sesuatu untuk diminum, jadi kau bisa duduk di mana saja
yang kau mau.”
Dan
dengan itu, Senpai bergegas keluar dari ruangan.
“………
Fiuh ...”
Ahhh,
ini buruk ... sesi belajar bareng belum dimulai ... Dan itu sudah sulit begini
...
“Tidak,
tidak, tidak, aku tidak bisa.”
Kami
punya tujuan hari ini, yaitu belajar bersama untuk meningkatkan nilai Senpai. Seperti
serius, itu mungkin berakhir buruk bagi Senpai.
'...
Koori, apa kamu punya waktu? Saya dengar kau dan Watase cukup dekat, jadi— '
Aku
benar-benar khawatir saat Sensei memanggilku seperti itu, dan dari
kelihatannya, bahkan sebelum UTS, dia mungkin akan gagal dalam semua mata
pelajaran. Ia baru kembali dari dunia lain, jadi alih-alih memaksanya mengulang
satu tahun lagi, Ia akan dipaksa keluar. Dan itu — akan sangat bermasalah.
Maksudku,
meskipun hatiku tidak mau menerimanya sekarang, aku sebenarnya ingin mesra-mesraan
di sekolah! Hanya bercanda ... ya tidak, sebenarnya aku benar-benar
menginginkan itu. Aku pikir kita selalu bersama di luar sekolah, tapi aku juga
ingin tetap bersamanya di sekolah, dan ada banyak acara sekolah yang ingin aku
ikuti ... bersama dengan Senpai, karena aku tahu ini akan menjadi 200% lebih
asyik bersamanya.
—Dan
tentu saja, Senpai sendiri akan lebih baik jika Ia lulus SMA.
“Itu
sebabnya, kita harus bekerja keras!”
Aku
menghela napas, dan duduk di sebelah meja yang terlihat sangat mahal. Setelah
itu, tempat tidurnya masuk dalam bidang penglihatanku. Tempat tidur ... Senpai
selalu tidur di situ...
…………
Senpai masih belum kembali, ‘kan?
Aku
menengok ke pintu, dan setelah memeriksa apakah pintu sudah tertutup dengan
baik, perlahan-lahan aku berjalan ke tempat tidur — Tunggu, tunggu, tunggu. Aku
tidak bisa melakukan itu. Aku akan berubah menjadi orang mesum total.
Tidak
peduli seberapa aku menyukai Senpai — Ahh, Ia selalu berbau sangat harum ... Ia
mungkin memakai parfum ... dan selalu begitu menenangkan, namun terus-menerus
membuat jantungku berdetak lebih cepat, jadi aku selalu ingin menghirup napas
dalam-dalam sekarang ... Hah? Bukannya aku bisa melakukan itu sekarang? ...
Bukannya ini kesempatan besarku sekarang?! - Pikiranku menjadi kacau, tapi aku
tidak bisa langsung melompat ke—
“Tidak,
aku malah sudah melakukannya ?!”
Sementara
aku masih berusaha mengendalikan diriku, tubuhku secara alami melompat ke kasur
Senpai! Apa aku akan baik-baik saja ?! Ah ... uuuu ... rasanya aku dipeluk oleh
Senpai ?! Ehhh, ini buruk, ini buruk, ini buruk! Ini sangat nikmat ...! Ahh,
hatiku akan meledak ...! Woah Woah Woah, kalau terus begini, aku akan—
“………
Koori?”
Jantungku
serasa berhenti sejenak. Aku tersentak bangkit dari selimut, dengan panik
menatap ke arah Senpai — Ahhhh ?!
“U-Um
... i-ini ...! Y-Yah ... ?! ”
In-Ini
bukan alasan yang tepat, diriku ?! Apa yang harus aku lakukan-
“Apa
kau habis... terjatuh?”
“…Eh?”
“Maksudku,
aku mendengar suara keras dari kamarku, jadi aku bergegas kembali ...”
Ah,
Ia mendengar jeritan delusiku barusan — Sekarang bukan itu yang penting!
“Ye-Yeah!
Itu dia! Senpai, kamu jenius! Seorang jenius sejati! Aku tersandung dan jatuh
di tempat tidur! Aku benar-benar melakukannya!”
“Y-Ya
... aku mengerti, jadi kau tidak perlu panik begitu...”
“Tidak
tidak Tidak! Aku senang kamu kembali untuk melihat apa aku baik-baik saja!”
“…Baik?
Ngomong-ngomong, aku cuma ada teh oolong ... jika kau mau minuman yang lain,
aku bisa pergi dan membelinya. ”
“T-Tidak,
aku suka teh oolong. Terima kasih banyak."
Fiuh
... itu benar-benar buruk ... Serius, apa yang aku pikirkan ...
“…Aku
benar-benar minta maaf.”
“Hm?
Tidak, itu seharusnya kalimatku. Aku lupa membeli makanan ringan, jadi aku
hanya punya cemilan yang dibeli ibuku beberapa waktu lalu ... ”
“...
Maksudku, bukannya itu dari merek yang benar-benar mahal dan terkenal?”
Melihat
ke bungkusnya, aku bisa melihat nama mereknya, dan yakin akan hal itu. Aku
melihat mereka sangat populer di seluruh media sosial yang aku gunakan, cemilan
macarons yang tampak mewah.
“Wahhhh,
ini pertama kalinya aku melihat mereka langsung seperti ini! Dan aku
benar-benar ingin mencobanya setidaknya sekali ~ Tapi pergi ke kota cuma
membeli ini rasanya aneh, jadi aku tidak melakukannya, ehe ~ ”
“Begitukah…”
“Ah,
apa aku boleh mengambil foto ~?”
“Tentu.”
“Yay!
... Woah, bentuknya sangat detail ... Lucunya! Aku dengar, kafe terdekat juga
menjualnya!”
“...
apa kau mau mengunjunginya nanti?”
“Eh?”
“Jika
... jika kau tidak keberatan, ...”
“Apa
itu benar-benar oke ?!”
Kupikir
Senpai tidak terlalu suka manisan, jadi aku tidak ingin membebaninya ... Tapi Ia
mungkin benar-benar siap untuk itu?
“Juga,
jika kita mau pergi ke kota, masih ada hal lain yang ingin aku lihat juga!
Boleh aku membuat rencana untuk itu, Senpai?”
“Ya
... tolong lakukan.”
Uwah
... Wajah bahagia Senpai ... sangat bagus ... Aku menggunakan ponselku sekarang
untuk memotretnya, jadi jika aku bergerak sedikit, aku mungkin bisa menyimpan
momen ini, tapi aku terlalu takut untuk merusak pemandangan, jadi tanganku
tidak bergerak sama sekali.
Ahhh
... bagaimana aku harus mengatakannya ... aku benar-benar ... menyukainya ...
Hanya menghabiskan waktu bersamanya saja sudah membuatku bahagia......
“Tunggu,
ini salah!”
Maksudku,
bukan dalam pengertian itu! Aku tidak punya waktu untuk merencanakan kencan
berikutnya sekarang juga!
“Senpai,
kita seharusnya belajar hari ini! Kita harus mulai sekarang!”
“Memang
itu rencanaku?”
“…………Maafkan
aku.”
Hanya
aku satu-satunya yang menghalangi awal pembelajaran kami.
...
Baiklah, saatnya serius!
Duduk
di seberang Senpai, aku terdengar seperti tipe orang yang menyelesaikan tugas
musim panas mereka pada hari terakhir.
“Ayo
kita mulai dengan pelajaran matematika terlebih dahulu!”
TTTTT
“Um,
Senpai ... bukannya kamu melakukannya dengan sempurna ...”
Senpai
mengerjakan semuanya dengan lancar. Tidak perlu bagiku untuk serius. Meski
mungkin tidak terlihat seperti itu, aku sebenarnya tipe JK yang rajin, jadi aku
ingin menunjukkan sisi bagusku dengan membantu belajarnya ... Jika harus
kukatakan, Senpai mungkin lebih pintar ketimbang diriku. Satu-satunya masalah
adalah—
“Apa
aku harus ... menulis jawabannya di sini juga?”
“Senpai
... tidak ada ujian di mana kamu tidak diperbolehkan menulis jawabannya.”
“Tapi…”
“Tidak
apa-apa kok ~ Tidak seperti dunia yang pernah kamu lihat, lembar jawabannya
tidak akan terbakar hanya karena kamu mengacaukan prosedurnya.”
Aku
tidak bercanda, itu tampaknya akar dari masalahnya. Itu adalah beberapa konsep
yang terpaksa Ia sesuaikan di dunia yang Ia masuki ... Jika kamu menulis
beberapa kalimat, orang yang menuliskannya akan memunculkan fenomena yang
mereka tulis ... Aku tidak terlalu mengerti, tapi sepertinya itulah yang
menjadi alasannya.
Dan
akibatnya, itu sudah menjadi kebiasaannya untuk selalu cermat memikirkan apa
yang akan ditulisnya.
“Lagian,
bukannya menulis angka seharusnya tidak masalah ...?”
Bukankah
seharusnya kamu bisa lulus tes dengan mudah?
“Kupikir
aku tidak perlu menulisnya, jadi aku membiarkannya kosong.”
“Tidak
perlu?! Itu ujian, jadi kamu harus menulisnya!”
“Tentang
itu ... kenapa kita perlu diuji mengenai beberapa pengetahuan kecil oleh guru
itu ... memangnya mereka pikir mereka siapa?”
“...
Maksudku ... kamu menanyakan itu padaku ...?”
Ya
Tuhan, ini terlalu lucu.
Ngomong-ngomong,
sebagai hasil dari sesi belajar bersama ini, itu malah berubah menjadi
pemeriksaan akal sehat, dan Senpai sekarang seharusnya bisa mengikuti ujian
dengan benar. Meski rasanya sedikit antiklimaks, jujur saja aku masih merasa
senang. Aku bahkan membawa buku latihan dan catatanku dari sekolah SMP hanya
untuk memastikan ... tapi aurasa itu tidak diperlukan.
Tepat
setelah kami belajar dengan lancar—
“...
Kalau begitu, mungkin kita harus istirahat sebentar.”
“……”
“Senpai?”
“...
Maaf ... biarkan aku menyelesaikan ini dulu.”
“Ah,
baiklah ...”
Begitu
ya, Ia sedang mengerjakan buku latihan. Aku baru saja memeriksa bagaimana Ia akan
memecahkan beberapa pertanyaan pertama, tapi kelihatannya baik-baik saja ...
Sepertinya sisi rajin Senpai belum lenyap sama sekali ... Bagaimana aku
mengatakannya, mengetahui itu benar-benar meyakinkan, dan melihat Senpai yang
aku kenal membuatku bahagia juga. Satu-satunya hal yang berbeda adalah aku bisa
melihat Senpai dari dekat seperti ini.
...
Tulisannya sangat cantik. Ini benar-benar mencerminkan dirinya; teliti, dan
baik hati. Jari-jarinya yang memegang pena dengan tatapan serius sangat keren
juga ~ Semakin aku melihatnya, semakin aku—
“Baiklah,
sudah selesai.”
“……”
Senpai
tiba-tiba mengangkat kepalanya, menangkapku lengah.
“Koori?”
“Ah,
ti-tidak ... Kerja bagus.”
“Ya,
kamu juga ... Mau teh lagi?”
Senpai
membawa gelas bersamanya, dan melangkah keluar ruangan. Aku terus duduk di tepi
meja, mendesah lega. Pandanganku mengarah ke rak buku, dan aku melihat beberapa
buku latihan yang tampak familiar.
“Woah,
Ia masih menyimpan yang dari SD.”
Kurasa
Senpai tidak membaca manga sama sekali, melihat semua novel dan buku latihan di
sini ... Aku ingin tahu bagaimana kesannya sekarang, setelah berada di dunia
yang berbeda ... Ahh, aku ingin mendengarnya. Mungkin aku harus merekomendasikan
beberapa kepadanya?
“Hmm?”
Ini
bukan aku yang ...... salah lihat, ‘kan?
Aku
berdiri untuk mendekati rak buku, dan mengeluarkan sesuatu yang terjepit di
antara buku-buku itu - Ya, aku pikir begitu.
“Ini
... telinga kucing palsu?”
…Kenapa?
Barang pesta? Tidak, Senpai bukan tipe yang membeli itu. Mereka terlihat dibuat
sangat bagus ... Jangan bilang, Senpai benar-benar memakainya sendiri ?!
“Maaf
sudah menunggu — Hm? Apa ada yang salah?”
“Senpai,
ini apa?!”
“…Pertanyaan
bagus.”
“Eh?
Tapi, aku menemukan ini di rak bukumu, jadi ... “
“...
Aku tidak mengingat itu.”
“Ehhhh
...? Lalu, bagaimana ... ah, mungkin
orang tuamu?”
“Aku
meragukan itu.”
“Coba
ingat lagi ...”
Yah,
sosok orang tuanya masih merupakan misteri bagiku. Tapi, itu malah menjadi
petunjuk bagi Senpai.
“Ah,
mungkin itu punya sepupuku.”
“Ohh,
sepupumu!”
Aku
tidak tahu Senpai punya sepupu. Dan karena sepupu itu menyimpan sesuatu di
kamar Senpai—
“Kalian
pasti sangat dekat?”
“Entah
... Mereka dua tahun lebih muda dariku, namun mampu melakukan banyak hal gila.”
“Ahaha,
seperti yang diharapkan dari sepupumu ~!”
Dua
tahun lebih muda dari Senpai, itu artinya mereka seumuran denganku, ‘kan? Aku
ingin tahu orang seperti apa mereka.
"Karena
mereka tinggal sangat dekat ... Ah tunggu, mereka pergi ke Australia untuk
belajar di luar negeri.”
“Ehhh!
Belajar di luar negeri, itu keren sekali! ”
“...
Belajar di luar negeri itu keren, ya.”
“Eh.
Senpai, kamu lebih baik tidak berpikir untuk melakukannya juga, oke?”
“…Bagaimana
kau bisa tahu?”
“Pfft,
jadi kamu benar-benar memikirkannya ... lu-lucu sekali ... Yah, itu pasti suvenir
dari sepupumu, mungkin?”
Aku
pikir itu benda milik Senpai, membayangkan dia mengenakannya — Ah, tunggu. Mungkin
benda ini benar-benar cocok untuknya?
Saat
aku berpikir begitu, aku melambaikan tangan ke Senpai.
“Senpai,
Senpai, kemari sebentar.”
“...
Aku tidak akan memakainya, oke?”
“Eh
?! Bagaimana kamu bisa tahu?!”
“Aku
tahu dari melihat wajahmu, Koori.”
“Yang
bener ~”
Ya,
dalam artian lain itu membuatku sedikit ... tidak, cukup senang.
“Ayolah,
jangan seperti itu ~ Di taman hiburan tertentu, mengenakan benda ini adalah hal
yang wajib, lho? Ah, mengunjungi salah satu dari mereka mungkin ide yang bagus,
ayo kita pergi ke sana kapan-kapan! ”
“Aku
tidak keberatan ... tapi di sini bukan taman hiburan.”
“Itu
benar, tapi tetap saja! Ayolah, sebentar saja!”
Ah,
aku mulai lebih menikmati ini. Aku biasanya bukan tipe yang suka menjahili
Senpai seperti ini ...
“Lihat,
lihat, kamu tinggal memakainya seperti ini — Lihat? Bagaimana itu? Apa ini
cocok untukku?”
Sesaat
aku menaruh telinga kucing palsu di atas kepalaku, Senpai langsung bereaksi.
Dengan gerakan seperti sedang teleportasi, Ia berdiri di depanku dengan cepat.
“Eh
... eh? A-Apa— ”
Ia
mencengkeram lenganku saat aku mau melepas telinga kucing lagi, dan menatapku.
“—!”
Didorong
oleh Senpai, punggungku menabrak rak buku ... dengan Senpai yang menatapku
dengan tatapan penuh gairah.
Eh.
Eh. Apa? Kenapa Ia terlihat serius ... dan sangat keren. Apa ini…? Suasana
untuk .....kamu tahu ...? Ciuman? ... Dan apa yang terjadi setelahnya?
Begitu
aku menyadari hal itu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
“U-Um
~ Apa ini ... a-apa yang barusan kupikirkan ...?”
Ah,
suaraku gemetaran! Ini yang terburuk! Ta-Tapi, mau bagaimana lagi, jantungku
berdetak sangat kencang ...
Aku
panik seperti seorang gadis dimabuk cinta, ketika Senpai memejamkan matanya
sejenak, mengambil satu langkah menjauh dariku. Ia menundukkan wajahnya ke
bawah, dan menyembunyikan mulutnya dengan tangan kanannya.
“...
Maaf ... Kau sangat imut ... sampai tubuhku bergerak sendiri ...”
“——”
Apa
maksudnya itu? Apa telinga kucing ini sangat efektif? Tunggu dulu. Bagaimana
dengan suasana sebelumnya?
“Aku
benar-benar……. minta maaf…”
Eh,
eh? Maksudku, meski kamu meminta maaf seperti itu ...
Setelah
harapan aku dikhianati seperti itu, mulutku berbicara sebelum aku bisa
berpikir.
“U-Um,
Senpai, itu tidak apa-apa!”
Apanya?
Aku berpikir sendiri, tapi aku tidak bisa menghentikan diriku dari kata-kataku
selanjutnya.
“Aku
sudah mengenakan pakaian dalam yang imut untuk hari ini!”
“——”
Senpai
... Membuat ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku menyadari sudah sangat
terlambat tentang apa yang aku katakan, jadi aku tidak bisa menariknya lagi.
“………
Tidak …… Lupakan saja itu…”
Tidak,
buat aku menghilang. Dari dunia ini. Sekarang juga!!!!
—Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh
?! Tapi, tapi, tapi!!! Itulah yang kamu pikir akan terjadi, ‘kan ?! Kamu pasti
akan berpikiran begitu, ‘kan ?! Itu semacam aliran suasananya, jadi aku ...!
Bagaimana aku bisa keluar dari situasi ini—
“……
Pfft.”
“—?!”
Apa
Senpai barusan tertawa ?! Meski aku mau mati karena rasa malu, itu saja sudah
cukup untuk menghilangkan semuanya ...
Aku
menatap Senpai. Tawa ini ... yah, tidak terlalu banyak tawa, tapi tetap saja,
aku ingin membakarnya ke dalam ingatanku. Dan ketika aku melakukan itu, Senpai
menunjukkan senyum yang sangat indah kepadaku.
“Aku
sangat mencintaimu, Koori. Dari lubuk hatiku.”
“——”
“Itu
sebabnya ... yah ... aku ingin ... menghargai hal semacam ini ...” Bagian
terakhir berubah menjadi gumaman, jadi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
…Tidak
tidak. Tidak tidak tidak tidak. Kamu tidak bisa melakukan itu Senpai. Aku
senang kalau kamu menghargaiku dan semuanya seperti itu. Aku memang senang,
tapi—
“Sama
seperti cowok yang bernafsu terhadap gadis yang mereka sukai, para gadis juga
ingin melakukan hal semacam ini dengan cowok yang mereka sukai, tahu ?!”
—Mana
mungkin aku bisa mengatakan itu sekarang! Mustahil mustahil mustahil!
Meski
aku bisa mengatakannya………. Aku merasa mengatakannya sekarang bukanlah waktu
yang tepat. Aku cukup yakin Senpai juga memahami hal semacam ini. Tapi,
mengenal wataknya ... Ia mungkin ... cowok yang sangat polos! Itu sebabnya,
mengatakan Ayo kita lakukan! atau Makan aku dong! mungkin akan membuat
segalanya menjadi lebih buruk ... Yah, toh aku tidak bisa bersikap asertif. Ini
juga akan menjadi pertama kalinya bagiku, tahu.
“Itu
sebabnya, untuk saat ini ...”
Eh.
Senpai tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“……Eh?”
Ia—menciumku.
Dalam sepersekian detik. Rasanya terlalu cepat bagiku untuk menikmatinya. Tapi
yang lebih penting.
“Kenapa
... di dahiku?”
Itu
bahkan bukan di pipiku. Maksudku, di pipiku juga bakal sangat buruk.
“...
Ka….Kalau ... di mulut ...”
“Alasan
macam apa itu ?! Setidaknya lakukan di pipiku!”
“...
Pi — aku mengerti ... maaf ...”
Tapi
kamu takkan melakukannya lagi? Kamu takkan melakukannya lagi ?! Hah…? Huuuuh ~?
Yah,
itu saja sudah cukup bagiku, dan wajah imutmu sudah membuatku merasa puas, jadi
aku memaafkanmu ?! Juga, melihatnya bereaksi seperti itu terhadap telinga
kucing ... yah tidak buruk juga.
“Sungguh
... Senpai, cowok pengecut tidak terlalu populer belakangan ini, tahu ~?”
Yah,
aku lumayan menyukai hal semacam itu! Terutama seseorang seperti Senpai, yang
selalu tenang dan keren, tiba-tiba menjadi canggung dan lemah seperti itu!
“—Baiklah.
Aku akan mencoba yang terbaik untuk menjadi lebih kuat.”
“Pfft.”
Hei
... jangan ... aku akan mulai tertawa lag ‘kan...
“Aku
bercanda, Senpai ... dan juga, semakin kuat ... bukannya kau sudah terlalu
kuat? Kembali dari dunia lain dengan masih membawa kekuatan gila itu? ”
“Tidak,
itu masih belum cukup. Aku menjadi sadar akan hal itu hari ini. Bahkan sekarang,
aku tidak bisa menang melawan Koori. Dunia yang berbeda tidak ada bandingannya
dengan ini. ”
“...
Pfft ... haha, jadi aku ini lebih kuat dari dunia mana pun yang pernah kamu
kunjungi ...”
“Aku
pasti akan menjadi lebih kuat ... jadi tunggu aku.”
“—Eh.
Tunggu, caramu mengatakannya membuatnya terdengar seperti kamu akan berlatih di
dunia lain lagi ... kamu lebih baik tinggal di sini, kamu dengar?! ”
Seriusan!
Kamu lebih baik tidak pergi ke dunia lain lagi!
Senpai
tampak sedikit bingung padaku, tiba-tiba menjadi sangat serius, dan menghela
nafas.
“Tentu
saja. Aku takkan menjadi orang yang bisa dipisahkan darimu lagi, Koori. ”
“...
Mm ... itu ... aku senang, tapi ...”
Rasanya
cuup memalukan mendengarnya langsung begitu …... Aku tidak akan bisa mengangkat
kepalaku ...
“Itu
sebabnya ... kamu tahu ... tolong jaga aku dengan baik mulai sekarang.”
Mendengar
kata-kata Senpai yang cemas, namun juga bersyukur, aku menyadari bahwa kami
berdua merasakan hal yang sama. Karena itu, aku menatapnya kembali dengan
senyuman terbaik yang bisa kutunjukkan.
“...
Apa boleh buat~ Jika kamu bilang begitu, maka aku akan menuruti keinginanmu.”
Ini
adalah kehidupan sehari-hari Senpai dan diriku. Hari-hari ini akan terus berlanjut
mulai sekarang—
Oh
benar, masih ada rencan kencan kota yang akan datang dengan Senpai! Astaga,
enaknya kita pergi ke mana ya ~? Ahh, aku jadi tidak sabar!