Omae wo Onii-chan Vol.3 Epilog Bahasa Indonesia



Epilog

Cerita dari sini, adalah apa yang kita dengar dari Murasaki-san.
Ini semua hal rahasia sampai aku berusia enam belas tahun.
Omong-omong, ketika kami kembali dari Maumauland dengan mobil, aku ingat Murasaki-san mengatakan sesuatu seperti ini.
“Mengenai apa yang terjadi dari sekarang ...”
“Tolong tunggu ...  beberapa hari lagi.”
Murasaki-san benar-benar menunggu hari ini untuk datang ... dan mengatakannya kepadaku.
Sampai kondisi tertentu terpenuhi, wasiat yang harus dirahasiakan. Itu adalah kontrak antara Jinya-san dan Murasaki-san.
Kondisinya ialah ketika aku menjadi enam belas tahun. Cuma itu saja.
Mengapa harus enam belas tahun? Bahkan sekarang, hanya Jinya-san yang tahu jawabannya. Tapi, kupikir itu karena usia segitu adalah usia di mana aku menyelesaikan wajib belajar dan mulai menjadi dewasa ... pikirku.
Dan untuk saat aku berusia 20 tahun... 30 tahun... 40 tahun... untuk setiap usia, wasiatnya sudah rapi disiapkan. Hanya wasiat saat remaja saja yang tampaknya abnormal.
Mungkin ini adalah kesempatan terakhir untuk diriku dan yang lain untuk menjadi saudara kandung saat masih anak-anak.
Jika aku bertemu mereka setelah menjadi dewasa, pasti, kami takkan menjadi saudara. Setidaknya kita akan berpikir satu sama sebagai kerabat jauh lainnya, aku pikir.
Untuk melihat apakah aku cocok untuk menjadi Onii-chan, Jinya-san telah mempersiapkan tes "memilih satu adik dengan jangka waktu dua minggu".
Hasilnya, jika aku memilih hanya satu orang dan berbagi warisan dengan mereka, itu akan diakui ... itulah yang dipikirkan Jinya-san.
Masalahnya adalah wasiat masa remajaku ini penuh dengan ketidakpastian.
Ada kemungkinan tinggi aku takkan memilih siapa-siapa.
Dalam hal ini, yang bermasalah bukanlah kita tapi Murasaki-san.
Jika aku menolak untuk memutuskan seorang adik, semuanya akan dipercayakan kepada Murasaki-san.
Ini adalah salah satu poin dalam wasiat Jinya-san. Berkat itu, Murasaki-san memikul tanggung jawab besar.
Kapak besar yang menentukan nasib enam orang itu terlalu berat untuk Murasaki-san.
Jika aku memilih satu adik, Murasaki-san akan bisa hidup tanpa bermasalah.
Jika dia adalah orang yang lebih dingin dan ketus, itu akan lebih mudah baginya.
Tapi dia tertekan.
Lagian dari awal, itu adalah tes tanpa jawaban yang benar.
Tidak peduli apa yang aku pilih, untuk Murasaki-san, itu adalah "jawaban yang harus dihormati".
Tapi, di sisi lain jika aku hanya memilih satu orang, keluarga akan berpencar. Dengan demikian, dia tidak bisa memberitahu isi wasiat saat aku masih berumur lima belas tahun. Itu sebabnya dia tidak bisa mengatakan “jangan memilih, tunggu”.
Supaya informasi tidak bocor kepada kami, Murasaki-san telah memaksa dirinya untuk mengenakan kedok berhati dingin.
Lagipula, Murasaki-san memang orang yang baik.
Dan, setelah dia selesai menceritakan  semuanya, dia berjanji pada kita.
Bahwa kita boleh terus menjalani hidup seperti yang telah kita lakukan sampai sekarang ... katanya.

uuuu

Dan begitulah, kita sekarang telah menjadi sebuah keluarga.
Acara keluarga pertama yang mengesankan adalah ... pesta ulang tahunku.
Meski sudah terlalu telat, tapi semua orang pergi untuk belanja bahan di supermarket.
Masalah yang tersisa ... adalah mengenai Mariko.
Mulai dari kesimpulan, Mariko memaafkan aku.
Meski itu melalui telepon, itu adalah pertama kalinya aku meminta maaf begitu banyak.
Pada akhirnya Mariko mengatakan "Kalau begitu untuk bekal makan siang nanti  akan menjadi omurice", sepertinya dia sudah kehabisan kesabaran.
Setelah itu, aku jujur mengakui situasi yang dialamiku dan bertemu dengannya di lingkungan supermarket.
Aku memperkenalkannya kepada adik-adikku dan Murasaki-san.
Ini mungkin sulit dipercaya tapi ... selama pengenalan, Mariko memahami situasiku dan menerima semuanya sekaligus dan, jika ada, dia hanya berkata "itu seperti adikku" bersukacita.
Umm ... itu ... tatapan Sayuri saat dia menatap Mariko terlihat menakutkan.
Sesuatu seperti itu terjadi, tapi setelah pesta perayaan ulang tahunku juga, hubungan Mariko dengan adik-adikku menjadi relatif baik.
Dia berbicara penuh semangat dengan Selene tentang pakaian, Selene nyeletuk bahwa dia seorang selebriti di internet dan membuat terkejut Mariko dan Yuuki.
Selene mengatakan "... Kamu tidak bertanya",  dia tidak punya niat untuk menyembunyikannya, tapi pengikut setia Cicada-san, Yuuki untuk sementara waktu memanggil Selene dengan panggilan 'sensei!', Mendapatkan pada sisi buruk nya untuk sementara waktu.
Tomomi dan Sayuri sering mencoba bersaing dengan Mariko untuk sementara waktu ... tapi tanpa aku sadari, Mariko mulai memasak bersama Sayuri dan belajar game FPS, menjadi teman dengan Tomomi.
Ini bukan berarti aku tidak bisa memahami dua orang yang suka memasak menjadi rukun ... tapi tak disangka Mariko memiliki bakat untuk game. Meski tidak semahir Tomomi, tapi Tomomi pernah mengatakan dia punya "bakat luar biasa". Tentu saja, dia lebih baik dariku, permainan dimana Onii-channya yang selalu kalah.
Idola para adik, Mika, memiliki permintaan yang tinggi kepada Murasaki-san dan Yuuki. Hubungan segitiga magis misterius pun terbentuk.
Dan, berbicara tentang diriku, tidak ada yang berubah, aku pergi ke ruangan mereka masing-masing setiap hari.
Aturannya sama sekali tidak berubah. Dari waktu ke waktu ada hari di mana kita tidak bertemu, dan pada waktu seperti itu  bergantian dengan adik yang lagi bebas.
Tanpa perubahan di akhir pekan, kami berkumpul di kamar 701.
Setelah sarapan dengan semua orang, aku mendekati beranda untuk membuka jendela dan mengganti sirkulasi udara di dalam. Aku membuka hanya setengah jendela.
Menerima tiupan angin seperti layar, tirai di dalam berkibar.
“... tetek besar.”
“Woah! Selene! Kamu ada di sini...”
Selene, yang seharusnya menonton TV dengan Mika di ruang tamu berdiri di sampingku.
“... kapan kita akan Nippori?”
“Sebaiknya setelah ujian akhir tahun.”
“...Aku merasa lega.”
“Lega?”
Merapikan tirai dengan tangan, Selene mengangguk.
“ ... bukannya terus-terusan prihatin dengan orang lain, aku senang kamu telah menjadi Nii-chan yang juga berpikir mengenai dirimu sendiri. Aku ingin kamu perhatian denganku, tapi kalau terlalu banyak, itu akan menjadi mengganggu.”
"Menginginkan perhatian tapi kalau terlalu banyak malah jadi mengganggu, Kau ini seperti kucing saja, Selene.”
“... nyaa.”
Dia mengambil pose seperti kucing. Uu ... imutnya. Kekuatan destruktifnya cukup mengesankan.
Lalu, dia melanjutkan.
“... Onii-chan adalah pelupa, jadi tolong jangan lupakan itu.”
“Aku akan mengingatnya. Sepanjang waktu aku melupakan bagian terpenting ...”
Ucapan Jinya-san yang muncul dalam mimpiku.
Pada akhir perayaan ulang tahun dengan Jinya-san, aku diberitahu.

“Haruskah aku membuatmu menjadi kakak?”

Setelah berkata demikian, Jinya-san menambahkan.
“Selain itu, ada lima adik!”
“Benarkah ?! Meakjubkan! Yup! Aku akan menjadi Onii-chan!”

Mengetahui kalau aku punya lima adik, aku tidak merasa bingung atau tertekan, hanya ada perasaan senang.
Memiliki adik, aku pikir ada anggota keluarga lebih adalah hal yang baik.
Situasi saat ini adalah warisan Jinya-san ... Ayah.
Kakek dan Nenek mungkin tidak tahu tentang hal itu.
Setelah kita memasuki liburan musim panas, aku akan pergi mengunjungi Kakek dan Nenek, kemudian berbicara dengan mereka baik-baik.
Mungkin awal Agustus ada libur Bon. Setiap tahun, kita akan ziarah ke makam Ibu ...
Saat aku melamuni hal-hal seperti itu, aku mengkonfirmasi dengan adik-rol di depanku.
“Ngomong-ngomong ... apa yang sedang kau lakukan?”
“... pura-pura jadi cacing.”
Berbalut tirai, Selene mengintip keluar dan bergumam.
“Ahh! Mii-chan ingin melakukannya juga!”
Mika menyadari itu dan berlari. Kecepatan larinya agak berbahaya.
“Kyaa?!”
Karena terpeleset, Mika menjerit.
“Awas ... haa.”
Ketika Mika  akan jatuh, sesaat Yuuki dan Murasaki-san menolongnya. gerakan Yuuki jauh lebih cepat dari suara peringatanku.
“Apa kamu baik-baik saja, Mika-chan?”
“Terima kasih! Yuuki-neechama!”
Tehehe, Mika tertawa. Hanya dengan senyum, ekspresi Yuuki telah meleleh seperti keju. Damainya ... dan, saat aku berpikir begitu--.
“Ayo main game, Nii-chan!”
“Onii-sama! Ayo buat kue bersama-sama!”
Ada serangan dari kedua sisi yang dilancarkan oleh Tomomi dan Sayuri.
“Aku lebih suka menantang masalah sekolah...”
Tomomi mulai merajuk.
“Kalau begitu, ayo berkompromi dan serang musuh dengan kue panggang!”
“Kue itu untuk dimakan, bukan untuk menyerang orang lain!"
Saat keduanya saling melotot, aku berbicara dengan tersenyum.
“Baiklah. Ayo kita memanggang kue dan kemudian pergi menemui Ayah.”
Mendengar usulan mendadakku, keduanya terkejut.
Tomomi pun bertanya.
“Kamu bilang bertemu, tapi Ayah sudah meninggal!”
Sayuri segera menyadari dan menimpali.
“Mungkinkah, kamu ingin mengunjungi makam Ayah?”
Dia cukup peka. Aku mengangguk dengan sedikit terkejut.
“Aku pikir itu tak masalah untuk melakukannya saat Festival Bon. Aku ingin melaporkan apa yang terjadi.”
Mika mengangkat tangannya dalam gerakan banzai.
“Mii-chan ingin pergi juga! Aku ingin melakukan tarian obon! Aku akan menari waltz dengan Maple.”
Yuuki menyipitkan mata.
“Kau benar, Nii-san. Aku setuju. Setelah kita memutuskan itu, ayo kita berkonsultasi dengan Murasaki-san.”
Masih terbungkus dalam tirai, Selene bergumam.
“... harus pergi ke luar meski panas ... aku ingin mati.”
“Hey hey, jangan membungkus diri terus, ayo keluar.”
Aku menarik tirai dan membuka gulungan permainan cacing si Selene ini. Dia berbalik dan berputar di tempat.
“... aaareeee. Odaikan-sama sangat kejaaaammm.”
“Jangan membuatku jadi hakim yang jahat!”
Balasku sambil merapikan tirai dan membuka semua jendela.
Hembusan angin samar-samar memancarkan aroma musim panas bertiup ke dalam kamar 701, rasanya sedikit gerah.
Setelah berputar-putar, Selene menjatuhkan diri di lantai.
“... lantainya sejuk dan menyenangkan.”
Tomomi menirukannya dan rebahan di lantai.
“Serius? Ahh! Itu benar! Ini terasa nyaman.”
Dengan tersenyum, Mika mengikuti mereka.
“Mii-chan akan melakukannya juga!”
Yuuki dipancing oleh Mika dan rebahan.
“Lalu aku juga.”
Ketika empat orang melakukannya, tidak ingin menjadi terakhir berdiri, Sayuri mengumumkan partisipasinya.
“U-umm ... aku juga ikutan!”
Berdampingan di lantai. Aku tersenyum ke adik-adikku yang rebahan di lantai seperti kelopak bunga.
Perwakilan itu, pemalas profesional  berbicara kepadaku.
“.. Onii-chan juga.”
Astaga. Apa boleh buat. Aku juga ... akan ikutan!
Masuk di antara semua yang berbaring, aku menatap langit di luar jendela.
Tanpa adanya awan, langit biru membentang dengan disinari matahari.
Hari ini juga, cuacanya cerah.


=>xX TAMAT Xx<=

close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama