Omae wo Onii-chan Vol.3 Chapter 13 Bahasa Indonesia

Jumat, 17 Mei, Lanjutan - Penyelesaian. Semangat. Jawaban Hati.

Seorang pengunjung yang akan datang ke kamar Mika pada waktu seperti ini, hanya ada satu orang.
layar LCD interphone mencerminkan jas Murasaki-san.
Tomomi meraung.
“Seluruh kru, peringatan tingkat pertama! Siapkan intersepsi anti-wali!”
Dengan terburu-buru, Sayuri memasuki dapur, mengkonfirmasi katup utama gas dan membuka jendela.
“Ap-Apa ini baik-baik saja?!”
Itu penanggulangan gempa. Aku menghela nafas melihat tingkah mereka.
“Sebaliknya, apa maksudnya dengan persiapan intersepsi anti-wali tadi.”
Aku lalu membuka pintu depan, ketika aku mengangguk pada Murasaki-san "permisi" dia pun memasuki ruangan Mika.
Dirinya yang membawa kami ke Maumauland entah kenapa terasa sudah jadi kejadian yang sangat lama.
Hari ini, dia tidak memakai kacamata.
Dia menatap tepat ke arahku dan dengan tenang bertanya.
“Apa kamu ada perubahan pikiran?”
“Eh?Aku ... maksudmu?”
“Ya. Aku merasa seperti suasananya agak berbeda.”
“Aku sudah menjadi lebih sadar dan mungkin telah berubah sedikit lebih seperti kakak mereka.”
Tanpa mengerutkan kening, Murasaki-san dengan ketus menjawab “Begitukah”.
Bersama dengan Murasaki-san, semua orang kembali ke ruang tamu.
Kau terlalu ketakutan! pikiranku tidak bisa tenang sampai batas di mana aku ingin membalas seperti itu. Namun, aku sudah memutuskannya sendiri.
Aku berbalik. Berdiri seakan-akan melindungi semua orang di belakangku, aku berhadapan dengan Murasaki-san.
“Jadi, ada urusan apa anda kemari?”
Kemungkinan, kita akan diusir dari kediaman Taishido.
Jantungku berdebar cepat.
Murasaki-san melihat sekeliling ruangan dan mengambil nafas pelan-pelan.
“Sepertinya semua calon adik sudah berkumpul. Aku dijadwalkan untuk mengunjungi kalian satu-satu, jadi ini bisa menghemat waktu.”
“Ada urusan apa, Murasaki-san?”
Dengan tampilan dingin yang biasa, dia menutup mulutnya.
“Jika Murasaki-san tidak mengatakan apa-apa, izinkan aku yang mengatakannya. Aku ... tidak butuh apa-apa lagi. Itu sebabnya, beri aku mereka semua!”
Murasaki-san menurunkan bahunya.
“Kamu tidak dapat bisa tanpa bantuan ekonomi. Ucapanmu yang menyatakan tidak perlu apa-apa, sangat tidak realistis.”
Betul. Jika aku pikir seperti biasanya, aku akan menilai kalau itu mustahil dan berhenti di sini.
Meski masih anak-anak, aku ingin menjadi orang dewasa ... meskipun anak kecil, aku tidak egois, berusaha untuk menjadi anak yang baik.
Tak peduli seberapa banyak aku mencoba, aku masih seorang anak yang berusia 16 tahun.
Jendela di hatiku dibuka.
Aku membuang kebanggaan kecilku keluar dari jendela.
Apa yang salah dengan menjadi payah. Menjadi menantang dan agresif, tidak peduli seberapa beraninya dan tak tahu malu, aku akan melakukannya.
“Kalau begitu, beri aku bantuan ekonomi dan mereka semua!”
Murasaki-san, yang dari tadi ekspresinya dingin tak bergeming, membuka matanya lebar-lebar.
“Apa kamu bilang kalau kamu menginginkan semuanya?”
Aku perlahan-lahan membuat mengangguk.
“Aku anak yang egois. Dari awal, ini tidak mustahil. Semuanya dalah adik-adikku yang anda kenal, ‘kan? Memilih cuma satu adalah aneh! Aku tidak tahu jenis kontrak apa yang Murasaki-san sepakati dengan Jinya-san , tapi mana mungkin Jinya-san akan memberitahuku untuk memilih hanya satu.”
Sekarang aku ingat, aku bisa menegaskan hal tersebut.
Sampai sekarang aku selalu curiga dengan orang yang disebut Taishido Jinya, tapi sekarang ... diriku yang sekarang, percaya padanya. Jika Jinya-san dan aku adalah orang tua dan anak, kita pasti menginginkan hal yang sama.

“Aku ingin hidup dengan mereka semua seperti yang aku lakukan sampai sekarang !!”

Murasaki-san menurunkan tatapannya ke bawah.
“Dan kamu benar-benar berpikir kalau itu akan diperbolehkan?”
Suaranya sangat dingin.
Bukan hanya aku, kata-kata yang dingin dan kasar ini membekukan hati adik-adikku juga.
Jika aku membuat marah Murasaki-san, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.
Tapi aku ... hatiku ingin bergerak maju. Aku menerobos badai salju yang mengamuk sengit, hatiku condong ke depan, selangkah demi selangkah maju ... maju!
“Aku bukanlah orang yang logis dan matang untuk menanggungnya dan hanya memilih satu. Enam dari kita bersama-sama. Tidak ada lagi yang perlu dipertimbangkan!”
Murasaki-san mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arahku.
Aku takkan berpaling lagi. Tidak peduli seberapa dinginnya aku dilihat, di belakangku, ada sebuah keluarga penting yang perlu aku lindungi.
Bahkan jika aku didorong, aku akan menggigit kembali.
Aku takkan berhenti hanya karena aku jatuh hanya sekali atau dua kali!
Aku akan bergerak maju sampai kakiku patah. Bahkan jika mereka patah dan ambruk, aku akan menggerakkan tangan dan lututku.
Aku tidak mau melarikan diri lagi. Aku tidak mau menipu diriku lagi. Kami akan bergerak maju ... ke masa depan.
Selene, yang seharusnya takut di belakangku, tanpa aku sadari sedang bergumam dengan sisi kananku.
“ ... Onii-chan. Sekarang, saatnya kamu mengambil langkah ke depan …... itu sebabnya, aku 'akan melakukan yang terbaik dengan Onii-chan.”
Menatap wajah Murasaki-san, Selene memohon.
“... Murasaki-san, tolong buat kita dan Onii-chan menjadi saudara.”
Bukan hanya Selene. Tomomi berdiri di sisi kiriku seolah-olah untuk merapat denganku.
“Tidak boleh membiarkan Nii-chan saja yang menanganinya. Nii-chan mungkin setahun lebih tua dariku, tapi kami putra dan putri sulung, fakta kami setara sama sekali tidak berubah.”
Tomomi mengucapkannya sambil tersenyum.
“Murasaki-san. Jika anda bilang Nii-chan saja tidak dapat diandalkan, aku akan mendukungnya sebagai putri sulung.”
Berbaris di samping Tomomi adalah Sayuri.
“Sekarang, kita sudah meninggalkan rel ... saatnya kita mencari jalan kita sendiri.”
Dengan tenang, Sayuri memohon kepada Murasaki-san.
“Ayo putuskan jalan kita sendiri. Mungkin ini keinginan egois, tapi itulah jalan yang Onii-sama temukan.”
Yuuki berdiri di samping Selene. Tentu, kita semua bergandengan tangan.
Sambil memegang tangan, Yuuki mengok ke belakang dan mengulurkan tangannya untuk memanggil Mika.
“Mulai sekarang juga, kami akan terus berusaha untuk menjadi terbiasa menjadi saudara. Kita bisa melakukannya ‘kan, Mika-chan?”
Mika mengangguk penuh semangat dan meraih tangan Yuuki.
“Yup! Mii-chan, Nii-chama, Nee-chama, kami adalah keluarga! Sebuah keluarga bahagia!”
Sambil bergandengan, kami berhadapan dengan Murasaki-san.
“Murasaki-san. Jinya-san ... tolong beritahu kami tentang warisan yang ditinggalkan oleh Ayah.”
Masih dengan ekspresi seperti topeng dingin, Murasaki-san diam-diam berbicara.
“Aku mengerti ... Aku …..akan ... menja ...”
Suara Murasaki-san bergetar. Kami berpegangan tangan satu sama lain dengan erat.
“... wab.”
Untuk sesaat aku tidak bisa mempercayai telingaku. Untuk mengkonfirmasinya, aku bertanya lagi.
“Anda tidak mengatakan ... 'takkan menjawab' ‘kan?”
Sekali lagi Murasaki-san menyatakannya lagi.
“Aku akan menjawab. Dari awal ... Aku dijadwalkan untuk memberitahu Yoichi-san tentang hal itu.”
“Eh? !! Be-Begitu ya?”
“Semuanya, sepertinya tidak ada yang keberatan."
Antusiasmeku sendiri tampak memalukan.
Namun, sepertinya bentrok perasaanku dengan Murasaki-san tidaklah sia-sia.
Dan kemudian, Murasaki-san, dengan senyum yang mirip seperti sinar matahari musim semi yang mencairkan salju, mengucapkan ini.
“Yoichi-san. Selamat ulang tahun.”



close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama