#Sudut Pandang si Senpai#
Ujian periode kedua
untuk anak kelas 2. Pelajaran terakhirnya adalah sejarah dunia.
Setelah ini, ujian
akan berakhir. Aku melirik jam dinding di kelas, memastikan bahwa waktu
yang tersisa tinggal 1 menit lagi.
Aku selesai menulis
beberapa deskripsi yang merepotkan, dan meskipun sangat kasar, aku
menjelaskannya dengan benar. Aku sudah selesai, namun ...
Aku tidak dapat
mengingat satu hal. Satu celah yang mengisi kekosongan.
Aku ingat bahwa orang
itulah yang ditulis di halaman khusus ini. Namun susunan katakana-nya tidak
pernah terlintas di benakku.
Uhhh.
Untuk saat ini, aku
mengisi nama acak dan menulisnya dengan penaku. Lebih baik daripada tidak
menulis apa-apa. Karena ada 60 jenis katakana, aku akan berdoa untuk kekuatan
RNG 1/60.
Setelah aku selesai
menulis, waktu yang tersisa hanya tinggal 30 detik.
Nn, apa nama
sebenarnya?
Sambil merasa suram, aku
juga akan segera dibebaskan dari kekejaman ini.
3… 2… 1…
“Ini sudah berakhir!”
Jeritan dari semua
siswa bergema di seluruh kelas.
vvvv
Guru pengawas mulai
mengumpulkan kertas ujian dan mengumumkan, “Masih ada jam wali kelas setelah
ini, jadi jangan pergi dulu.”
Ada banyak reaksi
yang datang dari siswa, misalnya saja, ada yang meregangkan tubuh mereka, ada
yang berlari keluar dari ruang kelas, dan ada yang mengeluarkan smartphone, tapi
aku mengeluarkan bahan-bahan belajarku dari tas terlebih dahulu.
Err, bukan
ini. Ah, ini dia.
... Philip IV,
ya. Oke, tamat sudah.
Jangan gunakan nama
murahan, tahu? Gunakan nama yang lebih unik. Aku jadi sulit untuk
mengingatnya, ‘kan.
Yah, terserah lah.
Lagian ujian sudah selesai. Aku bisa bersantai sampai awal tahun ...
tidak juga. Setidaknya aku akan baik-baik saja tanpa belajar.
Fuu.
Meski aku belajar
setiap hari, waktu ujian masih terasa melelahkan.
Aku menyalakan
smarphone-ku sambil duduk, sembari menempelkan pipi kiriku di meja.
Pertama-tama, ayo
buka Twitter dulu ... tapi saat aku pikir begitu, pemberitahuan LINE menyela.
Maharun ♪ : Kerja bagus untuk ujiannya,
Senpai!
Dia masih bersemangat
seperti biasa, ya.
Iguchi Keita : Philip IV
Maharun ♪ : Ya?
Iguchi Keita : Philip IV, aku tidak
akan memaafkanmu!
Iguchi Keita : Kenapa kau malah membuat
Bonifacius marah!
Maharun ♪ : Menjadi murid teladan
memang sulit, ya.
Iguchi Keita : Mengapa kau
mengatakannya seolah-olah itu adalah hal yang buruk ...
Maharun ♪ : Benar
Yah…
Maharun ♪ : Omong-omong, senpai
Iguchi Keita : Hmm?
Maharun ♪ : Apa yang akan kamu lakukan
setelah ini?
Iguchi Keita : WK
Maharun ♪ : Bukan itu
Maharun ♪ : Umm..
Aku sudah tahu tanpa kau
perlu mengingatkanku.
Iguchi Keita : Tentu saja aku mengerti
Iguchi Keita : Ke mana kita akan pergi,
‘kan?
Aku harus merayakan
ulang tahun Kouhai-chan yang waktunya bertabrakan dengan waktu ujian.
Maharun ♪ : Ya
Ini adalah peristiwa penting
yang hanya terjadi setahun sekali, tidak peduli berapa banyak ujian yang kami
lakukan.
Kami belum membuat
rencana, tapi aku sudah memikirkan beberapa ide.
Iguchi Keita : Ngomong-ngomong,
Kouhai-chan
Iguchi Keita : Kau tidak merayakannya
dengan teman sekelasmu?
Maharun ♪ : Aku menolak semuanya
Maharun ♪ : Jadi, tidak apa-apa
Iguchi Keita : Ha?
Aku merasa baru
mengeluarkan suara aneh.
Maharun ♪ : Hari ini, aku sepenuhnya
milik Senpai ~ ♪
Iguchi Keita : Tolong lakukan sesuatu
dengan cara bicaramu
Maharun ♪ : Eh, bukannya itu baik-baik
saja?
Maharun ♪ : Lagipula tidak ada yang membacanya
Dia benar-benar ...
Kami berdua berada di
ruang kelas, oke? Masih ada banyak teman sekelas kita di sini, oke?
Masih ada risiko dilihat.
Aku sendiri tidak
apa-apa karena risikonya pada dasarnya hampir nol persen.
Iguchi Keita : Haa.
Maharun ♪ : Hai.
Iguchi Keita : Hauu.
Maharun ♪: Haee.
Iguchi Keita : Haoo. Bukan itu.
Iguchi Keita : Ngomong-ngomong, ayo
bertemu di Jalur Hamakyu yang biasa.
Semua orang tetap
akan keluar dan bermain.
Dan seperti biasa,
tidak ada yang akan pergi ke rute kereta kami.
Maharun ♪: Haoo
* Sudut Pandang si Kouhai *
Senpai Bilang kalau
kita harus bertemu di tempat biasa.
Setelah jam wali
kelas berakhir, semua orang memberi salam pada guru. Aku berpisah dengan
semua orang seperti biasa, dan berjalan ke stasiun.
Di sana ... belum ada
Senpai.
Maharun ♪ : Senpai, kamu ada dimana?
Iguchi Keita : Aku baru selesai
sekarang
Ada perbedaan jam
wali kelas di masing-masing kelas.
Mengapa mereka
membuatnya seperti itu bahkan jika guru akan memberi tahu kami informasi yang
sama? Wali kelasku ingin selesai lebih cepat, jadi itu bagus.
Iguchi Keita : Tunggu saja dulu di sana
Ia memperlakukanku
dengan kasar seperti biasa.
Maharun ♪ : Ya ~
Hmmm.
Di mana aku harus
bertemu Senpai?
#Sudut Pandang si Senpai#
Memang benar aku
menyuruhnya menunggu di suatu tempat.
Tapi aku tidak
menynagka kalai dia tiba-tiba akan melompat keluar dari sudut tiang.
“Apa kamu terkejut?”
“Tidak juga?”
“Senpai yang terkejut
benar-benar menarik, tahu?”
“Berisik, ah.”
“Ah, Senpai jadi malu-malu
~”
“Siapa yang malu-malu.”
Apa ini yang di sebut
rasa kebebasan setelah ujian? Aku berjalan sepanjang jalan ke stasiun
bersama Kouhai-chan yang lebih energik dari biasanya.
“Ngomong-ngomong,
kemana kamu akan membawaku, Senpai?”
“Rahasia.”
“Ehh.”
“Kau selalu seenaknya
mengajakku ke sana-sini. Jadi, aku boleh melakukan hal yang sama, ‘kan?”
“Baiklah, baiklah ~”
Kata-katanya sendiri
enggan, tetapi suara yang terdengar sepertinya dia bercanda.
Aku bahkan bisa
mendengar nada gembira di dalamnya.
* Sudut Pandang si Kouhai *
Kami turun dari
kereta dan berjalan ke suatu tempat, dengan Senpai sebagai pemandunya.
“Round One, ya?”
“Ya.”
Itu adalah fasilitas hiburan
di mana para pengunjungnya bisa menikmati berbagai macam hiburan, termasuk
karaoke.
“Aku pikir kita bisa
melakukan banyak hal, tergantung pada suasana hati Kouhai-chan di sini. Apa
yang ingin kau lakukan?”
Senpai
mempertimbangkan perasaanku, tumben sekali. Hal tersebut membuatku
bahagia. Tapi sedikit saja.
“Hmm...”
Ah, benar juga.
“Boleh aku mengajukan『 pertanyaan hari ini 』?”
“Iya.”
“Senpai, apa kamu pandai
bermain bowling?”
“Hmm, kemampuanku
sedikit lebih rendah dari kebanyakan cowok, mungkin? Bukan berarti aku
payah dalam hal itu.”
“Kata-katamu
benar-benar menyusahkan seperti biasa.”
“Biarin.”
Aku lebih percaya
diri dengan kemampuanku dari kebanyakan gadis, jadi itu mungkin permainan yang
mengejutkan.
“Lalu, ayo pergi
bowling.”
Aku mengambil
formulir aplikasi jalur dan hanya mengisi nama.
“Kau ini benar-benar…”
“Boleh, ‘kan?”
“Yah, aku tidak
keberatan.”
Dengan ini,
pertandingan bowling antara 「Senpai」 VS 「Kouhai」 telah dimulai.
# Sudut Pandang si Senpai #
Kami memainkan 3
pertandingan, tetapi semuanya berakhir dengan kemenanganku. Energi kinetik
sebanding dengan massa benda dan sebanding dengan kuadrat kecepatan. Aku
memenangkannya dengan fisika.
“Uhm, Senpai?”
“Iya?”
“Kita datang ke sini
hari ini untuk merayakan hari ulang tahunku, kan? Aku tamunya, ‘kan?”
“Uh huh.”
“Apa kamu tidak bisa
membiarkanku menang sekali!”
“Yah, bagaimanapun
juga itu pertandingan.”
“Uuu ...”
“Kita tidak bertaruh
pada sesuatu bahkan jika aku menang, ‘kan?”
Bagaimanapun juga, akulah
yang membayar semua biaya hari ini.
“Aku
mengerti. Kalau begitu ayo kita lakukan itu selanjutnya, Senpai.”
Dia membawa aku ke
bilik foto tanpa meminta izin.
Mungkin ada bagusnya
juga karena foto kami bertambah satu.
* Sudut Pandang si Kouhai *
Ketika kami keluar
dari Round One, langit sudah gelap.
Kami memutuskan untuk
makan di suatu tempat, membeli kue, dan memakannya di rumah Senpai.
Toko yang kami pilih mirip
seperti kafe Jepang. Kafe dimana kita bisa memesan nasi.
Tempatnya cukup modis
dan makanan lezat.
Ketika kami tiba di
rumah Senpai, ibunya memberiku secangkir teh.
Aku meletakkan kakiku
di atas selimut seperti sebelumnya di kamar senpai, mematikan lampu, memadamkan
lilin, dan menyalakannya.
“Meski agak terlambat,
tapi selamat ulang tahun, Kouhai-chan.”
“Terima kasih banyak,
senpai.”
❀❀❀❀
Setelah memakan kue,
kami berdua bersantai meminum teh sampai jam sepuluh malam.
“Uhm, Senpai.”
Aku harus segera
mengucapkan terima kasih.
“Sebelum itu, apa aku boleh
menanyakan『 pertanyaan hari ini』?”
“Tentu…”
“Apa hari ini
menyenangkan, Kouhai-chan?”
Jangan tanya itu
dengan wajah serius, Senpai. Mou…
“Ini tidak adil.”
“Eh?”
“Aku ingin mengatakan
bahwa hari ini menyenangkan, terima
kasih banyak untuk itu, tapi Senpai malah menanyakan pertanyaan itu kepadaku. Ini
tidak adil.”
“Haa ...”
“Tapi, memang benar
itu menyenangkan.”
“Kalau begitu, aku
senang.”
“Aku senang Senpai
merayakannya bersamaku!”
Ayo kita berpura-pura
menjadi lebih jujur dari biasanya karena
sudah larut malam.
“Terima kasih banyak.”
Setelah percakapan
itu, aku akan pulang sendiri. Aku baik-baik saja sendirian, tapi kemudian….
“Hei, Keita? Apa
kamu akan membiarkan seorang gadis berjalan pulang sendirian selarut
ini? Antar dia pulang!”
Ibu Senpai memarahinya,
dan Senpai akhirnya mengantarku pulang ke rumahku.
Kami berjalan
berdampingan di jalan yang gelap, di bawah hamparan bintang-bintang yang indah.
“Mengantar seorang
gadis ke rumahnya larut malam terdengar seperti apa yang akan dilakukan pacar, ‘kan?”
Aku mengharapkan dia
untuk menjawabku dengan 'tidak juga',
atau 'apa yang sedang kau katakan,' tetapi
jawaban Senpai sedikit di atas harapanku.
“Kita belum berada
dalam tahap hubungan seperti itu,”
Ia menjawab dengan
suara kecil sembari mengalihkan pandangannya dariku, namun nadanya terdengar
mantap dan tak tergoyahkan.
Aku hanya bisa
membuka dan menutup mulutku. Awalanya aku ingin menggodanya tapi akhirnya
telingaku sedikit panas. Kami akhirnya berjalan diam-diam di bawah lampu
jalan, berhasil mengucapkan terima kasih ketika aku tiba di rumah.
Hal yang kuketahui tentang
Senpai-ku, nomor (90)
Sepertinya Ia “belum”
menjadi pacarku.
Uwuuu sekalii mereka xD
BalasHapus