Minggu, 12 Mei - Bubar. Berpencar. Akhir yang Mengerikan.
Saat
aku membuka mata, aku sendirian di tempat tidur besar.
Tanda-tanda
orang lain menghilang dari ruangan ini. Itu bukan hanya tempat tidur. Ruangan
701 itu sendiri juga terlalu luas untuk diriku.
Sekarang
waktunya masih 07:30 pagi, tapi semuanya pasti sudah selesai bersiap-siap dan
meninggalkan apartemen. Mall buka sekitar pukul sepuluh pagi, ‘kan.
Samar-samar
berpikir tentang hal begitu, aku mencuci wajahku dan menggosok gigi di kamar
mandi, lalu menuju ke dapur.
Sarapan
untuk satu orang sudah disiapkan. Di atas meja, ada sebuah catatan pada kertas
bermotif jamur.
『 'Panggang
beberapa roti, hangatkan sup dan silahkan dimakan. Sayuri.'』
Seperti
yang dikatakan, aku menggoreng roti di pemanggang, menghangatkan sup, kemudian
memakannya bersama dengan salad dan omelet Spanyol.
Di
belakang dapur ada kotak makan siang. Di sana juga, ada catatan yang menempel.
『 'Pastikan
makan siang dengan benar. Sayuri.'』
Meskipun
aku baru saja selesai makan sarapan, aku merasa penasaran dengan menu apa untuk
makan siang ini.
Aku
membuka tutup kotak untuk melihat isinya. Ada telur goreng dan sosis yang
berbentuk gurita. Dimasak dan digulung talas, serta bayam rebus untuk lauk.
Jika
ada masalah, itu karena ada simbol hati pink yang tergambar di atas nasi putih
... Hal ini disertai dengan pesan "LOVE
Sayuri" yang ditulis dengan nori.
Memangnya
ini kotak makan siang istri tercinta atau semacamnya ?! Setelah makan siang
tiba, aku perlu makan semuanya tanpa menyisakan sesuatu, menghancurkan bukti
(?).
Aku
selalu menonton TV bersama Mika atau Selene, jadi sendirian terasa sepi.
Aku
berharap paket Selene bisa datang secepat mungkin. Kemudian, aku akan mengirim
pesan dan bertemu dengan seseorang. Mika dengan Yuuki dan Tomomi yang sendirian
pasti baik-baik saja.
Meski
aku sedikit khawatir dengan Selene, jika aku pergi dengannya, aku mungkin
menghalangi jalannya untuk mandiri. Omong-omong, aku masih belum pergi
berkencan dengan Sayuri. Ingin memberikan dia kencan akan terdengar arogan,
dari awal, aku tidak yakin apa itu benar-benar peran seorang kakak untuk
melakukan itu ...
Aku
takkan mendapat apa-apa jika aku hanya berpikir tentang hal itu. Ayo kita menunggu paket datang dengan tenang.
Usai
mematikan TV, aku melamun sambil duduk di sofa.
Pada
hari biasa, aku selalu bersama dengan salah satu adik, dan di akhir pekan, aku
selalu bersama mereka semua.
Hari
ini rasanya terlalu tenang dan kesepian. Sepertinya, berpikir kalau aku bisa
tenang saat sendirian adalah sebuah kesalahan.
Mau
berapa lama aku akan hidup seperti ini terus.
Karena
aku memikirkan masa depan, aku jadi cemas.
Masa
lalu yang aku ingat tampak terasa seperti kenangan yang menyenangkan.
Sungguh
aneh. Aku diberitahu "Aku takkan
menjadi adikmu" oleh mereka semua, namun ...
Memikirkan
hal itu, apa aku mampu bertindak seperti Onii-chan mereka untuk minggu ini? Aku
mulai mempertimbangkannya.
Selene
sudah lulus dari menjadi NEET. Dan yang tersisa baginya hanyalah untuk pergi ke
sekolah.
Tomomi
benar-benar tenang. Lebih seperti, minggu ini akulah yang bertingkah kekanak-kanakan.
Aku kapok dengan game FPS.
Benar-benar,
kapan terakhir kali aku memanas sampai begini.
Kalau
dipikir-pikir lagi, belakangan ini aku meminta omurice ke Sayuri, makan
beberapa puding parfait dengan Yuuki ... keduanya adalah menu yang aku pilih,
tapi aku masih tidak tahu bagaimana aku bisa memikirkan itu.
Mungkin
ada semacam “jati diriku” yang belum kusadari, dan ia mungkin menyukai omurice
dan puding …... meskipun dalam hal ini, apa-apaan dengan diriku yang sekarang!
Apa aku akan berubah menjadi yang palsu.
Tapi,
suatu tempat di lubuk hatiku. favoritku menjadi omurice dan puding parfait.
Saat
aku mencoba mengingat itu …... gigiku mulai sedikit sakit.
Puding
yang aku makan bersama Yuuki di maid kafe rasanya sangat manis sekali.
Sementara aku makan entah bagaimana, aku merasa seperti nama 'whipped cream' itu seperti mimpi buruk
putih.
Itu
benar, bahkan itu masih belum bisa dinamakan mimpi buruk ... main rumah-rumahan
dengan Mika, itu benar-benar sulit. Aku senang aku bisa menyelesaikannya lebih
cepat. Aku hampir berubah menjadi bayi.
Tapi
…... Aku tidak menyangka Mika yang mengelus kepalaku terasa semenyenangkan
begitu.
Rasanya
memalukan, tapi juga membuat hatiku nyaman ...
Ti-Tidak
baik. Apa yang sedang kupikirkan. Dimanjakan oleh adikku sendiri …... Akulah
Onii-chan-nya. Aku harus menguatkan diri.
Ketika
aku melihat jam, sepertinya paketan masih belum datang juga.
Mending
belajar.
Aku
kembali ke kamarku dan mulai belajar sendiri. Mumpung suasananya tenang jadi aku
pikir aku bisa berkonsentrasi, tapi itu tidak lebih cepat dari biasanya.
uuuu
Meski
sore sudah menjelang, paketan Selene masih belum tiba juga. Jika begini terus
nanti-nanti bisa sampai malam aku menunggunya.
Belajarku
pun tidak mengalami kemajuna, tanpa ada buku yang dibaca, aku bermain dengan
smartphone-ku di ruang redup dan pesan datang dari Mariko melalui STRING.
“Pada tanggal 17, Ayah dan Ibu akan
mengunjungi rumah saudara, Chitose menginap di rumah temannya juga, jadi
sepertinya, kita akan berduaan pada hari penting.” tulisnya.
Selanjutnya
dia mengirim pesan lagi “Ah! Memang cuma
ada kita berdua, tapi tidak ada maksud tersembunyi dalam perkataanku tadi!".
Itu kebetulan ... ‘kan? Mariko adalah orang yang serius, jadi dia mungkin
benar-benar gelisah dengan disalhpahami. Aku tidak melihat Mariko dengan
pandangan seperti itu juga…...
Sial,
ayo hentikan ini. Rasanya terlalu memalukan.
Dan
juga, aku ingin tahu apa yang dia maksud dengan "hari penting".
17
Mei. Jumat ... ah ...
Akhir-akhir
ini kepalaku dipenuhi masalah adik dan segala sesuatu tentang diriku benar-benar
terabaikan dan terlupakan.
17
Mei adalah ulang tahunku, ‘kan.
Dari
awal, ketika aku tinggal bersama kakek dan nenek, ulang tahunku dirayakan
dengan sederhana, aku hanya bisa samar-samar mengingat kenangan merayakan hal
itu.
Itu
tidak terasa seperti hari yang spesial.
...
jangan-jangan, Mariko ingin mencoba merayakan ulang tahunku, jadi itu alasan
dia bertanya tentang semua hal favoritku ?
Dalam
hal itu...
UWAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.
Aku
jahat.
Ketika
aku menjawab kepadanya dengan permintaan maaf, dia membalas dengan "Mungkinkah kamu lupa tentang ulang
tahunmu?" dengan emoticon wajah terkejut. Tapi kemudian, dia
menambahkan "Sebenarnya, aku ingin
membuat kejutan".
Untuk
teman masa kecil yang terpisah begitu lama bisa mengingat kapan ulang tahunku,
Mariko adalah gadis yang menakjubkan. Aku perlu bertanya kapan hari ulang tahunnya
dan membalas kebaikannya.
Ketika
aku hendak bertanya Mariko kapan ulang tahunnya.
Tiba-tiba
pintu masuk menjadi berisik, tampaknya seseorang sudah pulang.
Aku
membalas Mariko dengan "Aku
menantikan hari Jumat nanti" dan menuju ke pintu masuk.
Untuk
beberapa alasan, adik-adikku pulang ke rumah bersama-sama.
“Selamat
datang kembali ... hey, bukannya kalian semua keluar secara terpisah?”
Sayuri
tersenyum lebar.
“Kami
pulang. Sebelumnya, kami bertemu dan berkumpul di stasiun dan pulang
bersama-sama. Aku membeli bahan-bahan di supermarket, aku harus menyiapkan makan
malam segera.”
Biasanya,
Tomomi akan maju dan menjelaskan, tapi kali ini Sayuri bertindak seperti
pemimpin. Apa Tomomi menyerah memaksakan dirinya untuk bertindak seperti putri
sulung dan sekarang bergantian dengan Sayuri untuk peran seorang pemimpin?
Ketika
aku mengalihkan pandanganku terhadap Tomomi, dengan tas belanja supermarket di
tangannya dia mengangkat suaranya.
“Ba-Baiklah!
Semuanya cuci tangan kalian. Ini hangat, jadi ini sangat penting untuk mencuci
mulutmu. Pastikan tidak ada virus yang buruk memasuki tubuhmu!!”
Pandangan
mata Tomomi tidak fokus, dia bertingkah aneh. Saat dia kepanikan, dari
punggungnya Mika melompat keluar seperti kelinci kecil.
“Kita
kembali Nii-chama! Mii-chan akan pergi mencuci mulutnya!”
Yuuki
menganggkat Mika dari belakang.
“Kami
sudah kembali, Nii-san. Sepertinya kamu jadi anak yang baik.”
Anak
yang baik, sungguh, aku bukan anak kecil lagi. Astaga.
Yang
terakhir, adalah Selene yang tampak kelelahan.
“...
Aku merasa seperti mau sekarat.”
Dia
tampaknya cukup lesu.
Para
adik datang berbondong-bondong dari pintu masuk. Limbung seperti zombie, Selene
mendekat ke arahku.
“...
Onii-chan, tentang paket.”
Ekspresinya
terlihat kecewa. Napasnya kasar ... apa kau benar baik-baik saja, Selene?
“Masih
belum datang.”
“...
sebenarnya ... ketika aku melihat lagi, pesanannya dibatalkan ... Aku minta
maaf.”
“Eh
?! Be-Begitu ya.”
“...
itu salah paham. Tidak ada paketan yang datang untuk hari ini.”
Bergerak
seolah-olah dia dalam gerakan lambat, Selene membungkuk.
“Kau
tidak perlu meminta maaf. Kesalahpahaman bisa terjadi pada siapa saja.”
“...
ya. Terima kasih atas perhatiannya. Aku merasa lebih baik sekarang.”
Jadi,
hari ini, nasibku untuk menunggu sepanjang hari jadi sia-sia ... Ah! Nasib
masih bisa berubah jadi lebih baik mengatakan itu takdir.
Aku
ditakdirkan untuk menunggu sia-sia! Eh, bukannya itu terdengar terlalu keren.
Namun,
itu agak boros.
Aku
seharusnya pergi bermain dengan mereka semua, harus menunggu di apartemen saja
membuat suasana hatiku jadi sebal.
Sial,
mengeluh pun sia-sia. Mau bagaimana lagi. Akulah yang memutuskan untuk
mendengarkan permintaan Selene. Aku perlu menanggungnya sebagai Onii-chan.
Sepertinya
semuanya menghabiskan hari mereka sibuk, kegembiraan adik juga kegembiraan si
kakak .
Kepala
Selene ini bergoyang goyah.
“Bersorak
untuk pekerjaan yang bagus, Selene. Um, kamu baik-baik saja?”
“...
Aku ingin bermalas-malasan di sofa, sekarang.”
Ketika
Selene menuju ke ruang tamu dengan jalan sempoyongan, Tomomi memanggilnya “Heyy! Pastikan untuk mencuci tanganmu dan
gigi di kamar mandi!". Selene entah bagaimana berhasil mengubah arah
ke kamar mandi. Aku sedikit khawatir.
Tanpa
diduga, mataku bertemu tatapan Tomomi.
“Hari
ini kau pergi ke mana, Tomomi?”
“Eh?
Ti-Tidak masalah aku pergi ke mana.”
Aku
ringan dihindari. Bukannya dia menghindariku, tapi juga ... bahkan jika kita
saudara, bukan berarti aku harus tahu semuanya ... ya.
Pokoknya,
untuk saat ini aku merasa lega mereka kembali dengan selamat.
“Kumur
kumur!”
Sembari
membawa Maple, Mika menuju ke ruang tamu. Yuuki mengejarnya dengan gerakan
lambat.
Sayuri
menuju ke dapur. Aku mengambil tas belanja supermarket dari Tomomi dan
membawanya ke dapur.
Bisa
bersama dengan semua seperti ini adalah kebahagiaan, pikirku.
uuuu
Setelah
kami selesai makan malam, kami menikmati waktu teh di ruang makan.
Aku
sedang dihindari oleh Tomomi, tapi ayo kita coba Tanya sekali lagi.
“Kalian
pada pergi ke mana saja hari ini?”
Pada
pertanyaanku, Tomomi berdiri dari tempat duduknya.
“Lebih
penting lagi, Nii-chan!”
“Meski
kau berkata begitu, tapi tidak ada salahnya kau bercerita tentang apa yang
terjadi, ‘kan?”
“Tidak
ada yang perlu dikatakan!”
Dadanya
sangat terpengaruh secara vertikal …... atau lebih tepatnya, Tomomi berbicara
sambil membusungkan dadanya.
“Jika
bukan Tomomi, lalu bagaimana Selene, Sayuri, Yuuki atau Mika.”
“...Aku
tidak punya apa-apa.”
“Tidak
ada yang khusus.”
“Dariku
juga tidak ada.”
“Tidaaaak
ada!”
Seolah-olah
mereka sudah mengatur hal ini terlebih dahulu. Tomomi menyeringai dan kemudian
membuka mulutnya lagi.
“Begitulah
jadinya, jadi Nii-chan wajib menjawab pertanyaanku sekarang. Tentang Jumat
depan, kamu ada waktu luang, ‘kan?”
“Pada
hari Jumat, Maksudmu tanggal 17 nanti?”
“Yup!
Itu benar. Pada hari itu ...”
“Oh,
aku ada sesuatu yang harus dilakukan pada hari itu ...”
“Hmhmm,
jadi kamu punya sesuatu untuk dilakukan. Jadi, bahkan Nii-chan punya sesuatu
untuk dilakukan, ya.”
Dan
ketika dia selesai mengatakan itu, saat aku pikir dia membuat ekspresi heran,
Tomomi mengangkat suaranya dengan bernada tinggi.
“Se-Se-Serius?”
“Ya,
serius.”
Kenyataan
bahwa aku sudah punya rencana sendiri, cukup tak terduga sampai-sampai
mengejutkan Tomomi.
Aku
telah menghabiskan hari-hariku dengan mereka sepanjang waktu, mungkin tak bisa
dihindari.
Dari Yuuki dan Mika yang mengatakan “Menjadi akrab dengan teman-teman dari
sekolah itu penting", sebelumnya, mereka telah mendorongku untuk
melakukannya. Kali ini, aku menanggapi pernyataan mereka kali ini, jadi...
“
Apa tidak bisa ditunda di hari lain?”
“Hmm,
itu adalah janji dari waktu yang cukup lama ...”
Aku
tidak bisa menunda janjiku dengan Mariko begitu mudah. Selain itu dari Mariko,
tapi juga ada fakta yang aku ingat tentang ulang tahunku.
Tiba-tiba,
dari waktu yang lampau, kenangan seseorang merayakan ulang tahunku dengan cara
yang sama terngiang kembali.
Aku
tidak bisa mengingatnya dengan rinci, tapi bahkan aku pernah merayakan ulang
tahunku sebelumnya.
Nada
duara Tomomi berubah menjadi lebih kasar.
“Kapan
kamu membuat janji itu?!”
“Dari
sekitar dua minggu yang lalu. Aku sudah pernah menceritakan tentang dia
sebelumnya, tapi, aku diajak oleh teman masa kecilku, Mariko. Apa rencanamu
harus pada tanggal 17?”
Eh?
Bukan hanya Tomomi, tapi Selene, Sayuri,
Yuuki dan Mika juga terlihat putus asa.
Karena
tidak Sabar, Tomomi menanggapi.
“Ti-Tidak
juga, kok.”
Apa,
kalau begitu, tidak ada masalah ‘kan. Tomomi sedang nertingkah aneh hari ini.
“Kalau
begitu, jika kau bisa mengubahnya di hari yang lain, itu akan sangat membantu.”
“It-Itu
tidak baik! Tidak boleh diubah! Ayolah Nii-chan! Jika kamu tidak datang pada
hari Jumat, Mika akan kesepian!”
Ketika
aku melirik Mika, dia menurunkan kepalanya dengan sedih.
“Lebih
baik menghargai hubungan pertemanan, adalah apa yang Mika katakan padaku ...”
Mika
menunduk dan bergumam.
“Itu
benar, memang Mii-chan bilang begitu, tapi ...”
Dari
matanya yang besar, tiba-tiba, butiran air mata jatuh seperti permata.
Ini
…... keadaan darurat.
Tomomi
meringis.
“Ini
tidak ada hubungannya dengan itu! Apa kata Mika ... uhh ... bukan bermaksud
begitu! Tak satu pun!”
Karena
emosi tak terbendung, Mika mulai menangis.
“U-uu
... Mii-chan tidak menangis! Dia tidak menangis!”
Mengapa
Mika mulai menangis?
Ucapanku
pasti menjadi pemicunya. Dalam hal ini, itu salahku.
Yuuki,
yang duduk di samping Mika, memeluk kepalanya dengan lembut. Lalu Yuuki
memalingkan wajahnya ke arahku. Daripada menyalahkan, wajahnya sarat akan
ekspresi kesepian.
“Nii-san,
apa tanggal 17 beneran mustahil?”
Mungkin
atau tidak, Mariko duluan. Selain itu, itu perayaan ulang tahun. Meski aku
tidak ingat ….... tapi dia malah mengingatnya.
Sayuri
menatapku dengan antisipasi dan bertanya.
“Daripada
kita, apa Onii-sama lebih memihak teman masa kecilmu?”
Itu
terlalu berlebihan. Ini bukan masalah pilih salah satu satu, kedua pihak
sama-sama hal yang penting bagiku ….... dan dalam kasus seperti itu, prioritas
diberikan kepada orang yang pertama kali.
Dari
awal, permintaan Tomomi tidak harus pada tanggal 17, ‘kan?
Maksudku,
hari ini juga mereka semua pergi keluar meninggalkanku sendirian ...
Mereka
tidak berniat untuk melakukannya!
Membuatku
menunggu sia-sia ...
Aku
kesepian, tapi apa boleh buat!
Aku
benar-benar ingin mengejar mereka ...
Orang
yang mengambil tugas menerima paket itu aku, ‘kan?
Aku
menahan itu …... karena aku Onii-chan ... tapi ...
*psht * , sesuatu jauh di lubuk hatiku tersentak. Ketegangan, tanggung jawab
dan kewajiban bercampur jadi satu, keinginan kekanak-kanakan dan menggangguku
dari dalam, kata-kata yang keluar bersamaan dengan itu.
“Aku
sudah bersabar hari ini untuk kalian …... jadi tidak masalah ‘kan. Biarkan aku
melakukan apa yang aku inginkan sesekali ...”
Mungkin
ini adalah kata-kata dari diriku yang sebenarnya yang selalu aku tahan.
Saat
aku menyadariitu, kata-kata yang telah keluar dari mulutku berubah menjadi
penyesalan.
Ketimbang
mengatakan sesuatu yang begitu kekanak-kanakan, aku seharusnya menahan diri dan
menyimpannya di dalam diriku.
Layaknya
bendungan runtuh dimulai dengan lubang kecil, jika aku menyatakannya sekali
…..... apa yang menanti, hanyalah suasana yang buruk.
Perasaan
yang aku rasakan dari waktu yang sangat lama - kecanggungan dan penyesalan
setelah aku membuat masalah untuk Kakek dan Nenek.
Ujung
jariku gemetar. Rasa jijik pada diriku sendiri telah meningkat secara bertahap.
Mendengar
kata-kataku, Tomomi membuka matanya lebar-lebar karena tercengang.
“Ap-Apa
maksudmu dengan itu, Nii-chan! Kamu tidak perlu berbicara seperti itu juga,
‘kan? Hari ini juga, semuanya ... untuk Nii-chan ... namun ... Dasar Nii-chan
idiot!”
Tidak
baik. Bahkan aku sudah berusaha menahannya, bibirku bergerak sendiri.
“Siapa
yang kau panggil idiot.”
“Kamu
yang idiot jadi aku memanggilmu idiot! Baka, bakaaaa!”
“Memangnya
kau ini bocah apa?!”
Tomomi
dan aku saling melotot satu sama lain. Sepertinya tingkah bocahku menular dan
menginfeksinya.
Mika
bergumam .
“Jangan
bertengkar.”
Apa
ini yang disebut pertengkaran saudara? Tidak, salah. Aku hanya berdebat
berdasarkan hak-hakku sendiri. Orang yang tidak masuk akal adalah Tomomi.
“Menahan
diri sendiri sedikit, memperhatikan hasilnya. Tiba-tiba dipanggil idiot, Kau
pikir darahku tidak mendidih karena itu?!”
Bahkan
aku bisa marah seperti orang normal. Aku ... menahannya, supaya aku tidak
berbenturan dengan seseorang.
Tomomi
membuat ekspresi marah dan mengerutkan bibirnya.
“Aku
memang bermaksud memprovokasi, tahu? Nii-chan marah? Aku juga marah!”
“Ke-Kenapa
kau juga marah! Kau ‘kan pergi keluar dan bersenang-senang, ‘kan?”
“Aku
tidak bersenang-senang! Aku punya tujuan! Bisakah kamu berhenti menyalahkanku
seperti itu?”
“Me-Menyalahkan
atau tidak, itulah kenyataannya! Karena kau tidak mau bilang kau pergi kemana,
itu pasti sesuatu yang membuatmu merasa bersalah, bukan?”
Aku
berkata keterlaluan. Biasanya, aku akan menginjak rem di sini, tapi seolah-olah
jatuh menukik, kata-kataku terus semakin buruk.
Mata
Tomomi penuh dengan air mata.
“Bu-Bukan
itu ... Maksudku, hari ini kita sedang berbelanja untuk mempersiapkan pesta
ulang tahun Nii-chan, kami pergi untuk memilih hadiah! Karena itu kejutan, jadi
kami tidak bisa memberitahumu.”
“...
eh.”
Hatiku
yang dipenuhi amarah perlahan-lahan kembali tenang.
Sayuri
membuat anggukan kecil ke arahku.
“Memang
benar. Kami ingin membuat Onii-sama senang, jadi kami melakukan rencana
rahasia. Tapi tak kusangka …... konflik seperti ini akan terjadi ... Supaya
tidak ketahuan oleh Onii-sama hari ini, semuanya berpura-pura akan pergi secara
terpisah. Setelah di luar, kita selalu bersama-sama sepanjang waktu.”
Dengan
air mata di matanya, Tomomi memaksakan dirinya untuk tersenyum.
“Kami
ingin mengejutkan Nii-chan ... dan itu semua menjadi mubazir.”
Bagian
dalam kepalaku menjadi putih.
“Mana
... mungkin ... ‘kan? Maaf ... um ... apa yang harus aku lakukan?”
Tomomi
melototiku saat aku goyah.
“Jangan
tanya aku! Dari awal, kamu selalu mencurigai orang lain, bertanya karena alasan
bukannya memikirkan perasaan kita ... itulah sebabnya mengapa kamu tidak pernah
serius tentang sesuatu atau menyukai siapapun!”
“...
Aku ... tidak menyukai siapapun?”
Sembari
memeluk Mika yang bernafas sesenggukan dan masih belum tenang, Yuuki berbicara
kepadaku dan Tomomi.
“Tomomi-chan,
cukup berhenti sampai di situ. Ayo, Nii-san juga ... oke?”
Lalu,
Sayuri berbicara dengan cepat.
“U-umm!
Pendapatku sama dengan Tomomi-san! Onii-sama harus mengasihi. Uhh, mm ... itu
... uu, aku tidak bisa mengutarakannya dengan baik!”
Sepertinya
dia kebingungan. Dia mungkin tidak mengharapkan situasinya akan menjadi seperti
ini. Bahkan aku pun sama.
Aku
... mungkin orang yang hampa. Rentetan peristiwa membuatku memainkan peran
Onii-chan. Aku mencoba untuk berperilaku seperti onii-chan ... palsu.
Karena
aku hampa, aku hanya terfokus pada memenuhi peran "Onii-chan" dalam
diriku.
Tapi...
“Aku
juga ... aku tidak menempatkan upaya. Jadi aku bisa mencintai kalian semua.
Supaya tidak dibenci. Apa itu hal yang buruk? Apakah hidup untuk tidak membuat
perselisihan atau bergeskan antar orang itu salah? Karena aku melanggar
segalanya akan diselesaikan dengan baik!”
Aku
tidak bisa memilih salah satu dari mereka. Aku harus memperlakukan mereka semua
dengan setara.
Sementara
melakukan itu, aku melakukan yang terbaik yang aku bisa, namun ...
Tatapan
mata Yuuki tampak sedih.
“Nii-san.
Itu ... tidak baik. Jika kau menyesuaikan dirimu dengan orang lain untuk tidak
membenci, bukannya kau akan berakhir dengan menyakiti mereka seperti itu?”
“Itu
sebabnya aku tidak mengatakan itu. Tidak bilang kalau aku menahannya dan
membuatnya begitu itu semua dilupakan. Sejauh ini sudah bekerja dengan baik!”
Sekarang
aku berpikir tentang hal itu, bahkan ketika aku masuk OSIS di SMP, itu karena
tidak ada orang lain yang mencalonkan diri dalam pemilihan. Itu bukan berarti
aku ingin bergabung. Kebetulan saja aku membiarkan diriku untuk mengambil peran
itu dan tidak ada orang lain. Itu saja. Dalam peran itu, aku mungkin terlalu
melebih-lebihkan diriku yang berpikir kalau aku akhirnya menemukan sesuatu yang
aku rasa menyenangkan.
Padahal
kenyataannya tidak begitu sama sekali.
Tomomi
menunjuk wajahku.
“Nii-chan
adalah bajingan pengecut yang selalu melarikan diri.”
“Apa
salahnya dengan menjadi seorang pengecut! Sampai sekarang seperti itu ... itu
sudah terlambat, tapi melihat diriku yang berpikir tentang bagaimana semuanya
berjalan lancar, aku mulai membenci diriku sendiri.”
Perlindungan
diri. Itu sifat sejatiku ...
Tidak
ada yang bisa dilakukan, tapi tetap saja, aku berpikir tentang bagaimana untuk
memperbaiki hubungan.
Penyesalan.
Mengetahui
kalau aku memiliki lima adik dan disuruh memilih salah satu, aku malah tidak
memilih.
Aku
tidak ingin dibenci oleh adik yang tidak aku pilih. Aku tidak ingin dibenci.
Bahkan jika mereka mengatakan kalau mereka takkan membenciku, aku tidak
mempercayai itu …….. melarikan diri untuk melindungi diriku sendiri.
Pilihan
seperti itu telah ditumpuk, menyebabkan situsai sekarang. Situasi yang paling
aku benci, akulah yang salah dan melarikan diri dari, semuanya dalah salahku
sendiri.
Ini
mungkin pertengkaran yang bisa kita berbaikan, tapi karena aku tidak pernah
bertengkar dengan seseorang ... Aku tidak tahu harus bagaimana.
Selene
yang diam sampai sekarang, bergumam.
“...
apa itu karena penipuanku?”
“Penipuan
...?”
Aku
akhirnya meminta tanggapannya.
“...
paket yang aku minta pada Onii-chan untuk menerima ... umm ...”
Aku
entah bagaimana mengerti apa yang ingin Selene katakan.
“Maksudmu.
Supaya aku tidak pergi keluar dan secara kebetulan bertemu denganmu di kota?”
Dia
mengangguk ringan.
Orang
yang mengatur semua itu adalah Selene. Tapi, aku ditipu supaya aku tidak
menyadari mereka yang mempersiapkan diri untuk merayakan ulang tahunku.
Dia
mengatakan kebohongan sambil berpikir tentang diriku.
Tidak
ada yang berniat menyakiti siapa pun.
Aku
tahu. Aku tahu itu.
Namun,
meski akal sehatku sudah tahu, namun emosiku tidak menanggapi. Dalam situasi
ini, itu seolah-olah aku kebal. Karena aku terus menghindar. Karena aku terus
melarikan diri.
Seperti
ini, aku tidak cocok menjadi kakak yang melindungi adiknya. Aku sama sekali
tidak cocok.
Sekali
lagi, Selene mengkonfirmasi.
“...
karena aku berbohong kepada Onii-chan?”
“Aku
tidak mengatakan itu ... hanya saja ...”
Aku
tidak lagi mempunyai keyakinan sebagai kakak mereka.
Sejenak
ketika aku terdiam, Selene seolah-olah bisa menebak isi hatiku.
“...
jika kamu sangat tidak menyukainya, Onii-chan ... bagaimana kalau kamu
berhenti?”
Dia
melanjutkan perkataannya dengan tenang.
“
... jika seseorang memaksamu, kamu boleh untuk menolak. Kami bahkan tidak tahu
kalau kami akan jadi adik seseorang, maupun saudari. Onii-chan dibesarkan
sebagai anak tunggal. Kami bukanlah saudara. Hanya sekumpulan anak-anak. namun,
memiliki putra sulung atau putri sulung ... jika itu sulit, kamu bisa saja
berhenti itu.”
Mendengar
kata-kata Selene ini, Tomomi mendongakkan matanya yang memerah.
“It-Itu
benar, ya! Berhenti menjadi nii-chan! Aku akan berhenti menjadi Nee-chan juga!
Semua orang bubar dan berpencar!”
Jadi
kita semua bisa menjadi saudara itu mustahil, ya.
Karena
awalnya, kami lebih mirip seperti orang asing.
Kami
mampu untuk berpura-pura menjadi keluarga yang baik hanya karena aku bertemu
dengan mereka satu per satu, dan kami berkumpul hanya pada akhir pekan. Karena
kami tidak terlalu dekat satu sama lain, jadi tidak ada konflik.
Tapi
... cepat atau lambat, suatu insiden akan terjadi dan kami ditakdirkan untuk
berpencar …... tidak, itu takdir. Tidak peduli seberapa banyak kita berjuang,
hasilnya tidak akan berubah. Hal ini tidak dapat diubah.
Alasan
Murasaki-san mengatakan “Cepatlah dan
putuskan satu adik, jika tidak, kamu akan menyesal”, mungkin karena hal
ini.
“Begitu
ya! Baiklah! Aku akan berhenti!”
Sudah
tidak tahan lagi, aku berdiri dan kemudian bersembunyi di kamar.
Betul.
Aku akan berhenti. Aku tidak harus menjadi Onii-chan.
Ini
sudah berakhir. Bubar.
Ini
bukan karena aku ingin menjadi Onii-chan, aku muak dengan peran yang memaksaku.
Aku tidak peduli lagi ... apa yang akan terjadi, biar terjadilah.
Gaaaah
BalasHapus