Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 85



u Sudut Pandang si Senpai u   
Jam menunjukkan kalau waktu sudah lewat tengah malam, dan hari ini adalah hari Minggu terakhir sebelum ujian akhir.
Aku sedang bermasalah.
Hmm…
Aku berpikir sambil melihat jadwal ujian akhir yang diumumkan kemarin.
Apakah enaknya aku keluar hari ini?
Hmm. Karena ujian berlangsung terus-menerus pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat, aku tidak bisa sering-seringan keluar sebanyak itu.
Besok akan ada pelajaran sampai sore, jadi aku tidak bisa belajar banyak. Setelah itu, itu sudah simulasi tes.
Hmm.
…Tapi kemudian.
Aku belum membelikannya hadiah ...
Setelah memikirkannya sambil berjalan-jalan, aku tidak bisa memutuskan apa pun kemarin.
Tidak ada barang yang membuatku berpikir ini dia!
Masih mungkin untuk membelinya di Amazon untuk saat ini, tapi frustasi untuk menyerah setelah semua upaya yang sudah kulakukan. Begitu ya, jadi ini efek Concorde.
Baiklah.
Mari kita putuskan dengan cepat besok dan langsung pulang. Tujuanku ialah sebelum tengah hari.
Aku sebagian besar akhirnya cuma bermain-main, dan kupikir aku bisa berkonsentrasi setelah melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Ya tentu saja. Aku percaya pada konsentrasiku.
Setelah memutuskan demikian, aku harus tidur. Aku masih tidak percaya kalau aku bangun pagi-pagi selama dua hari berturut-turut di akhir pekan.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Aku terbangun karena bunyi alarm.
Aku membuka tirai dan meregangkan tubuhku. Ini sudah pagi ..
Apa yang harus aku lakukan hari ini ...? Aku tidak punya rencana karena ujian sudah dekat, tapi aku tidak ingin belajar terlalu banyak.
Maharun♪ : Selamat pagi, Senpai
Untuk saat ini, ayo kita mengirim pesan LINE sedikit lebih awal hari ini ... tidak, hari ini juga, ya.
Apa Ia bangun pagi untuk belajar sebelum ujian? Atau tidur seperti biasanya?
Iguchi Keita : Oh, pagi.
Ketika aku selesai makan sarapanku (hari ini adalah roti), aku menerima balasan dari Senpai. Eh? Ini masih jam 10, loh.
Maharun ♪ : Kamu bangun pagi hari ini, eh
Iguchi Keita : Ya
Maharun ♪ : Apa yang kamu lakukan sekarang, Senpai?
Bagaimanapun, Ia pasti akan menjawabku dengan “Sedang belajar”.
Tapi kemudian, tidak ada balasan. Sepertinya Ia mengamankan dirinya dari pertanyaanku.
Maharun ♪ : Tunggu
Maharun ♪ : Apa Senpai keluar lagi hari ini?
Senpai segera membaca pesanku
Iguchi Keita [Iguchi Keita mengirimimu stiker]
Ia mengirimiku stiker misterius.
Itu adalah karakter aneh degan pose aneh. Stiker yang tidak bisa dijelaskan selain itu. Di mana Ia menemukan hal semacam ini?
Maharun ♪ ... Ya, aku mengerti.
Uhnn, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Senpai tidak memberitahuku apa yang akan Ia lakukan kemarin. Aku percaya Ia pergi keluar bukan hanya untuk makan udon saja.
Yah, aku bisa menebaknya. Tapi aku merasa akan sia-sia mengatakannya melalui LINE karena aku tidak bisa melihat reaksinya, jadi aku tidak melakukannya.
Tapi….
Tidak peduli seberapa banyak Ia melakukannya demi diriku, aku merasa sedikit tidak enakan karena mengorbankan waktu belajarnya untuk ujian. Agak terlambat untuk menemaninya, tapi itu sebelum ujian sekarang. Aku ingin sedikit perhatian.
Maharun ♪ : Karena kamu akan pergi, boleh aku bergabung denganmu?
Senpai jelas-jelas tidak menemukan sesuatu yang cocok untukku kemarin, bukan?
Iguchi Keita : Ha?
Maharun ♪ : Kita tidak bertemu kemarin. Jadi aku akan pergi sekarang
Iguchi Keita : Eh? Uh?
Iguchi Keita :  Aku belum bilang di mana aku sekarang
Aku yakin Ia takkan membeli apa-apa untukku saat aku bersamanya. Jika aku mengatakan ini, Ia pasti akan membeli sesuatu sebelum aku menghubunginya.
Seharusnya Senpai tidak perlu terlalu khawatir tentang hal ini, dan Ia bisa memutuskannya karena dia sudah terlalu memikirkannya.
Maharun♪ : Hee
Maharun ♪ :  Senpai, pertanyaan hari ini
Iguchi Keita : Aw ...
Kata “Aw ..., terdengar agak imut.
Yah, aku takkan merubah pikiranku hanya karena itu lucu.
Maharun ♪ : Senpai, kamu ada di mana sekarang?
Jawaban darinya adalah nama fasilitas komersial, seperti yang sudah aku kira.
Maharun ♪ : Ayo makan siang bareng.
Maharun ♪ : Lebih tepat menyebutnya brunch, tapi
Maharun ♪ : Ayo pergi?
Iguchi Keita : Dan jika aku bilang tidak?
Maharun ♪ : Ayo pergi!

u Sudut Pandang si Senpai u   
Aku penasaran sampai seberapa jauh dia memprediksi apa yang aku lakukan.
Karena dia tidak terus-menerus bertanya kepadaku tentang apa yang aku lakukan, jadi dia seharusnya sudah tahu ... ‘kan? Aku yakin akan hal itu. Tidak mungkin Kouhai-chan tidak tahu apa yang aku lakukan dengan tingkat persepsinya.
Meski begitu, dia memberitahuku kalau dia akan datang dan menemuiku. Aku jadi tidak bisa membeli apa pun saat aku bersama dengannya, dan aku harus bertemu dengannya karena kami sudah berjanji. Jika aku memesan hadiah ulang tahunnya setelah pulang, lalu apa artinya aku keluar hari ini?
Yah, tak apalah.
Ayo kita beli barang terbaik dari apa yang telah aku perhatikan sejak sebelumnya. Lalu aku bisa pulang setelah makan siang dengannya. Dan aku bisa belajar di sore hari. Bagaimanapun juga, aku ingin menyelesaikan pemecahan matematika.
Hmm, di mana kita harus makan siang?
Dia sudah tahu kalau aku makan udon kemarin, jadi dia seharusnya mengharapkan sesuatu selain udon, ‘kan? Mungkin rasanya lebih menarik untuk mencoba sedikit mengejutkannya.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Halo, Senpai.
Tempat pertemuan yang disepakati ialah berada di depan sebuah restoran keluarga. Yah, yang mana pun tak masalah, selama aku bisa bersama dengan senpai.
Kamu benar-benar berani datang, ya.
Tidak apa-apa, ‘kan? Toh, bukannya aku melakukan kesalahan.”
Aku tidak mengatakan kalau itu salah.
Senpai melirikku, lalu Ia membalik tas jinjing dari bahunya dan mulai berjalan.
Eh? Senpai, kita akan pergi kemana?”
Apa maksudmu kemana ... Restoran cepat saji pasti akan ramai sekarang.
Sekarang memang jamnya makan siang, belum lagi ini hari Minggu. Ini adalah saat ketika kita harus menunggu lama.
“Mumpung waktunya pas, jadi ini sempurna. Inilah pertanyaan hari ini
“Apa Senpai?”
Kouhai-chan, kamu ingin pergi kemana?
Aku merasa Senpai berusaha menghindariku menyelidikinya dengan sekuat tenaga.
Bagaimana dengan toko pancake?
“Memangnya ada?”
Tentu saja ada.
Yah, aku takkan pergi ke sana.
Ia cuma main-main denganku, kan?
Jangan bertanya ke mana pada orang lain ingin pergi dan kemudian mengatakan kamu takkan pergi ke sana, senpai.
Oh, aku harus kembali dan belajar. Jika kita pergi ke toko populer sekarang, matahari akan terbenam sebelum kita menyadarinya.”
Itu mungkin benar.
Dasar Senpai nakal.
Ketika Senpai berhenti, Ia berbalik dan mengucapkan sepatah kata.
Ayo makan di sini.
Ini toko udon. Marugame.
Umm. Aku berpikir bahwa pada akhirnya, kita kebanyakan tidak makan udon. Namun, kenapa udon?
Kenapa udon?
Kau tidak mau?
Bukannya begitu, aku belum pernah ke sini sebelumnya.
“Begitu ya.”
Persis seperti itu, Senpai memesan makanannya.
Aku bergegas dan mengikutinya.
Maaf, satu ukuran menengah tolong.
Ah, aku mau minta ukuran kecil.
Aku memesan menu yang sama dengan Senpai dengan ukuran yang lebih kecil. Ia tidak memberiku waktu untuk berpikir.
Senpai juga memesan tempura. Ia makan dengan baik, ya.
“Itadakimasu.”
“Itadakimasu.”
Kami duduk berhadap-hadapan di meja dan saat kami menepukkan tangan.
Senpai juga makan udon kemarin, ‘kan.
“Jadi?”
Tidak, aku penasaran kenapa kamu tidak muak dengan itu.
Ketika aku bertanya itu, senpai diam-diam menaruh sepiring tempura di udonnya. Dan dengan wajah sombong, Ia mengatakan ini.
Ini adalah tendon udon yang asli !
Aku menyeruput udonku tanpa mengomentari aksinya.




Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (85)
Sepertinya, Ia telah berhasil membeli hadiahku.

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama