u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku meregangkan tubuhku
di peron pada hari Jumat pagi.
“Minggu ini akhirnya
akan berakhir juga, ya.”
“Orang-orang biasanya
akan mengatakan itu untuk akhir semester, Senpai.”
Masih ada pelajaran
sampai Senin depan, tapi ujian akhir akan dimulai pada hari Selasa. Selama
ujian, aku bisa berangkat lebih telat dan pulang lebih cepat, jadi aku tidak
terlalu lelah secara fisik, selain secara mental. Yay.
Ketika akhir semester
berakhir, ada semacam sesuatu seperti hilangnya waktu, atau mungkin perasaan
palsu liburan musim dingin. Kami masih perlu mendapat hasil ujian, dan
upacara penutupan. Aku juga punya tugas penting pada upacara
penutupan. Aku harap itu berjalan dengan baik.
“Aku mendengarkan
pelajaran dengan benar, tidak seperti Kouhai-chan. Itu sebabnya aku merasa
lelah.”
“Tapi aku juga banyak
mendengarkan pelajaran, kok.”
Pandanganku tertuju
pada Kouhai-chan yang mengeluh tentang bagaimana hal itu membosankan, sembari
ada senyum di wajahnya.
“Senpai? Apa yang
terjadi?”
Kouhai-chan menatapku
dengan curiga, mungkin karena aku tidak membalas kata-katanya.
Dia memiringkan
kepalanya sedikit dan kemudian mengejekku.
“Apa kamu terpesona
olehku? Benarkan…”
“Uh huh.”
Dia berpikir kalau
aku akan bersenandung dan bersuara, ‘kan?
Aku menahan emosi
yang muncul di hatiku dan mengangguk dengan serius.
“Benarkah?”
Pada saat Kouhai-chan
memalingkan pandangannya dariku, aku tanpa sadar menyeringai.
Sepertinya dia tidak
melihatku melakukan itu, jadi itu pasti aman.
“Ah, kau jadi malu-malu!”
“Siapa yang malu-malu!”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Kami naik kereta dan
menempati di posisi yang biasa.
Aku tidak merasa malu
lagi. Aku sudah sadar.
“Tapi bagaimanapun
juga, semester kedua akan segera berakhir, ya.”
“Apa yang akan terjadi
setelah semester kedua?”
“Kau tidak
tahu? Semester ketiga akan dimulai.”
Senpai meletakkan
tangannya di pinggul, menjawab tepat seperti itu.
“Selama liburan musim
dingin Senpai mau pergi ke mana?”
“Itu tidak memenuhi
syarat sebagai liburan panjang, ‘kan? Aku pikir itu terlalu pendek.”
“Aku heran mengapa
liburan musim dingin begitu singkat? Bukannya mereka mendorong acara Natal
pada Hari Tahun Baru?”
“Acara, ya? Akan
ada banyak permainan sosial, bagus untukmu.”
Sejak kapan Jepang
menganggap musim dingin sebagai musim permainan sosial?
“Itu tidak bagus.”
“Benarkah?”
“Iya.”
Karena liburan musim
dingin tahun ini, aku ingin pergi ke berbagai tempat bersama Senpai.
Yah, aku akan
membawanya berkeliling.
... Aku harap kita
bisa melakukannya.
“Bagaimana belajarmu
untuk ujian, Senpai?”
Nah, sebelum itu, ada
ujian akhir minggu depan.
Aku bahkan mendengar
beberapa suara panik di kelasku sekarang. Ini adalah kedua kalinya kami
mengikuti ujian, jadi aku tidak tahu seberapa buruknya.
“Aku tidak mengalami
kemajuan sedikitpun.”
“Hee…”
“Ini salahmu.”
“Astaga? Apa kamu
mau menyalahkan orang lain, Senpai?”
Wajah Senpai berubah menjadi
rumit.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku tidak bisa bilang
kalau belajarku tidak berjalan dengan baik karena aku selalu memikirkan dia.
Jika aku tetap diam,
aku merasa bahwa dia akan mengatakan sesuatu yang buruk yang akan mengakibatkan
bencana, jadi aku memaksakan diriku untuk bertanya pada Kouhai-chan.
“Ahh, inilah『 pertanyaan hari ini 』dariku.”
“Iya.”
“Kouhai-chan, apa kau
tipe orang yang gugup saat ujian?”
Ini adalah pertanyaan
yang muncul secara acak di pikiranku, namun aku juga sedikit penasaran.
“Eh, memangya ada
alasan untuk gugup?”
“Tentu saja ada.”
“Tidak buatku. Aku
sama sekali tidak gugup.”
Aku kagum, tapi aku
penasaran apakah itu karena dia pandai bergaul. Kouhai-chan adalah
seseorang yang menikmati "hidup" dan menghabiskannya dengan penuh bahagia.
“Bukannya itu senpai
yang terlalu gugup mengenai hal itu? Ah, tadi itu 『pertanyaan hari ini』dariku.”
“Yah, aku tidak gugup
tentang ujian akhir.”
“Apa itu berarti kamu
gugup dengan ujian lain, Senpai?”
“Aku sangat gugup
dengan tes kecakapan yang membutuhkan kemampuan nyata kita untuk
menyelesaikannya.”
“Iya?”
Kouhai-chan
mengerutkan kening.
“Aku benar-benar tidak
mengerti apa bedanya dari kedua ujian tersebut.”
“Nah, ujian akhir
memiliki ruang lingkup tertentu, jadi aku, sebagai murid teladan, cenderung
mempelajarinya sampai aku dapat melafalkannya dengan sempurna.”
“Uwaah ...”
“Kau tidak perlu merasa
jijik juga, oke?”
“Apa kamu melakukannya
sampai segitunya?”
“Bahkan jika ada
kecelakaan, aku masih bisa mendapatkan 80 poin.”
“Mana mungkin ada
kecelakaan.”
Aku juga bisa saja
mendapatkan bilai yang melebihi 85 atau 90 poin, tapi itu akan membutuhkan
keberuntungan. Aku dapat mengambil 80% dari nilaiku dengan kemampuanku
sendiri, Itulah yang aku rasakan setelah mengikuti ujian akhir SMA empat kali.
“Yah, terlepas dari
ada kecelakaan atau tidak, jika aku belajar sebanyak itu, aku takkan khawatir
tentang hasilnya, jadi aku tidak akan gugup.”
“Aku tidak bisa bersimpati,
tapi aku mengerti.”
“Oh terima kasih.”
Kouhai-chan menghela
nafas.
“Dengan kata lain, Senpai
merasa tidak nyaman karena kamu tidak dapat mengukur secara memadai ujian
kecakapan?”
“Uh huh.”
“Senpai memang
khawatiran banget, ya.”
Dia merasa kagum
karena suatu alasan.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Senpai ini
benar-benar mengkhawatirkan.
Dia terlalu banyak
berpikir. Yah, itu juga akan merepotkan jika dia tidak memikirkan apa yang
harus Ia pikirkan, jadi mungkin orang ini bisa diartikan bagus.
Tapi, aku merasa
lebih senang jika Ia sedikit lebih proaktif.
“Kouhai-chan adalah
tipe yang seperti itu, ‘kan? Kau bisa lulus bahkan tanpa belajar, jadi kau
tidak merasa gugup.”
“Kamu benar.”
“Waspadalah terhadap
pengalaman menyakitkan yang benar-benar tak terduga.”
“Aku pandai menangani
banyak hal, jadi tidak apa-apa.”
Tehe.
“…… Haa.”
Senpai merasa kagum.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (83)
Sepertinya Ia juga
merasa gugup saat ujian.
Lanjut min...
BalasHapusSemangat!!!!
Yang eng dah sampai ch 86
HapusLanjut min.
BalasHapus