u
Sudut Pandang si Senpai u
Festival budaya dan
bersih-bersih pasca acara sudah selesai.
Setelah ini, acara
yang tersisa untuk semester ini hanyalah ujian akhir.
Kehidupan sekolahku
yang biasa dimulai lagi hari ini.
Dan juga, waktu pagi
menunggu kereta sambil berbicara dengan Kouhai-chan pun ikut kembali.
“Selamat pagi ~”
“Ya, pagi.”
Meski ini mungkin
tidak sopan bagi beberapa orang, aku menyapanya kembali dengan kedua tangan yang
dimasukkan ke kantong mantel. Lagipula suhunya dingin. Karena bulan
Desember hampir tiba, dan aku bahkan bisa menyebut musim ini sebagai
"musim dingin" sekarang.
“Aku mengantuk.”
“Ini masih hari
Selasa, tahu?”
Tapi aku
mengantuk. Jadi mau bagaimana lagi.
Lagian, ketika aku
berpikir tentang bagaimana aku akan mengikuti pelajaran mulai sekarang, aku
merasa lebih jadi malas.
Ahh, ada juga
beberapa hal penting yang perlu aku persiapkan sebelum ujian, tapi selain itu,
semuanya hanya belajar, belajar, dan belajar. Ya.
“Selasa, ya.”
“Chu-lasa, eh ~” (TN : Oke, mimin ngga bisa nemu terjemahan cocok buat
plesetan kata ini, di inggrisnya “Tuesday” yang artinya selasa, tapi
Kouhai-chan malah menggantinya dengan kata “chuesday” yang mana kata “chu” bisa diartikan menjadi ciuman.CMIIW)
Nn?
“Hari Chu-lasa, Senpai!”
Kouhai-chan
menjulurkan bibirnya, mengucapkan plesetan kata yang bodoh.
Suara kereta yang
tiba di stasiun sangat berisik, tapi aku masih bisa mendengarnya dengan keras
dan jelas.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Aku kebingungan apa
yang mau kau katakan, tapi malah ...”
Senpai menghela nafas
saat kami naik kereta.
Kami lalu menempati
posisi kami yang biasa.
“Tapi, aku tidak
mengatakan sesuatu yang salah!”
“Yah, kau memang tidak
mengatakan sesuatu yang salah sih, tapi ...”
Aku tidak berencana
untuk mengucapkan kata-kata itu juga.
Itu karena Senpai
berkata Selasa, jadi kata pelesetan itu mendadak muncul di pikiranku.
“Senpai, Kamu belum
pernah mencium siapa pun sebelumnya, ‘kan?”
Aku ingat bahwa kami
sudah pernah membahas ini sebelumnya.
Sepertinya itu terjadi
saat Ia belum mengenakan kardigan.
“Tidak, terus?”
Senpai merajuk.
“Bagaimana denganmu,
Kouhai-chan? Apa kau pernah mencium seseorang sebelumnya?”
“Entahlah..”
“Oi, jangan jawab aku
seperti itu setelah menanyakan pertanyaan itu kepadaku juga.”
“Fufu. Lalu Senpai,
bagaimana menurutmu?”
Hmmm, Senpai mulai berpikir.
“Nah, ayo kesampingkan
itu dulu. Inilah 『pertanyaan hari ini』. “
“Hah? Bagaimana
dengan jawabannya?”
“Jawabannya ada di
dalam hati Senpai.”
Tetapi jika kamu
menggunakan 「pertanyaan hari ini」 untuk masalah ini, aku
akan memberitahumu, Senpai.
“Senpai, apa kamu mau
menciumku?”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku harus menjawab jujur
pertanyaan yang diajukan sebagai 「pertanyaan hari ini」. Itulah aturan
yang diputuskan Kouhai-chan dan diriku. Aku tidak terlalu ingat rinciannya
saat kami memutuskan ini.
Lalu, muncul
pertanyaan ini.
Ini merepotkan.
Uhmm ...
“Entahlah…”
“Tolong jawab aku
dengan cepat.”
Ketika aku melihat
Kouhai-chan, dia mengalihkan pandangannya sedikit dariku, dan pipinya juga
memerah karena malu.
“Oh? Apa kau merasa
malu?”
“Tidak kok.”
Dia pasti merasa malu,
eh.
“Senpai?”
“Nn, yah. Bukannya
aku tidak mau, mungkin.”
“Lalu, apa kamu mau melakukannya?”
Tunggu tunggu.
“Kau seharusnya tidak mengatakan
itu dengan santai.”
Aku menghentikan
Kouhai-chan yang menutup jarak kami dengan mengambil satu langkah lebih dekat
ke tempatku.
Akan berakibat buruk
jika kita melakukan hal seperti itu di kereta, oke?
“Aku sudah pernah
bilang sebelumnya, aku tidak tertarik mencium seseorang yang tidak punya
hubungan denganku.”
“Lalu, itu artinya
kamu tidak mau menciumku, ‘kan?”
“Mungkin.”
“Lalu, aku ... tidak
ada. Seperti yang kuduga, lupakan saja.”
Aku membayangkan
kelanjutan pembicaraan Kouhai-chan, dan kami berdua terdiam beberapa saat.
Suara laju kereta
mencapai telingaku, dan membuatku mengingat apa yang baru saja kita bicarakan.
“Lalu, aku juga akan
menanyakan『 pertanyaan hari ini 』.”
“Iya.”
Lagipula, percakapan
kami dimulai dari 『satu pertanyaan』 ini.
“Kouhai-chan, pada
akhirnya, apa kau pernah mencium seseorang sebelumnya?”
“Ah, tidak.”
Kouhai-chan menjawabku
dengan respon yang sangat tenang dan praktis.
Jadi dia belum pernah
melakukannya, ya. Aku pikir dia pernah melakukannya setidaknya sekali.
“Apa kau pernah
berpikir kalau kau ingin mencium seseorang?”
“Siapa tahu?”
Kouhai-chan tersenyum
ketika berkata, “Bukankah ini sudah pertanyaan kedua?”
“Dasar jahat.”
“Memang.”
“Apa kau tidak memberi
layanan bonus di sana?”
“Sayangnya, itu tidak
mungkin.”
“Ayolah, apa aku tidak
bisa menggunakan simpanan pertanyaan
yang gagal aku tanyakan?”
“Kita sudah memutuskan
kalau itu tidak sah, ‘kan?”
Uh huh. Aku
ingat.
“Kalau begitu, lupakan
saja.”
“Ya ampun, apa benar tidak
apa-apa?”
“Sangat penting untuk
mengetahui kapan harus menyerah.”
“Yah, aku bisa memberikan
layanan bonus untuk Senpai semacam ini ~”
Dia memegang seragamku. Tidak,
mungkin lebih lebih tepatnya dia meraihnya.
“Hei, ciuman yuk?” (TN : Kouhai-chan membuat plesetan, 熱中症 (Necchushou/Serangan
panas) yang kedengarannya sangat mirip ねえ、ちゅうしよう?(Nee, chuu shiyou /
Hey, ciuman yuk?). )
Kouhai-chan
mengatakan itu, saat dia mendekatiku dengan mata menengadah.
Aku merasa seperti
akan runtuh sejenak. Benar-benar hanya sesaat. Itu berbahaya.
Karena aku punya
perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku melihatnya langsung,
aku menjawab sambil mengalihkan pandanganku darinya.
“Sekarang ‘kan musim
dingin.”
Rasanya bohong jika aku
bilang kalau aku saat ini tidak berkeringat.
Sebaliknya, aku takkan
terkena sengatan panas saat berkeringat. Aku tidak tahu mengapa aku jadi gugup
begini, tapi aku tidak perlu khawatir tentang demam karena aku berkeringat
untuk saat ini.
“Ehh. Senpai, Kamu
memahaminya dengan baik, eh.”
Kouhai-chan berdeham
dan kembali ke posisi semula.
“Yah, aku memang
mengharapkannya.”
Dan juga.
Rasanya lucu juga
untuk Kouhai-chan karena tidak menggunakan ucapan formal. Karena dia
selalu berbicara dengan gaya itu.
“Hey, Senpai.”
“Nn?”
Ketika kami hampir
mencapai stasiun terdekat sekolah, dia menghadapkan mukanya ke arahku lagi.
“Tentang pertanyaan
apa aku pernah berpikir mau mencium seseorang ...”
Tampaknya, dia akan
menjawab pertanyaan kedua sebagai layanan bonus.
Kouhai-chan bertemu
tatapanku, dan menjulurkan lidahnya.
“Pasti lebih menyenangkan
menggoda Senpai seperti ini.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (73)
Lebih seru buat menggodanya ketimbang menciumnya.