Sudut Pandang si Senpai
Bahkan jika ini
adalah ujian akhir, aku sudah terbiasa pada hari ketiga.
Setelah selesai
membagikan lembaran, aku hanya menulis namaku, merasakan ketegangan ketika aku
menunggu waktu yang dijadwalkan, atau bagaimana aku akan menggunakan kepalaku
selama 50 menit di lingkungan di mana aku tidak bisa berbicara sama sekali.
Atau tentang
bagaimana tidak ada Kouhai-chan di kereta pagi.
Dan bagaimana ada
Kouhai-chan di kereta pulang.
Dua yang terakhir
tidak ada hubungannya dengan ujian, ya.
Tapi karena itu terkait
dengan minggu ujian, mungkin ada hubungannya entah bagaimana.
Bagaimanapun, aku
naik kereta sendirian dan menuju ke sekolah hari ini.
Aku tidak punya lawan
bicara untuk diajak ngobrol, dan waktunya tepat sebelum ujian, jadi aku akan
memeriksa buku catatan, buku pelajaran, dan cetakanku di kereta, tetapi aku
tidak bisa tenang. Aku juga mengantuk. Aku tidur agak malam
kemarin. Itu karena seseorang meminta untuk melihat bintang jatuh.
Aku menempati ruang
di sebelah pintu tempat dimana Kouhai-chan biasanya bersandar dengan nyaman,
merasakan percepatan kereta ke arah yang berbeda, dan mencoba memproses
pelajaran dari mataku, bukan telingaku.
Uhn ... Aku tidak
bisa tenang ...
Rasanya terlalu
tenang, tidak nyaman, mengantuk, dan terasa abnormal.
Ketika aku melihat
isi pelajaran yang tidak fokus, kereta segera tiba di stasiun terdekat ke
sekolah. Aku turun dari kereta dan meregangkan tubuhku.
Hari
ketiga. Hari ini ada 2 mata pelajaran. Karena besok ada 2 mata
pelajaran, tinggal 4 mata pelajaran lagi yang tersisa.
Aku harus melakukan
yang terbaik untuk tidak merusak reputasi OSIS.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Aku naik kereta,
berangkat ke sekolah sendirian satu jam lebih lambat dari biasanya.
Senpai seharusnya
sudah tiba di ruang kelas sekarang, ‘kan?
Pada saat ini,
kerumunan di pagi hari telah mereda, dan meski tidak terlalu sepi, ada juga
beberapa kursi kosong di sana-sini.
Aku duduk di tempat
yang acak, dan berakhir jadi melamun.
Padahal ini sebelum
ujian, namun aku malah melamun. Yah, aku melamun karena ada alasannya.
Aku jadi mabuk
kendaraan ketika membaca buku di kereta. Tidak ada masalah jika aku
membaca dari smartphone-ku.
Aku belajar sepanjang
hari kemarin, dan aku hanya perlu mengkonfirmasi materi apa yang menurut teman
sekelasku 'benar-benar buruk'. Itu sebabnya aku datang sedikit lebih awal.
Meski begitu.
Hari ini akan menjadi
tiga hari berturut-turut dimana aku tidak berangkat ke sekolah bersama dengan Senpai.
Rasanya sangat aneh, atau
tidak nyaman karena kita biasanya melucu dan bercanda setiap pagi. Pokoknya,
aku tidak bisa tenang.
Seharusnya ada banyak
kesempatan untuk bertemu di akhir pekan, tapi aku tidak bisa tenang hanya
karena aku tidak bersama Senpai di pagi hari kerja.
Pada awalnya, aku
tidak berharap ini terjadi.
Tanpa kusadari, Ia
menjadi bagian dari hidupku. Sudah biasa buatku untuk berbicara dengan Senpai
setiap hari.
…Muu.
Saat aku memikirkan
hal itu dan bermain-main dengan smarphone-ku, aku menyadari kalau kereta telah
tiba di stasiun dekat sekolah.
Alangkah baiknya jika
kita bisa melakukan semua ujian pada saat yang sama, terlepas dari hari apa
pun. Seperti mengikuti ujian masuk. Hanya ada satu pelajaran hari
ini, tapi ayo kita lakukan yang terbaik sedikit lagi. Senpai juga sedang
bekerja keras.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Fuu. Akhirnya selesai.
Yah, masih ada satu
hari lagi. Dengan kata lain, selama aku bisa melewati satu hari itu, yang
tersisa hanyalah liburan musim dingin.
Ayo kita abaikan
bagaimana liburan musim dingin sangat singkat kali ini. Yang penting
adalah bagaimana ini liburan musim dingin.
... Tapi ada sesuatu
yang penting sebelum liburan musim dingin. Pada upacara penutupan, saat
para murid berkumpul, ah ...
Ketika aku memikirkan
hal itu ketika berjalan menuju stasiun, aku mendengar langkah kaki datang ke
arahku.
“Senpai~!”
Kouhai-chan ada di
sini hari ini, bersemangat seperti biasa.
Astaga. Dia
sangat berbeda dariku yang kurang tidur.
“Ya, pagi.”
Sudah hampir waktunya
untuk jam kedua berakhir, jadi kita masih bisa menyebutnya pagi.
“Apa itu
otsukare-chan,Ssenpai?”
“Apa-apaan itu?”
“Ah, otsukare-kun, ya.”
“Apa kita berbicara
tentang itu?”
“Lagipula kamu
terlihat lelah.”
“Ya, karena ada ujian,
lalu ada setelah ujian.”
Mana mungkin aku
tidak merasa lelah.
“…Aku minta maaf.”
Kouhai-chan yang
berjalan di sampingku tiba-tiba meminta maaf, dan aku terkejut.
“Apa?”
“Aku membuatmu tidur sampai
larut kemarin, meski hari ini masih ada ujian.”
Astaga. Jadi dia
mencemaskan tentang itu?
“Senpai selalu tidur
lebih awal pada saat ujian.”
“…Yah.”
“Itu sebabnya, ini
salahku. Aku menelponmu pada waktu itu.”
“Aku tidak
keberatan.”
Sebenarnya, rasanya
masih sama dari bagaimana aku biasanya mengikuti ujianku, dan ternyata tidak
ada masalah bahkan jika aku tidur agak larut selama sehari.
... Aku merasa
sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku melakukannya selama 2 hari
berturut-turut. Besok ada ujian matematika. Tentu saja, aku ingin
menghindari kurang tidur.
“Serius?”
Kouhai-chan menengadah
ke arahku, seperti anak kucing.
“Itu cantik. Aku
harus berterima kasih kepadamu.”
Aku tidak ingin
menggodanya.
“... Kalau begitu
tidak apa-apa. Terima kasih banyak juga, Senpai.”
Aku juga terlalu baik
padanya, ya ...
u Sudut Pandang si Kouhai u
Kami saling
berhadapan di posisi yang biasa.
“Aku lelah.”
“Aku hanya punya satu
pelajaran, jadi aku baik-baik saja.”
“Ahh, ya, ya. Enaknya
jadi muda.”
“Senpai juga akan
memiliki lebih banyak mata pelajaran tahun depan, ‘kan?”
“Uh ...”
Mending jangan
ingatkan Ia tentang itu.
Lagian ujian akan
berakhir besok. Sementara itu, aku ingin Ia menepati janjinya dengan baik.
“Ngomong-ngomong, Senpai.”
“Hei, Kouhai-chan.”
Ketika aku berpikir
begitu dan menyuarakannya, suaraku tumpang tindih dengan Senpai.
Jika aku menyerah di
sini, itu akan menyusahkan. Aku tidak ingin melakukan “Ah ... Silahkan
duluan ...” “Tidak ... Kamu yang mengatakannya dulu ...” yang klasik begitu.
“Boleh aku menanyakan『 pertanyaan hari ini』?”
“Ini adalah『 pertanyaan hari ini 』dariku.”
Senpai juga tidak mau
mengalah.
“Aku duluan, oke?”
“Aku yang lebih dulu.”
“Tidak, aku dulu.”
“Aku duluan!”
Setelah berdebat sebentar,
Senpai membuat usulan.
“Aku
mengerti. Katakan saja pada saat yang sama.”
“Kita tidak bisa
mendengar apa yang dikatakan satu sama lain saat itu.”
“Itu juga benar…”
Hmmm, apa yang harus
kita lakukan?
“Aku punya ide.”
“Hmm?”
“Ayo kirim via LINE
secara bersamaan.”
Malah jadi seperti
itu.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Supaya adil, penghitungan
pun dipakai.
“Sudah selesai
mengetik?”
Maharun ♪ : [Maharun ♪ mengirim
stiker.]
Dia mengirimiku
stiker aneh.
“Kau tidak mengetiknya
sama sekali.”
“Tidak apa-apa, aku
sudah menyalinnya.”
“Hoo, kalau begitu ayo
mulai.”
“3.”
“2.”
“1.”
Iguchi Keita : Apa kau ada waktu luang
saat sekolah besok?
Maharun ♪ : Apa kamu punya waktu
setelah ujian selesai besok, Senpai?
“Senpai, kamu memiliki
awalan yang salah.”
“Tidak, kita hampir mengirimnya
pada saat yang sama, jadi tidak apa-apa.”
Tapi kemudian.
“Pada akhirnya, apa
yang ingin kita katakan adalah hal yang sama.”
“Betul.”
Kami tertawa
bersama. Setelah itu, Kouhai-chan mengetik sesuatu di smartphone-nya.
Maharun ♪ : Jadi, apa jawabanmu?
“Ya, aku bebas.”
“Ya, aku juga.”
Kami belum memikirkan
apa yang akan kami lakukan, dan ke mana kami akan pergi.
Tapi bagaimanapun
juga, kami memutuskan kalau kami akan melakukan sesuatu bersama besok.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (89)
Sepertinya Ia punya
waktu luang setelah ujian besok.
Ditengah suntuknya corona.
BalasHapusBacaan ringan macam gini, emang the best
Penghangat hati dan pikiran ni novel....
BalasHapusThanks min update nya
BalasHapusSemangat terus 👍
Update lagi min hehe
BalasHapus