Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 72


u Sudut Pandang si Senpai u   
Setelah acara festival budaya selesai, satu malam pun berlalu.
Meski aku bilang festival sudah selesai, bukan berarti kita akan mengadakan pesta penutupan atau semacamnya. Itu berlaku untuk OSIS dan juga klub seni.
Nah, jadi, setelah aku berkeliling menikmati festival bersama Kouhai-chan kemarin, kami langsung pulang. Jarang-jarang kami bisa pulang bersama, jadi rasanya cukup segar.
Sepertinya dia harus bekerja hari ini untuk menebus istirahatnya kemarin.
Yah, sekolahnya sendiri diliburkan. Namun, masih ada Hari Pembersihan Festival Budaya pada jadwal hari ini. Kami harus mencopot semua dekorasi di ruang kelas dan mengembalikannya ke keadaan normal, mengatur meja dan kursi di semua tempat dan meluruskannya seperti semula.
Pekerjaan OSIS dimulai pada jam 11, kebanyakan cuma tugas sederhana. Lagi pula, kami bahkan bisa menyelesaikan ini tepat setelah festival budaya selesai. Aku menggotong meja dengan pemikiran seperti itu.
Ketua, itu akan menjadi yang terakhir.
Benar. Ruang kelas kembali ke bentuk aslinya dalam waktu kurang dari satu jam, dan aku hanya perlu meletakkan meja yang aku gotong ke lokasi yang tepat, dan semuanya pun selesai.
Ngomong-ngomong, barang yang tidak terjual dikemas dalam kotak kardus dan disimpan ke gudang. Aku penasaran apakah mereka akan menjualnya lagi tahun depan jika ada cukup ruang? Bazaar OSIS pasti praktis sekali.
“Oke.”
Baiklah, semuanya, bersih-bersih festival budaya kita akan berakhir dengan ini. Kalian boleh pulang sekarang. Terima kasih atas kerja kerasnya.”
Sebagian besar anggota OSIS memberikan tanggapan yang teledor dan keluar dari ruang kelas. Aku mengikuti arus.
Hmm, apa yang harus aku lakukan sekarang? Karena aku datang ke sekolah hanya untuk agenda ini, aku merasa sedikit sedih.
Setelah berpikir sebentar, aku memutuskan untuk pergi ke klub seni. Bukannya aku punya niat lain.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Bahkan setelah festival sekolah selesai, klub seni masih ada kegiatan lain yang dimulai pukul 10 pagi. Waktu kita tidak samaan lagi.
Kami menurunkan dekorasi, melepas gambar yang tergantung di dinding, dan mengatur meja dan kursi di kelas hari ini. Sederhananya, kami harus mengembalikannya menjadi seperti semula.
“Yoneyama-san.”
“Iya?”
Senpai dari klub seni memberi isyarat kepadaku.
Ia melihat ilustrasi ikan buntal yang bersandar di dinding.
Mengenai gambar ini, apa kau ingin menginventariskan ke klub seni, atau mau kau bawa pulang? Itu terserah pilihan Yoneyama-san.”
Ah, itu?
Kupikir itu hanya akan dibuang. 
Kau tidak harus memutuskannya sekarang, cukup luangkan waktu di rumah. Tapi bisakah kau nanti memberitahuku apa yang akan kau lakukan dengannya?”
“Oh aku mengerti.”
Meski aku menjawab begitu, ilustrasinya cukup tebal dan berat, karena panelnya dibuat bagus.
Sata aku berpikir bahwa membawanya pulang sendirian akan sulit, pintu kelas terbuka.
“Selamat sore. Apa Yoneyama ...”
Senpai!
Senpai yang memiliki wajah cemberut seperti biasa berdiri di sana, mengintip ke dalam.
Senpai, ada apa?
Yah, aku bebas ― Maksudku, aku menjadi bebas. Semuanya, terima kasih telah menjaga kouhai-ku.”
Semua orang di klub seni tampak sangat terkejut.
Hanya ada satu orang yang menjawab dengan "Tidak masalah", Idezuka-senpai.
Aku benar-benar ingin tahu hubungan seperti apa yang kalian berdua miliki ~
Idezuka-senpai menyeringai pada Senpai, membuatnya gelisah dengan nada yang biasanya aku gunakan.
Tidak ada. Dia cuma kouhai-ku.”
“Sudahlah, jujur saja.
Astaga kau ini, ucap Idezuka-senpai semabri menghela nafas, saat dia memalingkan wajahnya ke arahku.
Nn, kalau begitu, Yoneyama-chan. Kau boleh pulang sekarang. Lagipula pekerjaan itu sudah selesai.”
Ia bahkan mengedipkan matanya padaku dengan sembrono. Aku penasaran apa yang Ia katakan kepada senpai sebelumnya?
Baiklah, mari kita terima saja tawarannya.
“Boleh? Terima kasih banyak!”
Oi kamu, tunggu.
Aku takkan menunggu Sebaliknya, ada sesuatu yang harus Senpai bawa.
Kalau begitu, Senpai, bisakah kamu membawakan ini untukku?
Aku menyerahkan tas plastik besar kepadanya.
“Apa ini?”
Ilustrasiku.
Mana sudi, kau harus membawanya sendiri.
Itu berat.
Ini adalah sesuatu yang kau buat sendiri, ‘kan? Berikan sedikit cinta.”
Nn.
“Aku mengerti. Aku akan membawa setengahnya.”
“Setengah?”
“Seperti ini.”
Senpai dan aku berjalan berdampingan, kami berdua membawa setiap sisi masing-masing.
Sebenarnya, ini tidak terlalu berat. Aku ingin tahu apa artinya melakukan ini?
Kita takkan bisa melewati pintu.
Lalu, Senpai, tolong bawa saat sudah melewati pintu.
Oi, kaulah yang harus membawanya, tahu!
Kami memutuskan untuk meninggalkan ruang kelas untuk saat ini, karena kami cuma berdebat melulu.

u Sudut Pandang si Senpai u   
Kami berjalan di sepanjang lorong sambil memegang kantong plastik dengan panel seperti perisai. Tidak ada orang lain, jadi seharusnya ini aman, bukan? Tapi aku takut tidak sengaja menabrak sesuatu.
Omong-omong, hampir waktunya untuk makan siang.
Kouhai-chan, apa kau sudah makan siang?
“Belum.”
Kau tidak membawa bekal?
Tidak, karena aku tidak tahu kapan bersih-bersihnya akan selesai.
Bagaimana kalau makan di suatu tempat?
“Ayo?”
Aku mengundangnya tanpa sadar, tapi aku jarang melakukan ini sebelumnya.
Kami memasuki sebuah restoran keluarga dan akhirnya menaruh gambar berat.
Senpai, ini adalah pertanyaan hari ini dariku.
Kouhan mulai berbicara ketika aku meneguk minuman dinginku.
“Apa?”
Senpai, apa kamu mau gambarku?
Aku tidak terlalu melihatnya pas dua hari yang lalu, jadi tentu saja aku ingin melihatnya lagi.
“Apa maksudmu?”
Aku akan memberikannya kepada senpai.
Hmmm…
Tapi tentu saja, aku akan memberikannya jika Senpai memberitahuku kalau kamu menginginkannya ♪
Aku tidak punya hobi menempel poster anime di depan mejaku. Tapi karena itu gambar biasa, kurasa aku bisa memajangnya di kamarku.
Kalau begitu, aku menginginkannya.
Lalu, aku akan memberikannya padamu.
Pada akhirnya, setelah meninggalkan restoran keluarga, aku membawa lukisan itu pulang.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Di dalam kereta perjalanan pulang, Senpai menengok ke arahku.
Hei, apa aku boleh mengajukan pertanyaan hari ini sekarang?
“Tentu.”
Kenapa kau memberikan gambar ini kepadaku?
Dia mengangkat tas besar itu dan bertanya padaku.
Tentu saja, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku memberinya demi hal itu. Apa yang keluar dari mulutku hanyalah kata-kata ini.
Aku ingin Senpai melihatnya lebih dekat.




Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (72)
Ia mau menerima gambarku.


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama