Omae wo Onii-chan Vol.3 Chapter 10 Bahasa Indonesia

Rabu, 15 Mei - Harapan. Keinginan. Hasrat Murni.

Dua hari lagi sampai ulang tahun.
Ketika usiaku berubah jadi enam belas tahun, Mariko akan sementara menjadi lebih muda dariku.
Mariko mengatakan “Mulai sekarang, aku harus memanggilmu 'Onii-chan' kan?", Dia menyolek untuk mengejekku.
Saar SD dia lebih tinggi dariku, jadi meski aku lebih tua Mariko memperlakukanku seolah-olah aku masih muda.
Omong-omong, tampaknya Mariko adalah Libra, lahir pada tanggal 10 Oktober. Dan begitu, dia serius mempertimbangkan dirinya memanggilku 'Onii-chan' sampai bulan Oktober-- atau begitulah.
Ketika aku dengan sopan menolaknya, Mariko bilang "Kamu lebih bersemangat ketimbang kemarin, bukan?" dan dengan lembut tersenyum, senyumnya seperti sinar matahari yang bersinar melalui dedaunan.

uuuu

Setelah pelajaran di sekolah selesai, aku berpisah di tengah jalan dari Mariko dan pulang ke apartemen.
Setelah berdiri di depan kamar Sayuri, aku mengambil napas dalam-dalam.
Aku penasaran, apa yang Sayuri pikirkan tentang diriku yang berhenti menjadi kakaknya.
Bagi Sayuri, bukannya saudara …... menjadi kekasih atau ... pokoknya, dia ingin hubungan yang melampaui saudara denganku. Itu sebabnya, aku berhenti sebagai kakaknya mungkin tidak memiliki banyak kaitannya dengan itu.
Jika ada, mungkin dia akan mengatakan “kita akhirnya dibebaskan dari etika moral" yang membuatku jadi khawatir lagi.
Aku tidak mempersiapkan apa-apa. Bahkan jika aku melakukan persiapan yang sempurna, satu elemen tak terduga bisa membuat rencana runtuh, yang mana sering terjadi. Menggoyahkan rencana gagal tersebut sering terjadi juga.
Ehh, persetan dengan itu. Ini tak bisa dihindarkan. Apapun yang terjadi, biarlah terja~di.
Ketika aku menekan bel interphone, pintu pun dibuka.
Sejak Sayuri tidak menyambutku, apa artinya dia juga marah?
Ketika aku menuju ke ruang tamu, dia meregangkan punggungnya. Dia sedang menungguku dalam posisi duduk bersimpuh.
Ada kain hitam yang menutupi kandang Kyuu-chan. Suasana di ruangan itu entah bagaimana stagnan, berat dan membungkus sekelilingku.
Sayuri mengangkat wajahnya dan menatapku erat-erat.
“Pertama-tama, duduklah dulu, Onii-sama.”
“Te-Tentu."
Hari ini, Sayuri mengenakan kardigan dan rok dengan warna yang sangat lembut, kurangnya kesan embel-embel memberiku kesan ketika aku pertama kali baru bertemu dengannya.
“Aku memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan Onii-sama.”
“Ap-Apa itu?”
Tertegun karena nada suaranya, aku mulai berbicara secara formal.
“Tolong nikahi aku.”
“Ehh ...?!”
“Tolong nikahi aku dan ayo jadi keluarga. Untuk adik, silahkan pilih Mika-san.”
“Mendadak, kau bicara apa sih, jangan bercanda!”
“Aku serius. Jika kamu melakukannya, semuanya bisa menjadi keluarga.”
Ini adalah apa yang Sayuri dapatkan, sebuah jawaban untuk hubungan denganku.
Pada akhirnya hanya demi argumen, jika aku menikah Sayuri, adik-adiknya akan menjadi adik iparku. Itu sebabnya, setiap orang akan menjadi keluarga ... atau begitulah.
Jika aku dan Sayuri berpura-pura tidak punya hubungan darah, semuanya akan berakhir damai.
Dia melanjutkan, suaranya terdengar gemetaran.
“Itu sebabnya ... Jumat nanti... tolong jangan pergi ke sana.”
Dengan dihiasi air mata, Sayuri memohon padaku.
“Jangan pergi maksudmu ... ke rumah Mariko?”
“Itu benar! Aku takkan mengakui Mariko-san. Itu adalah te-te-te-tempatku. Aku mencintai Onii-sama! Aku sangat mencintai Onii-sama! Aku benar-benar, benar-benar sangat mencintaimu.”
Bahunya bergetar, sepertinya dia bisa menangis setiap saat sekarang.
Aku ingin melindunginya. Aku ingin memenuhi keinginan Sayuri. Tapi...
Tidak peduli berapa banyak dia berusaha, aku tidak bisa menanggapi perasaannya.
Sayuri adalah adikku.
“Sayuri dan aku adalah saudara kandung, bukan?”
“Tapi bukannya Onii-sama bilang berhenti menjadi kakak. Dalam hal ini, Onii-sama dan aku …... hubungan kami adalah bahwa seorang laki-laki dan perempuan! Sebelum kakak dan adik, kami adalah laki-laki dan perempuan!”
“Laki-laki dan perempuan,kau ...”
“Ini benang sari dan putik!”
Gemetar layaknya anjing kecil, Sayuri terus memohon padaku.
“Aku juga ... menyukai Sayuri. Meski hal semacam itu terjadi pada hari Minggu, itu tidak berubah bahkan sekarang.”
Ekspresinya sumringah.
“Lalu, Onii-sama akan menjadikanku istrinya, ‘kan? Aku akan belajar banyak, melakukan yang terbaik dengan memasak, tidak akan membiarkan siapapun untuk mengeluh, aku akan menjadi seorang gadis yang sempurna untuk Onii-sama! Aku akan menjadi gadis ideal Onii-sama, aku akan melakukan menempatkan upaya maksimal untuk memenuhi semua harapan dan keinginan Onii-sama. Kalau saja Onii-sama mencintaiku, aku tidak membutuhkan apa-apa lagi.”
Aku menatap kembali Sayuri.
“Aku menyukaimu, tapi bukan dalam artian romantis. Sebagai keluarga ... karena kita saudara, aku mencintaimu sebagai adikku.”
Melakukan apa saja dan segalanya untukku ... tidaklah aneh. Jika dia mencocokkan segala sesuatu sesuai dengan keinginanku, tidak akan ada yang tersisa untuk Sayuri. Tidak membutuhkan yang lain selain diriku, aku ingin Sayuri memiliki berbagai pengalaman bahagia ... apa itu benar-benar baik-baik saja, Sayuri?
Saat dia mengatakan dia mencintaiku sejauh ini, rasanya seolah-olah Sayuri mencoba untuk menjadi korban. Dalam "cinta" katanya sejauh ini, aku bisa merasakan aroma rasa kewajiban untuk melindungi adik-adiknya.
Rasa kewajiban, kepribadian asli Sayuri dan aspirasi, rasanya seperti bahwa semua itu akan menghancurkan dirinya.
Mendengar penolakanku, dia menggeleng ringan.
“Apa yang harus aku lakukan, bahwa kau mencintaiku sebagai seorang gadis?”
“Tidak ada, ini mustahil!”
“Jika aku ... bukan adik Onii-sama, akankah Onii-sama jatuh cinta denganku? Bahkan jika Onii-sama tidak memiliki warisan, dan tidak mendadak punya adik ... jika Onii-sama hanya seorang siswa SMA di sekolal yang sama aku masuki ... jika aku menembakmu kalau aku mencintai Onii-sama, apa kamu... mencintaiku?”
Jika itu benar-benar terjadi, kemungkinan aku bisa menerima Sayuri ... adalah tak terbantahkan. Jika aku tidak menyadari kalau kita benar-benar saudara kandung.
Tapi, kami bertemu karena posisi kami sebagai saudara kandung.
Apa yang harus aku lakukan untuk membuat Sayuri memahami hal tersebut tanpa menyakitinya.
Tidak, itu tidak cukup. Aku takkan mengubah apa-apa jika aku terus-terusan begini.
Tomomi sudah mengajarkanku, bukan?
Karena kita berubah, kita tidak bisa takut menyakiti satu sama lain.
Dalam rangka untuk memahami satu sama lain, kita perlu untuk mengeluarkan perasaan yang sebenarnya.
Aku perlu menanggapi perasaan Sayuri, aku harus mengatakannya dengan jelas.
Sayuri saat ini mencoba untuk mengorbankan dirinya, memikirkan adik-adiknya.
Sepertinya Sayuri sendiri tidak menyadarinya. Apa artinya ada kebahagiaan bila kau menipu dirimu sendiri?
Aku menarik napas dalam-dalam dan menatap Sayuri.
“Walau kau bukan adikku ... aku pikir kau akan tampak seperti adik bagiku. Junior imut yang sangat berani dan bekerja keras demi diriku.”
Dari sudut mata Sayuri, butir transparan telah menetes sepanjang pipinya dan jatuh ke bawah.
“Dapatkah aku hanya bisa menjadi adik Onii-sama? Setiap kali Onii-sama menginginkannya, aku akan menyerah tubuhku. Silakan puaskan hasratmu denganku, Onii-sama!”
Dia melepas kardigan yang dikenakannya, menempatkan jarinya pada kemeja, Sayuri bergerak mendekat dari postur duduknya. Dan, dia menjerit kecil.
“Hauaa!”
Mempertahankan momentum, Sayuri terdorong dan menindihku. Saat aku menerimanya, dia berbicara sambil menangis.
“Kakiku sudah mati rasa. Onii-sama, ini kesempatanmu? Gadis SMP yang tidak bisa bergerak mendekati Onii-sama meminta untuk dimakan! Apa kamu tidak mau mengelurkan tongkatmu? Sebaliknya, jika tongkatmu menjadi ceria, tidak ada yang namanya kesempatan kedua.”
“Seorang gadis tidak boleh berbicara begitu vulgar!”
“Vulgar akan memperbaiki dirinya sendiri seiring dengan waktu!”
Perbaiki Sekarang! Serius, aktingnya erotis dari waktu ke waktu juga bermasalah. Dasar Sayuri.
Saat kontak fisik, Sayuri mengunci kakiku dengan miliknya.
Selain itu, dia menjepit tubuhku di antara kakinya dalam kontak intim.
“Onii-sama. Ini ... um ...”
Napas Sayuri berubah kasar.
“Seluruh kakiku mati rasa. Dengan kakiku mati rasa, aku telah menangkap Onii-sama. Seperti ini, bahkan jika aku ingin menolak, aku tidak bisa. Bahkan jika aku dikacaukan oleh Onii-sama ... Ak-Aku pikir itu tidak bisa dihindarkan.”
Pokoknya, untuk berbicara dengan dia baik-baik, aku harus menegaskan tekadku sendiri. Baru-baru ini, aku merasa seperti waktu untuk menegaskan diriku sendiri ketika berhadapan dengan Sayuri telah dipersingkat.
“Argh. Baiklah, aku akan mengacaukanmu!”
Aku memeluk tubuh Sayuri, menggunakan otot-otot perutku, aku mengangkat tubuhnya dan setelah duduk berhadapan dengan dia, aku mendorongnya ke bawah. Dari sana, aku mengambil inisiatif dan pindah.
“Hauu ... akhirnya, saat aku menjadi satu dengan Onii-sama telah tiba.”
“Aku takkan membiarkanmu beristirahat.”
Aku menyentuh pergelangan kakinya dengan lembut, tanganku perlahan-lahan naik ke betisnya ... dan aku mengangkat semuanya sekaligus.
———? !!”
Sayuri menjerit tanpa suara. Memegang kedua betis Sayuri dengan tanganku, aku mulai menggosok mereka searah. Saat aku memijat kakinya yang mati rasa, dia meregangkan jari-jari kakinya, seluruh tubuhnya kejang-kejang.
“Aa, aaa, aahh !! Onii-sama! Aku akan keluar! Aku akan keluar semua!”
“Jangan mengeluarkan suara yang aneh-aneh !!”
Setelah merasa cukup, aku memijat jari kaki Sayuri ke atas dan perlahan-lahan membentang mereka. Dengan begitu, aku meredakan kakinya yang kram. Ketika aku selesai memijatnya, Sayuri perlahan-lahan menghembuskan nafas melalui perutnya.
“Onii-sama ... mempermainkan aku ...”
“Itu cuma pijat kaki. Dengan begini mati rasa di kakimu akan hilang, dan kita bisa bicara tanpa terganggu, ‘kan?”
“Mungkin begitu tapi ... mengapa Onii-sama tidak memakanku? Bahkan secara diam-diam tidak asalah. Coba cicipi dulu dan pertimbangkan nanti.”
“Secara norma, sebagai laki-laki, aku tidak bisa melakukan itu.”
“Ayo kita pergi ke dunia tanpa norma! Bahkan jika kita mati dan bertemu setelah bereinkarnasi, aku pasti akan menyukai Onii-sama sejak kami pertama kali bertemu.”
Mati dan bereinkarnasi, kita sudah memasuki ranah spiritual.
“Bagiku, Sayuri adalah adikku.”
“Aku tidak keberatan dengan itu. Ayo kita saling mencintai sebagai saudara kandung. Ayo kita tumpahkan etika boros masyarakat modern anut, serang aku, Onii-sama!”
“Tidak akan menumpahkan mereka! Tidak akan membuangnya! Tidak akan menyerangmu!”
Sebelum aku menyadarinya, dia berubah menjadi Sayuri biasa yang bermasalah. Dia bertindak rasional ketika ada adik-adiknya, tapi ketika kita berduaan, dia selalu keluar dari kendali.
Sayuri menunduk ke bawah dan diam-diam bergumam.
“Sudah kuduga ... kamu menyukai Mariko-san? Itu sebabnya kamu tidak mau ... rubrub ... denganku?”
Dia membuat kata-kata ambigu pada bagian "rubrub" ?! Mungkin dia dimaksudkan untuk memperbaikinya, tetapi akhirnya membuat lebih terlihat sebagai gantinya.
Tanpa mengelak atau menyembunyikan apa-apa, aku mengaku dengan jujur.
“Aku memang menyukai Mariko, tapi aku belum tahu apa perasaan ini disebut cinta. Aku juga menyukai Sayuri, dan kau itu berharga bagiku ... sebagai keluarga. Ini bukan aku mengurus siapa pun, itu adalah perasaanku yang sebenarnya.”
“Jika kamu bilang kamu mencintaiku, maka bahkan lebih. Demi melindungi keluarga kita, Onii-sama dan aku terikat bersama-sama ... Aku takkan mengganggu Onii-sama! Juga, aku tidak ingin Onii-sama menjadi sakit hati karena harus memilih satu adik. Bahkan jika kamu memilih, seluruh keluarga akan tetap bersamamu tahu ?! Mereka semua akan senang.”
Selama aku yang dipilih.
Sayuri pasti takkan mengatakan itu. Mungkin benar bahwa Sayuri mendekatiku dari niat baik. Namun, ekspresinya mennyiratkan kata-kata tersebut.
“Mereka” semua akan senang, tapi Sayuri tidak ada di sana.
Sejak Sayuri tidak membihingi hatinya sendiri, jadi dia tidak menambahkan "juga" di akhir.
Dia hanya menipu dirinya sendiri untuk percaya dia mencintaiku. "Cinta" semacam itu bukanlah seperti Sayuri.
"Jika itu adalah cinta benar-benar murni, Kau takkan berpikir ketidaknyamanan buat orang lain, ‘kan?”
“Ehh ?!”
Saat dia membuka matanya lebar-lebar, aku terus melanjutkan.
“Jika aku terikat dengan Sayuri, Selene, Tomomi, Yuuki dan Mika akan bisa hidup sebagai keluarga. Jadi, apa kau bisa meyakinkan mereka semua? Mungkin,  mereka akan berpikir bahwa Sayuri mengorbankan dirinya untuk menjaga keutuhan keluarga ini ... ‘kan?”
“Aku ... tidak memikirkan itu. Untuk berpikir adik-adikku akan merasa bertanggung jawab atas tindakan aku ...”
“Kau bilang kau akan mencocokkanku, tapi ….... bagaimana dengan perasaanmu? Bila kau menyesuaikan segalanya bagiku, di manaSayuri akan pergi?”
“Ak-Aku ingin terikat dengan Onii-sama. Aku tidak lagi membutuhkan pakaian lucu. Fashion juga tidak perlu. Kebahagiaan Onii-sama akan menjadi kebahagiaanku. Itu sebabnya itu baik-baik saja ... jika aku pergi!”
“Tidak! Sayuri bukan hanya aku. Kau harus memiliki sesuatu yang ingin kau lakukan. Memutuskan hatimu hanya buatku, itu aneh untuk menyerah pada semua kemungkinan yang kau miliki, kan ?!”
“Ak-Aku tidak memiliki apa-apa lagi yang ingin aku capai. Aku tidak punya bakat khusus atau kepribadian yang menonjol seperti orang lain. Tidak ada sama sekali.”
Sayuri pandai memasak dan belajar, tapi dia tidak menyadari "bakatnya dalam upaya". Apa itu memasak atau belajar, itu hadiah dari usahanya.
“Aku ... ingin gadis yang aku suka, untuk bebas.”
“Apa aku ... tidak cocok untuk ... Onii-sama?”
Tanpa daya, gumamnya pelan-pelang.
“Aku tidak ingin kau hidup demi diriku. Bukan karena apa-apa, aku ingin Sayuri hidup untuk dirinya sendiri. Sama seperti kau memikirkanku dan saudarimu, aku ingin kau berpikir tentang dirimu sendiri.”
Itu saja, memberitahu bahwa dia harus peduli pada dirinya sendiri akan menyuruhnya untuk tidak bertanggung jawab. Aku benci itu juga.
Aku menegaskan hal itu.
“Setelah kau melakukannya, ketika kau menjadi dirimu yang sesungguhnya tanpa berpura-pura apa-apa, datang padaku sebanyak yang kau inginkan, Sayuri!”
Datang padaku ... bahkan jika aku mengatakannya sendiri, kata-kata terakhirku terasa sedikit ceroboh.
Namun, Sayuri perlahan mengangguk. Dengan wajah seolah-olah memasrahkan sesuatu, dia mengatakan kepadaku.
“Begitu ya ... tidak, itu benar. Apa yang aku lakukan, bukan hanya menyerang Onii-sama dengan hasrat murniku, aku membuat kekhawatiran untuk semua orang, masa depan keluarga dan alasan seperti untuk diriku sendiri. Itu kekasaranku terhadap Onii-sama! aku akan merenungkannya.”
Ternyata, apa yang aku ingin mengatakan telah tersampaikan kepadanya.
Seakan roh jahat menghantui dirinya, dengan ekspresi segar dia berdiri dan membuka jendela kamar. Angin bertiup ke dalam, menggantikan udara stagnan dengan yang segar.
Sambil melihat di luar jendela, Sayuri bergumam dengan punggungnya menghadapku.
“Tapi, aku takkan mendatangimu lagi. Jika Onii-sama ingin menikahku saat aku tumbuh, aku pikir itu baik-baik saja ... tapi pada saat itu, aku mungkin akan menjadi orang lain,  tahu? Aku tidak mau mengakui kekalahan, tapi ... itu seberapa menawannya diriku nanti.”
Lalu, dia mengangkat sebagian besar bahunya. Seolah-olah untuk menahan sesuatu, dia bergumam.
“Aku akan membuat Onii-sama menyesali ini. Aku akan menjadi seorang gadis mandiri, cantik, pasti membuatmu melihat ke saat ini. Bahkan jika kamu menyesal karena membiarkanku pergi, aku tidak akan menyibukkan diri dengan hal itu.”
Melihat kembali pada aku, Sayuri menyeka air matanya yang tumpah dengan jari telunjuknya.
“Itu sebabnya, aku tidak keberatan jika Onii-sama jatuh cinta. Juga, ulang tahun tidak terjadi hanya sekali. Jika kamu terpisah dari kekasih itu, tapi adik akan selalu memiliki kesempatan untuk merayakannya .”
“Sayuri ...”
Dengan tersenyum, saat air mata menggenang di matanya, dia dengan lembut menyekanya.



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama