u
Sudut Pandang si Senpai u
Hari Senin datang
lagi minggu ini.
Sudah saatnya semua
murid mulai menyebutnya sebagai “sebelum ujian”, dan para guru juga akan menggunakan berbagai cara
penyempitan untuk mengakhiri rentang ujian. Ketika mereka menjejalkannya
seperti ini, sulit bagiku untuk membuat catatan atau bahkan mengingatnya, jadi aku
ingin mereka menghentikannya.
... Yah, mana ada
guru yang akan berhenti bahkan jika aku memprotes begitu. Realitas memang
sulit.
Pertama-tama, aku
akan menghadapi kenyataan saat ini (Kouhai-chan)
dan berangkat ke sekolah.
Ayo kita bertukar
salam dulu.
“Pagi.”
“Selamat pagi, Senpai.”
4 Desember
Hari ini, dia berdiri
di peron stasiun, dengan tubuh dan wajahnya yang kecil terkubur di dalam mantel
dan syalnya.
“Sepertinya hari ini
adalah hari E.T.”
“E.T?”
“Kau tidak
tahu? Ya, itu terjadi sebelum kita dilahirkan, sih.”
“Ahh, aku tahu, aku
tahu. Ini film, ‘kan?”
Biarkan aku jelaskan
lebih dulu. 『ET』 adalah judul film.
“Kalau tidak salah
tentang apa ya?”
“Mana mungkin aku bisa
tahu itu.”
Angin dingin bertiup
menerpa kami, yang berdiri di peron stasiun.
Ahh, dinginnya.
“Ha?”
“Maaf.”
Sepertinya itu adalah
cerita tentang bagaimana si karakter utama memiliki ikatan dengan alien. Aku
sendiri tidak pernah menontonnya.
“Sepertinya itu
terkenal dengan adegan di mana mereka bisa terbang setelah alien mengendarai
sepeda.”
“Ah, aku pikir aku
pernah mendengarnya sebelumnya. Mungkin.”
“Telekinesis sangat
kuat, ya. Mereka bahkan bisa membuat sepeda melayang.”
“Hebat ya, mereka bisa
membuat dua orang melayang. Senpai, tolong buat aku melayang juga.”
Ketika kami melakukan
percakapan yang sepele begitu, kereta pun tiba.
“Bahkan membuat satu orang
melayang pun mustahil.”
“Ahh, ada orang yang pernah
melakukan hal seperti itu, ‘kan?”
Aku pernah melihatnya
di TV sebelumnya, ujar Kouhai-chan setelah kami duduk di posisi yang biasanya
di kereta.
“Ngomong-ngomong,
orang yang hanya bisa melayang di depan disebut Willie.”
Terima kasih, Mario
Kart Wii.
“Hee, benarkah begitu? Lalu
bagaimana dengan orang yang hanya bisa melayang di belakang?”
“Aku penasaran, apa
itu mungkin?”
Aku membayangkan
seseorang melakukan itu. Tampaknya mungkin untuk melakukan itu secara teori. Aku
sedang membayangkan apa sih?
Aku kehilangan rasa
penasaranku dan mengeluarkan smartphone. Google-sensei, bantu aku.
“Apa kamu mau curang,
Senpai?”
“Aku tidak tahu, jadi
mau bagaimana lagi.”
Sepertinya yang itu
dipanggil Jackknife.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Senpai menoleh
padaku, seolah-olah baru ingat sesuatu.
“Apa kau naik sepeda
baru-baru ini?”
Rasanya sudah lama
sekali sejak Senpai mengajariku cara mengendarainya.
Jika aku tidak salah,
itu terjadi pada awal November ... baru sekitar satu bulan, ya.
“Aku akan
mengendarainya ke rumah Senpai jika Senpai membiarkanku datang dan bermain.”
“Apa kau berencana
untuk datang ke rumahku?”
“Ya, tentu saja.”
Bagaimanapun juga,
kami keluar pada hari Sabtu kemarin.
Aku berpikir bahwa aku
kadang-kadang harus menunjukkan wajahku kepada ibu Senpai, tapi aku juga tidak
ingin mengganggu Senpai yang ingin belajar, jadi aku membatalkan rencananya.
“Ahh, aku senang
menolak ajakanmu.”
Aku merasa seperti
melihat sedikit rasa kesepian di wajah Senpai yang lega.
“Apa-apaan itu?”
“Tidak, bukan apa-apa.”
“Serius ...”
Bahkan melihat senpai
yang tidak bisa (tidak mau) jujur itu menyenangkan.
u
Sudut Pandang si Senpai u
“Terus? Kau
tidak mengendarainya selain untuk itu?”
“Aku akan
mengendarainya, tapi ...”
“Kau bisa
mengendarainya, tahu ‘kan.”
Yah, ini memang rumit
karena dia tidak tahu harus ke mana, ya? Tapi dia terlihat seperti
seseorang yang nyaman bersepeda di tepi sungai.
“Cuacanya dingin…!”
Kouhai-chan menjawab
komentarku dengan cemberut.
“Ahh, begitu ya.”
“Bukannya telingamu
jadi sangat dingin? Dingin yang sangat tidak nyaman, ‘kan?”
“Aku mengerti.”
Ketika aku menerobos udara
dingin, telingaku akan menjadi sangat dingin sampai-sampai aku tidak merasa kalau
itu adalah bagian dari tubuhku.
“Itu sebabnya aku
tidak mengendarainya.”
“Uh huh.”
Setelah aku
memberikan jawaban yang samar-samar, aku ingat sesuatu yang ingin aku tanyakan
pada Kouhai-chan.
“Hei, ini『 pertanyaan hari ini 』dariku.”
“Apa itu?”
“Kouhai-chan, apa kau tidak
menggunakan penutup telinga?”
Aku membayangkan
Kouhai-chan mengenakan penutup telinga yang lembut di kepalanya, seperti headphone.
“Eh?”
Dia membeku sejenak.
Dan kemudian, dia
merespons sambil mengedipkan matanya.
“Ahh, penutup
telinga? Aku tidak memakainya.”
“Bagaimana dengan penutup
yang berbulu halus?”
“Tidak, tidak.”
“Tapi aku merasa itu
akan cocok untukmu.”
Saat aku mengatakan
itu, dia menarik napas dan memalingkan wajahnya dariku.
Hmm? Apa dia
merasa malu?
“Itu……….tidak benar,
kok.”
Ketika aku mendengar suara
Kouhai-chan yang berusaha menolak, kejahilanku mulai menjadi-jadi.
Aku tidak mengerti
mengapa dia merasa sangat malu, tetapi aku berencana untuk membuatnya semakin
malu mulai sekarang.
“Kau pasti akan
terlihat imut.”
Penutup telinga yang
berwarna putih polos seperti bulu menutupi telinganya, dan struktur seperti
headphone menekankan sedikit rambutnya yang mengkilap ........Itu pasti akan
cocok untuknya.
“... Mmmm~!”
Kouhai-chan mengeluarkan
erangan yang tidak terdengar seperti suara.
Sejak kapan dia
menjadi pemalu seperti ini? Ini mungkin pertama kalinya aku melihatnya
seperti ini. Omong-omong, aku belum mengatakan kata "imut" untuk
waktu yang lama juga.
Aku merasa puas, jadi
aku mengalihkan penglihatanku dari Kouhai-chan dan melihat keluar jendela.
Kereta akan tiba di
stasiun terdekat dengan sekolah.
Kouhai-chan yang
kembali dari keadaan malu-malunya mulai menatapku lagi dan membisikkan ini.
“Baka Senpai.”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Apa itu?
Apa-apaan itu, uuuuu
...
Senpai tiba-tiba
mulai mengatakan sesuatu seperti “akan cocok untukmu” atau “imut”. Betulkah. Senpai, tolong lihat kondisiku
juga. Serius. Ahh!
“『Pertanyaan hari ini 』!”
Aku akhirnya mulai tenang. Sebagai
balas dendam, aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu.
“Senpai, apa kamu juga
tidak memakai penutup telinga!”
“Tidak, aku takkan
memakainya. Aku benar-benar tidak cocok untuk mengenakan benda yang
seperti itu.”
Aku membayangkan
penutup telinga berbulu menempel di telinga Senpai saat dia berdiri di depanku.
“Ahh…”
Ini…
“Sudah kubilang, ‘kan?”
“Bagaimana mungkin ini
tidak cocok?”
“Mana aku tahu?”
Rencanaku untuk
mengajukan pertanyaan kepadanya sebagai pembalasan benar-benar salah sasaran.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (79)
Sepertinya bayanganku
mengenakan penutup telinga "sangat imut" untuknya. Uu ..
Ntah gue yg lupa, atau ada chp yg kelewat atau gimana. Perasaan si Keita belom ngajarin maharun belajar sepeda deh
BalasHapus