Kamis, 16
Mei - Kontradiksi. Keraguan. Perasaan bersalah.
Sepulang sekolah, kami berjalan
pulang bersama sembari membicarakan tentang jadwal hari esok.
Besok setelah pelajaran selesai,
kita akan department store Barat di Ikebukuro, untuk memilih hadiah rupanya.
Mariko sudah memikirkan beberapa barang, tapi dia ingin aku memlihnya sendiri.
Jika itu adalah hadiah dari Mariko, aku akan senang dengan apa pun hadiahnya.
Setelah kembali dari Ikebukuro,
kita seharusnya merayakan bersama di rumah Mariko.
Aku pernah diberitahu hal
tersebut sebelumnya melalui pesan STRING yang dia kirim, tapi orang tua Mariko
dijadwalkan akan bepergian bersama-sama dan adiknya, Chitose-chan akan menginap
di rumah temannya.
Dengan kata lain, ini ...
Ti-Tidak baik. Jangan terpengaruh
oleh kata-kata Tomomi,diriaku. Sekali lagi aku akhirnya membayangkan sosok
Mariko yang dibungkus pita.
Mariko takkan membuat dirinya
sebagai hadiah, ‘kan ... mungkin.
Aku merasa seolah-olah ada api
yang keluar dari wajahku. Melihat wajahku yang memerah terang, Mariko bertanya
"apa yang terjadi?",
Memiringkan kepalanya dan tersipu.
Ke-Kenapa Mariko jadi ikutan
malu.
Uu ... Aku jadi beringkah aneh,
tidak dapat melihat wajahnya secara langsung, aku berpisah darinya di
persimpangan biasa dan menyusuri jalan pulang.
uuuu
Ketika aku berdiri di depan
kamar apartmen Yuuki, aku menyadari kalau aku merasa lega.
Bahkan di antara adik-adiku,
Yuuki adalah yang paling bersikap dewasa. Ketika kami pertama kali bertemu satu
sama lain, kami berdua sama-sama gugup, tapi berkat sikap santainya yang mana
aku jadi terbiasa dengan kebaikan dan pertimbangannya.
Mungkin aneh untuk mengatakan
ini seperti itu, tapi aku tidak takut bertemu dengannya.
Ketika aku membunyikan
interphone, Yuuki membuka pintu dan menyambutku.
“Selamat datang kembali
Nii-san.”
“U-um ... aku kembali.”
Meski aku berhenti menjadi
kakaknya, panggilanku dengan Yuuki tidak berubah sama sekali.
Ketika aku melewati ruang tamu
dan duduk di sofa, dia mulai membuat kopi di dapur. Rasanya seperti dia membuat
kopi biasa, tapi mungkin karena dia biasanya minum kopi instan.
Tanpa aku sadari, aku mulai
menyukai kopi dengan campuran susu dan gula yang dia buat.
Kami berdua minum kopi dalam
diam. Lega, waktu perlahan-lahan berlalu. Yuuki sendiri tidak mengatakan apa-apa.
“He-Hei, Yuuki. Aku ...
berhenti menjadi Onii-chan tapi ...”
Dia meletakkan cangkir kopi
hitam di atas meja dan ringan mengangguk.
“Apa pun jalan yang Nii-san
pilih, aku akan menerimanya.”
“Jalan yang aku pilih ... o-oh,
begitu ya.”
Omong-omong, pemilihan adik
masih belum disimpulkan. Aku masih menundanya.
Aku tidak bisa memilih apa aku
terus menjadi kakak atau memilih satu orang dan berhenti.
“Aku takkan memilih salah satu
dari kalian, kau tidak perlu khawatir ... itu mungkin terdengar aneh, tapi jangan
khawatirkan hal itu untuk saat ini.”
Yuuki mengangkat alisnya,
bermasalah.
“It-Itu juga termasuk, tapi
pernyataanku tadi ….... itu berarti aku akan menerima segalanya dari Nii-san.”
“Segalanya bagiku?”
“Yup. Itu sebabnya hari ini
juga, aku akan terus bertingkah seperti biasa. Kopinya masih hitam. Punya
Nii-san adalah kopi susu dengan gula. Juga, kita akan menghabiskan waktu
bersama-sama. Ketimbang melantur yang tidak masuk akal. Ini adalah waktu yang
menyenangkan dan membahagiakan untukku.”
“Yuuki ...”
“Nii-san mencemaskan diriku dan
menjadi kekuatanku. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Seperti tidak
membiarkan hal itu berubah menjadi masa lalu, aku akan terus selalu, selalu
menerima Nii-san.”
“Di-Diucapkan terima kasih sebanyak
ini malah berubah jadi sangat berat!”
“Ma-Maaf Nii-san! Tapi, itulah seberapa
besaraku ingin mengucapkan terima kasih.
Itu sebabnya Nii-san ... Kamu mungkin berpikir untuk berhenti menjadi Nii-san,
tapi meski begitu berkat Nii-san menjadi nii-san , adik yang satu ini terselamatkan,
aku tidak ingin kamu melupakan itu.”
Dia tersenyum malu-malu.
Tidak memaksa atau menyangkalku.
Dia hanya menerimaku apa adanya. Dia mengakui upayaku.
Dia sungguh gadis yang sangat
baik. Aura Yuuki terlalu menyilaukan.
Hanya ada satu hal yang aku bisa
jawab. Rasa terima kasih.
“U-um ... terima kasih Yuuki. Aku
juga senang punya adik seperti dirimu. Tentu saja, bukan hanya kau. Selene,
Tomomi, Sayuri dan Mika juga, semuanya adalah adikku yang berharga.”
“Kalau begitu, apa Nii-san akan
terus menjadi nii-san?”
“Itu ...”
Aku tidak punya hak untuk
menjawab itu. Tentunya, Yuuki akan mengatakan "bukan seperti itu"
tapi aku takut dimanjakan oleh kata-kata ini.
Ayo kita ubah topiknya.
“He-Hei, Yuuki. Dengar, aku ...
di jalannya peristiwa akhirnya menjadi Onii-chan ...”
“Aku terkejut saat aku mendadak
diberitahu kalau aku punya Nii-san. Dan sebagai Onee-chan, aku juga punya adik,
aku terkejut ... tapi merasa senang pula. Apa Nii-san tidak merasa senang?”
“Ketika aku mendengar cerita
dari Murasaki-san, rasanya terlalu abstrak sampai aku tidak punya waktu
merasakan emosi seperti kebahagiaan, kurasa.”
“Begitu ya. Itu memang seperti
Nii-san. Berpikir ke depan daripada perasaan.”
“Kau benar. Aku berpikir
terlalu banyak.”
“Kali ini kamu berpikir terlalu
banyak, dan kepalamu jadi berpaling terlalu berat, tidak mampu mempertahankan
keseimbangan dukunganmu.”
“Dengan momentum yang kuat, aku
jatuh dan melukai diriku sendiri. Lagipula aku tidak baik.”
“Aku tidak berpikir kamu harus
memaksa dirimu untuk berubah. Nii-san hanya perlu menjadi dirinya
sendiri."
Jika Yuuki adalah menjadi guru
di sekolah, dia pasti banyak disukai.
“Jadilah diri sendiri ... ya.”
“Nii-san, besok, kamu akan
pergi tempat Mariko-san, kan?”
“Y-ya.”
Sementara aku merasa canggung,
Yuuki tersenyum.
“Serahkan Mika-chan padaku!”
“Maaf ... tidak. Terima kasih,
Yuuki.”
“Yup yup. Itu saja, Nii-san.
Tak apa untuk mengandalkanku. Jadi, kapan Nii-san pulang ke rumah? Kamu makan
siang dengan Mariko-san, kan?”
“It-Itu ... um, aku sendiri
tidah tahu ...”
"Eh? Jangan bilang, kamu
menginap ?!”
Mata Yuuki melebar karena
terkejut. Wajahnya berubah memerah hingga telinganya.
“Tidak tidak tidak. Ini karena
orang tua Mariko dan adiknya tidak ada di rumah ... haa ?!”
Aku akhirnya mengatakan itu.
“Nii-san, ja-ja-jangan-jangan
... Kamu mau meluluskan keperjakaanmu ?!”
“Kenapa malah mengarah ke
situuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!”
“Tapi, bagaimana kalau ucapanku
benar?”
“Ke-Kemungkinan itu ... memang
ada tapi ...”
Wajah Yuuki ini benar-benar semerah
tomat. Dia memiliki ekspresi tercengang.
“Nii-san. Pastikan ... eh,
untuk me-memakai yang balon itu.”
“UWAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
“Ma-Mau melakukannya denganku
dulu dan me-me-mempraktekkannya? Ji-Jika kita berhenti di tengah jalan, itu tidak
termasuk kejahatan, ‘kan?”
Apa Yuuki berubah jadi
Sayuri?!!
“Ma-Mana mungkin kita bisa
melakukannya!”
“It-Itu Cuma bercanda, kok. Oh
tidak, dasar Nii-san cabul.”
Seolah-olah berbisik, Yuuki
bergumam di samping telingaku.
Mustahil, untuk berpikir dia
akan mengatakan sesuatu seperti itu ... itu pasti karena pengaruh saudarinya
yang lain.
Yuuki menunduk malu-malu,
kemudian membasahi mulutnya dengan kopi di tangannya.
“Ke-Kesampingkan dulu tangga
kedewasaan untuk saat ini ... jika kamu punya masalah, kamu bisa berkonsultasi
kapan saja denganku.”
“Ini berbeda dari khawatir tapi,
um ... tentang Mariko ... apa lebih baik jika aku memegang tangannya?”
“Kamu harus! Nii-san harus
memandunya.”
“Be-Begitu ya.”
“Memang, Nii-san. Pada
saat-saat seperti ini, cowok yang harus melakukannya.”
Aku tidak memiliki pengalaman
memegang tangan dengan gadis lain selain adikku. Maksudku, bahkan ketika berkencan
dengan Tomomi di Shibuya. Aku merasa gugup dengan adikku.
“Ok-Oke, aku akan mencobanya.”
“Tidak apa-apa. Nii-san bisa
melakukannya!”
Disemangati begitu entah kenapa
rasanya agak memalukan.
“Lihat, Nii-san sudah
memperoleh pengalaman kencan dengan Tomomi-chan dan aku, jadi kamu harus lebih
percaya diri!”
Omong-omong, aku juga berkencan
dengan Selene juga ... ‘kan.
Tidak perlu ragu pada kencan
besok dengan Mariko.
“Y-ya. Terima kasih karena sudah
menyemangatiku, Yuuki.”
“Lakukan yang terbaik,
Nii-san!”
Aku menenggak kopi susu dan
mengangguk. Disembuhkan oleh manisnya, aku menghembuskan lega.
“Nii-san, kamu ada bekas kopi
susu.”
Yuuki mengambil beberapa tisu
dan ringan dengan menyentuhku untuk menyekanya.
“Ak-Aku bukan anak-anak, aku
bisa melakukannya sendiri!”
“Tidak apa-apa, ‘kan. Lagipula,
kita ini bersaudara.”
Dia menatapku lagi.
“Aku penasara, apa kita
benar-benar bersaudara.”
“Kau dan aku, memang tidak
mirip sama sekali.”
Yuuki mempunyai badan ramping
dan proporsi yang baik, hanya dengan berdiri saja sudah bisa mengundang
perhatian orang banyak. Selain langsing, dia memiliki payudara besar ...
po-pokoknya, dia sosok yang mencolok.
Melihat sudut pandangku menurun
sedikit, Yuuki menyembunyikan dadanya dengan lengannya.
“Aku tidak bermaksud dalam
penampilan, hanya berarti ada nasib misterius!”
Karena tatapanku ketahuan, aku
menanggapi dengan panik.
“Ya! Nasib ... ya. Setahun yang
lalu, jika aku diberitahu ini akan terjadi, aku pasti takkan percaya.”
“Aku pun sama. Aku akan
terkejut bila mengetahui bahwa aku memiliki Nii-san yang menakjubkan.”
“In-Ini memalukan! Jangan
terus-terusan memujiku!”
“Memang itu kenyataannya tapi
masih merasa malu, Nii-san sangat imut.”
Ini buruk ... tidak, sebenarnya
tidak ada yang buruk tentang hal itu, itu hanya temponya Yuuki sendiri.
“U-umm, Yuuki. Aku ...”
“Ada apa, Nii-san?”
“Awalnya ... Aku tidak tahu
apa-apa tentang Jinya-san, dan aku lupa segala sesuatunya saat aku kecil ...
ketika ternyata seperti ini, aku jadi bingung.”
Yuuki terdiam dan menungguku
untuk berhenti berbicara.
“Aku senang bisa bertmeu kalian
semua.”
“Entah bagaimana, caramu
berbicara rasanya seperti kita takkan bertemu lagi.”
“Aku tidak berniat begitu ...”
Karena besok, aku merayakan
ulang tahun bersama Mariko, rasanya seperti semua orang terasa sangat jauh.
“Bagaimana Dengan pernyataan
berhenti menjadi onii-chan?”
Meski mereka semua menyatakan "mereka
takkan menjadi adikku" rasanya aneh.
“Yuuki juga, saat aku memintamu
untuk menjadi adikku, kau bilang kau tidak mau ‘kan.”
“Kamu benar. Aku kira itu masih
berlaku.”
“Namun, aku masih Onii-chan, ‘kan?”
“Betul!”
“Bukankah itu kontradiktif?”
Dia mengangguk.
“Memang, tapi kamu harus
menerimanya apa adanya. Apanya yang salah dengan kontradiktif! Jadi apa!
Perasaan semacam itu. Aku menyukai Nii-san dan semua saudariku yang lain. Jika aku
harus membohongi perasaan ini demi memecahkan kontradiksi itu, aku lebih
menyukai menerima kontradiksi itu sendiri.”
“Entah bagaimana, itu kacau ...
tapi pernah berkata, bukan rasanya seperti sebuah kapal besar.”
“Nii-san juga, harus memasukkan
tas besar kontradiksi dan ditelan, tidak apa-apa, tahu?”
“Ditelan kau bilang ...”
“Aku pikir ini penting.”
Yuuki meletakkan tangannya di tempatkeberadaan
hatinya.
Mengetahui sesuatu yang penting
dan tidak kehilangan pandangan dari itu, Kau entah bagaimana bisa melewatinya.
Itulah yang Yuuki ajarkan
padaku.
Sebelum aku menyadarinya, aku sudah
menjadi muridnya. Pada saat dia mengajarku, diajarkan olehku, mendukungku dan
didukung olehku, dan jadi kita hidup. Mungkin normal, tapi aku merasa seperti aku
diajarkan sesuatu yang penting lain oleh Yuuki.
“Oh benar, Nii-san! Bagaimana
kalau kita pergi keluar sekarang?”
“Ke mana?”
“Jika kita bermain dengan dia
bersama-sama, Mika-chan takkan merasa kesepian lagi.”
“Jadi ruangan Mika, ya!”
Ketika aku menyadari, Yuuki
gembira menyipitkan matanya.
Kompensasi untuk besok ...
adalah yang ingin dia lakukan, kurasa.
“Apa kau tidak keberatan dengan
itu, Yuuki?”
“Nii-chan tahu yang terbaik, dia adalah gadis yang paling aku suka, kan?”
“Yeah, tapi ... apa tidak
apa-apa?”
Aku khawatir tentang mengganggu
jadwal Murasaki-san.
“Aku sudah mengkonfirmasinya
kalau Mika bebas hari ini.”
Yuuki mengeluarkan smartphone
dan tersenyum. Dia terlalu terampil, seperti yang diharapkan dari gadis yang
paling menyukai Mika.
“Kalau begitu, ayo pergi,
Yuuki.”
“Yup! ayo kita pergi Nii-san!”
Kita meninggalkan ruangan
bersama-sama dan turun ke lantai dua.
uuuu
Saat kita berdiri berdampingan
di depan kamar Mika, aku membunyikan interphone kamar Mika.
Mika segera membuka pintu dan
tersenyum kepadaku dan Yuuki.
“Yay! Ada Nii-chama dan
Nee-Chamaa. Kalian benar-benar datang, Mii-chan senang. Tapi, apa benar
baik-baik saja, Nee-chama?”
Menghapus senyumnya, Mika
menatap Yuuki dengan cemas.
“Karena aku mengganggu bersama
dengan Nii-chan, aku tidak mau berpikir 'Nii-chan diambil!'. Lebih dari itu,
menghabiskan waktu bersama Mika-chan membuatku senang.”
Jika aku adalah gadis dan Yuuki
adalah laki-laki, aku pasti sudah jatuh cinta padanya, itulah seberapa kuat
aura kejantanannya.
“Sama bagiku. Itu sebabnya,
Mika tidak perlu khawatir.”
Mika melompat bahagia di pintu
depan.
“Lalu, laluu, bersama-sama!
Empat dari kita bersama-sama!”
“Aku, Mika dan Yuuki ... e-empat
?!”
Aku berbalik dan mengkonfirmasi
terburu-buru. Tidak ada orang di lorong apartemen. Jangan-jangan, Murasaki-san
ada di ...
Yuuki mengangguk ke Mika sambil
tersenyum.
“Itu benar. Mika, Nii-san, aku dan
Maple, jadi empat.”
“Ya!”
Ahh, apa, jadi maksudnya Maple,ya.
Aku agak terlalu takut dari Murasaki-san, ya.
Mika mengajak kita masuk, dan
aku pergi bersama Yuuki ke ruang tamu.
Omong-omong, meskipun akhir
pekan kami bersama-sama, menghabiskan hari seperti ini adalah pertama kalinya.
Bersama Mika dan Yuuki entah kenapa merasa segar.
Di ruang tamu, di bangku, Maple
sedang duduk.
“Maple mengantuk hari ini.
Selamat malam.”
Mika menggendong Maple dengan
tangannya dan menyeretnya ke kamar tidur.
Dari arah kamar tidur ini kita
bisa mendengar suaranya.
“Ayolah, mulai dari sini adalah
waktunya orang dewasa, itu masih terlalu dini untuk Maple. Juga, begadang itu
tidak baik buat kecantikan dan kesehatan, ‘kan?”
Sepertinya dia sedang mengalami
kesulitan membujuk Maple. Namun, pengaturan sifat Maple telah berubah menjadi
sesuatu yang aneh lagi ...
Setelah beberapa saat, Mika
kembali ke ruang tamu dengan tampilan puas di wajahnya. Yuuki pun bertanya.
“Apa Maple sudah tidur dengan
nyenyak?”
“Iyaaaa. Rasa kantuknya terlalu
mengagumkan.”
“Jika Ia sangat mengantuk, memang
lebih baik jika ia tidur.”
Sembari berbicara dengan Mika,
Yuuki menyipitkan matanya dengan gembira. Aku perlu melakukan beberapa
pekerjaan juga, kurasa.
“Kalian berdua duduklah dulu.”
Saat aku hendak menuju ke
dapur, Yuuki memanggilku.
“Tidak usah Nii-san, biar aku
yang melakukannya.”
Aku berbalik dan berbicara seolah-olah
memohon padanya.
“Biarkan aku yang melakukannya
kali ini.”
“Apa kamu baik-baik saja,
Nii-san?”
“Membuat kakao cukup gampang,
kok.”
Aku menghangat susu memakai
kompor listrik di dapur dan kemudian membuat kakao instan.
Dengan tiga cangkir kakao
berjejer di nampan, aku kembali ke ruang tamu.
Mika dan Yuuki bernyanyi
bersama di sofa ruang tamu.
“Apa rasa yang kakao Nii-chama
buat ♪.”
“Tentunya rasa yang lembut ♪ .”
Itu adalah beberapa lirik
sangat memalukan. Tak terbiasa dengan perasaan senang seperti itu, aku jadi merasa
canggung.
“Maaf sudah membuat kalian
menunggu, Milady. Tuan Putri. Aku sudah menyiapkan kakao.”
Saat aku diam-diam menaruh
kakao di atas meja, Mika membuka mata lebar-lebar.
“Mi-Mii-chan Milady? Tuan
Putri? Ma-Mana yang benar?”
Yuuki menyentuh dagunya dan
berpikir.
“Hmm, yang mana yaaaaa.”
Mika mengangguk dengan memegang
secangkir kakao di tangannya.
“Nii-chama, Yuuki-neechama itu
seperti pangeran, ‘kan ya.”
Tiba-tiba, pembicaraan berubah
ke arah yang aneh.
“Um-Umm ...”
Jawabanku tersendat di
tenggorokanku, ketika aku mengalihkan tatapanku, tiba-tiba Yuuki jadi gelisah
dengan apa yang dikatakan Mika.
“Ak-Ak-Aku seorang pangeran ?!
Dan di sini aku pikir aku sudah meningkatkan pesona gadisku.”
“Jangan cemas, Yuuki! Itu
adalah kesalahanku sekarang. Kalian adalah putri.”
Mika mengatakan “Begitu ya,
Nii-chama begitu ceroboh” dan tertawa polos.
Yuuki juga merasa lega.
Sambil menyeruput kakaonya,
Mika mengusulkan sesuatu kepadaku dan Yuuki.
“Umm, anone! Mii-chan ingin
mandi bersama hari ini, kita bertiga bersama-sama!”
Wajah Yuuki langsung memerah.
“Ki-Kita bertiga ...
bersama-sama ...”
Dia meneguk air liurnya. Ini
adalah di mana aku harus menyela sebagai kakak.
“Hei, Mika. Seperti yang
kuduga, kalau bertiga itu sedikit ...”
Mika menggembungkan pipinya,
itu tampak seperti kue beras panggang.
“Eeee! Tapi Nii-chama mandi
bersamaku sebelumnya.”
Telinga Yuuki berkedut. Dia
menoleh ke arahku, yang duduk di bangku.
“Apa maksudnya itu, Nii-san ?!”
“Umm, itu, maksudmu?”
“Apa kamu mandi ?! Apa kamu
mandi bersama Mika-chan ?!”
Secara menyeluruh, dia bertanya
dua kali. Kurasa aku harus menjawab dengan jujur. Dan, saat aku ingin
menjawabnya, Mika tersenyum gembira.
“Itu benar. Nii-chama melakukan
tugas sampo. Setelah itu, um, karena tetek Mii-chan datar sehingga tidak perlu
untuk bra dan aku dibuat untuk pergi ke kamar mandi setelah seratus hitungan.”
Yuuki mendengus.
“Nii-san! It-Itu tidak baik!”
“Ap-Apanya yang tidak baik ...”
“Ak-Aku sa-sangat iri!
Nii-san!”
Dia terganggu ke titik nada
suaranya berubah ... ketika mengenai Mika, Yuuki berubah menjadi orang yang
berbeda.
Mika menatap bergantian antara
wajahku dan wajah Yuuki.
“Kalau begitu, ayo mandi
bersama-sama bertiga?”
Wajah Yuuki langsung *paaaaaa*! Dan mulai memancarkan panas.
“Mi-Mika-chan, it-itu um ...
err ...”
“Yuuki-neechama, apa kamu membenci
Nii-chama? Kamu tidak mau mandi bersama-sama, namun Mii-chan memaksamu?”
Mendengar Mika mencemaskan hal
itu, Yuuki memegang pipinya sendiri dengan kedua tangannya dan menggeleng
samping.
“Ak-Aku menyukai Nii-san! Itu
karena aku menyukainya jadi itu bermasalah.”
“Yuuki-neechama aneh. Nii-chama
tentu saja akan ikut mandi, ‘kan?”
Ugh ... sepertinya akan tejadi
badai ... heck, bukan waktunya memikirkan itu.
Bukan itu. Jika aku berbicara baik-baik
dengan Mika, dia pasti akan mengerti.
Dengan mempersayai orang lain,
kita bisa saling mengerti. Aku perlu berbicara dengan jujur di sini.
“Kita tidak boleh mandi
bersama-sama.”
“Eh? !! Kenapa?”
“Apa Mika-chan pernah pergi ke
pemandian umum, air panas atau pemandian sebelumnya?”
“Aku tahu tentang itu!”
“Pria dewasa dan wanita dewasa
pergi ke kamar mandi secara terpisah.”
“Pemandian Dewasa?”
Aku tidak memikirkannya dengan
sengaja, tapi caranya berimajinasi itu benar-benar agak cabul.
“Uhh, bukan itu ... pokoknya,
saat kau sudah dewasa, seorang wanita telanjang yang dilihat oleh seorang pria itu
terasa sangat memalukan. Itu sebabnya pria dan wanita dipisahkan saat mandi.”
Mika memiringkan kepalanya.
“Haa. Begitu yaaa. Ini sedikit
sulit dipahami untuk Mii-chan.”
Dia berbicara aneh seperti
Murasaki-san. Dan kemudian, seakan menyadari sesuatu, Mika membuka mata
lebar-lebar karena terkejut.
“Apa itu berarti, Mii-chan
masih anak-anak ?!”
Bermasalah, Yuuki mengangkat
alisnya.
“Mungkin begitu.”
“Kyaa! Malunya! Mii-chan sangat
malu dilihat oleh Nii-chama.”
Lalu dia berteriak dengan aneh.
Jadi itulah seberapa besarnya dia ingin diakui sebagai orang dewasa.
Aku terus menatapnya.
“Mau bagaimana lagi. Karena Mika
adalah seorang wanita dewasa, jadi mana mungkin aku bisa mandi bersamamu.”
“Ah ... y-yup. Mii-chan tidak
akan mengulanginya lagi. Mulai sekarang, aku akan mandi sendirian saja.”
Rasa menyesal dan sedih, Mika
menurunkan bahunya. Entah bagaimana, itu adalah pemandangan menyedihkan juga.
Baiklah, ayo kita lakukan seperti ini.
“Tapi, baik Mika dan Yuuki
adalah perempuan, jika kedua gadis mandi bersama-sama, itu tidak akan
memalukan, ‘kan?”
Senyum Mika menyilaukan
layaknya sinar matahari yang muncul kembali setelah hujan lebat.
“Apa Nii-chama jenius?”
“Kata jenius terdengar terlalu
berlebihan, tapi aku pikir ide itu sendiri bagus. Yuuki, kamutidak keberatan ,
‘kan?”
Ketika aku mengalihkan pandanganku
pada Yuuki ... dengan berlinangan air mata dan merah sampai ke telinga, dia
gemetaran.
Mika menatap wajah Yuuki dengan
cemas.
“Nee-chama, kamu baik-baik saja
?!”
“Ak-Aku baik-baik saka! Jika
ada, aku berubah jadi benar-benar sehat!”
“Itu baguss.”
Setelah menghembuskan napas
lega, Mika menatap wajahku berikutnya.
“Nii-chama, Mii-chan menaiki
tangga sampai dewasa.”
Umm ... karena dia tahu bahwa terlihat
telanjang oleh seorang pria adalah hal yang memalukan ... Kurasa.
“Ka-Kau benar. Kau tumbuh
secara signifikan.”
“Secara signifikan?”
“Sama seperti mengesankan,
sangat dibedakan. Lagi pula, aku terkesan dengan betapa menakjubkan Mika.”
“Jadi sebanyak itu ya.”
Ehhen, Mika
membusungkan dadanya yang rata. Dan kemudian melanjutkan dengan tenang.
“Mii-chan mencintai Nii-chama.”
“Mika ... ap-apa yang kau
katakana mendadak begini?”
“Karena dia mencintai Nii-chama,
dia ingin menghiburnya.”
Menghibur ... ya.
“Mii-chan sudah mendengar
banyak dari Nee-Chama. Yuuki-neechama, Selene-neechama, Tomomi-neechama dan
Sayuri-neeechama, mereka semua bersorak untuk Nii-chama, jadi lakukan yang
terbaik. Mii-chan juga sama. Itu sebabnya berikutnya Mii-chan ingin menghibur
Nii-chama.”
Yuuki memeluk lembut Mika dari
belakang, membungkus di sekitar bawah lengan Mika.
“Itu benar Mika-chan. Aku juga merasa
sama. Mika-chan yang masih anak SD, namun mampu menghibur Nii-san, kamu memang
menakjubkan.”
Mika mengangguk dengan senyum
lebar.
“Yup! Karena, Mii-chan adalah
wanita! Itu sebabnya, selamat bersenang-senang besok, Nii-chama! Sebagai gantinya,
beri beberapa layanan hari ini!”
Layanan, dari mana dia
mempelajari kata itu ...
Dia memaafkan aku untuk
menghabiskan waktu besok dengan Mariko.
Rasa sakit dan bersalah yang
hatiku sepanjang waktu ini telah hilang.
Ini bukan hanya Mika.
Dari Selene, Tomomi, Sayuri,
Yuuki juga.
Aku merasa semua orang
mendukungku.
“O-Okeeeee! Aku akan melakukan
apa saja hari ini! Aku akan menerima apapun permintaanmu!”
Dia mengangguk, dan segera
membuat permintaan.
“Kalau begitu, kelanjutan dari
main rumah-rumahan kemarin. Mii-chan akan menjadi ibu, Yuuki-neechama akan mejadi
ayah menggantikan Maple. Putra sulungnya adalah Nii-chama!”
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkk!
Pada hari itu, aku bermain
rumah-rumahan sampai Mika merasa bosan. Di tengah-tengah itu Yuuki benar-benar
mendalami perannya dan mereka berdua bertingkah sangat senang, sampai tiba
saatnya untuk mandi mereka, aku terus memainkan peran putra sulung.
Akwoakwoawl
BalasHapusMCnya jadi keliatan makin hidup
BalasHapus