u
Sudut Pandang si Senpai u
Hari ini juga cuacanya
masih dingin.
Karena ini bulan
Desember, jadi tentu saja akan dingin. Pokoknya, ini sangat dingin.
Terlebih lagi rasanya
sangat dingin ketika aku pergi ke stasiun dengan sepedaku. Telingaku jadi dingin. Wajahku
dingin. Aku hanya memakai sarung tangan dan tidak mengenakan hal yang lain.
“Pagi.”
“Selamat pagi, Senpai.”
Kouhai-chan sedang
menunggu di peron seperti biasa.
Ketika aku
menghembuskan napas, nafas yang keluar jadi berwarna putih.
“Ini dingin ya.”
“Benar-benar dingin.”
Aku hanya berdiri,
merasakan keberadaan Kouhai-chan sampai kereta tiba.
Ketika kami duduk di
posisi yang biasanya, aku menatap wajah Kouhai-chan untuk pertama kalinya hari
ini.
Hmm?
Ada apa ya. Dia
juga menatapku, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu.
Pipinya sedikit
memerah karena suhu dingin. Sikap seperti ini pasti akan terlihat lucu
untuk gadis cantik.
“Senpai, apa kamu melupakan
sesuatu?”
Jadi, dia benar-benar
ingin mengatakan sesuatu.
Tapi, jika aku
benar-benar melupakan sesuatu, aku takkan ingat hanya karena kau mengingatkan
itu, tahu.
Yah, apa boleh buat.
Ayo kita coba untuk mengingat-ingatnya dulu.
“Bulan ini adalah bulan
Desember, kan?”
“Ya, ini Shiwasu, Senpai.”
“Aku yakin kita sudah
membicarakan hal itu sebelumnya.”
Desember ... Desember
...
Jika kita
membicarakan tentang Desember, maka yang muncul di benakku adalah hari Natal,
tetapi perayaan tersebut masih lama. Ada ujian akhir sebelum itu, tapi ...
Hmm.
Hah? Omong-omong,
ulang tahun Kouhai-chan ada di bulan Desember. Hari apa ya? Ummmm…
Aku hanya ingat kalau
itu ada 1 dan 2 pada tanggal tersebut.
“... Tentang ulang
tahunmu, ‘kan?”
Aku ingat. 1212.
Tanggal 12 Desember. Tinggal satu minggu lagi dari sekarang.
“Ya ampun, apa Senpai
baru mengingatnya?”
“Tidak, aku lupa.”
“Sungguh tidak
berperasaan.”
Yah, aku benar-benar
merasa minta maaf jika kau bilang begitu, oke.
“Maaf.”
Ketika aku meminta
maaf dengan nada setengah serius, Kouhai-chan terkekeh.
“Bohong kok. Aku
sama sekali tidak marah.”
“Bukannya itu tidak
berperasaan?”
“Senpai lebih tidak
berperasaan daripada diriku.”
“Pada akhirnya,
bukannya aku yang tidak berperasaan?”
Apa-apaan dengan
percakapan ini.
“Jadi, minggu depan,
ya?”
“Iya. Minggu
depan.”
Hari ini tanggal 6,
hari Rabu. Karena ulang tahunnya tanggal 12, berarti ... hari Selasa?
Ngomong-ngomong, aku
ingat kalau aku menulis sesuatu di buku agendaku pada hari Selasa, 12
Desember. Apa ya kira-kira?
Ah.
“Ini hari yang sama
dengan ujian akhir, ‘kan?”
“Iya.”
Ini benar-benar menyusahkan, gerutu Kouhai-chan.
Benar. Acara
terakhir semester ini, ujian akhir, akan dimulai pada 12 Desember, tanggal yang
sama dengan hari ulang tahun Kouhai-chan.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Yah, kesampingkan hal
itu.”
“Kamu hanya akan
mengesampingkan itu?”
Aku belum menanyakan
ini sebelumnya, ‘kan?
Yah, aku bisa
memprediksi jawabannya.
“Senpai,『 pertanyaan hari ini 』.”
“Eh, sekarang?”
Aku mengajukan
pertanyaan kepada Senpai yang terkejut.
“Senpai, kue apa yang
kamu suka?”
“Kuemakmuran.” (TN : di RAW nya, Kouhai-chan bertanya,
‘keeki’ apa yang kamu suka?, dan Senpai menjawabnya dengan, ‘kouKEIKI’
(Kemakmuran))
Dia bahkan tidak
mengubah ekspresinya, dan langsung menjawabku.
“Aku akan benar-benar
marah, tahu?”
“Aku hanya bercanda. Hmm,
mungkin aku lebih suka yang lebih sederhana? Seperti cheesecake.”
“Ini benar-benar Senpai-ish,
ya.”
“Apa maksudnya itu?”
“Tidak ada.”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Kouhai-chan
mengatakan itu sambil tersenyum, membuatku tidak bisa membalasnya dengan
sesuatu yang cerdas.
“Senpai-ish”, ya. Apa aku segitu
mudahnya dibaca?
Yah, tapi itu mungkin
juga berarti bahwa kita sudah cukup dekat sampai-sampai dia mengetahui
preferensi makananku.
“Bagaimana dengan
Kouhai-chan, kue apa yang kau suka?『 Pertanyaan hari ini 』.”
Aku menanyakan
pertanyaannya yang sama seperti biasa, dan aku menyadari bahwa inilah yang
Kouhai-chan ingin aku tanyakan padanya.
Aku merasa aku
terlalu linglung belakangan ini. Sebelumnya, aku akan berpikir sedikit
sebelum mengatakan banyak hal kepada Kouhai-chan.
Baiklah, tidak
apa-apa. Ini bukan berarti bisa dianggap memegang titik lemahku.
“Nn, aapa ya ...”
Aku meletakkan jari
di rahangku, berpikir sebentar.
“Kau pernah bilang
kalau kau suka pancake, ‘kan?”
“Apa kita bisa menganggap
pancake sebagai kue?”
“Entah?”
Pertama-tama, bagaimana
orang mendefinisikan “kue”?
“Jika tepung adalah
bahan utama dan rasanya manis, Kau bisa menganggapnya sebagai kue, ‘kan?”
“Tapi jika itu
masalahnya, biskuit juga akan dianggap sebagai kue, Senpai.”
“Tapi mereka menaruh
biskuit sebagai hiasan cheesecake, ‘kan?”
“Aku pikir kita tidak sedang
membicarakan hal itu.”
Hmm.
“Jadi, bagaimana
dengan tepung sebagai bahan utamanya, rasanya manis, dan memiliki tekstur yang
lembut?”
“Lembut?”
“Kue biasanya memliki
tekstur lembut, ‘kan?”
Aku pikir sebagian
besar kue banyak yang begitu. Seperti shortcake,
atau pound cake.
“Lalu bukankah itu
hanya kue spons?”
“Baiklah, tidak
apa-apa. Pada akhirnya, kue seperti apa yang disukai Kouhai-chan?”
“Daripada yang
sederhana, aku lebih suka yang over-the-top. Lagipula,
kita memakan kue.”
“Hoo.”
“Itu sebabnya, mungkin
favoritku adalah shortcake.”
Shortcake tentu saja menjadi nomor
satu dengan perasaan “cake”. Sebenarnya, kami juga memakan shortcake pada hari ulang tahunku.
“Aku akan
menggunakannya sebagai referensi.”
“Aku punya harapan
tinggi, oke?”
“Jangan.”
“Ehh, kamu takkan
merayakannya untukku, Senpai?”
Aku tak berpikir aku
akan memiliki waktu luang di tengah ujian.
“Tidak.”
“Ehh.”
Wajahnya yang
terkejut terlihat gemas untuk dilihat.
“Merayakannya pada
hari itu mungkin mustahil. Bahkan jika aku seperti ini, aku butuh hasil
yang baik. Biarkan aku belajar dulu.”
Kouhai-chan cemberut,
tapi ekspresinya tampak lega.
“Ya itu benar.”
“Apa kita bisa merayakannya
di akhir pekan?”
“Baiklah,
baiklah. Kita bisa merayakannya setelah ujian.”
Kouhai-chan tidak mau
menatap mataku.
“Maaf, aku tahu kalau
akan lebih baik jika kita merayakannya pada hari itu, tapi ...”
Ketika aku meminta
maaf, dia akhirnya menatapku.
“Tidak apa-apa.”
Kouhai-chan
mengajukan permintaan dengan senyum kecilnya.
“Sebagai balasannya,
tolong rayakan dengan sepenuh hati, oke?”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (81)
Sepertinya Senpai
hampir tidak ingat hari ulang tahunku.