Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 89

Sudut Pandang si Senpai

Bahkan jika ini adalah ujian akhir, aku sudah terbiasa pada hari ketiga.

Setelah selesai membagikan lembaran, aku hanya menulis namaku, merasakan ketegangan ketika aku menunggu waktu yang dijadwalkan, atau bagaimana aku akan menggunakan kepalaku selama 50 menit di lingkungan di mana aku tidak bisa berbicara sama sekali.

Atau tentang bagaimana tidak ada Kouhai-chan di kereta pagi.

Dan bagaimana ada Kouhai-chan di kereta pulang.

Dua yang terakhir tidak ada hubungannya dengan ujian, ya.

Tapi karena itu terkait dengan minggu ujian, mungkin ada hubungannya entah bagaimana.

Bagaimanapun, aku naik kereta sendirian dan menuju ke sekolah hari ini.

Aku tidak punya lawan bicara untuk diajak ngobrol, dan waktunya tepat sebelum ujian, jadi aku akan memeriksa buku catatan, buku pelajaran, dan cetakanku di kereta, tetapi aku tidak bisa tenang. Aku juga mengantuk. Aku tidur agak malam kemarin. Itu karena seseorang meminta untuk melihat bintang jatuh.

Aku menempati ruang di sebelah pintu tempat dimana Kouhai-chan biasanya bersandar dengan nyaman, merasakan percepatan kereta ke arah yang berbeda, dan mencoba memproses pelajaran dari mataku, bukan telingaku.

Uhn ... Aku tidak bisa tenang ...

Rasanya terlalu tenang, tidak nyaman, mengantuk, dan terasa abnormal.

Ketika aku melihat isi pelajaran yang tidak fokus, kereta segera tiba di stasiun terdekat ke sekolah. Aku turun dari kereta dan meregangkan tubuhku.

Hari ketiga. Hari ini ada 2 mata pelajaran. Karena besok ada 2 mata pelajaran, tinggal 4 mata pelajaran lagi yang tersisa.

Aku harus melakukan yang terbaik untuk tidak merusak reputasi OSIS.

 

u Sudut Pandang si Kouhai u   

Aku naik kereta, berangkat ke sekolah sendirian satu jam lebih lambat dari biasanya.

Senpai seharusnya sudah tiba di ruang kelas sekarang, ‘kan?

Pada saat ini, kerumunan di pagi hari telah mereda, dan meski tidak terlalu sepi, ada juga beberapa kursi kosong di sana-sini.

Aku duduk di tempat yang acak, dan berakhir jadi  melamun.

Padahal ini sebelum ujian, namun aku malah melamun. Yah, aku melamun karena ada alasannya.

Aku jadi mabuk kendaraan ketika membaca buku di kereta. Tidak ada masalah jika aku membaca dari smartphone-ku.

Aku belajar sepanjang hari kemarin, dan aku hanya perlu mengkonfirmasi materi apa yang menurut teman sekelasku 'benar-benar buruk'. Itu sebabnya aku datang sedikit lebih awal.

Meski begitu.

Hari ini akan menjadi tiga hari berturut-turut dimana aku tidak berangkat ke sekolah bersama dengan Senpai.

Rasanya sangat aneh, atau tidak nyaman karena kita biasanya melucu dan bercanda setiap pagi. Pokoknya, aku tidak bisa tenang.

Seharusnya ada banyak kesempatan untuk bertemu di akhir pekan, tapi aku tidak bisa tenang hanya karena aku tidak bersama Senpai di pagi hari kerja.

Pada awalnya, aku tidak berharap ini terjadi.

Tanpa kusadari, Ia menjadi bagian dari hidupku. Sudah biasa buatku untuk berbicara dengan Senpai setiap hari.

Muu.

Saat aku memikirkan hal itu dan bermain-main dengan smarphone-ku, aku menyadari kalau kereta telah tiba di stasiun dekat sekolah.

Alangkah baiknya jika kita bisa melakukan semua ujian pada saat yang sama, terlepas dari hari apa pun. Seperti mengikuti ujian masuk. Hanya ada satu pelajaran hari ini, tapi ayo kita lakukan yang terbaik sedikit lagi. Senpai juga sedang bekerja keras.

 

u Sudut Pandang si Senpai u   

Fuu. Akhirnya selesai.

Yah, masih ada satu hari lagi. Dengan kata lain, selama aku bisa melewati satu hari itu, yang tersisa hanyalah liburan musim dingin.

Ayo kita abaikan bagaimana liburan musim dingin sangat singkat kali ini. Yang penting adalah bagaimana ini liburan musim dingin.

... Tapi ada sesuatu yang penting sebelum liburan musim dingin. Pada upacara penutupan, saat para murid berkumpul, ah ...

Ketika aku memikirkan hal itu ketika berjalan menuju stasiun, aku mendengar langkah kaki datang ke arahku.

Senpai~!

Kouhai-chan ada di sini hari ini, bersemangat seperti biasa.

Astaga. Dia sangat berbeda dariku yang kurang tidur.

Ya, pagi.

Sudah hampir waktunya untuk jam kedua berakhir, jadi kita masih bisa menyebutnya pagi.

“Apa itu otsukare-chan,Ssenpai?”

Apa-apaan itu?

Ah, otsukare-kun, ya.

Apa kita berbicara tentang itu?

Lagipula kamu terlihat lelah.

Ya, karena ada ujian, lalu ada setelah ujian.

Mana mungkin aku tidak merasa lelah.

“…Aku minta maaf.”

Kouhai-chan yang berjalan di sampingku tiba-tiba meminta maaf, dan aku terkejut.

“Apa?”

Aku membuatmu tidur sampai larut kemarin, meski hari ini masih ada ujian.

Astaga. Jadi dia mencemaskan tentang itu?

Senpai selalu tidur lebih awal pada saat ujian.

“…Yah.”

Itu sebabnya, ini salahku. Aku menelponmu pada waktu itu.”

“Aku tidak keberatan.”

Sebenarnya, rasanya masih sama dari bagaimana aku biasanya mengikuti ujianku, dan ternyata tidak ada masalah bahkan jika aku tidur agak larut selama sehari.

... Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku melakukannya selama 2 hari berturut-turut. Besok ada ujian matematika. Tentu saja, aku ingin menghindari kurang tidur.

Serius?

Kouhai-chan menengadah ke arahku, seperti anak kucing.

“Itu cantik. Aku harus berterima kasih kepadamu.”

Aku tidak ingin menggodanya.

... Kalau begitu tidak apa-apa. Terima kasih banyak juga, Senpai.”

Aku juga terlalu baik padanya, ya ...

 

u Sudut Pandang si Kouhai u   

Kami saling berhadapan di posisi yang biasa.

“Aku lelah.”

Aku hanya punya satu pelajaran, jadi aku baik-baik saja.

Ahh, ya, ya. Enaknya jadi muda.”

Senpai juga akan memiliki lebih banyak mata pelajaran tahun depan, ‘kan?

Uh ...

Mending jangan ingatkan Ia tentang itu.

Lagian ujian akan berakhir besok. Sementara itu, aku ingin Ia menepati janjinya dengan baik.

Ngomong-ngomong, Senpai.

Hei, Kouhai-chan.

Ketika aku berpikir begitu dan menyuarakannya, suaraku tumpang tindih dengan Senpai.

Jika aku menyerah di sini, itu akan menyusahkan. Aku tidak ingin melakukan Ah ... Silahkan duluan ... Tidak ... Kamu yang mengatakannya dulu ... yang klasik begitu.

Boleh aku menanyakan pertanyaan hari ini?”

Ini adalah pertanyaan hari ini dariku.

Senpai juga tidak mau mengalah.

Aku duluan, oke?

“Aku yang lebih dulu.”

Tidak, aku dulu.

Aku duluan!

Setelah berdebat sebentar, Senpai membuat usulan.

“Aku mengerti. Katakan saja pada saat yang sama.”

Kita tidak bisa mendengar apa yang dikatakan satu sama lain saat itu.

“Itu juga benar…”

Hmmm, apa yang harus kita lakukan?

“Aku punya ide.”

Hmm?

Ayo kirim via LINE secara bersamaan.

Malah jadi seperti itu.

 

u Sudut Pandang si Senpai u   

Supaya adil, penghitungan pun dipakai.

Sudah selesai mengetik?

Maharun ♪ [Maharun ♪ mengirim stiker.]

Dia mengirimiku stiker aneh.

Kau tidak mengetiknya sama sekali.

Tidak apa-apa, aku sudah menyalinnya.

Hoo, kalau begitu ayo mulai.

3.

2.

1.

Iguchi Keita : Apa kau ada waktu luang saat sekolah besok?

Maharun ♪ : Apa kamu punya waktu setelah ujian selesai besok, Senpai?

Senpai, kamu memiliki awalan yang salah.

Tidak, kita hampir mengirimnya pada saat yang sama, jadi tidak apa-apa.

Tapi kemudian.

Pada akhirnya, apa yang ingin kita katakan adalah hal yang sama.

“Betul.”

Kami tertawa bersama. Setelah itu, Kouhai-chan mengetik sesuatu di smartphone-nya.

Maharun ♪ : Jadi, apa jawabanmu?

Ya, aku bebas.

“Ya, aku juga.”

Kami belum memikirkan apa yang akan kami lakukan, dan ke mana kami akan pergi.

Tapi bagaimanapun juga, kami memutuskan kalau kami akan melakukan sesuatu bersama besok.

 

 


Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (89)

Sepertinya Ia punya waktu luang setelah ujian besok.


close

4 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Ditengah suntuknya corona.
    Bacaan ringan macam gini, emang the best

    BalasHapus
  2. Penghangat hati dan pikiran ni novel....

    BalasHapus
  3. Thanks min update nya
    Semangat terus 👍

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama