Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 86



u Sudut Pandang si Senpai u   
Hari Senin pun tiba.
Pelajaran hari ini adalah pelajaran terakhir di tahun ini. Sisanya hanyalah ujian terakhir dan ujian ulang, dan ketika semua itu selesai, liburan musim dingin akan datang.
Tentu saja tidak ada guru iblis yang memasukkan berbagai pertanyaan yang akan keluar meski itu sehari sebelum ujian. Hari ini semua belajar sendiri kecuali untuk pelajaran olahraga, dan aku bisa pulang lebih awal. Dalam hal itu, rasanya seperti bukan keseharian sekolah lagi.
“Selamat pagi.”
Namun, aku harus pergi ke sekolah pagi hari. Ketika aku datang ke peron stasiun sambil menggosok mataku yang mengantuk, Kouhai-chan menyambutku seperti biasa.
Ah, pagi.
Ketika aku selesai mengatakan itu, mulutku menguap tanpa tertahankan.
Kamu terlihat mengantuk seperti biasa, Senpai.
Aku selalu seperti ini, ya.
Aku mencari hadiah ulang tahun untuk Kouhai-chan pada hari Sabtu dan Minggu, tidak dapat mengamankan waktu belajarku.
Ada kemungkinan besar kalau aku akan bermalas-malasan meski aku di rumah, jadi aku tidak keberatan untuk keluar. Meski begitu, aku masih merasa bahwa aku tidak punya cukup waktu. Aku akhirnya begadang sampai larut malam, mencoba menyelesaikan pertanyaan yang seharusnya aku lakukan selama akhir pekan.
Tentu saja, itu akan membuatku mengantuk.
Ini hari Senin, tahu?
Ini hari Senin, ya.
Aku merasa mata Senpai lebih tertutup dari biasanya.
Kouhai-chan berkata begitu saat kami naik kereta yang sudah tiba.
Apa?
Eh? Serius? Tapi aku sudah mencuci muka ...”
Meskipun aku tidak punya cukup waktu untuk tidur, aku tidak terlalu mengantuk.
Ketika dia menempati posisi biasanya, dia menatapku dan berkata,
Apa, aku cuma menggertak, Senpai. Apa kamu merasa gelisah?”
Lalu katakan jika itu masalahnya. Ah, tapi itu bukan menjadi gertakan jika dia mengatakannya, ya.
Tutup mulutmu.
Senpai, aku pikir kamu adalah tipe yang tidak merusak ritmemu bahkan sebelum ujian.
Dulu tidak seperti ini …... Aku tidak bisa mengatakan itu.
Menurutmu ini salah siapa coba….... Aku juga tidak bisa mengatakan itu.
Bukannya ini salah Kouhai-chan, jadi aku bisa menjawabnya dengan normal.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Nah, ada saat-saat seperti ini juga, tahu.
Senpai menanggapinya setelah mempertimbangkan sesuatu.
Ia pasti berusaha menyalahkanku. Tapi kemudian, aku tidak seharusnya tahu itu. Senpai tidak bisa mengatakan itu, eh.
Karena ini adalah kali kelima Senpai mengikuti ujian, Senpai seharusnya sudah mendapatkan ritmenya, ‘kan?
... Itu tergantung orangnya, oke.
“Ya ya.”
Aku mengundang dia untuk makan siang dengan paksa kemarin sehingga takkan merusak ritme terlalu buruk, jadi apa Ia setidaknya bisa memberiku ucapan terima kasih ― yah, itu mustahil karena aku tidak seharusnya tahu, ya.
Pokoknya, Senpai. Bisakah aku menanyakan pertanyaan hari ini sekarang?”
Ketika kami berbicara, hal tersebut muncul di benakku.
Ayo kita jadikan ini sebagai pertanyaan hari ini.
Senpai, seberapa banyak yang sudah kamu pelajari?

u Sudut Pandang si Senpai u   
Ini adalah pertama kalinya seseorang menanyakan pertanyaan ini kepadaku.
Itu sebabnya aku tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
“Berapa banyak? Maksudmu berapa jam yang sudah aku habiskan untuk belajar?”
Aku tidak bertanya tentang jumlah absolut. Ini seperti menurut senpai, seberapa tinggi nilai yang bisa kamu capai sekarang.”
Hoo.
Karena kamu ngaku-ngakujenius, apa kamu sudah belajar banyak?”
Yah, itu ...
Jumlah waktu belajarku kali ini jelas lebih kurang dari sebelumnya.
Jika kita berbicara tentang betapa sedikitnya itu, hmmm ...
Yah, mungkin aku bisa mendapatkan nilai 80 dan mencoba keberuntunganku untuk bersaing lebih dari nilai 85, aku pikir.
Aku tidak bisa melakukannya dengan baik pada semester ini, tidak seperti bagaimana aku biasanya mencoba untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi dan mengurangi faktor keberuntunganku (inspirasi di tengah ujian atau kerja keras).
Aku menghabiskan hari Sabtu dan Mingguku untuk Kouhai-chan dan juga pergi pada hari-hari itu, tapi itu karena faktor lain.
Bukannya kamu banyak belajar?
Ini sudah menjadi batasan terburuk, tahu.
Ketekunan?
Aku tidak bisa menyangkalnya, tapi aku belum mempelajari sebanyak itu saat ini.
Apa maksudmu dengan saat ini?
Kesampingkan itu dulu.
Saat aku punya waktu, aku akan menuliskan apa yang harus aku masukkan ke dalam catatan yang tidak aku butuhkan lagi dan menghafalnya. Aku tidak punya banyak waktu saat ini, jadi aku terutama membaca cepat. Aku senang sudah meningkatkan keterampilan membacaku ketika belajar seperti ini.
Oke ~
Lalu, inilah pertanyaan hari ini dariku.”
“Apa itu?”
Dia seharusnya sudah menebaknya sekarang, tapi dia masih repot-repot memiringkan lehernya dengan manis, itu membuatku agak kesal.
Kouhai-chan, seberapa banyak yang sudah kau pelajari? Untuk tes ini.”
Aku membaca buku teks dan lembaranku di awal.
Hmm, aku sudah memperkirakannya. Karena dia tidak mengincar skor tinggi, tentu saja dia akan melakukan seperti itu.
Dia mengatakan sendiri kalau dia pintar, jadi lebih dari itu.
Berapa banyak nilai yang bisa kau raih?
Mungkin sepuluh poin di atas rata-rata?
Jadi ini yang namanya jenius sejati, ya.
Begitu aku mengatakan sesuatu secara acak, dia tampak bahagia dan mengatakan ini.
Hehe ~ Kamu boleh memujiku terus loh, Senpai?
Akan merepotkan jika dia terlalu besar kepala, jadi aku pura-pura tidak mengerti apa yang dia katakan.
Senpai terlalu banyak belajar, oke? Kamu bahkan begadang sampai larut malam.”
Tugas utama siswa adalah belajar. Aku tidak salah.”
“Ya ya.”
Isi pembicaraan adalah tentang apa yang kami lakukan sebelum ujian, tapi itu tidak berbeda dari biasanya.
Dalam suasana ramai ini, kami terguncang karena deru kereta.




Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (86)
Rupanya, Ia belajar dengan baik.


close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama