Chapter 19
Upacara penutupan
sekolah menandai akhir dari semester pertama, membiarkan para siswa merasakan
liburan musim panas. Para siswa mendapat libur dua bulan, tapi juga mereka
mendapat PR yang sepadan dengan dua bulan.
Tepat setelah upacara
selesai, Amane memanggil Tooru lagi, meski kali ini tanpa
kekerasan. Sepertinya para guru memperingatkannya untuk tidak menghentikan
perkelahian. Rasakan akibatnya.
“Katakan padaku apa
rencanamu pas musim panas nanti.”
“Hmm, buat apa. Toh,tidak
ada alasan bagiku untuk memberitahumu.”
Bukan saja Tooru
tidak punya alasan untuk mengatakan sesuatu padanya, hal tersebut akan
membuatnya pening jika dia menyergap. Amane mendecakkan lidah padanya
sebelum pergi dengan frustrasi. Tidak ada alasan untuk memberi ampun
padanya, jadi Amane hanya berbalik padanya.
Karena ini adalah
liburan musim panas, Satsuki memiliki tugas rumah dan PR-nya sendiri jadi dia
meminta maaf karena hanya bisa mengunjunginya saat malam hari. Itu tidak
mengherankan. Ditambah, Tooru ada pekerjaan di siang hari dan jadi akan
lebih mudah untuk bertemu pas malam untuknya juga.
Rasnya agak lucu bagaimana diberkati bahwa Satsuki akan mengunjungi. Tapi mereka berdua tidak melakukan apa-apa yang akan membuat mereka merasa bersalah, jadi tidak perlu mengatakan apapun tentang itu.
Rasnya agak lucu bagaimana diberkati bahwa Satsuki akan mengunjungi. Tapi mereka berdua tidak melakukan apa-apa yang akan membuat mereka merasa bersalah, jadi tidak perlu mengatakan apapun tentang itu.
Tooru sedang
beristirahat ketika Ia membaca notifikasi. Ia mendapat dua pesan dari Jun.
Itu adalah pesan
sederhana yang terdiri dari stiker dan satu baris teks.
'Ayo kita pergi ke
pantai!'
uuuu
Butuh dua jam perjalanan
untuk sampai ke tujuan. Lautnya sangat dekat, jadi mereka bisa melihatnya
dari stasiun. Hembusan angin asin juga terasa menyegarkan. Suhunya
memang agak lembab, tapi mereka dekat dengan air.
Akane dengan semangat
tingginya dan Satsuki dengan senyum cerianya. Dia mengenakan gaun yang
mereka beli bersama. Para cowok tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
“Uhh, Para cowok? Apa
yang ingin kamu katakan tentangku?”
“Yeah, kau juga imut,
Akane.”
“Ugh, dasar pembohong
yang buruk.”
Jun menepuk kedua tangannya
dan menyemburkan Akabe karena dia sekarang benar-benar merajuk. Keduanya
tampak lebih dekat dari sebelumnya.
Kesampingkan itu,
sudah hampir satu dekade sejak Tooru pergi ke pantai. Terakhir kali
mungkin ketika Ia masih SD. Ia samar-samar ingat pernah bermain-main dan
makan siang bersama orang tuanya di pantai.
Satsuki memanggilnya
saat Ia tersesat dalam kenangan yang nostalgia.
“Apa kamu baik baik
saja? Kita akan tertinggal.”
“Oh, uhh,
benar. Ayo pergi.”
Tidak ada waktu untuk
melamun. Ini adalah pertama kalinya Tooru di sini, tapi Ia masih memiliki
tugas untuk mengawasi Akane dan Satsuki. Mereka berdua mengejar Jun dan
Akane.
Setelah sepuluh menit
menelusuri dengan peta, mereka akhirnya tiba di tempat berenang yang
ditunjuk. Ada banyak para orang tua dengan anak-anak, tapi ada juga
beberapa orang yang seumuran dengan mereka.
Sepertinya ini adalah
pertama kalinya Satsuki pergi ke pantai. Pasir putih lembut yang mengarah
ke laut zamrud akan menjadi lokasi utama untuk sebuah resort. Dari
penampilannya, semua ini membuat Satsuki merasa sangat bahagia.
Dia bergegas dari jalan
trotoar menuju area pasir, berlari sejenak, lalu kembali ke mereka bertiga.
“Ini laut!”
Tooru merasa lega
melihat Satsuki tampak gembira dan bahagia. Sepadan dengan membawa semua tas
yang sangat berat ini dan diguncang oleh perjalanan kereta selama dua
jam. Satsuki terlihat sangat polos dari yang terlihat, dan itu
menghangatkan hatinya.
Jun mengikuti dan
Akane berlari ke sisi Satsuki juga. Tooru sudah merasa sangat puas dengan
melihat adegan ini tapi Ia masih mengikuti.
Setelah menghabiskan
beberapa menit untuk menyiapkan payung dan terpal, Tooru akhirnya menghela
nafas panjang. Payung pantai dan tikar yang dipinjam dari keluarga Jun,
diterima dengan senang hati oleh Tooru.
Matahari musim panas
bersinar sangat terik, membentuk bayangan di bawah payung. Pasir di
bawahnya masih terasa panas, tapi angin sepoi-sepoi serta payung yang teduh
membuat suasana tidak terlalu panas.
“Panasnya! Satsuki,
ayo ganti!”
“Oke!”
Perbincangan antara
Akane dan Satsuki tidak bisa diabaikan.
Bikini. Para cowok sudah kehabisan tidak sabar menantikannya. Kedua gadis ini mempunyai badan bohai yang tidak bisa dihindari oleh anak cowok mana pun.
Bikini. Para cowok sudah kehabisan tidak sabar menantikannya. Kedua gadis ini mempunyai badan bohai yang tidak bisa dihindari oleh anak cowok mana pun.
“Aku tidak tahu kau membawa
pakaian renangmu, Akane!”
Jun langsung
menyeletuk tanpa pikir panjang. Akane memberi tatapan dingin padanya
sebelum menggebuk punggung simpanse yang tak berotak itu. Tatapan matanya
bahkan sempat membuat Tooru menggigil.
“Apa yang kamu pikirkan,
Jun? Uwahh menjijikan.”
“Tidak, Akane, cowok
manapun secara naluriah akan bereaksi seperti ini. Bukannya itu lebih
buruk jika aku tidak bereaksi sama sekali terhadap pakaian renangmu?”
“ ... Ada benarnya
juga.”
Mendengar dia setuju membuat
Tooru menyadari bahwa Ia masih tidak mengerti wanita.
Penasaran apakah Satsuki
merasakan hal yang sama, Tooru melihat ke arahnya dan menemukan wajah Satsuki
yang sedikit memerah dan tampak sedikit tidak nyaman.
“Satsuki?”
“Ti-Tidak, aku ...”
Satsuki berusaha
mengumpulkan kata-katanya ketika tangan Akane merangkul bahu Satsuki.
“Hehe. Kami
diam-diam membeli pakaian renang saat kami berbelanja tempo hari, ‘kan,
Satsuki?”
“Umm ...”
“Apa itu benar,
Satsuki?”
“ ... Ya.”
Jantungnya berdebar karena
malu ketika dia menjawab. Akane pasti menyuruhnya untuk membeli pakaian
renang karena sudah mengantisipasi sesuatu seperti ini mungkin akan
terjadi. Karena tempo hari para cowok sudah kelelahan karena menemani
perjalanan belanja mereka, jadi mungkin pada saat itulah mereka membelinya.
Lebih
penting lagi, bagaimana bisa Satsuki menyetujui itu? Dia cuma berencana
untuk membeli pakaian sehari-hari dan bukan baju renang, tentu saja. Tooru
tidak cukup waspada hari itu. Ini mungkin menjadi bumerang bagi
mereka. Berharap membuatnya diam, Tooru dengan ringan menjitak kepala Jun
dan kemudian dengan hati-hati memilih kata-katanya.
“Oke. Sementara
kalian berdua ganti, kami akan mengawasi barang bawaan, jadi jangan khawatir.”
“Lihat,
Tooru mengerti. Sekarang, ayo, Satsuki!”
“O-Oke
...!”
Akane
meraih tangan Satsuki, menyeretnya ke bilik ganti. Tooru melihat mereka
dan menampar Jun di punggungnya.
uuuu
Akane
muncul dengan balutan bikini sementara Satsuki dengan model baju renang
one-piece.
Semuanya
terlihat cocok untuk mereka berdua. Akane menekankan lekuk tubuhnya,
sedangkan Satsuki mencocokkan tubuh mungilnya dengan sempurna. Tooru
menginjak kaki Jun untuk menjaganya dan kemudian memberi acungan jempol pada
kedua gadis itu.
“Aku
tidak berharap kalian berdua terlihat sesempurna ini.”
“Hehe. Aku
melakukan diet hanya untuk saat ini, tahu?”
“Aku
tidak melakukan sesuatu yang khusus, tapi ... Aku sangat senang mendengarmu
berpikir kalau ini cocok untukku.”
Sungguh
mubazir memiliki dua wanita cantik di sisinya. Tooru berpikir begitu.
Satsuki
melangkah lebih dekat ke Tooru dan kemudian menatapnya dengan ekspresi
menengadah. Dikombinasikan dengan pipinya yang sedikit memerah, hampir
seolah-olah dia sedang melemparkan mantra sihir pada Tooru.
“Jadi
bagaimana menurutmu?”
Pertanyaan
polosnya malah menambah daya pikatnya. Jelas tidak salah kalau itu
kelihatan bagus untuknya, tapi daya tariknya juga diperparah oleh
ketidakdewasaannya. Tatapan Tooru jatuh ke bawah kakinya saat Ia tanpa
sadar menelan ludah.
Sementara
Tooru kebingungan memilih kata-kata, Akane juga melangkah lebih dekat dengan
dadanya yang dibusung tinggi-tinggi. Oh, tidak, jangan lakukan ini
padaku. Kalian berdua sangat jahat.
“Satsuki
meminta pendapatmu. Kau harus benar-benar menanggapinya.”
“Tooru
itu agak naif, jadi sulit baginya untuk menemukan kata-kata yang
tepat. Kau tahu tahun lalu, aku pernah mengajaknya ke pantai juga, tapi Ia
bilang pekerjaan dan PR itu lebih penting. "
“Apa,
serius?! Kau hanya bisa mendapatkan tiga peluang di musim panas sebagai
anak SMA! Sayang sekali!"
Tooru
sangat berterima kasih kepada Jun karena mengganti topik pembicaraan. Jika
tidak, daya tarik gabungan dari kedua gadis itu akan memaksanya untuk melarikan
diri.
“Ahem
... umm, Satsuki, itu terlihat sangat bagus untukmu. Kau terlihat sangat
imut. ”
Kecemasan
Satsuki langsung tersapu bersih setelah mendengar jawabannya. Ia senang Ia
mengatakan hal yang benar. Ia dengan cepat meminta maaf kepada Jun dan
menggeser kakinya tapi terus menampar punggungnya.
Tapi
masih ada lagi yang menyenangkan ketimbang pakaian renang. Kegembiaraan
yang asli baru saja dimulai. Itu benar — ada banyak hal yang menyenangkan
di pantai.
Akane
dan Satsuki bermain di tepi pantai dengan saling menyipratkan air. Jun
pergi untuk bergabung tapi malah disambut dengan tendangan ke laut. Tooru
melindungi matanya saat Ia mendongak ke atas langit.
Mereka
tiba di sini sekitar pukul 11:00, pas saat matahari mulai benar-benar tepat di
atas kepala mereka. Makan siang ada di dalam pendingin kalau-kalau mereka merasa
lapar.
Ia
berhenti mendongak dan melihat ke depan tapi Ia malah melihat rambut panjang
yang sudah dikenalnya, yang dia anggap milik Satsuki.
Akane
dan Jun tiba-tiba denag dalam suasana hati yang baik, tapi sepertinya Satsuki
tidak benar-benar merasakannya, jadi Ia berjalan ke sini.
“Ada
apa, Satsuki? Tidak bisa mengimbangi mereka?”
“Yah,
sedikit dari itu ... tapi aku penasaran mengapa kamu tidak bergabung juga.”
Ah ,
pikirnya.
Dia benar. Tooru belum pernah bermain dengan mereka sejak mereka tiba. Dia hanya mengawasi mereka bertiga dari bawah naungan payung.
Dia benar. Tooru belum pernah bermain dengan mereka sejak mereka tiba. Dia hanya mengawasi mereka bertiga dari bawah naungan payung.
“Tapi
seseorang harus mengawasi barang-barang ini.”
“Aku
bisa melakukan itu. Kamu harus pergi dan bersenang-senang juga. "
Yah,
kau ada benarnya, tapi— hanya itu yang bisa Ia keluarkan sebelum
Satsuki menarik tangannya.
Itu
adalah pertama kalinya Satsuki meraih tangannya, membuat dadanya berdebar
kencang. Tangannya begitu lembut dan kecil.
Tapi
itu tidak enakan untuk mengatakan padanya untuk mengawasi barang-barang
sementara mereka mengatur acara ini supaya Satsuki bisa rileks dan bermain. Apa
tidak ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah ini?
Lalu
tiba-tiba, ide cemerlang mengambang di kepala Tooru. Ia berjalan mendekati
dua orang yang saling bermesraan di tepi pantai dan mengarahkan ibu jarinya ke
tempat barang-barang mereka.
“Jika
kalian mau bermesra-mesraan, lakukanlah di sana.”
“Ka-Kami
tidak bermesraan ...!”
“It-Itu
benar. Kami hanya berdebat saja ...! "
“Oh,
tentu. Bukannya kalian berdua saling kompak? Yah, sekarang, Satsuki
tidak bisa menikmati pantai, jadi gantian dengannya. ”
Mereka
berdua segera mengerti dan dengan senang hati pergi ke tempat Satsuki. Tooru
menyaksikan mereka pergi ke sana, tapi dia juga pergi untuk menjemput Satsuki.
“Mau
bermain denganku?”
Tooru
bertanya dengan ramah dan Satsuki setuju dengan sedikit rasa
malu. Kemudian, Tooru dan Satsuki pergi ke pantai, mencelupkan jari kaki
mereka ke dalam air laut yang dingin.
Entah
dari mana, Tooru diciprati air laut yang sangat dingin. Melihat ke
belakang, Satsuki siap mencipratinya sekali lagi.
“Rasanya
dingin dan enak, bukan?”
Kemudian
datang percikan lain.
Rambutnya yang panjang dan tergerai terhembus oleh angin, menempel di tubuhnya dan menekankan kontur tubuh mungilnya. Seolah-olah ingin menyembunyikan detak kencang di dadanya, Tooru membalas ciparatn air pada Satsuki.
Rambutnya yang panjang dan tergerai terhembus oleh angin, menempel di tubuhnya dan menekankan kontur tubuh mungilnya. Seolah-olah ingin menyembunyikan detak kencang di dadanya, Tooru membalas ciparatn air pada Satsuki.
Tawa
terkikiknya membuatnya tampak lebih polos dari sebelumnya dan setelah
mendengarnya, Tooru merasa senang. Tentunya, Satsuki juga larut dalam
kesenangan.
Sinar
matahari musim panas menerangi mereka berdua.
uuuu
“Hei,
mereka beneran belum pacaran?”
“Beneran. Tapi
yang lebih penting, Akane ...”
“Hmm?”
Akane
duduk di terpal dan dengan penuh kasih sayang menatap Jun, tatapan yang tidak
pernah ditunjukkan di hadapan Tooru dan Satsuki.
Jun
mengarahkan pandangannya ke dua orang yang bermain di tepi pantai tapi sembari
berbicara kepada Akane.
“Kita
juga harus.”
“...
heh.”
“Itu
saja? Aku sudah mengumpulkan seluruh keberanianku untuk mengatakan itu
kepadamu.”
“Apa
kamu tidak mengetahuinya dari caraku tertawa, bodoh?”
Akane
berdiri dan dengan satu tangan memeganginya, Akane mendekatkan wajahnya ke
wajah Jun.