Omae wo Onii-chan Vol.3 Chapter 11 Bahasa Indonesia

Kamis, 16 Mei - Kontradiksi. Keraguan. Perasaan bersalah.

Sepulang sekolah, kami berjalan pulang bersama sembari membicarakan tentang jadwal hari esok.
Besok setelah pelajaran selesai, kita akan department store Barat di Ikebukuro, untuk memilih hadiah rupanya. Mariko sudah memikirkan beberapa barang, tapi dia ingin aku memlihnya sendiri. Jika itu adalah hadiah dari Mariko, aku akan senang dengan apa pun hadiahnya.
Setelah kembali dari Ikebukuro, kita seharusnya merayakan bersama di rumah Mariko.
Aku pernah diberitahu hal tersebut sebelumnya melalui pesan STRING yang dia kirim, tapi orang tua Mariko dijadwalkan akan bepergian bersama-sama dan adiknya, Chitose-chan akan menginap di rumah temannya.
Dengan kata lain, ini ...
Ti-Tidak baik. Jangan terpengaruh oleh kata-kata Tomomi,diriaku. Sekali lagi aku akhirnya membayangkan sosok Mariko yang dibungkus pita.
Mariko takkan membuat dirinya sebagai hadiah, ‘kan ... mungkin.
Aku merasa seolah-olah ada api yang keluar dari wajahku. Melihat wajahku yang memerah terang, Mariko bertanya "apa yang terjadi?", Memiringkan kepalanya dan tersipu.
Ke-Kenapa Mariko jadi ikutan malu.
Uu ... Aku jadi beringkah aneh, tidak dapat melihat wajahnya secara langsung, aku berpisah darinya di persimpangan biasa dan menyusuri jalan pulang.

uuuu

Ketika aku berdiri di depan kamar apartmen Yuuki, aku menyadari kalau aku merasa lega.
Bahkan di antara adik-adiku, Yuuki adalah yang paling bersikap dewasa. Ketika kami pertama kali bertemu satu sama lain, kami berdua sama-sama gugup, tapi berkat sikap santainya yang mana aku jadi terbiasa dengan kebaikan dan pertimbangannya.
Mungkin aneh untuk mengatakan ini seperti itu, tapi aku tidak takut bertemu dengannya.
Ketika aku membunyikan interphone, Yuuki membuka pintu dan menyambutku.
“Selamat datang kembali Nii-san.”
“U-um ... aku kembali.”
Meski aku berhenti menjadi kakaknya, panggilanku dengan Yuuki tidak berubah sama sekali.
Ketika aku melewati ruang tamu dan duduk di sofa, dia mulai membuat kopi di dapur. Rasanya seperti dia membuat kopi biasa, tapi mungkin karena dia biasanya minum kopi instan.
Tanpa aku sadari, aku mulai menyukai kopi dengan campuran susu dan gula yang dia buat.
Kami berdua minum kopi dalam diam. Lega, waktu perlahan-lahan berlalu. Yuuki sendiri tidak mengatakan apa-apa.
“He-Hei, Yuuki. Aku ... berhenti menjadi Onii-chan tapi ...”
Dia meletakkan cangkir kopi hitam di atas meja dan ringan mengangguk.
“Apa pun jalan yang Nii-san pilih, aku akan menerimanya.”
“Jalan yang aku pilih ... o-oh, begitu ya.”
Omong-omong, pemilihan adik masih belum disimpulkan. Aku masih menundanya.
Aku tidak bisa memilih apa aku terus menjadi kakak atau memilih satu orang dan berhenti.
“Aku takkan memilih salah satu dari kalian, kau tidak perlu khawatir ... itu mungkin terdengar aneh, tapi jangan khawatirkan hal itu untuk saat ini.”
Yuuki mengangkat alisnya, bermasalah.
“It-Itu juga termasuk, tapi pernyataanku tadi ….... itu berarti aku akan menerima segalanya dari Nii-san.”
“Segalanya bagiku?”
“Yup. Itu sebabnya hari ini juga, aku akan terus bertingkah seperti biasa. Kopinya masih hitam. Punya Nii-san adalah kopi susu dengan gula. Juga, kita akan menghabiskan waktu bersama-sama. Ketimbang melantur yang tidak masuk akal. Ini adalah waktu yang menyenangkan dan membahagiakan untukku.”
“Yuuki ...”
“Nii-san mencemaskan diriku dan menjadi kekuatanku. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Seperti tidak membiarkan hal itu berubah menjadi masa lalu, aku akan terus selalu, selalu menerima Nii-san.”
“Di-Diucapkan terima kasih sebanyak ini malah berubah jadi sangat berat!”
“Ma-Maaf Nii-san! Tapi, itulah seberapa  besaraku ingin mengucapkan terima kasih. Itu sebabnya Nii-san ... Kamu mungkin berpikir untuk berhenti menjadi Nii-san, tapi meski begitu berkat Nii-san menjadi nii-san , adik yang satu ini terselamatkan, aku tidak ingin kamu melupakan itu.”
Dia tersenyum malu-malu.
Tidak memaksa atau menyangkalku. Dia hanya menerimaku apa adanya. Dia mengakui upayaku.
Dia sungguh gadis yang sangat baik. Aura Yuuki terlalu menyilaukan.
Hanya ada satu hal yang aku bisa jawab. Rasa terima kasih.
“U-um ... terima kasih Yuuki. Aku juga senang punya adik seperti dirimu. Tentu saja, bukan hanya kau. Selene, Tomomi, Sayuri dan Mika juga, semuanya adalah adikku yang berharga.”
“Kalau begitu, apa Nii-san akan terus menjadi nii-san?”
“Itu ...”
Aku tidak punya hak untuk menjawab itu. Tentunya, Yuuki akan mengatakan "bukan seperti itu" tapi aku takut dimanjakan oleh kata-kata ini.
Ayo kita ubah topiknya.
“He-Hei, Yuuki. Dengar, aku ... di jalannya peristiwa akhirnya menjadi Onii-chan ...”
“Aku terkejut saat aku mendadak diberitahu kalau aku punya Nii-san. Dan sebagai Onee-chan, aku juga punya adik, aku terkejut ... tapi merasa senang pula. Apa Nii-san tidak merasa senang?”
“Ketika aku mendengar cerita dari Murasaki-san, rasanya terlalu abstrak sampai aku tidak punya waktu merasakan emosi seperti kebahagiaan, kurasa.”
“Begitu ya. Itu memang seperti Nii-san. Berpikir ke depan daripada perasaan.”
“Kau benar. Aku berpikir terlalu banyak.”
“Kali ini kamu berpikir terlalu banyak, dan kepalamu jadi berpaling terlalu berat, tidak mampu mempertahankan keseimbangan dukunganmu.”
“Dengan momentum yang kuat, aku jatuh dan melukai diriku sendiri. Lagipula aku tidak baik.”
“Aku tidak berpikir kamu harus memaksa dirimu untuk berubah. Nii-san hanya perlu menjadi dirinya sendiri."
Jika Yuuki adalah menjadi guru di sekolah, dia pasti banyak disukai.
“Jadilah diri sendiri ... ya.”
“Nii-san, besok, kamu akan pergi tempat Mariko-san, kan?”
“Y-ya.”
Sementara aku merasa canggung, Yuuki tersenyum.
“Serahkan Mika-chan padaku!”
“Maaf ... tidak. Terima kasih, Yuuki.”
“Yup yup. Itu saja, Nii-san. Tak apa untuk mengandalkanku. Jadi, kapan Nii-san pulang ke rumah? Kamu makan siang dengan Mariko-san, kan?”
“It-Itu ... um, aku sendiri tidah tahu ...”
"Eh? Jangan bilang, kamu menginap ?!”
Mata Yuuki melebar karena terkejut. Wajahnya berubah memerah hingga telinganya.
“Tidak tidak tidak. Ini karena orang tua Mariko dan adiknya tidak ada di rumah ... haa ?!”
Aku akhirnya mengatakan itu.
“Nii-san, ja-ja-jangan-jangan ... Kamu mau meluluskan keperjakaanmu ?!”
“Kenapa malah mengarah ke situuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!”
“Tapi, bagaimana kalau ucapanku benar?”
“Ke-Kemungkinan itu ... memang ada tapi ...”
Wajah Yuuki ini benar-benar semerah tomat. Dia memiliki ekspresi tercengang.
“Nii-san. Pastikan ... eh, untuk me-memakai yang balon itu.”
“UWAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!”
“Ma-Mau melakukannya denganku dulu dan me-me-mempraktekkannya? Ji-Jika kita berhenti di tengah jalan, itu tidak termasuk kejahatan, ‘kan?”
Apa Yuuki berubah jadi Sayuri?!!
“Ma-Mana mungkin kita bisa melakukannya!”
“It-Itu Cuma bercanda, kok. Oh tidak, dasar Nii-san cabul.”
Seolah-olah berbisik, Yuuki bergumam di samping telingaku.
Mustahil, untuk berpikir dia akan mengatakan sesuatu seperti itu ... itu pasti karena pengaruh saudarinya yang lain.
Yuuki menunduk malu-malu, kemudian membasahi mulutnya dengan kopi di tangannya.
“Ke-Kesampingkan dulu tangga kedewasaan untuk saat ini ... jika kamu punya masalah, kamu bisa berkonsultasi kapan saja denganku.”
“Ini berbeda dari khawatir tapi, um ... tentang Mariko ... apa lebih baik jika aku memegang tangannya?”
“Kamu harus! Nii-san harus memandunya.”
“Be-Begitu ya.”
“Memang, Nii-san. Pada saat-saat seperti ini, cowok yang harus melakukannya.”
Aku tidak memiliki pengalaman memegang tangan dengan gadis lain selain adikku. Maksudku, bahkan ketika berkencan dengan Tomomi di Shibuya. Aku merasa gugup dengan adikku.
“Ok-Oke, aku akan mencobanya.”
“Tidak apa-apa. Nii-san bisa melakukannya!”
Disemangati begitu entah kenapa rasanya agak memalukan.
“Lihat, Nii-san sudah memperoleh pengalaman kencan dengan Tomomi-chan dan aku, jadi kamu harus lebih percaya diri!”
Omong-omong, aku juga berkencan dengan Selene juga ... ‘kan.
Tidak perlu ragu pada kencan besok dengan Mariko.
“Y-ya. Terima kasih karena sudah menyemangatiku, Yuuki.”
“Lakukan yang terbaik, Nii-san!”
Aku menenggak kopi susu dan mengangguk. Disembuhkan oleh manisnya, aku menghembuskan lega.
“Nii-san, kamu ada bekas kopi susu.”
Yuuki mengambil beberapa tisu dan ringan dengan menyentuhku untuk menyekanya.
“Ak-Aku bukan anak-anak, aku bisa melakukannya sendiri!”
“Tidak apa-apa, ‘kan. Lagipula, kita ini bersaudara.”
Dia menatapku lagi.
“Aku penasara, apa kita benar-benar bersaudara.”
“Kau dan aku, memang tidak mirip sama sekali.”
Yuuki mempunyai badan ramping dan proporsi yang baik, hanya dengan berdiri saja sudah bisa mengundang perhatian orang banyak. Selain langsing, dia memiliki payudara besar ... po-pokoknya, dia sosok yang mencolok.
Melihat sudut pandangku menurun sedikit, Yuuki menyembunyikan dadanya dengan lengannya.
“Aku tidak bermaksud dalam penampilan, hanya berarti ada nasib misterius!”
Karena tatapanku ketahuan, aku menanggapi dengan panik.
“Ya! Nasib ... ya. Setahun yang lalu, jika aku diberitahu ini akan terjadi, aku pasti takkan percaya.”
“Aku pun sama. Aku akan terkejut bila mengetahui bahwa aku memiliki Nii-san yang menakjubkan.”
“In-Ini memalukan! Jangan terus-terusan memujiku!”
“Memang itu kenyataannya tapi masih merasa malu, Nii-san sangat imut.”
Ini buruk ... tidak, sebenarnya tidak ada yang buruk tentang hal itu, itu hanya temponya Yuuki sendiri.
“U-umm, Yuuki. Aku ...”
“Ada apa, Nii-san?”
“Awalnya ... Aku tidak tahu apa-apa tentang Jinya-san, dan aku lupa segala sesuatunya saat aku kecil ... ketika ternyata seperti ini, aku jadi bingung.”
Yuuki terdiam dan menungguku untuk berhenti berbicara.
“Aku senang bisa bertmeu kalian semua.”
“Entah bagaimana, caramu berbicara rasanya seperti kita takkan bertemu lagi.”
“Aku tidak berniat begitu ...”
Karena besok, aku merayakan ulang tahun bersama Mariko, rasanya seperti semua orang terasa sangat jauh.
“Bagaimana Dengan pernyataan berhenti menjadi onii-chan?”
Meski mereka semua menyatakan "mereka takkan menjadi adikku" rasanya aneh.
“Yuuki juga, saat aku memintamu untuk menjadi adikku, kau bilang kau tidak mau ‘kan.”
“Kamu benar. Aku kira itu masih berlaku.”
“Namun, aku masih Onii-chan, ‘kan?”
“Betul!”
“Bukankah itu kontradiktif?”
Dia mengangguk.
“Memang, tapi kamu harus menerimanya apa adanya. Apanya yang salah dengan kontradiktif! Jadi apa! Perasaan semacam itu. Aku menyukai Nii-san dan semua saudariku yang lain. Jika aku harus membohongi perasaan ini demi memecahkan kontradiksi itu, aku lebih menyukai menerima kontradiksi itu sendiri.”
“Entah bagaimana, itu kacau ... tapi pernah berkata, bukan rasanya seperti sebuah kapal besar.”
“Nii-san juga, harus memasukkan tas besar kontradiksi dan ditelan, tidak apa-apa, tahu?”
“Ditelan kau bilang ...”
“Aku pikir ini penting.”
Yuuki  meletakkan tangannya di tempatkeberadaan hatinya.
Mengetahui sesuatu yang penting dan tidak kehilangan pandangan dari itu, Kau entah bagaimana bisa melewatinya.
Itulah yang Yuuki ajarkan padaku.
Sebelum aku menyadarinya, aku sudah menjadi muridnya. Pada saat dia mengajarku, diajarkan olehku, mendukungku dan didukung olehku, dan jadi kita hidup. Mungkin normal, tapi aku merasa seperti aku diajarkan sesuatu yang penting lain oleh Yuuki.
“Oh benar, Nii-san! Bagaimana kalau kita pergi keluar sekarang?”
“Ke mana?”
“Jika kita bermain dengan dia bersama-sama, Mika-chan takkan merasa kesepian lagi.”
“Jadi ruangan Mika, ya!”
Ketika aku menyadari, Yuuki gembira menyipitkan matanya.
Kompensasi untuk besok ... adalah yang ingin dia lakukan, kurasa.
“Apa kau tidak keberatan dengan itu, Yuuki?”
“Nii-chan tahu yang terbaik,  dia adalah gadis yang paling aku suka, kan?”
“Yeah, tapi ... apa tidak apa-apa?”
Aku khawatir tentang mengganggu jadwal Murasaki-san.
“Aku sudah mengkonfirmasinya kalau Mika bebas hari ini.”
Yuuki mengeluarkan smartphone dan tersenyum. Dia terlalu terampil, seperti yang diharapkan dari gadis yang paling menyukai Mika.
“Kalau begitu, ayo pergi, Yuuki.”
“Yup! ayo kita pergi Nii-san!”
Kita meninggalkan ruangan bersama-sama dan turun ke lantai dua.

uuuu

Saat kita berdiri berdampingan di depan kamar Mika, aku membunyikan interphone kamar Mika.
Mika segera membuka pintu dan tersenyum kepadaku dan Yuuki.
“Yay! Ada Nii-chama dan Nee-Chamaa. Kalian benar-benar datang, Mii-chan senang. Tapi, apa benar baik-baik saja, Nee-chama?”
Menghapus senyumnya, Mika menatap Yuuki dengan cemas.
“Karena aku mengganggu bersama dengan Nii-chan, aku tidak mau berpikir 'Nii-chan diambil!'. Lebih dari itu, menghabiskan waktu bersama Mika-chan membuatku senang.”
Jika aku adalah gadis dan Yuuki adalah laki-laki, aku pasti sudah jatuh cinta padanya, itulah seberapa kuat aura kejantanannya.
“Sama bagiku. Itu sebabnya, Mika tidak perlu khawatir.”
Mika melompat bahagia di pintu depan.
“Lalu, laluu, bersama-sama! Empat dari kita bersama-sama!”
“Aku, Mika dan Yuuki ... e-empat ?!”
Aku berbalik dan mengkonfirmasi terburu-buru. Tidak ada orang di lorong apartemen. Jangan-jangan, Murasaki-san ada di ...
Yuuki mengangguk ke Mika sambil tersenyum.
“Itu benar. Mika, Nii-san, aku dan Maple, jadi empat.”
“Ya!”
Ahh, apa, jadi maksudnya Maple,ya. Aku agak terlalu takut dari Murasaki-san, ya.
Mika mengajak kita masuk, dan aku pergi bersama Yuuki ke ruang tamu.
Omong-omong, meskipun akhir pekan kami bersama-sama, menghabiskan hari seperti ini adalah pertama kalinya. Bersama Mika dan Yuuki entah kenapa merasa segar.
Di ruang tamu, di bangku, Maple sedang duduk.
“Maple mengantuk hari ini. Selamat malam.”
Mika menggendong Maple dengan tangannya dan menyeretnya ke kamar tidur.
Dari arah kamar tidur ini kita bisa mendengar suaranya.
“Ayolah, mulai dari sini adalah waktunya orang dewasa, itu masih terlalu dini untuk Maple. Juga, begadang itu tidak baik buat kecantikan dan kesehatan, ‘kan?”
Sepertinya dia sedang mengalami kesulitan membujuk Maple. Namun, pengaturan sifat Maple telah berubah menjadi sesuatu yang aneh lagi ...
Setelah beberapa saat, Mika kembali ke ruang tamu dengan tampilan puas di wajahnya. Yuuki pun bertanya.
“Apa Maple sudah tidur dengan nyenyak?”
“Iyaaaa. Rasa kantuknya terlalu mengagumkan.”
“Jika Ia sangat mengantuk, memang lebih baik jika ia tidur.”
Sembari berbicara dengan Mika, Yuuki menyipitkan matanya dengan gembira. Aku perlu melakukan beberapa pekerjaan juga, kurasa.
“Kalian berdua duduklah dulu.”
Saat aku hendak menuju ke dapur, Yuuki memanggilku.
“Tidak usah Nii-san, biar aku yang melakukannya.”
Aku berbalik dan berbicara seolah-olah memohon padanya.
“Biarkan aku yang melakukannya kali ini.”
“Apa kamu baik-baik saja, Nii-san?”
“Membuat kakao cukup gampang, kok.”
Aku menghangat susu memakai kompor listrik di dapur dan kemudian membuat kakao instan.
Dengan tiga cangkir kakao berjejer di nampan, aku kembali ke ruang tamu.
Mika dan Yuuki bernyanyi bersama di sofa ruang tamu.
“Apa rasa yang kakao Nii-chama buat .”
“Tentunya rasa yang lembut .”
Itu adalah beberapa lirik sangat memalukan. Tak terbiasa dengan perasaan senang seperti itu, aku jadi merasa canggung.
“Maaf sudah membuat kalian menunggu, Milady. Tuan Putri. Aku sudah menyiapkan kakao.”
Saat aku diam-diam menaruh kakao di atas meja, Mika membuka mata lebar-lebar.
“Mi-Mii-chan Milady? Tuan Putri? Ma-Mana yang benar?”
Yuuki menyentuh dagunya dan berpikir.
“Hmm, yang mana yaaaaa.”
Mika mengangguk dengan memegang secangkir kakao di tangannya.
“Nii-chama, Yuuki-neechama itu seperti pangeran, ‘kan ya.”
Tiba-tiba, pembicaraan berubah ke arah yang aneh.
“Um-Umm ...”
Jawabanku tersendat di tenggorokanku, ketika aku mengalihkan tatapanku, tiba-tiba Yuuki jadi gelisah dengan apa yang dikatakan Mika.
“Ak-Ak-Aku seorang pangeran ?! Dan di sini aku pikir aku sudah meningkatkan pesona gadisku.”
“Jangan cemas, Yuuki! Itu adalah kesalahanku sekarang. Kalian adalah putri.”
Mika mengatakan “Begitu ya, Nii-chama begitu ceroboh” dan tertawa polos.
Yuuki juga merasa lega.
Sambil menyeruput kakaonya, Mika mengusulkan sesuatu kepadaku dan Yuuki.
“Umm, anone! Mii-chan ingin mandi bersama hari ini, kita bertiga bersama-sama!”
Wajah Yuuki langsung memerah.
“Ki-Kita bertiga ... bersama-sama ...”
Dia meneguk air liurnya. Ini adalah di mana aku harus menyela sebagai kakak.
“Hei, Mika. Seperti yang kuduga, kalau bertiga itu sedikit ...”
Mika menggembungkan pipinya, itu tampak seperti kue beras panggang.
“Eeee! Tapi Nii-chama mandi bersamaku sebelumnya.”
Telinga Yuuki berkedut. Dia menoleh ke arahku, yang duduk di bangku.
“Apa maksudnya itu, Nii-san ?!”
“Umm, itu, maksudmu?”
“Apa kamu mandi ?! Apa kamu mandi bersama Mika-chan ?!”
Secara menyeluruh, dia bertanya dua kali. Kurasa aku harus menjawab dengan jujur. Dan, saat aku ingin menjawabnya, Mika tersenyum gembira.
“Itu benar. Nii-chama melakukan tugas sampo. Setelah itu, um, karena tetek Mii-chan datar sehingga tidak perlu untuk bra dan aku dibuat untuk pergi ke kamar mandi setelah seratus hitungan.”
Yuuki mendengus.
“Nii-san! It-Itu tidak baik!”
“Ap-Apanya yang tidak baik ...”
“Ak-Aku sa-sangat iri! Nii-san!”
Dia terganggu ke titik nada suaranya berubah ... ketika mengenai Mika, Yuuki berubah menjadi orang yang berbeda.
Mika menatap bergantian antara wajahku dan wajah Yuuki.
“Kalau begitu, ayo mandi bersama-sama bertiga?”
Wajah Yuuki langsung *paaaaaa*! Dan mulai memancarkan panas.
“Mi-Mika-chan, it-itu um ... err ...”
“Yuuki-neechama, apa kamu membenci Nii-chama? Kamu tidak mau mandi bersama-sama, namun Mii-chan memaksamu?”
Mendengar Mika mencemaskan hal itu, Yuuki memegang pipinya sendiri dengan kedua tangannya dan menggeleng samping.
“Ak-Aku menyukai Nii-san! Itu karena aku menyukainya jadi itu bermasalah.”
“Yuuki-neechama aneh. Nii-chama tentu saja akan ikut mandi, ‘kan?”
Ugh ... sepertinya akan tejadi badai ... heck, bukan waktunya memikirkan itu.
Bukan itu. Jika aku berbicara baik-baik dengan Mika, dia pasti akan mengerti.
Dengan mempersayai orang lain, kita bisa saling mengerti. Aku perlu berbicara dengan jujur di sini.
“Kita tidak boleh mandi bersama-sama.”
“Eh? !! Kenapa?”
“Apa Mika-chan pernah pergi ke pemandian umum, air panas atau pemandian sebelumnya?”
“Aku tahu tentang itu!”
“Pria dewasa dan wanita dewasa pergi ke kamar mandi secara terpisah.”
“Pemandian Dewasa?”
Aku tidak memikirkannya dengan sengaja, tapi caranya berimajinasi itu benar-benar agak  cabul.
“Uhh, bukan itu ... pokoknya, saat kau sudah dewasa, seorang wanita telanjang yang dilihat oleh seorang pria itu terasa sangat memalukan. Itu sebabnya pria dan wanita dipisahkan saat mandi.”
Mika memiringkan kepalanya.
“Haa. Begitu yaaa. Ini sedikit sulit dipahami untuk Mii-chan.”
Dia berbicara aneh seperti Murasaki-san. Dan kemudian, seakan menyadari sesuatu, Mika membuka mata lebar-lebar karena terkejut.
“Apa itu berarti, Mii-chan masih anak-anak ?!”
Bermasalah, Yuuki mengangkat alisnya.
“Mungkin begitu.”
“Kyaa! Malunya! Mii-chan sangat malu dilihat oleh Nii-chama.”
Lalu dia berteriak dengan aneh. Jadi itulah seberapa besarnya dia ingin diakui sebagai orang dewasa.
Aku terus menatapnya.
“Mau bagaimana lagi. Karena Mika adalah seorang wanita dewasa, jadi mana mungkin aku bisa mandi bersamamu.”
“Ah ... y-yup. Mii-chan tidak akan mengulanginya lagi. Mulai sekarang, aku akan mandi sendirian saja.”
Rasa menyesal dan sedih, Mika menurunkan bahunya. Entah bagaimana, itu adalah pemandangan menyedihkan juga. Baiklah, ayo kita lakukan seperti ini.
“Tapi, baik Mika dan Yuuki adalah perempuan, jika kedua gadis mandi bersama-sama, itu tidak akan memalukan, ‘kan?”
Senyum Mika menyilaukan layaknya sinar matahari yang muncul kembali setelah hujan lebat.
“Apa Nii-chama jenius?”
“Kata jenius terdengar terlalu berlebihan, tapi aku pikir ide itu sendiri bagus. Yuuki, kamutidak keberatan , ‘kan?”
Ketika aku mengalihkan pandanganku pada Yuuki ... dengan berlinangan air mata dan merah sampai ke telinga, dia gemetaran.
Mika menatap wajah Yuuki dengan cemas.
“Nee-chama, kamu baik-baik saja ?!”
“Ak-Aku baik-baik saka! Jika ada, aku berubah jadi benar-benar sehat!”
“Itu baguss.”
Setelah menghembuskan napas lega, Mika menatap wajahku berikutnya.
“Nii-chama, Mii-chan menaiki tangga sampai dewasa.”
Umm ... karena dia tahu bahwa terlihat telanjang oleh seorang pria adalah hal yang memalukan ... Kurasa.
“Ka-Kau benar. Kau tumbuh secara signifikan.”
“Secara signifikan?”
“Sama seperti mengesankan, sangat dibedakan. Lagi pula, aku terkesan dengan betapa menakjubkan Mika.”
“Jadi sebanyak itu ya.”
Ehhen, Mika membusungkan dadanya yang rata. Dan kemudian melanjutkan dengan tenang.
“Mii-chan mencintai Nii-chama.”
“Mika ... ap-apa yang kau katakana mendadak begini?”
“Karena dia mencintai Nii-chama, dia ingin menghiburnya.”
Menghibur ... ya.
“Mii-chan sudah mendengar banyak dari Nee-Chama. Yuuki-neechama, Selene-neechama, Tomomi-neechama dan Sayuri-neeechama, mereka semua bersorak untuk Nii-chama, jadi lakukan yang terbaik. Mii-chan juga sama. Itu sebabnya berikutnya Mii-chan ingin menghibur Nii-chama.”
Yuuki memeluk lembut Mika dari belakang, membungkus di sekitar bawah lengan Mika.
“Itu benar Mika-chan. Aku juga merasa sama. Mika-chan yang masih anak SD, namun mampu menghibur Nii-san, kamu memang menakjubkan.”
Mika mengangguk dengan senyum lebar.
“Yup! Karena, Mii-chan adalah wanita! Itu sebabnya, selamat bersenang-senang besok, Nii-chama! Sebagai gantinya, beri beberapa layanan hari ini!”
Layanan, dari mana dia mempelajari kata itu ...
Dia memaafkan aku untuk menghabiskan waktu besok dengan Mariko.
Rasa sakit dan bersalah yang hatiku sepanjang waktu ini telah hilang.
Ini bukan hanya Mika.
Dari Selene, Tomomi, Sayuri, Yuuki juga.
Aku merasa semua orang mendukungku.
“O-Okeeeee! Aku akan melakukan apa saja hari ini! Aku akan menerima apapun permintaanmu!”
Dia mengangguk, dan segera membuat permintaan.
“Kalau begitu, kelanjutan dari main rumah-rumahan kemarin. Mii-chan akan menjadi ibu, Yuuki-neechama akan mejadi ayah menggantikan Maple. Putra sulungnya adalah Nii-chama!”
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkk!
Pada hari itu, aku bermain rumah-rumahan sampai Mika merasa bosan. Di tengah-tengah itu Yuuki benar-benar mendalami perannya dan mereka berdua bertingkah sangat senang, sampai tiba saatnya untuk mandi mereka, aku terus memainkan peran putra sulung.



close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama