u
Sudut Pandang si Senpai u
Jam menunjukkan kalau
waktu sudah lewat tengah malam, dan hari ini adalah hari Minggu terakhir
sebelum ujian akhir.
Aku sedang bermasalah.
“Hmm…”
Aku berpikir sambil
melihat jadwal ujian akhir yang diumumkan kemarin.
Apakah enaknya aku
keluar hari ini?
Hmm. Karena
ujian berlangsung terus-menerus pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat, aku
tidak bisa sering-seringan keluar sebanyak itu.
Besok akan ada
pelajaran sampai sore, jadi aku tidak bisa belajar banyak. Setelah itu, itu
sudah simulasi tes.
Hmm.
…Tapi kemudian.
Aku belum
membelikannya hadiah ...
Setelah memikirkannya
sambil berjalan-jalan, aku tidak bisa memutuskan apa pun kemarin.
Tidak ada barang yang
membuatku berpikir “ini dia!”
Masih mungkin untuk
membelinya di Amazon untuk saat ini, tapi frustasi untuk menyerah setelah semua
upaya yang sudah kulakukan. Begitu ya, jadi ini efek Concorde.
Baiklah.
Mari kita putuskan
dengan cepat besok dan langsung pulang. Tujuanku ialah sebelum tengah
hari.
Aku sebagian besar
akhirnya cuma bermain-main, dan kupikir aku bisa berkonsentrasi setelah
melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Ya tentu saja. Aku percaya
pada konsentrasiku.
Setelah memutuskan
demikian, aku harus tidur. Aku masih tidak percaya kalau aku bangun
pagi-pagi selama dua hari berturut-turut di akhir pekan.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Aku terbangun karena
bunyi alarm.
Aku membuka tirai dan
meregangkan tubuhku. Ini sudah pagi ..
Apa yang harus aku
lakukan hari ini ...? Aku tidak punya rencana karena ujian sudah dekat, tapi
aku tidak ingin belajar terlalu banyak.
Maharun♪ : Selamat pagi, Senpai
Untuk saat ini, ayo
kita mengirim pesan LINE sedikit lebih awal hari ini ... tidak, hari ini juga,
ya.
Apa Ia bangun pagi
untuk belajar sebelum ujian? Atau tidur seperti biasanya?
Iguchi Keita : Oh, pagi.
Ketika aku selesai
makan sarapanku (hari ini adalah roti), aku menerima balasan dari
Senpai. Eh? Ini masih jam 10, loh.
Maharun ♪ : Kamu bangun pagi hari ini,
eh
Iguchi Keita : Ya
Maharun ♪ : Apa yang kamu lakukan
sekarang, Senpai?
Bagaimanapun, Ia
pasti akan menjawabku dengan “Sedang belajar”.
Tapi kemudian, tidak
ada balasan. Sepertinya Ia mengamankan dirinya dari pertanyaanku.
Maharun ♪ : Tunggu
Maharun ♪ : Apa Senpai keluar lagi hari
ini?
Senpai segera membaca
pesanku
Iguchi Keita : [Iguchi Keita
mengirimimu stiker]
Ia mengirimiku stiker
misterius.
Itu adalah karakter
aneh degan pose aneh. Stiker yang tidak bisa dijelaskan selain
itu. Di mana Ia menemukan hal semacam ini?
Maharun ♪ : ... Ya, aku
mengerti.
Uhnn, apa yang harus aku
lakukan sekarang?
Senpai tidak
memberitahuku apa yang akan Ia lakukan kemarin. Aku percaya Ia pergi keluar
bukan hanya untuk makan udon saja.
Yah, aku bisa
menebaknya. Tapi aku merasa akan sia-sia mengatakannya melalui LINE karena
aku tidak bisa melihat reaksinya, jadi aku tidak melakukannya.
Tapi….
Tidak peduli seberapa
banyak Ia melakukannya demi diriku, aku merasa sedikit tidak enakan karena
mengorbankan waktu belajarnya untuk ujian. Agak terlambat untuk
menemaninya, tapi itu sebelum ujian sekarang. Aku ingin sedikit perhatian.
Maharun ♪ : Karena kamu akan pergi,
boleh aku bergabung denganmu?
Senpai jelas-jelas
tidak menemukan sesuatu yang cocok untukku kemarin, bukan?
Iguchi Keita : Ha?
Maharun ♪ : Kita tidak bertemu
kemarin. Jadi aku akan pergi sekarang
Iguchi Keita : Eh? Uh?
Iguchi Keita : Aku belum bilang di mana aku sekarang
Aku yakin Ia takkan
membeli apa-apa untukku saat aku bersamanya. Jika aku mengatakan ini, Ia
pasti akan membeli sesuatu sebelum aku menghubunginya.
Seharusnya Senpai
tidak perlu terlalu khawatir tentang hal ini, dan Ia bisa memutuskannya karena
dia sudah terlalu memikirkannya.
Maharun♪ : Hee
Maharun ♪ : Senpai, 『pertanyaan hari ini』
Iguchi Keita : Aw ...
Kata “Aw ...”, terdengar agak
imut.
Yah, aku takkan merubah
pikiranku hanya karena itu lucu.
Maharun ♪ : Senpai, kamu ada di mana
sekarang?
Jawaban darinya
adalah nama fasilitas komersial, seperti yang sudah aku kira.
Maharun ♪ : Ayo makan siang bareng.
Maharun ♪ : Lebih tepat menyebutnya
brunch, tapi
Maharun ♪ : Ayo pergi?
Iguchi Keita : Dan jika aku bilang
tidak?
Maharun ♪ : Ayo pergi!
u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku penasaran sampai
seberapa jauh dia memprediksi apa yang aku lakukan.
Karena dia tidak
terus-menerus bertanya kepadaku tentang apa yang aku lakukan, jadi dia
seharusnya sudah tahu ... ‘kan? Aku yakin akan hal itu. Tidak mungkin
Kouhai-chan tidak tahu apa yang aku lakukan dengan tingkat persepsinya.
Meski begitu, dia
memberitahuku kalau dia akan datang dan menemuiku. Aku jadi tidak bisa
membeli apa pun saat aku bersama dengannya, dan aku harus bertemu dengannya
karena kami sudah berjanji. Jika aku memesan hadiah ulang tahunnya setelah
pulang, lalu apa artinya aku keluar hari ini?
Yah, tak apalah.
Ayo kita beli barang
terbaik dari apa yang telah aku perhatikan sejak sebelumnya. Lalu aku bisa
pulang setelah makan siang dengannya. Dan aku bisa belajar di sore
hari. Bagaimanapun juga, aku ingin menyelesaikan pemecahan matematika.
Hmm, di mana kita
harus makan siang?
Dia sudah tahu kalau
aku makan udon kemarin, jadi dia seharusnya mengharapkan sesuatu selain udon, ‘kan? Mungkin
rasanya lebih menarik untuk mencoba sedikit mengejutkannya.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Halo, Senpai.”
Tempat pertemuan yang
disepakati ialah berada di depan sebuah restoran keluarga. Yah, yang mana
pun tak masalah, selama aku bisa bersama dengan senpai.
“Kamu benar-benar
berani datang, ya.”
“Tidak apa-apa, ‘kan? Toh,
bukannya aku melakukan kesalahan.”
“Aku tidak mengatakan
kalau itu salah.”
Senpai melirikku, lalu
Ia membalik tas jinjing dari bahunya dan mulai berjalan.
“Eh? Senpai, kita
akan pergi kemana?”
“Apa maksudmu kemana
... Restoran cepat saji pasti akan ramai sekarang.”
Sekarang memang
jamnya makan siang, belum lagi ini hari Minggu. Ini adalah saat ketika
kita harus menunggu lama.
“Mumpung waktunya pas,
jadi ini sempurna. Inilah 『pertanyaan hari ini』”
“Apa Senpai?”
“Kouhai-chan, kamu
ingin pergi kemana?”
Aku merasa Senpai
berusaha menghindariku menyelidikinya dengan sekuat tenaga.
“Bagaimana dengan toko
pancake?”
“Memangnya ada?”
“Tentu saja ada.”
“Yah, aku takkan pergi
ke sana.”
Ia cuma main-main
denganku, kan?
“Jangan bertanya ke
mana pada orang lain ingin pergi dan kemudian mengatakan kamu takkan pergi ke
sana, senpai.”
“Oh, aku harus kembali
dan belajar. Jika kita pergi ke toko populer sekarang, matahari akan
terbenam sebelum kita menyadarinya.”
Itu mungkin benar.
“Dasar Senpai nakal.”
Ketika Senpai
berhenti, Ia berbalik dan mengucapkan sepatah kata.
“Ayo makan di sini.”
Ini toko
udon. Marugame.
Umm. Aku berpikir
bahwa pada akhirnya, kita kebanyakan tidak makan udon. Namun, kenapa udon?
“Kenapa udon?”
“Kau tidak mau?”
“Bukannya begitu, aku
belum pernah ke sini sebelumnya.”
“Begitu ya.”
Persis seperti itu, Senpai
memesan makanannya.
Aku bergegas dan mengikutinya.
“Maaf, satu ukuran
menengah tolong.”
“Ah, aku mau minta
ukuran kecil.”
Aku memesan menu yang
sama dengan Senpai dengan ukuran yang lebih kecil. Ia tidak memberiku
waktu untuk berpikir.
Senpai juga memesan
tempura. Ia makan dengan baik, ya.
“Itadakimasu.”
“Itadakimasu.”
Kami duduk
berhadap-hadapan di meja dan saat kami menepukkan tangan.
“Senpai juga makan
udon kemarin, ‘kan.”
“Jadi?”
“Tidak, aku penasaran
kenapa kamu tidak muak dengan itu.”
Ketika aku bertanya
itu, senpai diam-diam menaruh sepiring tempura di udonnya. Dan dengan
wajah sombong, Ia mengatakan ini.
“Ini adalah『 tendon udon yang
asli 』!”
Aku menyeruput udonku
tanpa mengomentari aksinya.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (85)
Sepertinya, Ia telah
berhasil membeli hadiahku.