u
Sudut Pandang si Senpai u
Hari Senin pun tiba.
Pelajaran hari ini
adalah pelajaran terakhir di tahun ini. Sisanya hanyalah ujian terakhir
dan ujian ulang, dan ketika semua itu selesai, liburan musim dingin akan
datang.
Tentu saja tidak ada
guru iblis yang memasukkan berbagai pertanyaan yang akan keluar meski itu
sehari sebelum ujian. Hari ini semua belajar sendiri kecuali untuk
pelajaran olahraga, dan aku bisa pulang lebih awal. Dalam hal itu, rasanya
seperti bukan keseharian sekolah lagi.
“Selamat pagi.”
Namun, aku harus
pergi ke sekolah pagi hari. Ketika aku datang ke peron stasiun sambil
menggosok mataku yang mengantuk, Kouhai-chan menyambutku seperti biasa.
“Ah, pagi.”
Ketika aku selesai
mengatakan itu, mulutku menguap tanpa tertahankan.
“Kamu terlihat mengantuk
seperti biasa, Senpai.”
“Aku selalu seperti
ini, ya.”
Aku mencari hadiah
ulang tahun untuk Kouhai-chan pada hari Sabtu dan Minggu, tidak dapat
mengamankan waktu belajarku.
Ada kemungkinan besar
kalau aku akan bermalas-malasan meski aku di rumah, jadi aku tidak keberatan untuk
keluar. Meski begitu, aku masih merasa bahwa aku tidak punya cukup
waktu. Aku akhirnya begadang sampai larut malam, mencoba menyelesaikan
pertanyaan yang seharusnya aku lakukan selama akhir pekan.
Tentu saja, itu akan
membuatku mengantuk.
“Ini hari Senin, tahu?”
“Ini hari Senin, ya.”
“Aku merasa mata
Senpai lebih tertutup dari biasanya.”
Kouhai-chan berkata
begitu saat kami naik kereta yang sudah tiba.
Apa?
“Eh? Serius? Tapi
aku sudah mencuci muka ...”
Meskipun aku tidak
punya cukup waktu untuk tidur, aku tidak terlalu mengantuk.
Ketika dia menempati
posisi biasanya, dia menatapku dan berkata,
“Apa, aku cuma
menggertak, Senpai. Apa kamu merasa gelisah?”
Lalu katakan jika itu
masalahnya. Ah, tapi itu bukan menjadi gertakan jika dia mengatakannya,
ya.
“Tutup mulutmu.”
“Senpai, aku pikir kamu
adalah tipe yang tidak merusak ritmemu bahkan sebelum ujian.”
Dulu tidak seperti
ini …... Aku tidak bisa mengatakan itu.
Menurutmu ini salah siapa
coba….... Aku juga tidak bisa mengatakan itu.
Bukannya ini salah
Kouhai-chan, jadi aku bisa menjawabnya dengan normal.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Nah, ada saat-saat
seperti ini juga, tahu.”
Senpai menanggapinya
setelah mempertimbangkan sesuatu.
Ia pasti berusaha
menyalahkanku. Tapi kemudian, aku tidak seharusnya tahu itu. Senpai
tidak bisa mengatakan itu, eh.
“Karena ini adalah
kali kelima Senpai mengikuti ujian, Senpai seharusnya sudah mendapatkan ritmenya,
‘kan?”
“... Itu tergantung
orangnya, oke.”
“Ya ya.”
Aku mengundang dia
untuk makan siang dengan paksa kemarin sehingga takkan merusak ritme terlalu
buruk, jadi apa Ia setidaknya bisa memberiku ucapan terima kasih ― yah, itu
mustahil karena aku tidak seharusnya tahu, ya.
“Pokoknya, Senpai. Bisakah
aku menanyakan 『pertanyaan hari ini』 sekarang?”
Ketika kami
berbicara, hal tersebut muncul di benakku.
Ayo kita jadikan ini
sebagai 『pertanyaan hari ini』.
“Senpai, seberapa
banyak yang sudah kamu pelajari?”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Ini adalah pertama
kalinya seseorang menanyakan pertanyaan ini kepadaku.
Itu sebabnya aku
tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
“Berapa
banyak? Maksudmu berapa jam yang sudah aku habiskan untuk belajar?”
“Aku tidak bertanya
tentang jumlah absolut. Ini seperti menurut senpai, seberapa tinggi nilai
yang bisa kamu capai sekarang.”
“Hoo.”
“Karena kamu
ngaku-ngaku『jenius』, apa kamu sudah
belajar banyak?”
“Yah, itu ...”
Jumlah waktu belajarku
kali ini jelas lebih kurang dari sebelumnya.
Jika kita berbicara
tentang betapa sedikitnya itu, hmmm ...
“Yah, mungkin aku bisa
mendapatkan nilai 80 dan mencoba keberuntunganku untuk bersaing lebih dari nilai
85, aku pikir.”
Aku tidak bisa
melakukannya dengan baik pada semester ini, tidak seperti bagaimana aku
biasanya mencoba untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi dan mengurangi faktor
keberuntunganku (inspirasi di tengah ujian atau kerja keras).
Aku menghabiskan hari
Sabtu dan Mingguku untuk Kouhai-chan dan juga pergi pada hari-hari itu, tapi
itu karena faktor lain.
“Bukannya kamu banyak
belajar?”
“Ini sudah menjadi
batasan terburuk, tahu.”
“Ketekunan?”
“Aku tidak bisa
menyangkalnya, tapi aku belum mempelajari sebanyak itu saat ini.”
“Apa maksudmu dengan
saat ini?”
“Kesampingkan itu dulu.”
Saat aku punya waktu,
aku akan menuliskan apa yang harus aku masukkan ke dalam catatan yang tidak aku
butuhkan lagi dan menghafalnya. Aku tidak punya banyak waktu saat ini,
jadi aku terutama membaca cepat. Aku senang sudah meningkatkan
keterampilan membacaku ketika belajar seperti ini.
“Oke ~”
“Lalu, inilah『 pertanyaan hari ini 』dariku.”
“Apa itu?”
Dia seharusnya sudah
menebaknya sekarang, tapi dia masih repot-repot memiringkan lehernya dengan
manis, itu membuatku agak kesal.
“Kouhai-chan, seberapa
banyak yang sudah kau pelajari? Untuk tes ini.”
“Aku membaca buku teks
dan lembaranku di awal.”
Hmm, aku sudah
memperkirakannya. Karena dia tidak mengincar skor tinggi, tentu saja dia
akan melakukan seperti itu.
Dia mengatakan
sendiri kalau dia pintar, jadi lebih dari itu.
“Berapa banyak nilai
yang bisa kau raih?”
“Mungkin sepuluh poin
di atas rata-rata?”
“Jadi ini yang namanya
jenius sejati, ya.”
Begitu aku mengatakan
sesuatu secara acak, dia tampak bahagia dan mengatakan ini.
“Hehe ~ Kamu boleh
memujiku terus loh, Senpai?”
Akan merepotkan jika
dia terlalu besar kepala, jadi aku pura-pura tidak mengerti apa yang dia
katakan.
“Senpai terlalu banyak
belajar, oke? Kamu bahkan begadang sampai larut malam.”
“Tugas utama siswa
adalah belajar. Aku tidak salah.”
“Ya ya.”
Isi pembicaraan
adalah tentang apa yang kami lakukan sebelum ujian, tapi itu tidak berbeda dari
biasanya.
Dalam suasana ramai
ini, kami terguncang karena deru kereta.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (86)
Rupanya, Ia belajar
dengan baik.
Lanjut min......
BalasHapusSemangat!!!!
Iseng-iseng cek...
BalasHapusEh ada update.
Lanjut min...
Semangat