u
Sudut Pandang si Senpai u
“Selamat pagi ~”
Kouhai-chan sedang berdiri
di peron seperti biasa, napasnya cukup dingin sampai membuat udara putih
keluar.
“Pagi.”
Semangatnya hari ini masih
normal seperti biasanya, ya.
Aku tidak tahu apakah
dia cuma gampang dimengerti, atau itu karena aku berbicara dengannya setiap
hari, tapi aku bisa membedakan suasana hatinya hanya dengan bertukar salam
dengannya.
Yah, itu tidak terasa
buruk juga.
Ngomong-ngomong,
keretanya masih belum tiba, jadi aku menunggu sambil berdiri di sebelah
Kouhai-chan.
Salah satu dari kami
biasanya akan berbicara sekarang, tapi tidak satu pun dari kami melakukannya
hari ini. Aku merasa kedinginan dan mengantuk, tidak mampu memikirkan apa
pun.
tapi bahkan jika
hanya ada keheningan di antara kami, aku tidak merasa tidak nyaman. Hal itu
saja membuatku merasa sangat aneh.
Aku menoleh ke
Kouhai-chan, dan aku menyadari bagaimana Kouhai-chan juga melakukan hal yang
sama.
Aku pikir kami merasa
nyaman dalam beberapa menit sebelum kereta tiba.
vvvv
Kereta pun tiba dan
kami segera menempati posisi kami seperti biasa.
“Apa yang terjadi
padamu, Senpai? Kenapa kamu diam terus?”
“Harusnya itu
kalimatku. Apa yang terjadi denganmu?”
“Tidak ada yang
terjadi apa-apa padaku, kok. Aku hanya tidak punya topik untuk
dibicarakan.”
Ucap Kouhai-chan
sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.
“Ah, jika kita
membahas tentang percakapan, aku punya sesuatu yang ingin kutanyakan.”
“Kalau begitu tanyakan
saja.”
“Apa tidak
apa-apa? Lagi pula aku baru ingat sekarang. Kamu boleh memujiku, loh,
Senpai?”
Kenapa aku harus
memujimu hanya untuk ini?
“Aku pasti takkan
memujimu.”
“Ah iya. Lalu
inilah 『pertanyaan hari ini』 untuk Senpai yang
tsundere.”
Bagian mana dari
diriku yang tsundere?
Aku memutuskan untuk
berkonsentrasi pada 「pertanyaan」 Kouhai-chan.
“Senpai, berapa banyak
fotoku yang kamu miliki?”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Jika aku bersama
teman-teman cewekku, kami akan mengambil banyak foto dan mempostingnya di SNS.
Tapi Senpai tidak
pernah mengambil fotoku, dan aku tidak ingat Ia mengambilnya.
“Ahh…”
Senpai mengalihkan pandangannya
ke langit-langit kereta untuk sementara waktu, seolah-olah berusaha
mengingat. Ketika Ia menjawabku, jawabannya sungguh tidak terduga.
“Satu ... Tidak, ada
dua foto.”
“Ha!?”
Aku sedikit terkejut.
Masih dimengerti jika
Ia memiliki satu, karena aku pernah mengirim foto selfie-ku ke Senpai.
Tapi, apa maksudnya
dengan dua foto?
Aku meraih kedua
pundak senpai dengan erat, mulutku mulai menyentak dengan sengaja.
“Mengapa Senpai punya
foto lain dari yang aku kirim kepadamu sebelumnya. Apa kamu mengambil fotoku
diam-diam?! itu pasti seperti itu ‘kan?! Senpai benar-benar mengerikan ketika
kamu bahkan mengambilnya. Aku mendengar tentang hak penggunaan seperti
yang disukai orang di kelasku baru-baru ini, jadi apa yang harus kita lakukan
tentang hal itu?! pertama-tama, tolong biarkan aku melihatnya dan kemudian tolong
hapus karena itu sangat memalukan.”
Aku mengguncang Senpai
bolak-balik sambil meludahkan kata-kata tanpa memahami apa yang aku katakan.
Dari mana dia
mendapatkan fotoku? Yah, aku punya banyak teman dan kenalan, jadi ada
kemungkinan itu dibagikan sampai mencapai Senpai, tapi ...
Ketika aku terus
bertanya, Senpai mengerang.
“Kamu tidak perlu
sampai malu segitunya, ‘kan?”
“Apa?”
Aku merasa tidak
cukup mengeluh, jadi aku menarik napas lagi.
Pada saat yang sama
saat aku ingin mengatakan apa yang ada dalam pikiranku, Senpai membereskan
kesalahpahaman.
“Tidak, aku baru saja
menyimpan gambar profil LINE mu.”
“... Ha?”
Apa ini yang disebut
orang sebagai kekecewaan?
Atau mungkin, melawan
kincir angin?
Ngomong-ngomong, ini seolah-olah
aku yang malu sendiri.
Senpai yang berdiri
di depanku tertawa terbahak-bahak.
“Aku tidak pernah
mengambil foto diam-diam, oke. Aku hanya menyimpan foto profil LINE-mu.”
“Apa itu bahkan
dianggap sebagai fotoku ...”
“Karena Kouhai-chan
ada di sana, maka itu foto Kouhai-chan, ‘kan?”
“Ahh, seriusan. Baiklah.”
Aku masih merasa agak
frustrasi, jadi ayo kita menggoda Senpai sebagai balas dendam.
“kenapa kamu
repot-repot menyimpannya, Senpai?”
“Apa?”
Senpai menatapku,
matanya berkedip beberapa kali.
“Tidak, bahkan jika kau
bertanya kenapa ...”
“Kamu selalu
melihatnya, ‘kan? Foto profilku. Karena kita sering mengobrol setiap
hari.”
“Aku tidak mempercayai
informasi internet, dan aku tidak tahu kapan kau akan menghapusnya.”
Senpai membuang muka
dariku, mengatakan begitu dengan nada seolah Ia mengolok-olokku sedikit.
“Itu sebabnya, aku
hanya menyimpannya untuk jaga-jaga.”
“He ー Benarkah ー”
“Apa-apaan dengan nada
itu? Kau tidak mempercayaiku?”
“Tidak, tidak, aku
percaya kok. Karena itu dikatakan oleh Senpai.”
“Kau pasti tidak
percaya, ya ...”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Karena kami sudah
membahas ini, aku juga menjadi sedikit penasaran.
“Boleh aku mengajukan『 pertanyaan hari ini 』?”
“Tentu.”
“Kouhai-chan, apa kau
punya fotoku selain pada malam itu?”
Aku ingat bahwa aku
pernah mengiriminya foto selfie-ku sebelumnya.
“Tidak.”
Jawaban
langsung? Bilang tidak lagi, Kau beneran tidak punya?
“Rasanya salah
mengambil foto diam-diam.”
“Salah?”
“Rasanya sedikit tidak
senonoh.”
Tidak senonoh,
ya. Yah, namanya juga “diam-diam”.
“Benarkah?”
“Iya. Itu
sebabnya, Senpai?”
“Apa?”
“Tolong izinkan aku
mengambil fotomu ♪”
Kouhai-chan bertanya
padaku dengan senyum nakalnya.
“Kenapa?”
“Ya, bukannya itu aneh
kalau aku hanya punya satu foto Senpai walaupun kita sudah berbicara satu sama
lain setiap hari?”
“Aku tidak berpikir
itu aneh.”
“Itu sebabnya, tolong
izinkan aku mengambilnya.”
Hmmm.
Logika tersebut
membuatku menginginkan foto Kouhai-chan juga. Foto yang dia kirim saat itu
adalah kacamata yang dikenakannya, dan foto di profil LINE-nya diambil dari
samping, sehingga matanya yang indah tak begitu terlihat. Aku ingin
melihat foto versi kontak Kouhai-chan.
Untuk saat ini, aku
mengatakan ini kepada Kouhai-chan yang sudah mengarahkan kamera smartphone-nya
ke arahku.
“Kita sedang berada di
kereta, jadi ayo kita berhenti sekarang, oke?”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Seharusnya tidak
apa-apa untuk mengambil foto di kereta. Yah, itu tidak baik jika itu
adalah fotobombed.
Bagaimanapun juga,
kami akhirnya tiba di stasiun dekat sekolah.
Orang-orang di peron
juga sedikit, dan sepertinya kita takkan menyusahkan siapa pun di sini.
“Lalu, apa aku boleh
mengambil fotomu sekarang, Senpai?”
Ketika aku menanyakan
hal ini dan melihat ke arah senpai, Senpai juga memegang smartphone di
tangannya.
Apa yang sedang kamu
lakukan? Ya ampun.
“Lalu, aku akan
mengambilnya sekarang, Kouhai-chan.”
“Apa yang kamu
katakan? Aku mau mengambil foto senpai.”
“Aku akan mengambil
foto untuk Kouhai-chan. Kau akan menjadi model. “
Sambil memaksa satu
sama lain untuk menyerah, seorang wanita muda yang lewat di samping kami
tersenyum. Dan aku mendengar dia mengatakan ini pada dirinya sendiri.
“Kalian berdua bisa
foto bareng, ‘kan?”
Dan kemudian, menjadi
seperti itu.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Latar belakangnya
adalah dinding yang cocok di sekitar sini. Itu tidak masalah.
Masalahnya adalah subjek
fotografi akhirnya menjadi diriku dan Kouhai-chan.
Dia bahkan tidak
meminta tolong orang lain untuk memfoto kami.
Kouhai-chan yang
berdiri di sebelah kananku memegang smartphone di tangan kanannya, lengannya
terentang.
Ini adalah pertama
kalinya buatku.
Apa ini yang disebut
'selfie' seperti yang dilakukan kebanyakan gadis SMA?
“Aku akan mengambilnya
sekarang, oke?”
Kouhai-chan yang
berdiri di sampingku memberi sinyal.
“Oke, cheese!”
Foto yang dia
kirimkan kepadaku nanti membuat kami berdua membuat senyum yang sangat alami
untuk beberapa alasan.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (80)
Sepertinya Ia tidak
pernah berselfie sebelumnya.