Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 73


u Sudut Pandang si Senpai u   
Festival budaya dan bersih-bersih pasca acara sudah selesai.
Setelah ini, acara yang tersisa untuk semester ini hanyalah ujian akhir.
Kehidupan sekolahku yang biasa dimulai lagi hari ini.
Dan juga, waktu pagi menunggu kereta sambil berbicara dengan Kouhai-chan pun ikut kembali.
Selamat pagi ~
Ya, pagi.
Meski ini mungkin tidak sopan bagi beberapa orang, aku menyapanya kembali dengan kedua tangan yang dimasukkan ke kantong mantel. Lagipula suhunya dingin. Karena bulan Desember hampir tiba, dan aku bahkan bisa menyebut musim ini sebagai "musim dingin" sekarang.
“Aku mengantuk.”
Ini masih hari Selasa, tahu?
Tapi aku mengantuk. Jadi mau bagaimana lagi.
Lagian, ketika aku berpikir tentang bagaimana aku akan mengikuti pelajaran mulai sekarang, aku merasa lebih jadi malas.
Ahh, ada juga beberapa hal penting yang perlu aku persiapkan sebelum ujian, tapi selain itu, semuanya hanya belajar, belajar, dan belajar. Ya.
Selasa, ya.
Chu-lasa, eh ~(TN : Oke, mimin ngga bisa nemu terjemahan cocok buat plesetan kata ini, di inggrisnya “Tuesday” yang artinya selasa, tapi Kouhai-chan malah menggantinya dengan kata “chuesday” yang mana kata “chu”  bisa diartikan menjadi ciuman.CMIIW)
Nn?
Hari Chu-lasa, Senpai!
Kouhai-chan menjulurkan bibirnya, mengucapkan plesetan kata yang bodoh.
Suara kereta yang tiba di stasiun sangat berisik, tapi aku masih bisa mendengarnya dengan keras dan jelas.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Aku kebingungan apa yang mau kau katakan, tapi malah ...
Senpai menghela nafas saat kami naik kereta.
Kami lalu menempati posisi kami yang biasa.
Tapi, aku tidak mengatakan sesuatu yang salah!
Yah, kau memang tidak mengatakan sesuatu yang salah sih, tapi ...
Aku tidak berencana untuk mengucapkan kata-kata itu juga.
Itu karena Senpai berkata Selasa, jadi kata pelesetan itu mendadak muncul di pikiranku.
Senpai, Kamu belum pernah mencium siapa pun sebelumnya, ‘kan?
Aku ingat bahwa kami sudah pernah membahas ini sebelumnya.
Sepertinya itu terjadi saat Ia belum mengenakan kardigan.
Tidak, terus?
Senpai merajuk.
Bagaimana denganmu, Kouhai-chan? Apa kau pernah mencium seseorang sebelumnya?”
“Entahlah..”
Oi, jangan jawab aku seperti itu setelah menanyakan pertanyaan itu kepadaku juga.
Fufu. Lalu Senpai, bagaimana menurutmu?”
Hmmm, Senpai mulai berpikir.
Nah, ayo kesampingkan itu dulu. Inilah pertanyaan hari ini.
“Hah? Bagaimana dengan jawabannya?”
Jawabannya ada di dalam hati Senpai.
Tetapi jika kamu menggunakan pertanyaan hari ini untuk masalah ini, aku akan memberitahumu, Senpai.
Senpai, apa kamu mau menciumku?

u Sudut Pandang si Senpai u   
Aku harus menjawab jujur pertanyaan yang diajukan sebagai pertanyaan hari ini. Itulah aturan yang diputuskan Kouhai-chan dan diriku. Aku tidak terlalu ingat rinciannya saat kami memutuskan ini.
Lalu, muncul pertanyaan ini.
Ini merepotkan.
Uhmm ...
“Entahlah…”
Tolong jawab aku dengan cepat.
Ketika aku melihat Kouhai-chan, dia mengalihkan pandangannya sedikit dariku, dan pipinya juga memerah karena malu.
Oh? Apa kau merasa malu?”
Tidak kok.
Dia pasti merasa malu, eh.
Senpai?
Nn, yah. Bukannya aku tidak mau, mungkin.”
Lalu, apa kamu mau melakukannya?
Tunggu tunggu.
Kau seharusnya tidak mengatakan itu dengan santai.
Aku menghentikan Kouhai-chan yang menutup jarak kami dengan mengambil satu langkah lebih dekat ke tempatku.
Akan berakibat buruk jika kita melakukan hal seperti itu di kereta, oke?
Aku sudah pernah bilang sebelumnya, aku tidak tertarik mencium seseorang yang tidak punya hubungan denganku.
Lalu, itu artinya kamu tidak mau menciumku, ‘kan?
“Mungkin.”
Lalu, aku ... tidak ada. Seperti yang kuduga, lupakan saja.”
Aku membayangkan kelanjutan pembicaraan Kouhai-chan, dan kami berdua terdiam beberapa saat.
Suara laju kereta mencapai telingaku, dan membuatku mengingat apa yang baru saja kita bicarakan.
Lalu, aku juga akan menanyakan pertanyaan hari ini .
“Iya.”
Lagipula, percakapan kami dimulai dari satu pertanyaan ini.
Kouhai-chan, pada akhirnya, apa kau pernah mencium seseorang sebelumnya?
Ah, tidak.
Kouhai-chan menjawabku dengan respon yang sangat tenang dan praktis.
Jadi dia belum pernah melakukannya, ya. Aku pikir dia pernah melakukannya setidaknya sekali.
Apa kau pernah berpikir kalau kau ingin mencium seseorang?
“Siapa tahu?”
Kouhai-chan tersenyum ketika berkata, “Bukankah ini sudah pertanyaan kedua?”
Dasar jahat.
“Memang.”
Apa kau tidak memberi layanan bonus di sana?
Sayangnya, itu tidak mungkin.
Ayolah, apa aku tidak  bisa menggunakan simpanan pertanyaan yang gagal aku tanyakan?
Kita sudah memutuskan kalau itu tidak sah, ‘kan?
Uh huh. Aku ingat.
Kalau begitu, lupakan saja.
Ya ampun, apa benar tidak apa-apa?
Sangat penting untuk mengetahui kapan harus menyerah.
Yah, aku bisa memberikan layanan bonus untuk Senpai semacam ini ~
Dia memegang seragamku. Tidak, mungkin lebih lebih tepatnya dia meraihnya.
Hei, ciuman yuk? (TN : Kouhai-chan membuat plesetan, 熱中症 (Necchushou/Serangan panas) yang kedengarannya sangat mirip ねえ、ちゅうしよう?(Nee, chuu shiyou / Hey, ciuman yuk?). )
Kouhai-chan mengatakan itu, saat dia mendekatiku dengan mata menengadah.
Aku merasa seperti akan runtuh sejenak. Benar-benar hanya sesaat. Itu berbahaya.
Karena aku punya perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku melihatnya langsung, aku menjawab sambil mengalihkan pandanganku darinya.
Sekarang ‘kan musim dingin.
Rasanya bohong jika aku bilang kalau aku saat ini tidak berkeringat.
Sebaliknya, aku takkan terkena sengatan panas saat berkeringat. Aku tidak tahu mengapa aku jadi gugup begini, tapi aku tidak perlu khawatir tentang demam karena aku berkeringat untuk saat ini.
“Ehh. Senpai, Kamu memahaminya dengan baik, eh.”
Kouhai-chan berdeham dan kembali ke posisi semula.
Yah, aku memang mengharapkannya.
Dan juga.
Rasanya lucu juga untuk Kouhai-chan karena tidak menggunakan ucapan formal. Karena dia selalu berbicara dengan gaya itu.
Hey, Senpai.
Nn?
Ketika kami hampir mencapai stasiun terdekat sekolah, dia menghadapkan mukanya ke arahku lagi.
Tentang pertanyaan apa aku pernah berpikir mau mencium seseorang ...
Tampaknya, dia akan menjawab pertanyaan kedua sebagai layanan bonus.
Kouhai-chan bertemu tatapanku, dan menjulurkan lidahnya.
Pasti lebih menyenangkan menggoda Senpai seperti ini.




Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (73)
Lebih seru buat menggodanya ketimbang menciumnya.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama