u
Sudut Pandang si Senpai u
Hari Sabtu pertama di bulan Desember.
Aku bermalas-malasan seperti biasanya
di pagi hari akhir pekan ... atau tidak. Aku saat ini sedang berada di
kereta pagi (yah, sebenarnya sudah jam
sembilan) untuk pergi ke sekolah.
Aku benar-benar ingin tidur di dalam
selimutku, tetapi karena sekarang sudah bulan Desember, aku tidak sanggup
melakukannya. Jika aku tidak menyelesaikan ini sekarang, aku takkan
berhasil tepat waktu.
Karena hari ini adalah akhir pekan, penumpang
di dalam kereta lumayan kosong, dan aku bisa duduk di kursi. Membaca di
pagi hari setelah sekian lama membuatku merasa sangat aneh. Seolah-olah
aku seharusnya tidak melakukan ini. Sambil mengalami perasaan tidak nyaman
tersebut, aku terus membaca buku.
Satu-satunya hal yang aneh adalah
suasana hati, dan bacaanku sendiri secara tak terduga berkembang dengan baik.
uuuu
Aku tiba di sekolah dan langsung menuju
ke kantor kepala sekolah.
Ini adalah ruangan di mana seseorang
tidak bisa masuk jika mereka menghabiskan kehidupan sekolah mereka dengan sederhana,
tapi ada banyak kesempatan untuk masuk ke dalam, tergantung apakah seseorang
melakukan sesuatu yang baik atau buruk. Aku pernah dipanggil sekali, sebelum
menjadi ketua OSIS.
Nah, kesampingkan itu, kurasa ini akan menjadi
kasus yang langka bagi siswa untuk membuat janji di sini.
“Permisi. Ini Iguchi, dan saya ada
janji dengan Guru pukul sepuluh.”
Aku mengetuk pintu dan memasuki ruangan
yang memiliki pemanas. Hangatnya…
“Ah, Iguchi-kun. Aku terkejut saat
kamu menghubungiku. Apa yang terjadi?”
Wakil kepala sekolah, yang rambut
dahinya sudah mulai beruban, berdiri dari mejanya dan datang untuk duduk di
ruangan yang seperti ruang tamu. Aku duduk di sisi bawah. Lagipula
aku adalah ketua OSIS.
“Saya sudah menulisnya di email kemarin,
tetapi saya ingin melakukan konsultasi.”
“Aku tidak terlalu membacanya, jadi apa
kamu bisa memberitahuku lagi? Aku pikir seharusnya tidak apa-apa untukku untuk
mendengarkannya hari ini.”
Wakil kepala sekolah menggaruk
kepalanya, membuat tawa kecil. Yah, mereka biasanya tidak membaca email
dari siswa, ya ~ Mereka ‘kan sibuk, ya ~
Aku sudah menduga ini, jadi aku tidak
berkecil hati dan menjawab.
“Tidak apa-apa. Sebenarnya, saya ingin
merevisi peraturan sekolah.”
“Peraturan sekolah? Apa kamu bisa
memberitahuku alasannya?”
Aku juga sudah memperkirakan kalau
beliau akan menanyakan hal itu, jadi saat dia menanyakan pertanyaan itu, aku
memberikan jawaban yang sudah aku siapkan.
“Saya membaca peraturan sekolah dengan
hati-hati dari sudut pandang OSIS, tapi ada banyak teks bahwa itu adalah
anakronisme, atau terasa salah bagi saya.”
“Jadi itu sebabnya kamu ingin
merevisinya? Apa kamu punya janji seperti itu sebelumnya?”
Jangan langsung menyolek tempat yang membuatku
sakit sejak awal. Serius.
“Oh, Saya tidak terlalu membacanya
sebelum memikul wanggung jawab ketua OSIS, tapi saya pikir itu akan berakhir
dengan sesuatu yang mengerikan suatu hari nanti jika saya terus membiarkan
peraturan sekolah seperti ini.”
“Sesuatu yang buruk?”
“Kabar miring di internet, atau
semacamnya.”
Ini cuma ancaman tak berdasar yang
sepenuhnya berharap bahwa paman dari generasi yang lebih tua ini takkan
mengerti internet dengan baik. Jika dia setuju dengan alasan ini, dia
seharusnya benar-benar bodoh.
“Tapi aku tidak berpikir kita bisa dapat
kabar miring dengan mudah??”
“Bahkan jika itu dimulai dari api kecil,
hal tersebut bisa menjadi besar dalam waktu singkat. Begitulah
menakutkannya Internet. Sebagai ketua OSIS, Saya ingin menghilangkan
kemungkinan yang akan membuat sekolah ini mengalami pengalaman pahit seperti
itu.”
“Hoo ...”
Eh? Ini berjalan cukup lancar?
“Baiklah, ayo dengarkan penjelasannya
terlebih dahulu. Menurutmu aturan apa yang salah?”
“Ah iya.”
Mari kita selesaikan masalah yang
sebenarnya nanti.
Untuk saat ini, lanjutkan dengan yang
lebih mudah.
“Pertama-tama, tentang gaya
rambut. Pasal 72, 『Semua siswa harus
memiliki rambut hitam』. Beberapa orang
memiliki warna rambut cokelat sebagai warna alami mereka, dan kami mungkin juga
bisa mendapatkan siswa asing di kemudian hari. Apa aturan ini masih
berlaku untuk mereka?”
Bahkan, itu adalah badai hebat di
bagian aneh sekolah.
“Kami tidak menerapkannya dengan ketat, kupikir. Tapi
bagaimanapun juga, rambut pirang itu tidak boleh.”
“Apa ada perbedaan yang jelas antara rambut
pirang dan rambut coklat? Saya pikir ada banyak orang di Eropa yang
memiliki rambut emas sebagai warna rambut alami mereka.”
“Namun, kita berbicara tentang orang
Jepang?”
“Saya mengerti, tapi sepertinya ini bisa
dianggap sebagai rasisme, bukankah begitu? Kata-kata ini rancu, jadi saya
mengusulkan untuk revisi. Daripada revisi, menghapus pasal ini mungkin
lebih tepat.”
Sebagai tipuan, aku merasa seperti
melakukan sentuhan yang bagus.
“Itu terlalu berlebihan,
Iguchi. Kita bisa membuatnya karena 『Sekolah tidak menyetujui rambut yang dicat pirang』, ‘kan?”
“Ah, itu juga benar.”
Aku terlalu memandang rendah wakil
kepala sekolah, ya? Tidak, aku tidak memikirkan detailnya, jadi itu benar.
uuuu
Ada banyak peraturan sekolah yang aneh
di sekolah kami ketika aku mencarinya.
Aku memberi banyak (setengah tepat)
alasan, menjawab pendapatnya, dan akhirnya sampai pada masalah
utama. Sejujurnya, yang lainnya adalah kamuflase. Aku hanya harus
melewati ini.
Demi menghindari wakil kepala sekolah
menyadari kalau aku menggertak, aku memastikan untuk tidak mengubah nada suaraku.
“Yang terakhir adalah Pasal 51. Yang ini
juga aneh.”
“Pasal 51? Tentang apa ini?”
“『 Sekolah tidak
mengakui siswa memiliki hubungan seksual antara pria dan wanita 』. Bukannya ini sudah sangat aneh?”
“Apa maksudmu?”
Wakil kepala sekolah menatapku dengan
penuh perhatian, seolah dia benar-benar tidak mengerti.
“Pertama-tama, saya pikir『 hubungan seksual antara pria dan wanita 』rinciannya salah. Jika kita melihat seluruh dunia,
rasio yang disebut LGBT, minoritas seksual, adalah 7,6%. 1 dari 13
orang. Ini bukan level yang aneh, dan pasal ini, akan menginjak-injak hati
orang-orang tersebut, sangatlah tidak baik.”
“Ngomong-ngomong, apa kamu jangan-jangan?”
“Saya normal, tapi menanyakan hal
seperti itu tidak baik, Pak.”
Ahh, sungguh. Dia sepertinya tidak
mengerti sama sekali.
Sepertinya ini akan sulit.
“Sesuatu seperti itu?”
“Orang LGBT tidak menunjukkan orientasi
seksual mereka, jadi tidak baik untuk bertanya langsung kepada mereka tentang
hal itu.”
“…Ini sulit.”
Lagipula, Ini tentang perasaan manusia.
“Sisanya hanyalah
anakronisme. Aturan-aturan sekolah ini. Larangan berpacaran gender
tidak lagi berarti, dan pasal A ini tidak lagi berlaku.”
“Hoo ...”
Dengan itu, aku entah bagaimana
berhasil berbicara melalui wakil kepala sekolah, meski dengan logika yang
dipertanyakan di sana-sini.
“Terima kasih banyak. Kemudian,
berdasarkan diskusi saat ini, OSIS akan menyusun proposal yang direvisi dan
memberikannya kepada guru.”
“Ah, untukku?”
“Iya. Jika para guru juga tidak
memiliki masalah dengan itu pada rapat guru, saya ingin meminjam bagian dari
upacara penutupan pada akhir tahun dan mengumumkannya sebagai pertemuan umum
siswa.”
“Apa kau juga perlu mengumpulkan
siswa? Kau benar-benar bekerja keras, Iguchi.”
Wakil kepala sekolah yang berdiri
menepuk pundakku.
“Saya akan melakukan yang terbaik ...
Maafkan saya.”
Nah sekarang. Aku menyelesaikan
pembicaraan ini. Setelah itu, aku (dan penasihat OSIS) tinggal berusaha
keras sebisa mungkin.
Aku masih khawatir, tetapi aku yakin bisa
menanganinya entah bagaimana.
uuuu
Melihat jam di tangan, waktunya masih
sekitar jam sebelas. Biasanya, di jam segini aku masih tiduran di kasur.
Ketika aku tiba di stasiun dan mulai
bermain dengan smartphone-ku, aku menerima pesan LINE dari Kouhai-chan.
Maharun♪ : Senpai
Maharun
♪ : Selamat pagi!
Iguchi
Keita : Oh, pagi
Ah, gawat.
Seharusnya aku belum bangun, tapi aku malah
langsung membaca pesannya dan bahkan menjawabnya.
Maharun
♪ : Hah?
Lihat. Dia menyadarinya, ‘kan? Pengetahuannya
tentang teknologi untuk menilai situasi dengan bukti sangat menakjubkan
sampai-sampai aku tidak punya pilihan selain menyerah.
Maharun
♪ : Senpai, kamu sudah bangun?
Iguchi
Keita : Ya, aku sedang membuka LINE-ku, jadi aku langsung menjawab
Maharun
♪ : Bukan itu pertanyaanku
Uwahhh
Maharun
♪ : Ahh, baiklah. 『Pertanyaan hari ini』
Maharun
♪ : Senpai, kamu ada di mana sekarang?
Menakutkan…
Iguchi
Keita : Aku sedang di stasiun dekat sekolah.
Tidak ada pilihan selain menjawabnya
dengan jujur.
Maharun
♪ : Hee… Apa yang kamu lakukan di sana?
Iguchi
Keita : Aku akan pulang
Maharun
♪ : Kamu bangun sangat pagi, ya
Aku juga berpikir bahwa masih terlalu
pagi bagiku untuk bangun pada waktu segitu di hari Sabtu.
Maharun
♪ : Lalu, apa yang kamu lakukan?
Maharun
♪ : Kencan?
Iguchi
Keita : Aku tidak punya pasangannya
Bahkan jika wakil kepala sekolah adalah
seorang wanita, aku tidak akan menyebutnya kencan.
Sayangnya, dia laki-laki.
Dan tidak ada kewajiban untuk menjawab
apa yang aku lakukan. Aku sudah menjawab pertanyaan pertama dengan benar.
Maharun
♪ : Ya ampun
Maharun
♪ : Tapi ‘kan ada aku
Iguchi
Keita : Hai sekarang ...
Maharun
♪ : Kalau begitu, ayo kita kencan mulai sekarang
Maharun
♪ : Tidak apa-apa, ‘kan? Senpai?
Aku tidak punya waktu untuk menggunakan
『pertanyaan』, dan dia segera memberi tahuku tentang waktu dan tempat
pertemuan.
... Yah, aku hanya harus menikmatinya.
Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku,
nomor (77)
Sepertinya Ia pergi ke sekolah dan
melakukan sesuatu pada hari Sabtu.
Demi maharun, peraturan sekolah pun diganti, nice Keita
BalasHapus