Soudana, Tashika ni Kawaii Na Epilog Bahasa Indonesia


Lanjutan: Kehidupan Sehari-hari dan Senpai serta Diriku

“... ri ... Kai ... ri ...”
Aku mendengar suara dari kejauhan.  Terus mengulang berkali-kali — mencoba mengatakan sesuatu padaku.
“- Kairi!”
Ketika aku bangun, seorang gadis yang terlihat cemas berada di depan mataku.
“…… Koori ...?”
Aku langsung sadar setelah aku menggumamkan omong kosong tersebut. Mana mungkin Koori sedang bersamaku sekarang. Di dunia lain yang kejam dan penuh keputusasaan ini.
“—”
Mendengar gumaman sayupku, Rasha di depanku — Celi — menghela nafas dengan ekspresi muak.
“Lagi-lagi dengan itu?”
Ya lagi. Impianku untuk kembali ke dunia asliku. Aku sudah mengalami banyak hal sejak aku datang ke sini, dunia yang di sebut [Stero'Un]. Alasannya sangat jelas, dan bahkan Celi tahu.
“Apa aku benar-benar mirip dengan gadis itu? Ko ... Koori atau bagaimana pun kamu memanggilnya.”
Melihat Celi merasa resah, aku pun berdiri.
“Entahlah ... aku hampir tidak bisa mengingat wajahnya.”
Kebohongan yang mencolok. Pemandangan terakhir sebelum aku pergi masih mengecap jelas di otakku seolah0olah baru terjadi sedetik yang lalu.
“Itu bohong.”
Mendengar kata-kata Celi, aku memperlambat langkahku. Dia selalu tenang, tanpa ekspresi. Bertingkah seperti mesin hanya untuk menjawab perintahku, dia adalah satu-satunya orang yang bisa aku percayai di dunia ini. Meski begitu, bahkan dia punya perasaan.
“Memangnya kau tahu apa?”
Celi tidak menyerah pada suaraku yang dingin, penuh dengan niat membunuh, dan melanjutkan.
“Kamu menjadi emosional.”
“Lantas kenapa? Ini tidak ada hubungannya denganmu.”
“Ada. Setiap kali aku bertanya tentang Koori, Kamu selalu jadi emosional. ”
Aku menghentikan langkahku.
“... Jika memang itu masalahnya, aku tidak punya alasan untuk terus membicarakannya denganmu.”
“Tidak, ada.”
Dasar keras kepala.
Aku menjadi jengkel dan tidak sabar. Aku menenangkan emosiku yang mendidih, lalu berbalik ke arah Celi — yang berdiri di depanku dengan ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya, hampir seolah-olah dia telah mempersiapkan dirinya secara mental.
“Jika itu memang sulit bagimu, aku bisa menjadi pengganti Koori.”
Dengan satu tangan di dadanya, satu mata cokelatnya menatapku. Mata lainnya tersembunyi di balik poninya.
“Aku tak keberatan bila dijadikan penggantinya. Jika itu berarti bahwa aku bisa tetap bersama denganmu selamanya, Tuanku, maka ...” Tatapannya penuh dengan gairah, sebuah pemandangan yang langka.
“Hentikan itu.”
Meski aku dengan tegas menyangkal kata-kataku, aku masih merasa sedih, karena dia benar-benar sangat mirip dengan Koori.
“... Tidak ada yang akan menjadi pengganti siapa pun. Kau adalah kau.”
Karena itu, fokuslah pada pekerjaanmu — itulah yang ingin aku sampaikan. Inilah yang sudah aku lakukan sepanjang waktu. Ini bukan duniaku. Bukan tujuan akhirku. Aku harus kembali ke duniaku yang asli. Kembali, dan katakan padanya tentang perasaanku. Segala sesuatu yang lain — hanya beban yang tidak perlu.
Yang bisa aku lakukan adalah terus menapaki jalan yang sepi ini, dan menemukan jalan pulang—
“—Kairi ...! Aku pasti tidak akan menyerah ...! Pasti tidak akan menyerah padamu—! ”
Kata-kata siapa ini?
Aku juga punya sesuatu yang tidak ingin aku pasrahi.
Itu sebabnya aku bisa berempati dengan kata-kata tersebut.
Tapi, kata-kata siapa itu?
Aku tidak bisa mengingatnya lagi.
“Hmm ...”
“Ah, akhirnya kamu bangun juga. Selamat pagi, Senpai ~ ”
Di depan mataku; Koori. Aku menemukan diriku di ruang kelas, diterangi oleh matahari yang terbenam. Koori duduk di kursi di depan mejaku, menatapku, dengan senyumnya yang biasa — Senyuman berharga yang tidak bisa aku tukar dengan yang lainnya.
“Ahaha, tumben-tumbenan Senpai tertidur seperti itu ~”
"…Aku…"
“Ah, apa kamu masih setengah tidur? Ingat ujian matematika itu? Kamu mengambil ulang semuanya untuk menghapus halaman kosong yang kamu serahkan. Itu sebabnya kamu masih di sini setelah pelajaran usai, ‘kan? " Koori mengayunkan jari telunjuknya.
Di pergelangan tangannya, ada aksesori yang bersinar, jenis yang sama persis dengan yang aku pakai, aksesori sepasang yang kami beli saat itu.
“Begitu ya ... jadi itu cuma mimpi ...”
Aku sudah lama tidak melihat mimpi ini.
“Eh, mimpi? ... Ahh, mungkin yang cabul, kan ~?”
Koori dengan lembut memiringkan kepalanya saat dia bertanya, tersenyum padaku. Dia tampak salah paham.
“…Lupakan saja. Daripada itu …... apa kau menungguku?”
“Ya! Kenapa kamu begitu terkejut tentang itu?” Dia menghentikan kata-katanya, dan tersenyum saat melanjutkan. “Bagaimanapun juga, aku adalah pacar Senpai.”
“……”
“Ah, hei, coba katakan sesuatu! Aku mengumpulkan semua keberanianku untuk itu, lho ...?”
“…… Heh.”
“Eh, kenapa kamu malah tertawa ?! Apa Senpai tidak ... ?! ”
Sekali lagi aku menyadari, aku bisa menatap Koori seperti ini selamanya. Itu sebabnya aku memberitahunya.
“Aku hanya berpikir betapa diberkatinya diriku, bisa melihat wajahmu tepat setelah aku bangun.”
“—!!!”
Lihat, ekspresinya berubah lagi. Tidak peduli apa yang dia lakukan, dia terus bersinar dengan cerah — begitu mempesona. Aku bisa mengatakannya lagi dan lagi. Karena aku bisa melihat wajahnya sekali lagi seperti ini. Karena aku harus bertemu Koori lagi. Karena — aku harus memberitahunya tentang perasaanku. Bahkan jika hidupku berakhir pada saat berikutnya, aku tidak punya penyesalan lagi—
“A-Ayo! Bangun dan ayo pulang, Senpai! ”
“Ya, maaf sudah membuatmu menunggu seperti ini ... Sudah berapa lama kau menunggu?”
“Eh? Um ... dari ujian selesai, tapi kamu tidak datang ke gerbang sekolah, jadi ketika aku kembali ke ruang kelas dan melihatmu tertidur …... jadi mungkin sekitar 30 menit?”
“30 menit ... apa itu baik-baik saja untuk menghabiskan waktumu seperti itu?”
“Eh, tidak, tidak apa-apa, kok. Karena aku bisa melihat wajah tidurmu sepanjang hari — Ah, eh, tidak ... karena ……aku ... mendengarkan musik.”
“...? Tapi kau tidak memakai headphone, kan?”
“Ugh ... A-aku benar-benar pakai! Kamu terlalu mengantuk untuk mengatakannya, itu saja! ”
“Tidak, aku cukup yakin kau tidak memakainya. Tidak ada orang di sini, jadi kita bisa memeriksanya dengan sihir— ”
“Ah-Ahh! Senpai, lupakan itu! Hari ini, mereka menjual produk baru di starbucks terdekat !! ”
“Starbucks ... produk baru ...”
Jika aku tidak salah ingat, dia membicarakan tentang toko yang menjual produk dengan nama cukup panjang untuk menjadi mantra sihir. Kami hanya pergi ke sana sekali, tapi rasanya sangat menyenangkan. Jika aku ingat dengan benar, kami akan segera kembali ke sana.
“Begitu ya ... kalau begitu kita harus cepat-cepat.”
“Ya, ayo pergi, ayo pergi.”
“Tapi, tentang headphone—“
“Bisakah kamu membiarkan masalah itu untuk saat ini ?! ... Ahh, oke, aku mengerti ... aku berbohong. Aku sama sekali tidak mendengarkan musik. ”
“Benarkah…? Tapi, kenapa kau berbohong tentang itu ... “
“Ahhh, aku mengerti ... Aku harus mengatakan yang sebenarnya padamu, ‘kan ..”
“Yang sebenarnya? Apa ada sesuatu yang lain?”
“... Hhmmm, aku sebenarnya menikmati wajah tidurmu, menyeringai sendiri sepanjang hari! Wajah tidurmu benar-benar imut!”
“…?!”
“Dan, aku juga mengambil foto! Mau lihat?”
“Hapus itu, tolong ...!”
“Tidak, ngga mau. Aku akan mencetaknya di toko terdekat, lalu di kasih bingkai, dan menyimpannya di rumahku selamanya. Selain itu, aku akan mengaturnya sebagai layar kunci di smartphoneku ~ ”
“—?! —?!”
“Pfft, reaksi macam apa itu ~ aku bercanda, kok ~ aku tidak akan melakukan sesuatu yang kamu benci ~”
“A-Ah ... hanya bercanda ... syukurlah.”
“Yah, meski aku masih akan melakukannya sih~”
“…?!”
“Aha, ahahaha! Senpai, wajahmu ...! Tolong, tetap seperti itu, aku ingin memfotonya ~ ”
“K-Koori ... berhenti ...”
“Tidak mau ~! Wajahmu terlalu bagus untuk dilewatkan! ”
—Seperti ini, dia terus tertawa bahkan saat kami tiba di pintu masuk gedung sekolah. Koori akan tertawa, terus tertawa, menjadi tersipu, dan kadang-kadang marah padaku. Melihat ekspresi Koori yang selalu berubah, aku merasa senang, terkejut, tidak bisa mendapatkan cukup. Ini adalah kenyataan bahagia yang aku perjuangkan dengan keras. Menghabiskan waktu dengan Koori seperti ini. Berharap bahwa saat ini akan berlanjut selamanya.
“Senpai, apa yang harus kita lakukan besok ~?”


close

3 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Thanks min terjemahan novel nya.
    Mau komen, tapi bingung mau nulis apa 😁
    Habis baca tenshi yg adem ayem terus baca ini yg temponya cepet emang butuh adaptasi.
    Saran aja min kalo ganti pov dikasih keterangan biar enak :v
    Btw, Koori kawaiii~
    Semangat min, ditunggu lanjutannya.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama