Cerita Sampingan Versi Melonbooks
“... Amane-kun, apa kamu tidak kedinginan?”
Amane kebetulan berpapasan dengan Mahiru dalam perjalanan
pulang, yang menyipitkan matanya ketika melihat pakaiannya.
Amane akan kedinginan jika cuma mengenakan jersey dan
jaket di balik kemejanya, seperti yang Ia lakukan ketika pertama kali bertemu
Mahiru. Jadi, Ia mengenakan mantel, tapi penampilannya masih terlihat
dingin bagi Mahiru.
Ia sedikit kedinginan, mengenakan mantel yang relatif
tipis, tetapi dia tidak pada titik beku. Amane tidak memakai apa pun untuk
menghangatkan tubuh, hanya karena Ia tidak punya apa-apa selain mantel
itu. Ia tidak memaksakan dirinya sendiri, dia Cuma tidak punya apa-apa
untuk menghangatkan diri.
Sangat kontras darinya, Mahiru sendiri dipersenjatai
dengan mantel tebal, syal, dan sarung tangan. Sebaliknya, Amane tampak
kedinginan, selain dari kakinya.
“Aku tidak terlalu dingin, kok.”
“... Tapi telinga dan hidungmu memerah.”
“Apa boleh buat. Tadi ada angin kencang.”
Amane lupa membawa pakaian musim dingin selain dari
mantelnya ketika Ia pindahan, dan orang bisa mengatakan itu adalah kesalahannya
sendiri. Namun, Ia tidak menganggap itu sebagai halangan, jadi Ia tidak
pernah membeli pakaian musim dingin tambahan bahkan di musim ini.
Faktanya, di sini lebih dingin ketimbang di kota asalnya.
Amane berpikir bahwa Ia seharusnya membeli sarung tangan, atau syal.
“Untungnya sekolah tidak jauh dari apartemen kita. Aku
akan baik-baik saja dengan sedikit kedinginan. ”
“Aku akan bermasalah jika kamu masuk angin lagi.”
“Akan aku pastikan untuk tidak masuk angin lagi.”
“….. Walau aku mempercayai kamu untuk tidak berakhir
seperti terakhir kali, harap berhati-hati.”
Karena
kamu tidak pernah menjaga kesehatanmu sendiri, Amane-kun, Mahiru bergumam ketika dia melirik wajahnya dan lehernya
yang terbuka.
“…Apa?”
“Tidak ada apa-apa. Kurasa kamu tidak perlu
menderita lama karena libur sekolah akan segera tiba.
Ujian mereka sudah berakhir, dan apa yang menunggu mereka
adalah Natal, setelah upacara penutupan. Amane seharusnya bisa bertahan
selama ini, setidaknya. Jika ini terus berlanjut, sepertinya Januari dan
Februari akan jauh lebih dingin, jadi Ia ingin membeli beberapa barang untuk
menghangatkan dirinya sebelum itu.
Harus
pergi berbelanja, Amane bergumam ketika dia naik ke lift, dan
Mahiru diam-diam mengikutinya.
Untuk beberapa alasan, Ia merasakan tatapan tajam di lehernya. Namun, Ia mengabaikan tatapan Mahiru, setelah mengerti kalau Ia terlihat kedinginan.
Hmmm
BalasHapus