Rabu, 15 Mei
- Harapan. Keinginan. Hasrat Murni.
Dua hari lagi sampai ulang
tahun.
Ketika usiaku berubah jadi enam
belas tahun, Mariko akan sementara menjadi lebih muda dariku.
Mariko mengatakan “Mulai sekarang, aku harus memanggilmu 'Onii-chan'
kan?", Dia menyolek untuk mengejekku.
Saar SD dia lebih tinggi
dariku, jadi meski aku lebih tua Mariko memperlakukanku seolah-olah aku masih
muda.
Omong-omong, tampaknya Mariko
adalah Libra, lahir pada tanggal 10 Oktober. Dan begitu, dia serius
mempertimbangkan dirinya memanggilku 'Onii-chan'
sampai bulan Oktober-- atau begitulah.
Ketika aku dengan sopan menolaknya,
Mariko bilang "Kamu lebih
bersemangat ketimbang kemarin, bukan?" dan dengan lembut tersenyum,
senyumnya seperti sinar matahari yang bersinar melalui dedaunan.
uuuu
Setelah pelajaran di sekolah
selesai, aku berpisah di tengah jalan dari Mariko dan pulang ke apartemen.
Setelah berdiri di depan kamar
Sayuri, aku mengambil napas dalam-dalam.
Aku penasaran, apa yang Sayuri
pikirkan tentang diriku yang berhenti menjadi kakaknya.
Bagi Sayuri, bukannya saudara …...
menjadi kekasih atau ... pokoknya, dia ingin hubungan yang melampaui saudara
denganku. Itu sebabnya, aku berhenti sebagai kakaknya mungkin tidak memiliki
banyak kaitannya dengan itu.
Jika ada, mungkin dia akan
mengatakan “kita akhirnya dibebaskan dari
etika moral" yang membuatku jadi khawatir lagi.
Aku tidak mempersiapkan
apa-apa. Bahkan jika aku melakukan persiapan yang sempurna, satu elemen tak
terduga bisa membuat rencana runtuh, yang mana sering terjadi. Menggoyahkan
rencana gagal tersebut sering terjadi juga.
Ehh, persetan dengan itu. Ini
tak bisa dihindarkan. Apapun yang terjadi, biarlah terja~di.
Ketika aku menekan bel
interphone, pintu pun dibuka.
Sejak Sayuri tidak menyambutku,
apa artinya dia juga marah?
Ketika aku menuju ke ruang
tamu, dia meregangkan punggungnya. Dia sedang menungguku dalam posisi duduk
bersimpuh.
Ada kain hitam yang menutupi kandang
Kyuu-chan. Suasana di ruangan itu entah bagaimana stagnan, berat dan membungkus
sekelilingku.
Sayuri mengangkat wajahnya dan
menatapku erat-erat.
“Pertama-tama, duduklah dulu,
Onii-sama.”
“Te-Tentu."
Hari ini, Sayuri mengenakan
kardigan dan rok dengan warna yang sangat lembut, kurangnya kesan embel-embel
memberiku kesan ketika aku pertama kali baru bertemu dengannya.
“Aku memiliki sesuatu yang
harus dibicarakan dengan Onii-sama.”
“Ap-Apa itu?”
Tertegun karena nada suaranya, aku
mulai berbicara secara formal.
“Tolong nikahi aku.”
“Ehh ...?!”
“Tolong nikahi aku dan ayo jadi
keluarga. Untuk adik, silahkan pilih Mika-san.”
“Mendadak, kau bicara apa sih,
jangan bercanda!”
“Aku serius. Jika kamu
melakukannya, semuanya bisa menjadi keluarga.”
Ini adalah apa yang Sayuri
dapatkan, sebuah jawaban untuk hubungan denganku.
Pada akhirnya hanya demi argumen,
jika aku menikah Sayuri, adik-adiknya akan menjadi adik iparku. Itu sebabnya,
setiap orang akan menjadi keluarga ... atau begitulah.
Jika aku dan Sayuri berpura-pura
tidak punya hubungan darah, semuanya akan berakhir damai.
Dia melanjutkan, suaranya
terdengar gemetaran.
“Itu sebabnya ... Jumat nanti...
tolong jangan pergi ke sana.”
Dengan dihiasi air mata, Sayuri
memohon padaku.
“Jangan pergi maksudmu ... ke
rumah Mariko?”
“Itu benar! Aku takkan mengakui
Mariko-san. Itu adalah te-te-te-tempatku. Aku mencintai Onii-sama! Aku sangat
mencintai Onii-sama! Aku benar-benar, benar-benar sangat mencintaimu.”
Bahunya bergetar, sepertinya
dia bisa menangis setiap saat sekarang.
Aku ingin melindunginya. Aku
ingin memenuhi keinginan Sayuri. Tapi...
Tidak peduli berapa banyak dia
berusaha, aku tidak bisa menanggapi perasaannya.
Sayuri adalah adikku.
“Sayuri dan aku adalah saudara
kandung, bukan?”
“Tapi bukannya Onii-sama bilang
berhenti menjadi kakak. Dalam hal ini, Onii-sama dan aku …... hubungan kami
adalah bahwa seorang laki-laki dan perempuan! Sebelum kakak dan adik, kami adalah
laki-laki dan perempuan!”
“Laki-laki dan perempuan,kau
...”
“Ini benang sari dan putik!”
Gemetar layaknya anjing kecil,
Sayuri terus memohon padaku.
“Aku juga ... menyukai Sayuri.
Meski hal semacam itu terjadi pada hari Minggu, itu tidak berubah bahkan
sekarang.”
Ekspresinya sumringah.
“Lalu, Onii-sama akan
menjadikanku istrinya, ‘kan? Aku akan belajar banyak, melakukan yang terbaik
dengan memasak, tidak akan membiarkan siapapun untuk mengeluh, aku akan menjadi
seorang gadis yang sempurna untuk Onii-sama! Aku akan menjadi gadis ideal
Onii-sama, aku akan melakukan menempatkan upaya maksimal untuk memenuhi semua
harapan dan keinginan Onii-sama. Kalau saja Onii-sama mencintaiku, aku tidak
membutuhkan apa-apa lagi.”
Aku menatap kembali Sayuri.
“Aku menyukaimu, tapi bukan
dalam artian romantis. Sebagai keluarga ... karena kita saudara, aku mencintaimu
sebagai adikku.”
Melakukan apa saja dan
segalanya untukku ... tidaklah aneh. Jika dia mencocokkan segala sesuatu sesuai
dengan keinginanku, tidak akan ada yang tersisa untuk Sayuri. Tidak membutuhkan
yang lain selain diriku, aku ingin Sayuri memiliki berbagai pengalaman bahagia
... apa itu benar-benar baik-baik saja, Sayuri?
Saat dia mengatakan dia
mencintaiku sejauh ini, rasanya seolah-olah Sayuri mencoba untuk menjadi
korban. Dalam "cinta" katanya sejauh ini, aku bisa merasakan aroma
rasa kewajiban untuk melindungi adik-adiknya.
Rasa kewajiban, kepribadian
asli Sayuri dan aspirasi, rasanya seperti bahwa semua itu akan menghancurkan
dirinya.
Mendengar penolakanku, dia
menggeleng ringan.
“Apa yang harus aku lakukan,
bahwa kau mencintaiku sebagai seorang gadis?”
“Tidak ada, ini mustahil!”
“Jika aku ... bukan adik
Onii-sama, akankah Onii-sama jatuh cinta denganku? Bahkan jika Onii-sama tidak
memiliki warisan, dan tidak mendadak punya adik ... jika Onii-sama hanya
seorang siswa SMA di sekolal yang sama aku masuki ... jika aku menembakmu kalau
aku mencintai Onii-sama, apa kamu... mencintaiku?”
Jika itu benar-benar terjadi,
kemungkinan aku bisa menerima Sayuri ... adalah tak terbantahkan. Jika aku
tidak menyadari kalau kita benar-benar saudara kandung.
Tapi, kami bertemu karena
posisi kami sebagai saudara kandung.
Apa yang harus aku lakukan
untuk membuat Sayuri memahami hal tersebut tanpa menyakitinya.
Tidak, itu tidak cukup. Aku takkan
mengubah apa-apa jika aku terus-terusan begini.
Tomomi sudah mengajarkanku,
bukan?
Karena kita berubah, kita tidak
bisa takut menyakiti satu sama lain.
Dalam rangka untuk memahami
satu sama lain, kita perlu untuk mengeluarkan perasaan yang sebenarnya.
Aku perlu menanggapi perasaan
Sayuri, aku harus mengatakannya dengan jelas.
Sayuri saat ini mencoba untuk
mengorbankan dirinya, memikirkan adik-adiknya.
Sepertinya Sayuri sendiri tidak
menyadarinya. Apa artinya ada kebahagiaan bila kau menipu dirimu sendiri?
Aku menarik napas dalam-dalam
dan menatap Sayuri.
“Walau kau bukan adikku ... aku
pikir kau akan tampak seperti adik bagiku. Junior imut yang sangat berani dan bekerja
keras demi diriku.”
Dari sudut mata Sayuri, butir
transparan telah menetes sepanjang pipinya dan jatuh ke bawah.
“Dapatkah aku hanya bisa
menjadi adik Onii-sama? Setiap kali Onii-sama menginginkannya, aku akan
menyerah tubuhku. Silakan puaskan hasratmu denganku, Onii-sama!”
Dia melepas kardigan yang
dikenakannya, menempatkan jarinya pada kemeja, Sayuri bergerak mendekat dari
postur duduknya. Dan, dia menjerit kecil.
“Hauaa!”
Mempertahankan momentum, Sayuri
terdorong dan menindihku. Saat aku menerimanya, dia berbicara sambil menangis.
“Kakiku sudah mati rasa.
Onii-sama, ini kesempatanmu? Gadis SMP yang tidak bisa bergerak mendekati
Onii-sama meminta untuk dimakan! Apa kamu tidak mau mengelurkan tongkatmu?
Sebaliknya, jika tongkatmu menjadi ceria, tidak ada yang namanya kesempatan
kedua.”
“Seorang gadis tidak boleh
berbicara begitu vulgar!”
“Vulgar akan memperbaiki
dirinya sendiri seiring dengan waktu!”
Perbaiki Sekarang! Serius,
aktingnya erotis dari waktu ke waktu juga bermasalah. Dasar Sayuri.
Saat kontak fisik, Sayuri
mengunci kakiku dengan miliknya.
Selain itu, dia menjepit tubuhku
di antara kakinya dalam kontak intim.
“Onii-sama. Ini ... um ...”
Napas Sayuri berubah kasar.
“Seluruh kakiku mati rasa.
Dengan kakiku mati rasa, aku telah menangkap Onii-sama. Seperti ini, bahkan
jika aku ingin menolak, aku tidak bisa. Bahkan jika aku dikacaukan oleh
Onii-sama ... Ak-Aku pikir itu tidak bisa dihindarkan.”
Pokoknya, untuk berbicara
dengan dia baik-baik, aku harus menegaskan tekadku sendiri. Baru-baru ini, aku
merasa seperti waktu untuk menegaskan diriku sendiri ketika berhadapan dengan
Sayuri telah dipersingkat.
“Argh. Baiklah, aku akan
mengacaukanmu!”
Aku memeluk tubuh Sayuri,
menggunakan otot-otot perutku, aku mengangkat tubuhnya dan setelah duduk
berhadapan dengan dia, aku mendorongnya ke bawah. Dari sana, aku mengambil
inisiatif dan pindah.
“Hauu ... akhirnya, saat aku
menjadi satu dengan Onii-sama telah tiba.”
“Aku takkan membiarkanmu
beristirahat.”
Aku menyentuh pergelangan kakinya
dengan lembut, tanganku perlahan-lahan naik ke betisnya ... dan aku mengangkat
semuanya sekaligus.
“———? !!”
Sayuri menjerit tanpa suara.
Memegang kedua betis Sayuri dengan tanganku, aku mulai menggosok mereka searah.
Saat aku memijat kakinya yang mati rasa, dia meregangkan jari-jari kakinya,
seluruh tubuhnya kejang-kejang.
“Aa, aaa, aahh !! Onii-sama!
Aku akan keluar! Aku akan keluar semua!”
“Jangan mengeluarkan suara yang
aneh-aneh !!”
Setelah merasa cukup, aku
memijat jari kaki Sayuri ke atas dan perlahan-lahan membentang mereka. Dengan
begitu, aku meredakan kakinya yang kram. Ketika aku selesai memijatnya, Sayuri
perlahan-lahan menghembuskan nafas melalui perutnya.
“Onii-sama ... mempermainkan
aku ...”
“Itu cuma pijat kaki. Dengan
begini mati rasa di kakimu akan hilang, dan kita bisa bicara tanpa terganggu,
‘kan?”
“Mungkin begitu tapi ...
mengapa Onii-sama tidak memakanku? Bahkan secara diam-diam tidak asalah. Coba
cicipi dulu dan pertimbangkan nanti.”
“Secara norma, sebagai
laki-laki, aku tidak bisa melakukan itu.”
“Ayo kita pergi ke dunia tanpa
norma! Bahkan jika kita mati dan bertemu setelah bereinkarnasi, aku pasti akan
menyukai Onii-sama sejak kami pertama kali bertemu.”
Mati dan bereinkarnasi, kita
sudah memasuki ranah spiritual.
“Bagiku, Sayuri adalah adikku.”
“Aku tidak keberatan dengan
itu. Ayo kita saling mencintai sebagai saudara kandung. Ayo kita tumpahkan
etika boros masyarakat modern anut, serang aku, Onii-sama!”
“Tidak akan menumpahkan mereka!
Tidak akan membuangnya! Tidak akan menyerangmu!”
Sebelum aku menyadarinya, dia
berubah menjadi Sayuri biasa yang bermasalah. Dia bertindak rasional ketika ada
adik-adiknya, tapi ketika kita berduaan, dia selalu keluar dari kendali.
Sayuri menunduk ke bawah dan
diam-diam bergumam.
“Sudah kuduga ... kamu menyukai
Mariko-san? Itu sebabnya kamu tidak mau ... rubrub ... denganku?”
Dia membuat kata-kata ambigu
pada bagian "rubrub" ?!
Mungkin dia dimaksudkan untuk memperbaikinya, tetapi akhirnya membuat lebih
terlihat sebagai gantinya.
Tanpa mengelak atau menyembunyikan
apa-apa, aku mengaku dengan jujur.
“Aku memang menyukai Mariko,
tapi aku belum tahu apa perasaan ini disebut cinta. Aku juga menyukai Sayuri,
dan kau itu berharga bagiku ... sebagai keluarga. Ini bukan aku mengurus siapa
pun, itu adalah perasaanku yang sebenarnya.”
“Jika kamu bilang kamu mencintaiku,
maka bahkan lebih. Demi melindungi keluarga kita, Onii-sama dan aku terikat
bersama-sama ... Aku takkan mengganggu Onii-sama! Juga, aku tidak ingin
Onii-sama menjadi sakit hati karena harus memilih satu adik. Bahkan jika kamu
memilih, seluruh keluarga akan tetap bersamamu tahu ?! Mereka semua akan senang.”
Selama aku yang dipilih.
Sayuri pasti takkan mengatakan
itu. Mungkin benar bahwa Sayuri mendekatiku dari niat baik. Namun, ekspresinya
mennyiratkan kata-kata tersebut.
“Mereka” semua akan senang,
tapi Sayuri tidak ada di sana.
Sejak Sayuri tidak membihingi
hatinya sendiri, jadi dia tidak menambahkan "juga" di akhir.
Dia hanya menipu dirinya sendiri
untuk percaya dia mencintaiku. "Cinta" semacam itu bukanlah seperti
Sayuri.
"Jika itu adalah cinta
benar-benar murni, Kau takkan berpikir ketidaknyamanan buat orang lain, ‘kan?”
“Ehh ?!”
Saat dia membuka matanya lebar-lebar,
aku terus melanjutkan.
“Jika aku terikat dengan Sayuri,
Selene, Tomomi, Yuuki dan Mika akan bisa hidup sebagai keluarga. Jadi, apa kau
bisa meyakinkan mereka semua? Mungkin, mereka akan berpikir bahwa Sayuri mengorbankan
dirinya untuk menjaga keutuhan keluarga ini ... ‘kan?”
“Aku ... tidak memikirkan itu.
Untuk berpikir adik-adikku akan merasa bertanggung jawab atas tindakan aku ...”
“Kau bilang kau akan
mencocokkanku, tapi ….... bagaimana dengan perasaanmu? Bila kau menyesuaikan
segalanya bagiku, di manaSayuri akan pergi?”
“Ak-Aku ingin terikat dengan
Onii-sama. Aku tidak lagi membutuhkan pakaian lucu. Fashion juga tidak perlu.
Kebahagiaan Onii-sama akan menjadi kebahagiaanku. Itu sebabnya itu baik-baik
saja ... jika aku pergi!”
“Tidak! Sayuri bukan hanya aku.
Kau harus memiliki sesuatu yang ingin kau lakukan. Memutuskan hatimu hanya buatku,
itu aneh untuk menyerah pada semua kemungkinan yang kau miliki, kan ?!”
“Ak-Aku tidak memiliki apa-apa
lagi yang ingin aku capai. Aku tidak punya bakat khusus atau kepribadian yang
menonjol seperti orang lain. Tidak ada sama sekali.”
Sayuri pandai memasak dan belajar,
tapi dia tidak menyadari "bakatnya
dalam upaya". Apa itu memasak atau belajar, itu hadiah dari usahanya.
“Aku ... ingin gadis yang aku
suka, untuk bebas.”
“Apa aku ... tidak cocok untuk
... Onii-sama?”
Tanpa daya, gumamnya
pelan-pelang.
“Aku tidak ingin kau hidup demi
diriku. Bukan karena apa-apa, aku ingin Sayuri hidup untuk dirinya sendiri.
Sama seperti kau memikirkanku dan saudarimu, aku ingin kau berpikir tentang
dirimu sendiri.”
Itu saja, memberitahu bahwa dia
harus peduli pada dirinya sendiri akan menyuruhnya untuk tidak bertanggung
jawab. Aku benci itu juga.
Aku menegaskan hal itu.
“Setelah kau melakukannya,
ketika kau menjadi dirimu yang sesungguhnya tanpa berpura-pura apa-apa, datang
padaku sebanyak yang kau inginkan, Sayuri!”
Datang padaku ... bahkan jika
aku mengatakannya sendiri, kata-kata terakhirku terasa sedikit ceroboh.
Namun, Sayuri perlahan
mengangguk. Dengan wajah seolah-olah memasrahkan sesuatu, dia mengatakan
kepadaku.
“Begitu ya ... tidak, itu
benar. Apa yang aku lakukan, bukan hanya menyerang Onii-sama dengan hasrat
murniku, aku membuat kekhawatiran untuk semua orang, masa depan keluarga dan
alasan seperti untuk diriku sendiri. Itu kekasaranku terhadap Onii-sama! aku
akan merenungkannya.”
Ternyata, apa yang aku ingin
mengatakan telah tersampaikan kepadanya.
Seakan roh jahat menghantui
dirinya, dengan ekspresi segar dia berdiri dan membuka jendela kamar. Angin
bertiup ke dalam, menggantikan udara stagnan dengan yang segar.
Sambil melihat di luar jendela,
Sayuri bergumam dengan punggungnya menghadapku.
“Tapi, aku takkan mendatangimu
lagi. Jika Onii-sama ingin menikahku saat aku tumbuh, aku pikir itu baik-baik
saja ... tapi pada saat itu, aku mungkin akan menjadi orang lain, tahu? Aku tidak mau mengakui kekalahan, tapi ...
itu seberapa menawannya diriku nanti.”
Lalu, dia mengangkat sebagian
besar bahunya. Seolah-olah untuk menahan sesuatu, dia bergumam.
“Aku akan membuat Onii-sama
menyesali ini. Aku akan menjadi seorang gadis mandiri, cantik, pasti membuatmu
melihat ke saat ini. Bahkan jika kamu menyesal karena membiarkanku pergi, aku
tidak akan menyibukkan diri dengan hal itu.”
Melihat kembali pada aku,
Sayuri menyeka air matanya yang tumpah dengan jari telunjuknya.
“Itu sebabnya, aku tidak
keberatan jika Onii-sama jatuh cinta. Juga, ulang tahun tidak terjadi hanya
sekali. Jika kamu terpisah dari kekasih itu, tapi adik akan selalu memiliki kesempatan
untuk merayakannya .”
“Sayuri ...”
Dengan tersenyum, saat air mata
menggenang di matanya, dia dengan lembut menyekanya.