Jumat, 17
Mei, Lanjutan - Penyelesaian. Semangat. Jawaban Hati.
Seorang pengunjung yang akan
datang ke kamar Mika pada waktu seperti ini, hanya ada satu orang.
layar LCD interphone
mencerminkan jas Murasaki-san.
Tomomi meraung.
“Seluruh kru, peringatan tingkat
pertama! Siapkan intersepsi anti-wali!”
Dengan terburu-buru, Sayuri
memasuki dapur, mengkonfirmasi katup utama gas dan membuka jendela.
“Ap-Apa ini baik-baik saja?!”
Itu penanggulangan gempa. Aku
menghela nafas melihat tingkah mereka.
“Sebaliknya, apa maksudnya
dengan persiapan intersepsi anti-wali tadi.”
Aku lalu membuka pintu depan,
ketika aku mengangguk pada Murasaki-san "permisi"
dia pun memasuki ruangan Mika.
Dirinya yang membawa kami ke
Maumauland entah kenapa terasa sudah jadi kejadian yang sangat lama.
Hari ini, dia tidak memakai
kacamata.
Dia menatap tepat ke arahku dan
dengan tenang bertanya.
“Apa kamu ada perubahan
pikiran?”
“Eh?Aku ... maksudmu?”
“Ya. Aku merasa seperti suasananya
agak berbeda.”
“Aku sudah menjadi lebih sadar
dan mungkin telah berubah sedikit lebih seperti kakak mereka.”
Tanpa mengerutkan kening,
Murasaki-san dengan ketus menjawab “Begitukah”.
Bersama dengan Murasaki-san,
semua orang kembali ke ruang tamu.
Kau terlalu ketakutan! pikiranku
tidak bisa tenang sampai batas di mana aku ingin membalas seperti itu. Namun, aku
sudah memutuskannya sendiri.
Aku berbalik. Berdiri seakan-akan
melindungi semua orang di belakangku, aku berhadapan dengan Murasaki-san.
“Jadi, ada urusan apa anda
kemari?”
Kemungkinan, kita akan diusir
dari kediaman Taishido.
Jantungku berdebar cepat.
Murasaki-san melihat sekeliling
ruangan dan mengambil nafas pelan-pelan.
“Sepertinya semua calon adik sudah
berkumpul. Aku dijadwalkan untuk mengunjungi kalian satu-satu, jadi ini bisa
menghemat waktu.”
“Ada urusan apa, Murasaki-san?”
Dengan tampilan dingin yang
biasa, dia menutup mulutnya.
“Jika Murasaki-san tidak
mengatakan apa-apa, izinkan aku yang mengatakannya. Aku ... tidak butuh apa-apa
lagi. Itu sebabnya, beri aku mereka semua!”
Murasaki-san menurunkan bahunya.
“Kamu tidak dapat bisa tanpa
bantuan ekonomi. Ucapanmu yang menyatakan tidak perlu apa-apa, sangat tidak
realistis.”
Betul. Jika aku pikir seperti
biasanya, aku akan menilai kalau itu mustahil dan berhenti di sini.
Meski masih anak-anak, aku
ingin menjadi orang dewasa ... meskipun anak kecil, aku tidak egois, berusaha
untuk menjadi anak yang baik.
Tak peduli seberapa banyak aku
mencoba, aku masih seorang anak yang berusia 16 tahun.
Jendela di hatiku dibuka.
Aku membuang kebanggaan kecilku
keluar dari jendela.
Apa yang salah dengan menjadi
payah. Menjadi menantang dan agresif, tidak peduli seberapa beraninya dan tak
tahu malu, aku akan melakukannya.
“Kalau begitu, beri aku bantuan
ekonomi dan mereka semua!”
Murasaki-san, yang dari tadi
ekspresinya dingin tak bergeming, membuka matanya lebar-lebar.
“Apa kamu bilang kalau kamu
menginginkan semuanya?”
Aku perlahan-lahan membuat
mengangguk.
“Aku anak yang egois. Dari awal,
ini tidak mustahil. Semuanya dalah adik-adikku yang anda kenal, ‘kan? Memilih
cuma satu adalah aneh! Aku tidak tahu jenis kontrak apa yang Murasaki-san
sepakati dengan Jinya-san , tapi mana mungkin Jinya-san akan memberitahuku
untuk memilih hanya satu.”
Sekarang aku ingat, aku bisa
menegaskan hal tersebut.
Sampai sekarang aku selalu curiga
dengan orang yang disebut Taishido Jinya, tapi sekarang ... diriku yang
sekarang, percaya padanya. Jika Jinya-san dan aku adalah orang tua dan anak,
kita pasti menginginkan hal yang sama.
“Aku ingin hidup dengan mereka
semua seperti yang aku lakukan sampai sekarang !!”
Murasaki-san menurunkan
tatapannya ke bawah.
“Dan kamu benar-benar berpikir
kalau itu akan diperbolehkan?”
Suaranya sangat dingin.
Bukan hanya aku, kata-kata yang
dingin dan kasar ini membekukan hati adik-adikku juga.
Jika aku membuat marah
Murasaki-san, aku tidak tahu apa yang akan terjadi.
Tapi aku ... hatiku ingin bergerak
maju. Aku menerobos badai salju yang mengamuk sengit, hatiku condong ke depan, selangkah
demi selangkah maju ... maju!
“Aku bukanlah orang yang logis
dan matang untuk menanggungnya dan hanya memilih satu. Enam dari kita
bersama-sama. Tidak ada lagi yang perlu dipertimbangkan!”
Murasaki-san mengangkat
kepalanya dan menatap lurus ke arahku.
Aku takkan berpaling lagi.
Tidak peduli seberapa dinginnya aku dilihat, di belakangku, ada sebuah keluarga
penting yang perlu aku lindungi.
Bahkan jika aku didorong, aku
akan menggigit kembali.
Aku takkan berhenti hanya
karena aku jatuh hanya sekali atau dua kali!
Aku akan bergerak maju sampai
kakiku patah. Bahkan jika mereka patah dan ambruk, aku akan menggerakkan tangan
dan lututku.
Aku tidak mau melarikan diri
lagi. Aku tidak mau menipu diriku lagi. Kami akan bergerak maju ... ke masa
depan.
Selene, yang seharusnya takut
di belakangku, tanpa aku sadari sedang bergumam dengan sisi kananku.
“ ... Onii-chan. Sekarang,
saatnya kamu mengambil langkah ke depan …... itu sebabnya, aku 'akan melakukan
yang terbaik dengan Onii-chan.”
Menatap wajah Murasaki-san,
Selene memohon.
“... Murasaki-san, tolong buat
kita dan Onii-chan menjadi saudara.”
Bukan hanya Selene. Tomomi
berdiri di sisi kiriku seolah-olah untuk merapat denganku.
“Tidak boleh membiarkan Nii-chan
saja yang menanganinya. Nii-chan mungkin setahun lebih tua dariku, tapi kami
putra dan putri sulung, fakta kami setara sama sekali tidak berubah.”
Tomomi mengucapkannya sambil
tersenyum.
“Murasaki-san. Jika anda bilang
Nii-chan saja tidak dapat diandalkan, aku akan mendukungnya sebagai putri
sulung.”
Berbaris di samping Tomomi
adalah Sayuri.
“Sekarang, kita sudah
meninggalkan rel ... saatnya kita mencari jalan kita sendiri.”
Dengan tenang, Sayuri memohon
kepada Murasaki-san.
“Ayo putuskan jalan kita
sendiri. Mungkin ini keinginan egois, tapi itulah jalan yang Onii-sama
temukan.”
Yuuki berdiri di samping
Selene. Tentu, kita semua bergandengan tangan.
Sambil memegang tangan, Yuuki
mengok ke belakang dan mengulurkan tangannya untuk memanggil Mika.
“Mulai sekarang juga, kami akan
terus berusaha untuk menjadi terbiasa menjadi saudara. Kita bisa melakukannya
‘kan, Mika-chan?”
Mika mengangguk penuh semangat
dan meraih tangan Yuuki.
“Yup! Mii-chan, Nii-chama,
Nee-chama, kami adalah keluarga! Sebuah keluarga bahagia!”
Sambil bergandengan, kami
berhadapan dengan Murasaki-san.
“Murasaki-san. Jinya-san ...
tolong beritahu kami tentang warisan yang ditinggalkan oleh Ayah.”
Masih dengan ekspresi seperti
topeng dingin, Murasaki-san diam-diam berbicara.
“Aku mengerti ... Aku …..akan
... menja ...”
Suara Murasaki-san bergetar.
Kami berpegangan tangan satu sama lain dengan erat.
“... wab.”
Untuk sesaat aku tidak bisa mempercayai
telingaku. Untuk mengkonfirmasinya, aku bertanya lagi.
“Anda tidak mengatakan ... 'takkan
menjawab' ‘kan?”
Sekali lagi Murasaki-san
menyatakannya lagi.
“Aku akan menjawab. Dari awal
... Aku dijadwalkan untuk memberitahu Yoichi-san tentang hal itu.”
“Eh? !! Be-Begitu ya?”
“Semuanya, sepertinya tidak ada
yang keberatan."
Antusiasmeku sendiri tampak
memalukan.
Namun, sepertinya bentrok
perasaanku dengan Murasaki-san tidaklah sia-sia.
Dan kemudian, Murasaki-san,
dengan senyum yang mirip seperti sinar matahari musim semi yang mencairkan
salju, mengucapkan ini.
“Yoichi-san. Selamat ulang
tahun.”
Wadoh
BalasHapus