Omae wo Onii-chan Vol.3 Chapter 07 Bahasa Indonesia


Minggu, 12 Mei - Bubar. Berpencar. Akhir yang Mengerikan.

Saat aku membuka mata, aku sendirian di tempat tidur besar.
Tanda-tanda orang lain menghilang dari ruangan ini. Itu bukan hanya tempat tidur. Ruangan 701 itu sendiri juga terlalu luas untuk diriku.
Sekarang waktunya masih 07:30 pagi, tapi semuanya pasti sudah selesai bersiap-siap dan meninggalkan apartemen. Mall buka sekitar pukul sepuluh pagi, ‘kan.
Samar-samar berpikir tentang hal begitu, aku mencuci wajahku dan menggosok gigi di kamar mandi, lalu menuju ke dapur.
Sarapan untuk satu orang sudah disiapkan. Di atas meja, ada sebuah catatan pada kertas bermotif jamur.
'Panggang beberapa roti, hangatkan sup dan silahkan dimakan. Sayuri.'
Seperti yang dikatakan, aku menggoreng roti di pemanggang, menghangatkan sup, kemudian memakannya bersama dengan salad dan omelet Spanyol.
Di belakang dapur ada kotak makan siang. Di sana juga, ada catatan yang menempel.
'Pastikan makan siang dengan benar. Sayuri.'
Meskipun aku baru saja selesai makan sarapan, aku merasa penasaran dengan menu apa untuk makan siang ini.
Aku membuka tutup kotak untuk melihat isinya. Ada telur goreng dan sosis yang berbentuk gurita. Dimasak dan digulung talas, serta bayam rebus untuk lauk.
Jika ada masalah, itu karena ada simbol hati pink yang tergambar di atas nasi putih ... Hal ini disertai dengan pesan "LOVE Sayuri" yang ditulis dengan nori.
Memangnya ini kotak makan siang istri tercinta atau semacamnya ?! Setelah makan siang tiba, aku perlu makan semuanya tanpa menyisakan sesuatu, menghancurkan bukti (?).
Aku selalu menonton TV bersama Mika atau Selene, jadi sendirian terasa sepi.
Aku berharap paket Selene bisa datang secepat mungkin. Kemudian, aku akan mengirim pesan dan bertemu dengan seseorang. Mika dengan Yuuki dan Tomomi yang sendirian pasti baik-baik saja.
Meski aku sedikit khawatir dengan Selene, jika aku pergi dengannya, aku mungkin menghalangi jalannya untuk mandiri. Omong-omong, aku masih belum pergi berkencan dengan Sayuri. Ingin memberikan dia kencan akan terdengar arogan, dari awal, aku tidak yakin apa itu benar-benar peran seorang kakak untuk melakukan itu ...
Aku takkan mendapat apa-apa jika aku hanya berpikir tentang hal itu. Ayo kita  menunggu paket datang dengan tenang.
Usai mematikan TV, aku melamun sambil duduk di sofa.
Pada hari biasa, aku selalu bersama dengan salah satu adik, dan di akhir pekan, aku selalu bersama mereka semua.
Hari ini rasanya terlalu tenang dan kesepian. Sepertinya, berpikir kalau aku bisa tenang saat sendirian adalah sebuah kesalahan.
Mau berapa lama aku akan hidup seperti ini terus.
Karena aku memikirkan masa depan, aku jadi cemas.
Masa lalu yang aku ingat tampak terasa seperti kenangan yang menyenangkan.
Sungguh aneh. Aku diberitahu "Aku takkan menjadi adikmu" oleh mereka semua, namun ...
Memikirkan hal itu, apa aku mampu bertindak seperti Onii-chan mereka untuk minggu ini? Aku mulai mempertimbangkannya.
Selene sudah lulus dari menjadi NEET. Dan yang tersisa baginya hanyalah untuk pergi ke sekolah.
Tomomi benar-benar tenang. Lebih seperti, minggu ini akulah yang bertingkah kekanak-kanakan. Aku kapok dengan game FPS.
Benar-benar, kapan terakhir kali aku memanas sampai begini.
Kalau dipikir-pikir lagi, belakangan ini aku meminta omurice ke Sayuri, makan beberapa puding parfait dengan Yuuki ... keduanya adalah menu yang aku pilih, tapi aku masih tidak tahu bagaimana aku bisa memikirkan itu.
Mungkin ada semacam “jati diriku” yang belum kusadari, dan ia mungkin menyukai omurice dan puding …... meskipun dalam hal ini, apa-apaan dengan diriku yang sekarang! Apa aku akan berubah menjadi yang palsu.
Tapi, suatu tempat di lubuk hatiku. favoritku menjadi omurice dan puding parfait.
Saat aku mencoba mengingat itu …... gigiku mulai sedikit sakit.
Puding yang aku makan bersama Yuuki di maid kafe rasanya sangat manis sekali. Sementara aku makan entah bagaimana, aku merasa seperti nama 'whipped cream' itu seperti mimpi buruk putih.
Itu benar, bahkan itu masih belum bisa dinamakan mimpi buruk ... main rumah-rumahan dengan Mika, itu benar-benar sulit. Aku senang aku bisa menyelesaikannya lebih cepat. Aku hampir berubah menjadi bayi.
Tapi …... Aku tidak menyangka Mika yang mengelus kepalaku terasa semenyenangkan begitu.
Rasanya memalukan, tapi juga membuat hatiku nyaman ...
Ti-Tidak baik. Apa yang sedang kupikirkan. Dimanjakan oleh adikku sendiri …... Akulah Onii-chan-nya. Aku harus menguatkan diri.
Ketika aku melihat jam, sepertinya paketan masih belum datang juga.
Mending belajar.
Aku kembali ke kamarku dan mulai belajar sendiri. Mumpung suasananya tenang jadi aku pikir aku bisa berkonsentrasi, tapi itu tidak lebih cepat dari biasanya.

uuuu

Meski sore sudah menjelang, paketan Selene masih belum tiba juga. Jika begini terus nanti-nanti bisa sampai malam aku menunggunya.
Belajarku pun tidak mengalami kemajuna, tanpa ada buku yang dibaca, aku bermain dengan smartphone-ku di ruang redup dan pesan datang dari Mariko melalui STRING.
“Pada tanggal 17, Ayah dan Ibu akan mengunjungi rumah saudara, Chitose menginap di rumah temannya juga, jadi sepertinya, kita akan berduaan pada hari penting.” tulisnya.
Selanjutnya dia mengirim pesan lagi “Ah! Memang cuma ada kita berdua, tapi tidak ada maksud tersembunyi dalam perkataanku tadi!". Itu kebetulan ... ‘kan? Mariko adalah orang yang serius, jadi dia mungkin benar-benar gelisah dengan disalhpahami. Aku tidak melihat Mariko dengan pandangan seperti itu juga…...
Sial, ayo hentikan ini. Rasanya terlalu memalukan.
Dan juga, aku ingin tahu apa yang dia maksud dengan "hari penting".
17 Mei. Jumat ... ah ...
Akhir-akhir ini kepalaku dipenuhi masalah adik dan segala sesuatu tentang diriku benar-benar terabaikan dan terlupakan.
17 Mei adalah ulang tahunku, ‘kan.
Dari awal, ketika aku tinggal bersama kakek dan nenek, ulang tahunku dirayakan dengan sederhana, aku hanya bisa samar-samar mengingat kenangan merayakan hal itu.
Itu tidak terasa seperti hari yang spesial.
... jangan-jangan, Mariko ingin mencoba merayakan ulang tahunku, jadi itu alasan dia bertanya tentang semua hal favoritku ?
Dalam hal itu...
UWAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
Aku jahat.
Ketika aku menjawab kepadanya dengan permintaan maaf, dia membalas dengan "Mungkinkah kamu lupa tentang ulang tahunmu?" dengan emoticon wajah terkejut. Tapi kemudian, dia menambahkan "Sebenarnya, aku ingin membuat kejutan".
Untuk teman masa kecil yang terpisah begitu lama bisa mengingat kapan ulang tahunku, Mariko adalah gadis yang menakjubkan. Aku perlu bertanya kapan hari ulang tahunnya dan membalas kebaikannya.
Ketika aku hendak bertanya Mariko kapan ulang tahunnya.
Tiba-tiba pintu masuk menjadi berisik, tampaknya seseorang sudah pulang.
Aku membalas Mariko dengan "Aku menantikan hari Jumat nanti" dan menuju ke pintu masuk.
Untuk beberapa alasan, adik-adikku pulang ke rumah bersama-sama.
“Selamat datang kembali ... hey, bukannya kalian semua keluar secara terpisah?”
Sayuri tersenyum lebar.
“Kami pulang. Sebelumnya, kami bertemu dan berkumpul di stasiun dan pulang bersama-sama. Aku membeli bahan-bahan di supermarket, aku harus menyiapkan makan malam segera.”
Biasanya, Tomomi akan maju dan menjelaskan, tapi kali ini Sayuri bertindak seperti pemimpin. Apa Tomomi menyerah memaksakan dirinya untuk bertindak seperti putri sulung dan sekarang bergantian dengan Sayuri untuk peran seorang pemimpin?
Ketika aku mengalihkan pandanganku terhadap Tomomi, dengan tas belanja supermarket di tangannya dia mengangkat suaranya.
“Ba-Baiklah! Semuanya cuci tangan kalian. Ini hangat, jadi ini sangat penting untuk mencuci mulutmu. Pastikan tidak ada virus yang buruk memasuki tubuhmu!!”
Pandangan mata Tomomi tidak fokus, dia bertingkah aneh. Saat dia kepanikan, dari punggungnya Mika melompat keluar seperti kelinci kecil.
“Kita kembali Nii-chama! Mii-chan akan pergi mencuci mulutnya!”
Yuuki menganggkat Mika dari belakang.
“Kami sudah kembali, Nii-san. Sepertinya kamu jadi anak yang baik.”
Anak yang baik, sungguh, aku bukan anak kecil lagi. Astaga.
Yang terakhir, adalah Selene yang tampak kelelahan.
“... Aku merasa seperti mau sekarat.”
Dia tampaknya cukup lesu.
Para adik datang berbondong-bondong dari pintu masuk. Limbung seperti zombie, Selene mendekat ke arahku.
“... Onii-chan, tentang paket.”
Ekspresinya terlihat kecewa. Napasnya kasar ... apa kau benar baik-baik saja, Selene?
“Masih belum datang.”
“... sebenarnya ... ketika aku melihat lagi, pesanannya dibatalkan ... Aku minta maaf.”
“Eh ?! Be-Begitu ya.”
“... itu salah paham. Tidak ada paketan yang datang untuk hari ini.”
Bergerak seolah-olah dia dalam gerakan lambat, Selene membungkuk.
“Kau tidak perlu meminta maaf. Kesalahpahaman bisa terjadi pada siapa saja.”
“... ya. Terima kasih atas perhatiannya. Aku merasa lebih baik sekarang.”
Jadi, hari ini, nasibku untuk menunggu sepanjang hari jadi sia-sia ... Ah! Nasib masih bisa berubah jadi lebih baik mengatakan itu takdir.
Aku ditakdirkan untuk menunggu sia-sia! Eh, bukannya itu terdengar terlalu keren.
Namun, itu agak boros.
Aku seharusnya pergi bermain dengan mereka semua, harus menunggu di apartemen saja membuat suasana hatiku jadi sebal.
Sial, mengeluh pun sia-sia. Mau bagaimana lagi. Akulah yang memutuskan untuk mendengarkan permintaan Selene. Aku perlu menanggungnya sebagai Onii-chan.
Sepertinya semuanya menghabiskan hari mereka sibuk, kegembiraan adik juga kegembiraan si kakak .
Kepala Selene ini bergoyang goyah.
“Bersorak untuk pekerjaan yang bagus, Selene. Um, kamu baik-baik saja?”
“... Aku ingin bermalas-malasan di sofa, sekarang.”
Ketika Selene menuju ke ruang tamu dengan jalan sempoyongan, Tomomi memanggilnya “Heyy! Pastikan untuk mencuci tanganmu dan gigi di kamar mandi!". Selene entah bagaimana berhasil mengubah arah ke kamar mandi. Aku sedikit khawatir.
Tanpa diduga, mataku bertemu tatapan Tomomi.
“Hari ini kau pergi ke mana, Tomomi?”
“Eh? Ti-Tidak masalah aku pergi ke mana.”
Aku ringan dihindari. Bukannya dia menghindariku, tapi juga ... bahkan jika kita saudara, bukan berarti aku harus tahu semuanya ... ya.
Pokoknya, untuk saat ini aku merasa lega mereka kembali dengan selamat.
“Kumur kumur!”
Sembari membawa Maple, Mika menuju ke ruang tamu. Yuuki mengejarnya dengan gerakan lambat.
Sayuri menuju ke dapur. Aku mengambil tas belanja supermarket dari Tomomi dan membawanya ke dapur.
Bisa bersama dengan semua seperti ini adalah kebahagiaan, pikirku.

uuuu

Setelah kami selesai makan malam, kami menikmati waktu teh di ruang makan.
Aku sedang dihindari oleh Tomomi, tapi ayo kita coba Tanya sekali lagi.
“Kalian pada pergi ke mana saja hari ini?”
Pada pertanyaanku, Tomomi berdiri dari tempat duduknya.
“Lebih penting lagi, Nii-chan!”
“Meski kau berkata begitu, tapi tidak ada salahnya kau bercerita tentang apa yang terjadi, ‘kan?”
“Tidak ada yang perlu dikatakan!”
Dadanya sangat terpengaruh secara vertikal …... atau lebih tepatnya, Tomomi berbicara sambil membusungkan dadanya.
“Jika bukan Tomomi, lalu bagaimana Selene, Sayuri, Yuuki atau Mika.”
“...Aku tidak punya apa-apa.”
“Tidak ada yang khusus.”
“Dariku juga tidak ada.”
“Tidaaaak ada!”
Seolah-olah mereka sudah mengatur hal ini terlebih dahulu. Tomomi menyeringai dan kemudian membuka mulutnya lagi.
“Begitulah jadinya, jadi Nii-chan wajib menjawab pertanyaanku sekarang. Tentang Jumat depan, kamu ada waktu luang, ‘kan?”
“Pada hari Jumat, Maksudmu tanggal 17 nanti?”
“Yup! Itu benar. Pada hari itu ...”
“Oh, aku ada sesuatu yang harus dilakukan pada hari itu ...”
“Hmhmm, jadi kamu punya sesuatu untuk dilakukan. Jadi, bahkan Nii-chan punya sesuatu untuk dilakukan, ya.”
Dan ketika dia selesai mengatakan itu, saat aku pikir dia membuat ekspresi heran, Tomomi mengangkat suaranya dengan bernada tinggi.
“Se-Se-Serius?”
“Ya, serius.”
Kenyataan bahwa aku sudah punya rencana sendiri, cukup tak terduga sampai-sampai mengejutkan Tomomi.
Aku telah menghabiskan hari-hariku dengan mereka sepanjang waktu, mungkin tak bisa dihindari.
Dari  Yuuki dan Mika yang mengatakan “Menjadi akrab dengan teman-teman dari sekolah itu penting", sebelumnya, mereka telah mendorongku untuk melakukannya. Kali ini, aku menanggapi pernyataan mereka kali ini, jadi...
“ Apa tidak bisa ditunda di hari lain?”
“Hmm, itu adalah janji dari waktu yang cukup lama ...”
Aku tidak bisa menunda janjiku dengan Mariko begitu mudah. Selain itu dari Mariko, tapi juga ada fakta yang aku ingat tentang ulang tahunku.
Tiba-tiba, dari waktu yang lampau, kenangan seseorang merayakan ulang tahunku dengan cara yang sama terngiang kembali.
Aku tidak bisa mengingatnya dengan rinci, tapi bahkan aku pernah merayakan ulang tahunku sebelumnya.
Nada duara Tomomi berubah menjadi lebih kasar.
“Kapan kamu membuat janji itu?!”
“Dari sekitar dua minggu yang lalu. Aku sudah pernah menceritakan tentang dia sebelumnya, tapi, aku diajak oleh teman masa kecilku, Mariko. Apa rencanamu harus pada tanggal 17?”
Eh? Bukan hanya Tomomi,  tapi Selene, Sayuri, Yuuki dan Mika juga terlihat putus asa.
Karena tidak Sabar, Tomomi menanggapi.
“Ti-Tidak juga, kok.”
Apa, kalau begitu, tidak ada masalah ‘kan. Tomomi sedang nertingkah aneh hari ini.
“Kalau begitu, jika kau bisa mengubahnya di hari yang lain, itu akan sangat membantu.”
“It-Itu tidak baik! Tidak boleh diubah! Ayolah Nii-chan! Jika kamu tidak datang pada hari Jumat, Mika akan kesepian!”
Ketika aku melirik Mika, dia menurunkan kepalanya dengan sedih.
“Lebih baik menghargai hubungan pertemanan, adalah apa yang Mika katakan padaku ...”
Mika menunduk dan bergumam.
“Itu benar, memang Mii-chan bilang begitu, tapi ...”
Dari matanya yang besar, tiba-tiba, butiran air mata jatuh seperti permata.
Ini …... keadaan darurat.
Tomomi meringis.
“Ini tidak ada hubungannya dengan itu! Apa kata Mika ... uhh ... bukan bermaksud begitu! Tak satu pun!”
Karena emosi tak terbendung, Mika mulai menangis.
“U-uu ... Mii-chan tidak menangis! Dia tidak menangis!”
Mengapa Mika mulai menangis?
Ucapanku pasti menjadi pemicunya. Dalam hal ini, itu salahku.
Yuuki, yang duduk di samping Mika, memeluk kepalanya dengan lembut. Lalu Yuuki memalingkan wajahnya ke arahku. Daripada menyalahkan, wajahnya sarat akan ekspresi kesepian.
“Nii-san, apa tanggal 17 beneran mustahil?”
Mungkin atau tidak, Mariko duluan. Selain itu, itu perayaan ulang tahun. Meski aku tidak ingat ….... tapi dia malah mengingatnya.
Sayuri menatapku dengan antisipasi dan bertanya.
“Daripada kita, apa Onii-sama lebih memihak teman masa kecilmu?”
Itu terlalu berlebihan. Ini bukan masalah pilih salah satu satu, kedua pihak sama-sama hal yang penting bagiku ….... dan dalam kasus seperti itu, prioritas diberikan kepada orang yang pertama kali.
Dari awal, permintaan Tomomi tidak harus pada tanggal 17, ‘kan?
Maksudku, hari ini juga mereka semua pergi keluar meninggalkanku sendirian ...
Mereka tidak berniat untuk melakukannya!
Membuatku menunggu sia-sia ...
Aku kesepian, tapi apa boleh buat!
Aku benar-benar ingin mengejar mereka ...
Orang yang mengambil tugas menerima paket itu aku, ‘kan?
Aku menahan itu …... karena aku Onii-chan ... tapi ...
*psht * , sesuatu jauh di lubuk hatiku tersentak. Ketegangan, tanggung jawab dan kewajiban bercampur jadi satu, keinginan kekanak-kanakan dan menggangguku dari dalam, kata-kata yang keluar bersamaan dengan itu.
“Aku sudah bersabar hari ini untuk kalian …... jadi tidak masalah ‘kan. Biarkan aku melakukan apa yang aku inginkan sesekali ...”
Mungkin ini adalah kata-kata dari diriku yang sebenarnya yang selalu aku tahan.
Saat aku menyadariitu, kata-kata yang telah keluar dari mulutku berubah menjadi penyesalan.
Ketimbang mengatakan sesuatu yang begitu kekanak-kanakan, aku seharusnya menahan diri dan menyimpannya di dalam diriku.
Layaknya bendungan runtuh dimulai dengan lubang kecil, jika aku menyatakannya sekali …..... apa yang menanti, hanyalah suasana yang buruk.
Perasaan yang aku rasakan dari waktu yang sangat lama - kecanggungan dan penyesalan setelah aku membuat masalah untuk Kakek dan Nenek.
Ujung jariku gemetar. Rasa jijik pada diriku sendiri telah meningkat secara bertahap.
Mendengar kata-kataku, Tomomi membuka matanya lebar-lebar karena tercengang.
“Ap-Apa maksudmu dengan itu, Nii-chan! Kamu tidak perlu berbicara seperti itu juga, ‘kan? Hari ini juga, semuanya ... untuk Nii-chan ... namun ... Dasar Nii-chan idiot!”
Tidak baik. Bahkan aku sudah berusaha menahannya, bibirku bergerak sendiri.
“Siapa yang kau panggil idiot.”
“Kamu yang idiot jadi aku memanggilmu idiot! Baka, bakaaaa!”
“Memangnya kau ini bocah apa?!”
Tomomi dan aku saling melotot satu sama lain. Sepertinya tingkah bocahku menular dan menginfeksinya.
Mika bergumam .
“Jangan bertengkar.”
Apa ini yang disebut pertengkaran saudara? Tidak, salah. Aku hanya berdebat berdasarkan hak-hakku sendiri. Orang yang tidak masuk akal adalah Tomomi.
“Menahan diri sendiri sedikit, memperhatikan hasilnya. Tiba-tiba dipanggil idiot, Kau pikir darahku tidak mendidih karena itu?!”
Bahkan aku bisa marah seperti orang normal. Aku ... menahannya, supaya aku tidak berbenturan dengan seseorang.
Tomomi membuat ekspresi marah dan mengerutkan bibirnya.
“Aku memang bermaksud memprovokasi, tahu? Nii-chan marah? Aku juga marah!”
“Ke-Kenapa kau juga marah! Kau ‘kan pergi keluar dan bersenang-senang, ‘kan?”
“Aku tidak bersenang-senang! Aku punya tujuan! Bisakah kamu berhenti menyalahkanku seperti itu?”
“Me-Menyalahkan atau tidak, itulah kenyataannya! Karena kau tidak mau bilang kau pergi kemana, itu pasti sesuatu yang membuatmu merasa bersalah, bukan?”
Aku berkata keterlaluan. Biasanya, aku akan menginjak rem di sini, tapi seolah-olah jatuh menukik, kata-kataku terus semakin buruk.
Mata Tomomi penuh dengan air mata.
“Bu-Bukan itu ... Maksudku, hari ini kita sedang berbelanja untuk mempersiapkan pesta ulang tahun Nii-chan, kami pergi untuk memilih hadiah! Karena itu kejutan, jadi kami tidak bisa memberitahumu.”
“... eh.”
Hatiku yang dipenuhi amarah perlahan-lahan kembali tenang.
Sayuri membuat anggukan kecil ke arahku.
“Memang benar. Kami ingin membuat Onii-sama senang, jadi kami melakukan rencana rahasia. Tapi tak kusangka …... konflik seperti ini akan terjadi ... Supaya tidak ketahuan oleh Onii-sama hari ini, semuanya berpura-pura akan pergi secara terpisah. Setelah di luar, kita selalu bersama-sama sepanjang waktu.”
Dengan air mata di matanya, Tomomi memaksakan dirinya untuk tersenyum.
“Kami ingin mengejutkan Nii-chan ... dan itu semua menjadi mubazir.”
Bagian dalam kepalaku menjadi putih.
“Mana ... mungkin ... ‘kan? Maaf ... um ... apa yang harus aku lakukan?”
Tomomi melototiku saat aku goyah.
“Jangan tanya aku! Dari awal, kamu selalu mencurigai orang lain, bertanya karena alasan bukannya memikirkan perasaan kita ... itulah sebabnya mengapa kamu tidak pernah serius tentang sesuatu atau menyukai siapapun!”
“... Aku ... tidak menyukai siapapun?”
Sembari memeluk Mika yang bernafas sesenggukan dan masih belum tenang, Yuuki berbicara kepadaku dan Tomomi.
“Tomomi-chan, cukup berhenti sampai di situ. Ayo, Nii-san juga ... oke?”
Lalu, Sayuri berbicara dengan cepat.
“U-umm! Pendapatku sama dengan Tomomi-san! Onii-sama harus mengasihi. Uhh, mm ... itu ... uu, aku tidak bisa mengutarakannya dengan baik!”
Sepertinya dia kebingungan. Dia mungkin tidak mengharapkan situasinya akan menjadi seperti ini. Bahkan aku pun sama.
Aku ... mungkin orang yang hampa. Rentetan peristiwa membuatku memainkan peran Onii-chan. Aku mencoba untuk berperilaku seperti onii-chan ... palsu.
Karena aku hampa, aku hanya terfokus pada memenuhi peran "Onii-chan" dalam diriku.
Tapi...
“Aku juga ... aku tidak menempatkan upaya. Jadi aku bisa mencintai kalian semua. Supaya tidak dibenci. Apa itu hal yang buruk? Apakah hidup untuk tidak membuat perselisihan atau bergeskan antar orang itu salah? Karena aku melanggar segalanya akan diselesaikan dengan baik!”
Aku tidak bisa memilih salah satu dari mereka. Aku harus memperlakukan mereka semua dengan setara.
Sementara melakukan itu, aku melakukan yang terbaik yang aku bisa, namun ...
Tatapan mata Yuuki tampak sedih.
“Nii-san. Itu ... tidak baik. Jika kau menyesuaikan dirimu dengan orang lain untuk tidak membenci, bukannya kau akan berakhir dengan menyakiti mereka seperti itu?”
“Itu sebabnya aku tidak mengatakan itu. Tidak bilang kalau aku menahannya dan membuatnya begitu itu semua dilupakan. Sejauh ini sudah bekerja dengan baik!”
Sekarang aku berpikir tentang hal itu, bahkan ketika aku masuk OSIS di SMP, itu karena tidak ada orang lain yang mencalonkan diri dalam pemilihan. Itu bukan berarti aku ingin bergabung. Kebetulan saja aku membiarkan diriku untuk mengambil peran itu dan tidak ada orang lain. Itu saja. Dalam peran itu, aku mungkin terlalu melebih-lebihkan diriku yang berpikir kalau aku akhirnya menemukan sesuatu yang aku rasa menyenangkan.
Padahal kenyataannya tidak begitu sama sekali.
Tomomi menunjuk wajahku.
“Nii-chan adalah bajingan pengecut yang selalu melarikan diri.”
“Apa salahnya dengan menjadi seorang pengecut! Sampai sekarang seperti itu ... itu sudah terlambat, tapi melihat diriku yang berpikir tentang bagaimana semuanya berjalan lancar, aku mulai membenci diriku sendiri.”
Perlindungan diri. Itu sifat sejatiku ...
Tidak ada yang bisa dilakukan, tapi tetap saja, aku berpikir tentang bagaimana untuk memperbaiki hubungan.
Penyesalan.
Mengetahui kalau aku memiliki lima adik dan disuruh memilih salah satu, aku malah tidak memilih.
Aku tidak ingin dibenci oleh adik yang tidak aku pilih. Aku tidak ingin dibenci. Bahkan jika mereka mengatakan kalau mereka takkan membenciku, aku tidak mempercayai itu …….. melarikan diri untuk melindungi diriku sendiri.
Pilihan seperti itu telah ditumpuk, menyebabkan situsai sekarang. Situasi yang paling aku benci, akulah yang salah dan melarikan diri dari, semuanya dalah salahku sendiri.
Ini mungkin pertengkaran yang bisa kita berbaikan, tapi karena aku tidak pernah bertengkar dengan seseorang ... Aku tidak tahu harus bagaimana.
Selene yang diam sampai sekarang, bergumam.
“... apa itu karena penipuanku?”
“Penipuan ...?”
Aku akhirnya meminta tanggapannya.
“... paket yang aku minta pada Onii-chan untuk menerima ... umm ...”
Aku entah bagaimana mengerti apa yang ingin Selene katakan.
“Maksudmu. Supaya aku tidak pergi keluar dan secara kebetulan bertemu denganmu di kota?”
Dia mengangguk ringan.
Orang yang mengatur semua itu adalah Selene. Tapi, aku ditipu supaya aku tidak menyadari mereka yang mempersiapkan diri untuk merayakan ulang tahunku.
Dia mengatakan kebohongan sambil berpikir tentang diriku.
Tidak ada yang berniat menyakiti siapa pun.
Aku tahu. Aku tahu itu.
Namun, meski akal sehatku sudah tahu, namun emosiku tidak menanggapi. Dalam situasi ini, itu seolah-olah aku kebal. Karena aku terus menghindar. Karena aku terus melarikan diri.
Seperti ini, aku tidak cocok menjadi kakak yang melindungi adiknya. Aku sama sekali tidak cocok.
Sekali lagi, Selene mengkonfirmasi.
“... karena aku berbohong kepada Onii-chan?”
“Aku tidak mengatakan itu ... hanya saja ...”
Aku tidak lagi mempunyai keyakinan sebagai kakak mereka.
Sejenak ketika aku terdiam, Selene seolah-olah bisa menebak isi hatiku.
“... jika kamu sangat tidak menyukainya, Onii-chan ... bagaimana kalau kamu berhenti?”
Dia melanjutkan perkataannya dengan tenang.
“ ... jika seseorang memaksamu, kamu boleh untuk menolak. Kami bahkan tidak tahu kalau kami akan jadi adik seseorang, maupun saudari. Onii-chan dibesarkan sebagai anak tunggal. Kami bukanlah saudara. Hanya sekumpulan anak-anak. namun, memiliki putra sulung atau putri sulung ... jika itu sulit, kamu bisa saja berhenti itu.”
Mendengar kata-kata Selene ini, Tomomi mendongakkan matanya yang memerah.
“It-Itu benar, ya! Berhenti menjadi nii-chan! Aku akan berhenti menjadi Nee-chan juga! Semua orang bubar dan berpencar!”
Jadi kita semua bisa menjadi saudara itu mustahil, ya.
Karena awalnya, kami lebih mirip seperti orang asing.
Kami mampu untuk berpura-pura menjadi keluarga yang baik hanya karena aku bertemu dengan mereka satu per satu, dan kami berkumpul hanya pada akhir pekan. Karena kami tidak terlalu dekat satu sama lain, jadi tidak ada konflik.
Tapi ... cepat atau lambat, suatu insiden akan terjadi dan kami ditakdirkan untuk berpencar …... tidak, itu takdir. Tidak peduli seberapa banyak kita berjuang, hasilnya tidak akan berubah. Hal ini tidak dapat diubah.
Alasan Murasaki-san mengatakan “Cepatlah dan putuskan satu adik, jika tidak, kamu akan menyesal”, mungkin karena hal ini.
“Begitu ya! Baiklah! Aku akan berhenti!”
Sudah tidak tahan lagi, aku berdiri dan kemudian bersembunyi di kamar.
Betul. Aku akan berhenti. Aku tidak harus menjadi Onii-chan.
Ini sudah berakhir. Bubar.
Ini bukan karena aku ingin menjadi Onii-chan, aku muak dengan peran yang memaksaku. Aku tidak peduli lagi ... apa yang akan terjadi, biar terjadilah.



close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama