* Sudut Pandang si Kouhai *
Maharun♪ : Senpai~
Maharun ♪ : Selamat pagi
Maharun ♪ : Dan juga, terima kasih
untuk kemarin
Setelah aku bangun, aku
langsung mengirim pesan LINE ke Senpai.
Ia tidak membacanya.
Maharun♪ : Eh, Senpai?
Maharun ♪ : Kamu masih tidur? Serius
...
Menurutmu sudah jam
berapa sekarang? Hmph.
Ini sudah siang,
oke? Jam satu.
Maharun ♪ : Jika kamu tidak segera
bangun
Maharun ♪ : Aku akan memberikan 「pertanyaan hari ini」, tahu?
Yah, aku tidak punya
rencana untuk mengajukan pertanyaan kepada Senpai sampai Ia bangun.
#Sudut Pandang si Senpai#
Sabtu pagi. Pagi
hari tanpa ujian atau sekolah. Pagi yang penuh kebebasan.
... Tapi sekarang
sudah tengah hari. Aku merasa lapar.
Ketika aku terbangun
dengan linglung di dalam selimut hangatku, aku mendengar smartphone-ku
berdering di sudut kasur.
Bukannya aku sudah
benar-benar bangun. Mengapa seseorang harus dengan kasar membangunkanku
meski akhirnya mendapat hari libur?
Sementara aku terus
menggerutu, smartphone-ku berdering lagi.
Ini pasti yang itu. pemberitahuan
LINE dari Kouhai-chan.
... Aku tidak bisa
tidur lagi, eh?
Smartphone berdering
lagi seolah-olah menertawakan keinginanku.
Aku tidak ingin
membacanya karena aku sadar kalau aku sudah mengatakan sesuatu yang sangat
memalukan kemarin. Aku jadi tidak ingin melihatnya.
Nada dering unik LINE
saat pesan tiba terus berdering. Hanya Kouhai-chan yang bisa mengirimiku
pesan LINE dengan kecepatan ini meski tidak ada yang ingin dia
katakan. Tidak mungkin. Aku ingin tidur lagi. Aku ingin mengurung
diri ke dalam selimutku.
vvvv
Enam, atau tujuh
kali.
Itulah jumlah di mana
aku mencoba untuk tidur lagi sampai aku menyerah dan mengambil smartphone-ku
dari samping tempat tidur. Tadi malam, setelah mengantar Kouhai-chan
pulang, aku langsung tertidur tepat setelah sampai ke rumah, jadi aku juga
takut kalau aku terlalu banyak tidur.
Waktu di layar menunjukkan
sekitar pukul 13:00.
Dan di kolom
notifikasi, ada banyak pesan LINE dari Kouhai-chan, seperti yang sudah aku duga.
Maharun ♪ : Boleh aku melakukannya?
Pesan terbarunya
adalah itu. Apa yang ingin dia coba lakukan?
Ketika aku memencet
log obrolannya, aku menerima pesan tambahan.
Maharun♪ : Ah, Senpai. Selamat pagi
Bagaimana dia bisa
tahu kalau aku sudah bangun? ... Ah, ada pemberitahuan sudah dibaca,
ya. Tapi kemudian, dia sangat cepat merespon. Aku jadi terkejut.
Iguchi Keita : Ya ampun. Setidaknya
biarkan aku tidur setelah ujian akhir selesai.
Maharun ♪ : Kamu sudah tidur lama, ‘kan?
Ya benar. Aku
merasa seperti tidur selama beberapa hari.
Maharun ♪ : Baiklah.
Maharun ♪ : Inilah 「pertanyaan hari ini」dariku.
Dia sudah menulisnya
ketika aku membaca apa yang dia katakan di atas, jadi aku mengharapkan ini.
Iguchi Keita : Oke
Maharun ♪ : Ini dia.
Maharun ♪ : Senpai, apa kamu mau
menelpon denganku?
Pertanyaan
Kouhai-chan sangat tidak terduga, jadi kepalaku membeku, masih dipenuhi sedikit
rasa kantuk.
Smartphone yang aku
pegang di atasku langsung jatuh menimpa wajahku. Itu sangat menyakitkan.
Umm.
Aku harus menjawab
dengan jujur selama itu 「pertanyaan hari ini」. Pertama, aku
bahkan tidak tahu apa yang aku rasakan, jadi bagaimana aku bisa menjawab ini.
Iguchi Keita : Mungkin, aku tidak
menginginkannya?
Maharun ♪ : Hee
Maharun ♪ : Senpai ingin menelponku?
Maharun ♪ : Hoo
Telpon ... Menelpon,
ya.
Iguchi Keita : Aku tidak bilang kalau
aku mau
Iguchi Keita : Tapi bukan berarti aku
tidak mau
Maharun ♪ : Hmm
* Sudut Pandang si Kouhai *
Kemarin, setelah
Senpai mengantarku pulang ke rumah, aku melihat kembali ke log obrolan LINE
kami. Kemudian aku menyadari bahwa Senpai tidak pernah menelponku duluan.
Akulah yang selalu
menelponnya.
Itu sebabnya, aku
ingin Senpai menelponku dulu kadang-kadang ... bahkan jika aku harus membuatnya
melakukannya seperti ini.
Iguchi Keita : Ngomong-ngomong, aku
ingat ini ketika kami berbicara tentang "Telpon"
Meski aku dengan
penuh semangat berusaha keras untuk membuatnya menelponku, apa yang datang
bukanlah panggilan masuk darinya, melainkan pesan lain dari senpai.
Iguchi Keita : Ahh, tidak. Aku
akan menjadikan ini 「pertanyaan hari ini」
Maharun ♪ : Tentu
Aku ingin tahu apa
yang akan Ia tanyakan kepadaku.
Iguchi Keita : Kouhai-chan, berapa
nomor teleponmu?
Pertanyaan Senpai
benar-benar tidak terduga.
Maharun ♪ : Ya ampun, apa kamu mencoba
merayuku?
Iguchi Keita : Bukan itu ...
Aku sedikit terkejut,
tapi aku senang kami berkomunikasi melalui telepon. Dengan itu, aku bisa
membalasnya dengan baik.
Maharun ♪ : Ya, karena ini pertanyaan
hari ini, aku akan menjawabnya
Maharun ♪ : Nomorku 070-xxxx-xxxx
Iguchi Keita : Oke, terima kasih
Saat aku
mengirimkannya ke senpai, layar smartphone di tanganku menjadi gelap dan nada
deringku mulai berdering.
“Ya, halo.”
“Halo, Kouhai-chan?”
Aku mendengar suara
yang sedikit berbeda darinya di kereta dan panggilan LINE.
“Iya. Ngomong-ngomong,
kenapa kamu menelponku lewat ini, Senpai?”
Padahal Ia bisa
meneleponku melalui LINE, tapi kenapa Ia repot-repot menghabiskan tagihan
telepon untuk menggunakan metode ini?
“Kaulah yang
menggangguku untuk melakukannya.”
“Tidak, kok.”
“Lalu, kau yang mengarahkanku.”
“Siapa yang mengikuti
arahan itu?”
“Itu aku ... salah!”
Tidak ada banyak
suara, dan koneksinya tidak berombak, tapi suara Senpai terdengar berbeda dari
biasanya. Itu membuatku tidak nyaman.
Apa aku harus beralih
ke LINE? Hmm, mending lakukan itu. Itu pasti akan menenangkanku.
#Sudut Pandang si Senpai#
Ketika aku mencoba
menjelaskan mengapa aku meminta nomor teleponnya, dia langsung membalas.
“Umm. Senpai, Aku akan
menutupnya.”
Dia menutup
panggilan, dan pii, suara pii mencapai telingaku dengan keras.
Hah? Kenapa dia
menutup telepon? Apa ada orangtuanya datang atau semacamnya?
Ketika aku
memiringkan kepala dengan bingung, nada dering LINE berdering. Itu
panggilan dari Kouhai-chan.
“Permisi. Aku hanya beralih ke
LINE.”
“Baiklah, tidak
apa-apa. Karena ini tidak masuk tagihan telepon.”
“Betul. Karena kita punya metode
panggilan gratis, kenapa kamu malah memanggilku dengan normal?”
Hmmm.
“Umm, bagaimana caraku
mengatakannya? Cara kita untuk saling menghubungi hanya lewat LINE, ‘kan?”
“Iya.”
“Singkatnya, bukannya
nanti kita tidak bisa saling menghubungi lagi jika LINE meledak?”
“Apa itu pernah
meledak sebelumnya?”
“Aku hanya berumpama “Misalnya saja”. Ngomong-ngomong, aku
hanya ingin memiliki sarana komunikasi lain denganmu.”
“Hmm. Apa maksud
Senpai, kamu ingin meningkatkan cara kontak denganku?”
Jika kita harus
menyimpulkannya dengan sangat sederhana, yah, itu benar.
“Pada akhirnya, kamu
ingin merayuku, ‘kan? Senpai.”
Guhh.
Yah, memang apa yang
kukatakan menyiratkan, “Aku tidak ingin
terpisah denganmu bahkan jika situasi yang tidak terduga terjadi.” Aku
tidak bisa membantahnya, karena dia tidak salah.
Tapi tidak ada alasan
bagiku untuk tetap diam. Aku memilih untuk melakukan serangan
balik. Bahkan jika aku menyebutnya serangan balik, itu lebih mendekati bunuh
diri.
“Kau enak bilang
begitu, tapi pada akhirnya kau senang mendengar alasanku, kan?”
“Apa?”
“Kau terdengar lebih
gembira. Bahkan lebih dari biasanya.”
Kouhai-chan yang
berada di sisi lain dari panggilan telepon pasti sedang tersipu
sekarang. Jawabannya terdengar malu-malu.
“…Tidak…kok.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (91)
Ia memberitahuku
nomor ponselnya.