Selasa, 14 Mei - Dampak. Menyerang. Saling memukul tanpa
pertahanan.
Aku
memikirkan sesuatu selagi kami makan bekal makan siang bersama saat istirahat
makan siang.
Mariko
tampak bahagia. Bahkan jika dia tidak mengatakan apa-apa, aku tahu dari suasana
yang dipancarkannya.
Seharusnya
aku merasa senang bersama dia juga, tapi seolah-olah aku mencoba berenang
dengan pemberat, suasana hatiku tenggelam. Itu sebabnya, seolah-olah berjuang, aku
mencoba bergembira.
Mariko
mengatakan "Kamu terlihat aneh?", merasa curiga.
Berusaha
untuk tidak menunjukkan kalau aku sedang depresi, aku memaksa tersenyum ... tapi
malah ketahuan olehnya. Dalam hal ini, aku harus bertindak depresi dari awal,
ada bagian diriku yang berpikir begitu.
Sekali
lagi, aku akhirnya merasa sungkan orang lain. Sementara aku bisa jujur dengan
adikku, Selene, aku tidak bisa melakukannya dengan Mariko. Aku sangat menyedihkan
karena tidak mampu.
Kupikir
aku tidak ingin membuatnya khawatir, tapi akhirnya aku malah membuatnya
khawatir pula, berpikir aku adalah seorang cowok merepotkan yang butuh orang
lain untuk memperhatikanku, aku tidak ingin dianggap sebagai menyebalkan dan
dibenci.
Bukan
untuk orang lain, melainkan demi diriku sendiri.
Aku
mencoba bertanya Mariko.
“Apa
kau punya seseorang yang mana kau bisa mengatakan apapun, seperti, apa yang kau
benar-benar pikirkan atau rasakan?”
Mariko
membuat ekspresi bermasalah, tapi dia masih bersedia menjawab. “Yup. Kurasa
keluarga ...”
Itu
pasti bukan sesuatu yang ada di sana dari awal, melainkan sesuatu yang
berkembang dari waktu ke waktu selama
dia tinggal bersama keluarganya, pikirku.
Sementara
aku pikir ada juga membutuhkan menahan diri dan pertimbangan dengan keluarga, aku
merasa iri pada keluarga Mariko, yang mana dia bisa mengatakan segalanya.
uuuu
Sepulang
sekolah, aku mengeaskan kehendakku dan menuju kamar apartemen Tomomi .
Bertemu
dengannya lagi setelah pertengkaran tempo hari sangatlah sulit.
2
hari kemarin juga, tampaknya Tomomi
menginginkanku untuk berbicara jujur.
Meski
setelah itu, kita bersilang pendapat dengan satu sama lain dan berpisah.
Aku
menekan bel interphone dan meletakkan tanganku di gagang pintu.
Karena
aku pernah mengalami kena prank oleh kunci rantai, aku jadi ekstra hati-hati.
Ketika
aku menarik pada gagang pintu, pintu terbuka tanpa adanya rantai yang
menghalangi.
Aku
menghela napas lega.
Pintu
terbuka, tapi Tomomi tidak menyambutku di pintu masuk.
Kakiku
melangkah dari pintu depan menuju ke ruang tamu.
Tomomi
menungguku untuk datang. Tatapannya terfokus padaku. Amarahnya bisa terlihat di
tatapannya.
Sekarang,
menghadapi dirinya yang seperti ini, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Bingung, aku berbicara seakan melarikan diri.
“Um,
ma-maaf. Tempo hari, aku tidak bertindak seperti kakak. Itu sebabnya, um ...
aku minta maaf.”
“Aku
takkan menerima permintaan maaf murahan seperti itu. Dan, aku berniat takkan
memaafkanmu.”
“Lalu,
apa yang harus aku lakukan?”
Dia
berdiri tegak sambil melipat tangannya, lalu mulutnya menyeringai. Tomomi menyatakan.
“Nii-chan.
Jika kamu ingin mengadakan pesta ulang tahun lovelove dengan Mariko-chan, Kamu harus mengalahkanku dulu!”
Jika
kau ingin terus lanjut, kau harus mengalahkanku dulu ...
“Memangnya
kau ini karakter game atau apa?”
“Pokoknya,
ayo kita bertanding, Nii-chan!”
Dia
menunjukkan jarinya dengan penuh semangat di wajahku.
“Tidak,
kau takkan bilang kita memutuskan lewat game, ‘kan?”
“Bila
lewat game, Nii-chan pasti tidak memiliki kesempatan! Itu sebabnya, kita
memutuskannya lewat berdebat. Berani membujukku atau tidak.”
“Meski
kau memberitahu ku untuk ...”
Dengan
ekspresi jengkel, Tomomi memelototiku.
“Pertarungannya
sudah dimulai. Jika kamu tidak menyerang, biar aku dulu! Jangan jadi pengecut,
Nii-chan! Mendekam di kamarmu hanya karena pertengkaran, kamu terlalu banci!”
“Aku
berpikir bahwa bila aku terus ada di sana, suasananya akan semakin berat ...
itu pertimbanganku sebagai kakak!”
“Pertimbangan?
Jangan membuat aku tertawa. Kamu tidak mengakui kalau kamu lari dari masalah dan
masih mengatakan itu sebagai pertimbangan?”
“Ya,
aku lari, aku melarikan diri! Saat itu aku tidak ingin menyakiti atau disakiti
lagi!”
“Berpikir
bahwa hubungan keluarga akan rusak hanya dengan segitu saja, dasar bocah. Tidak
dapat berdiri setelah tersandung sekali,
apa Nii-chan selemah itu?”
“Pada
waktu itu cukup fatal. Namun hari ini, kamu menambahkan penghinaan atas lukaku?”
“Jika
kamu berdiam diri dan menunggu seseorang untuk menyelamatkanmu, aku akan
menendangmu seperti ini!”
Tomomi
menunjukkan praktek beberapa ayunan tendangan rendah di tempat. Dia pasti sudah
terbiasa dengan seni bela diri, karena gerakannya tiba-tiba menjadi tajam.
“Menendang
seseorang yang sedang terjatuh, memangnya kau ini orang barbar.”
“Ini
salah Nii-chan!”
“Ya,
itu salahku. Itu salahku!”
Tiba-tiba,ekspresi
marah Tomomi menghilang dalam sekejap.
“Sudah
kubilang kalau itu buruk.”
“Se-Sekarang
apa...”
Sembari
menatapku dengan tatapan kesepian, dia melanjutkan.
“Bila
kamu membutuhkan bantuan, katakan 'bantu aku' dengan benar ...”
Dia
ingin mendengar perasaanku yang sebenarnya, karena dia sengaja mengatakan hal
yang memprovokasiku, aku merasa seperti aku mendengar perasaan dia yang
sebenarnya.
“Maaf
... tidak. Terima kasih Tomomi. Karena sudah mengkhawatirkan aku.”
“Bo-Bodoh!Siapa
yang mencemaskanmu!”
Suaranya
terdengar aneh dengan wajah yang memerah.
Lalu
dia menunjukku dan berteriak.
“Jika
kamu akan menyalahkanku karena malu, aku akan menggunakan kartu andalanku!
Jadi, pada akhirnya, teman masa kecil Mariko-chan adalah ... apanya Nii-chan?”
Apa
yang "menyalahkan karena malu”. Juga, kenapa dia bertanya tentang Mariko
sekarang.
Aku
tahu wajahku tiba-tiba menjadi panas.
“Ap-Apa
yang kau tanya, aku bertemu dengannya lagi setelah sekian lama ... hanya teman
masa kecil.”
Melanjutkan
dengan langkah maju, Tomomi mengintip ke wajahku. Dia mendekat pada jarak di
mana aku bisa merasakan napasnya.
“Beneran
hanya itu? Untuk alasan seperti itu, dia membuatkanmu bekal makan siang setiap
hari? Apakah teman masa kecil yang tidak pernah kau temui selama bertahun-tahun,
ingat ulang tahunmu dan ingin merayakannya?”
Aku
akhirnya memalingkan wajahkuu. Tomomi meraih wajahku dengan kedua tangannya dan
berbalik ke arah dia, dia berbicara dengan butiran air mata di sudut matanya.
“Itu
pasti, karena dia ... menyukai Nii-chan.”
Aku
sudah membuatnya begitu supaya aku tidak memikirkan itu. Jarak diantara kita
yang sekarang sudah nyaman, aku takut mendekatinya lebih dekat. Menjauh dari
dia ... bahkan lebih menakutkan.
“Be-Bekal
makan siang itu karena Mariko bilang dia ingin berlatih memasak, um ...
daripada disebut pacaran …... aku ini meirip kelinci percobaan! Aku ini unit pembuangan
masakan kreatif nya!”
“Houhou
... ayolah? Omong-omong Nii-chan, apa masakan favorit Mariko-chan?”
Masakannya
kebanyakan enak, tapi jika aku harus memilih satu maka itu pasti ayam goreng dan telur goreng.
Heck,
jika begini terus, aku akan sepenuhnya terseret ke tempo Tomomi.
“Kenapa
kau bertanya padaku mengenai hal seperti itu!”
“Jelas,
karena aku ingin tahu gadis seperti apa Mariko-chan!”
“Ini
tidak ada hubungannya dengan Tomomi, kan?”
“Ada. Nii-chan bilang kalau
kamu berhenti menjadi nii-chan, tapi bagiku, terlepas apa kamu berhenti atau
tidak ... Nii-chan masih menjadi Nii-chan.”
Dia mengangkat alis bermasalah dan
membuat senyum malu-malu.
“Aku tak menyangka aku akan
jatuh cinta bertepuk sebelah tangan dengan Nii-chan. Bagi saudara yang normal,
hal tersebut takkan pernah terjadi.”
Ugh ... entah bagaimana ... itu
imut. Sebaliknya, diberitahu begitu aku merasa sangat malu sampai-sampai terasa
sekarat.
“Cinta bertepuk sebelah tangan …....
apa itu berarti kau ingin aku untuk melanjutkan peran sebagai kakakmu?”
“It-It-It--Itu benar! Bahkan
tanpa mengatakan kamu dalam peran kakak, kamu akan selalu jadi kakakku.”
“Bukannya kau sendiri yang
memberitahuku untuk berhenti?”
“Memang! Jika Nii-chan tidak
mau, aku tidak akan memaksamu. Tapi bagiku, Nii-chan akan selalu, selalu,
menjadi Nii-chan. Itu sebabnya ... ini cinta bertepuk sebelah tangan. Dan
perasaanku mengatakan, aku ingin Nii-chan menjadi Nii-chan! Jadilah Nii-chan!
aku takkan mengatakan itu, tapi aku bisa merasakan seperti itu terhadap
Nii-chan, ‘kan?”
Saat wajahnya memerah sampai
telinganya, suara Tomomi bergetar. Diberitahu seperti itu, jujur saja membuatku
bermasalah.
“La-Lakukan apa pun yang kau
suka ya.”
“Memiliki cinta bertepuk
sebelah tangan adalah kebebasan setiap orang. It-Itu sebabnya, aku ingin tahu
tentang gadis seperti apa pacar Nii-chan itu! Sebagai adik, tentu saja!”
Wajahku berubah panas seperti
pemanas infra-merah.
“Sudah kubilang dia bukan
pacarku!”
“Jika kalian tidak pacaran, itu
berarti cinta yang tak terbalasnya Mariko-chan. Artinya, pada hari ulang
Nii-chan mungkin ada pola di mana Mariko-chan akan menembakmu, tahu?”
“Apa-apaan dengan perkembangan
fiktif itu.”
“Seolah-olah kamu bisa
mengatakan itu! Mendapatkan warisan besar, lima adik, ditembak oleh teman masa
kecil, dan di atas semua hadiah ulang tahunmu adalah di-ri-ku ... bukannya itu mirip
seperti eroge ?!”
Sial. Aku tidak bisa membantahnya.
“Ketika aku menjadi Taishido, berpikir
ada warisan besar dalam genggamanku, Mariko menggunakan fakta bahwa dia adalah
teman masa kecil dan bertujuan untuk itu, dan mendekatiku. Kau bisa
mempertimbangkan kemungkinan seperti itu juga, ‘kan.”
Mengatakan itu dengan mulutku sendiri,
aku merasa jadi orang yang paling jahat.
“Jadi, Mariko-chan adalah gadis
yang buruk?”
“Tadi itu hanya satu
kemungkinan. Kemungkinan yang mendekati nol
... heck, meski aku yang bilang sendiri, tapi itu hampir mustahil.”
Terbatas untuk Mariko, itu
memang mustahil.
“Jadi, Mariko-chan adalah gadis
cantik dan menyukai Nii-chan?”
“Kenapa malah berubah seperti
itu!”
“Nii-chan jadi memerah.”
“Ini ... ka-karena aku marah.
Kau memprovokasiku, bukan?”
“Tidak. Aku hanya melakukan apa
yang disebut mengkonfirmasikan hubunganmu. Jadi, Nii-chan, apa pendapatmu
tentang Mariko-chan?”
“Kau bertanya kepadaku ... dia
itu teman baik masa kecil ...”
“Jika Mariko-chan mengatakan 'jadikan aku pacarmu', apa yang akan
Nii-chan lakukan?”
“Ap-Ap-Apa yang kulakukan
terserah aku, ‘kan?”
“Tentu tidak. Jika dia menjadi
pacar Nii-chan, dengan kata lain, aku akan jadi adik iparnya, ‘kan?”
“Haa?”
“Nii-chan berhenti menjadi
nii-chan, tapi perasaanku takkan berubah!”
“Jangan bertingkah tidak masuk
akal.”
“Menjadi tidak masuk akal
adalah tak apa.”
Tomomi menanggapi dengan suara
monoton. Jangan seenaknya saja!
“Woah ... cara berbicaramu
membuatku kesal.”
“Aku memang berniat membuatmu
kesal. Ayolah, bagaimana jika Mariko-chan membungkus tubuhnya dengan pita dan
memelukmu, lalu mengatakan 'selamat ulang
tahun Yoichi-kun!', Apa yang terjadi pada Nii-chan? Menjadi riajuu? Mau
meledak? Kamu akan mati?”
Ugh ... untuk sesaat, aku membayangkan
penampilan tidak senonoh Mariko.
“Tomomi ... dari mana kau
menemukan informasi berbahaya yang seperti itu.”
“Dari Yafoo answer. Ada seorang gadis yang membuat bekal makan siang untuk
Nii-chan setiap hari, apa itu cinta? Dan topik itu berakhir dengan 1000
tanggapan.”
“HENTIKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNN!”
“Ini pakai akun anonim jadi
tidak usah khawati. Ngomong-ngomong, aku merangkum semua opini public tersebut,
tanpa diragukan lagi itu adalah cinta sejati, terima kasih ... dan sebagainya.
Seorang selebriti internet 'Undying
Cicada' menuliskan '200% yakin'.”
Bahkan Selene juga ... itu
kemungkinan seseorang yang menyamar jadi dirinya, tapi kemungkinan itu adalah
dia masih tinggi. Serangan Tomomi padaku tidak mengendur sama sekali.
“Jadi, jadi, apa yang terjadi
sebelum kamu bertemu lagi? Ceritakan tentang saat-saat Nii-chan masih
anak-anak.”
“Ke-Kenapa?”
“Bertanya tentang masa lalu
Nii-chan adalah dua kali lebih lezat. Atau mungkin kau melakuka sesuatu yang
buruk yang tidak bisa dikatakan? Misalnya saja tak sengaja menghancurkan
jendela sekolah dengan pemukul kasti atau menghancurkan keranjang basket dengan
dunk!”
“Apa-apaan dengan anak pembuat
onar itu! Mana mungkin aku melakukan itu!”
“Nah, pasti kamu punya satu
atau dua, tiga atau empat hal yang tidak bisa kamu katakan. Mungkin kamu
mengompol sampai kelas tiga SD.”
“Tidak!”
Itu sampai kelas 2 ... heck,
itu bukan waktu untuk menggali masa kelamku.
“Jika kamu ingin membungkamku, kamu
harus mengaku dengan patuh!”
Tomomi menatapku dengan serius.
Diam, Ruangan ini sangat
tenang.
Setelah sesaat kemudian, aku
berdehem dan menjawab.
“Baik. Ini mungkin memakan
waktu lama jadi ayo kita duduk.”
Saat aku duduk di sofa, Tomomi
membawa dua botol cola dari kulkas di dapur.
Aku menerima satu dan mulai
berbicara tentang kenanganku bersama Mariko.
Meski, tidak ada hal yang istimewa
untuk diceritakan.
Pada saat itu Mariko jauh lebih
tinggi dariku, seperti Onee-chan ... cerita semacam itu.
Dari awal, Mariko punya adik
perempuan yang bernama Chitose-chan, jadi aku pikir dia terbiasa bertingkah
seperti Onee-chan. Setelah itu ... ketika kami memilih kelompok untuk
perjalanan wisata dan aku gagal mendapatkan, dia mengundangku. Juga ... uhh,
umm ...
uuuu
Sebelum pembicaraan tentang
dasar-dasar usai, waktunya sudah melewati jam tujuh malam.
Ternyata aku punya banyak kenangan
bersama Mariko daripada yang aku kira.
Ketika Tomomi selesai
mendengarkan, dia perlahan-lahan menghela nafas.
“Jadi Mariko-chan, sejak dulu
adalah seseorang seperti Onee-chan.”
“It-Itu benar. Dia pandai
merawat orang lain. Bahkan sekarang, dia menjagaku sebagai perpanjangan dari
iru. Itu sebabnya ini bukan benar-benar cinta ...”
“Benarkah? Mungkin dia takkan
memberitahumu secara langsung karena dia khawatir tentang Nii-chan? Yah, aku
tidak tahu apa itu benar atau tidak, sih.”
Dia mengangkat lengannya dan bergumam saat
peregangan.
“Jadi dia seseorang yang Nii-chan
bisa berbicara begitu leluasanya ...gadis Mariko-chan itu.”
Tomomi melemparkan botol PET
kosong ke tempat sampah .. Seperti lemparan bebas bola basket, botol tersebut
masuk dengan sempurna.
“Ini bukan sesuatu yang terjadi
baru-baru ini. Bagaimana kalau kamu menghilang, bakaaaaa.”
Dia menunjukkan sebuah akanbe.
Setelah itu dia tertawa
mengolok-olokku. Namun, entah bagaimana, sorot matanya terasa kesepian.
Tapi dia terus tersenyum.
Tidak membuatku khawatir.
Berani. Tegas.
Pada saat yang sama aku merasa
Tomomi menyayangiku, anehnya aku memaafkannya.
Mempercayakan perasaanku pada
Tomomi seperti ini, aku merasa beban hatiku jadi sedikit lebih ringan.
Tentunya, jika bukan karena
Tomomi, aku tidak bisa membiarkan perasaanku yang sebenarnya berbenturan dengan
seseorang.
Aku merasa seperti dia
membagikan keberaniannya padaku untuk tidak takut disakiti.
Oppainya gede bener bjir
BalasHapusMariko gk ada illustrasinya yak??