#Sudut Pandang si Senpai#
25
Desember. Hari Natal. Malam suci. Festival
kelahiran. Kelahiran Suci. Noel.
Tidak masalah
bagaimana kau mengatakannya, tapi ini adalah acara besar sepanjang tahun.
Biasanya, aku akan
tinggal di rumah hangatku dan bermain dengan tabletku, atau bermain beberapa
video game.
Sayangnya, aku punya
rencana tahun ini.
Aku akan bertemu
dengan Kouhai-chan.
100 hari yang lalu,
tepatnya 103 hari yang lalu, Kouhai-chan berbicara kepadaku untuk pertama
kalinya. Pada saat itu, aku tidak berpikir aku akan terlibat sangat dekat
dengannya.
Pertama-tama, itu
didasarkan pada premis "tidak ada cinta".
Kami bertemu setiap
hari, membicarakan hal-hal konyol, dan melakukan “pertanyaan hari ini”. Ketika
aku menyadarinya, semester kedua sudah berakhir dan sekarang Natal.
Aku berbicara
dengannya di posisi kami yang biasa di kereta dan mengobrol dengannya di LINE
di malam hari.
Sampai aku bertemu
dengannya, aku cuma memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dengan
gadis-gadis, atau bahkan berbicara dengan orang lain sebanyak
ini. Sekarang, Kouhai-chan sudah menjadi sesuatu yang biasa dalam hidupku.
Tidak ada hari dimana
aku tidak terlibat dengannnya selama 100 hari terakhir, ya?
Kalau dibilang aku
lebih dekat dengannya bila dibandingkan dengan Twitter mungkin kedengarannya
terlalu berlebihan, tapi mungkin dia sudah mengalahkan situs web
novel. Menurut frekuensi, oke.
Aku mengganti pakaianku
sambil memikirkan hal semacam itu dan selesai mempersiapkan diri untuk pergi
keluar.
... Ngomong-ngomong,
di mana dan kapan kita akan bertemu hari ini?
Sekarang setelah
kupikirkan lagi, Kouhai-chan cuma mengatakan kalau kita akan bertemu di pagi
hari, dan kita belum memutuskan rinciannya sama sekali.
Yah, lagipula ada
smartphone, dan kita pasti bisa mengaturnya entah bagaimana.
Aku sudah berganti
pakaian, dan aku siap-siap keluar. Aku tidak ingin bermalas-malasan di
rumah sekarang.
“Aku berangkat
sekarang.”
“Ya ampun, hari ini
ya? Aku pikir kamu akan keluar besok.”
Ketika aku
meninggalkan kamarku dan memberitahu ibuku dari ruang tamu, dia membalas
seolah-olah tengah mengejekku.
“Apanya?”
“Tidak apa-apa jika kamu
tidak pulang hari ini.”
“Untuk apa?”
Kata-katanya yang
gelisah membuatku merasa aneh.
“Ah, tapi hati-hati
dengan apa yang kau harus waspadai. Aku takkan mampu merawat bayimu, oke?”
“Bukan itu…”
“Nah, selamat
bersenang-senang.”
Ibuku memberitahuku
secara sepihak dan menutup pintu di depanku. Dari sisi lain, aku bisa
mendengar suara dia mencuci piring yang kami gunakan untuk sarapan.
Serius ... Kouhai-chan
dan aku tidak punya hubungan seperti itu. Ini ... bukan berarti kita akan
melakukan itu.
Saat aku mengenakan
pakaianku sambil menggelengkan kepala dan hendak membuka gerbang depan, ada
seseorang yang berdiri di sana.
Hmmm?
“Fuu ... Haa ...”
Dia menutup matanya,
mengulurkan tangannya, dan mengambil napas dalam-dalam.
Seberapa
berkonsentrasinya dia sampai tidak menyadari suara pintu yang terbuka?
Benar. Kouhai-chan
sedang berdiri di depan pagarku.
“Selamat pagi.”
Begitu aku memanggilnya,
tubuh Kouhai-chan terkejut.
“Senpai?!”
* Sudut Pandang si Kouhai *
24 Desember.
Aku senang bahwa Senpai
telah berjanji untuk berkencan denganku hari ini.
Kemarin pagi, pesan
LINE kami sangat selaras sehingga aku tidak repot-repot bertanya kepadanya, “Kapan kita akan
bertemu?”
Setelah
memikirkannya, aku memutuskan untuk segera bertemu dengan Senpai jika aku
datang ke rumahnya pagi-pagi. Senpai memang tukang tidur.
Dan pada hari Natal,
aku bangun seperti biasa, berpakaian, dan tiba di rumah Senpai. Tentu saja,
aku telah memberi tahu ibunya tentang hal ini.
Meski begitu.
Meski begitu, ketika
aku mencoba membunyikan bel pintu rumahnya, aku sangat gugup. Jantungku
berdebar sangat kencang.
Untuk menenangkan
diri, aku menarik napas dalam-dalam.
Mengapa aku merasa gugup
begini? Astaga…
“Selamat pagi.”
Pada saat itu, aku
terkejut bahwa orang yang aku pikirkan memanggil dari sebelahku.
“Senpai!?”
“Kau terlihat seperti
seekor merpati yang ditembak oleh seorang pemburu.”
“Apa kamu pernah
menembak merpati dengan senapan?”
“Aku bahkan tidak
punya senapan.”
“Apa namanya itu? AK?
“
“Itu pistol
asli. Merpati akan lepas, jadi mending kita hentikan ini.”
Fufufu.
Entah bagaimana, aku mulai
sedikit tenang.
“Itu benar-benar
meresahkan, eh.”
“Tidak, ini kamu ...”
#Sudut Pandang si Senpai#
Kami mulai berjalan
ke stasiun terdekat yang selalu kami gunakan.
“Sekarang Natal,
senpai.”
“Ya.”
Kouhai-chan mungkin
mengambil napas dalam-dalam untuk meredakan kegugupannya sekarang. Tak
perlu dikatakan, aku bangun pagi hari ini karena aku juga merasa gugup.
Ketika dia mulai
berbicara tentang Natal, aku tidak dapat segera menemukan topik untuk
membalasnya.
“Ini 'malam sunyi', ‘kan?”
“Iya.”
“Ini juga berarti
bahwa seseorang bernama 'malam'
adalah pria yang pendiam, bukan?”
“Ah, kamu benar.”
“Iya, kan?”
Lihat, pembicaraan
berhenti lagi.
Apa kita menjadi
pemula dalam percakapan? Apa yang terjadi dengan pelatihan seratus hari
kami?
Setelah itu, kami mencoba
untuk terus berbicara, tapi percakapan kami terus berhenti. Setelah
beberapa saat, kami tiba di stasiun.
* Sudut Pandang si Kouhai *
Astaga. Senpai
dan aku sama-sama tidak baik. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi pada
kami.
Apa boleh buat.
“Senpai.”
Aku berhenti tepat
sebelum pintu masuk stasiun.
“Apa?”
Di sebelahku ada
mesin penjual minuman otomatis.
Benar. Saat aku
pertama kali berbicara dengan Senpai, Ia membelikanku jus.
“Tolong belikan aku
jus.”
“Eh? Kenapa?”
“Ketimbang
beristirahat, kita harus memulai dari awal.”
“Yah, bukannya aku
tidak mengerti maksudmu. Tapi beli saja sendiri.”
Muu…
Biasanya, aku akan
membelinya sendiri juga. Bukan hanya aku selalu memintanya untuk
membelikanku barang.
Setidaknya Ia bisa
membelikanku sekaleng jus di mesin penjual minuman otomatis ini, ‘kan? Mustahil,
Ia tidak melupakan pertemuan pertama kita, kan?
“Aku datang untuk
menjemput Senpai hari ini. Jadi traktir aku.”
“Bukannya aku
memintamu melakukan itu ...”
Senpai mendengus,
tapi Ia tetap mengeluarkan dompetnya. Ehehe.
“Boleh aku memesan apa
pun yang aku inginkan?”
“Ah. Karena
sekarang dingin, jadi aku ingin teh susu hangat.”
“Kau benar-benar periang
...”
Mau bagaimana lagi. Cuacanya
memang lagi dingin.
“Ini.”
Karena aku ingin
memulai dari awal, aku bilang padanya untuk membelikanku minuman untuk membalik
sakelar. Sekarang setelah aku perhatikan, kami kembali ke atmosfer yang
biasa.
Bagaimana aku bisa
mengatakan ini? Ini bukan seperti perasaan 'Aku sangat sangat sangat
sangat menyukaimu', tetapi lebih seperti perasaan menggoda yang biasa.
Tanpa aku sadari, aku
mulai sangat menyukai suasana ini.
“Terima kasih
banyak.”
Aku mengguncang botol
plastik hangat dan membukanya, lalu meneguk teh susu.
“Apa kamu ingin minum
juga, Senpai?”
Aku mengarahkan botol
yang terbuka ke arah senpai.
“Lalu aku terima
tawaranmu.”
“Eh?”
Di tengah
keterkejutanku, Senpai mengambil botol plastik itu dari peganganku.
Kemudian Ia
meminumnya.
“Rasanya manis.”
Kata Senpai, dengan telinganya
yang merah cerah.
Ia melakukan ini dua
hari yang lalu juga, bukan?
“Uh ...”
“Kau sendiri yang
memintaku untuk meminumnya, jadi mengapa justru kau yang merasa malu?”
“Kamu berisik, Senpai. Diam.”
“Ya ya.”
Aku seharusnya
menggoda Senpai. Kenapa malah jadi sebaliknya?
#Sudut Pandang si Senpai#
Aku melakukan sesuatu
yang membuatku merasa sangat malu, tapi Kouhai-chan bahkan lebih malu daripada
aku, jadi ini seharusnya kemenanganku.
Suasana canggung juga
kembali normal.
Butuh waktu agak lama
bagi kami berdua untuk pulih, tetapi kami naik kereta biasa ke sekolah dari
stasiun yang biasa, seperti yang selalu kami lakukan. Waktunya agak berbeda
dari biasanya, tapi itu hanya masalah kecil.
Kami berdiri di
tempat biasa. Kursi-kursi lain banyak yang kosong, tapi aku tidak bisa
tenang jika kami tidak berdiri seperti ini.
Kouhai-chan berdiri
di sebelah pintu, bersandar di ujung kursi. Aku meraih pegangan di sebelahku. Bagaimanapun,
ini adalah posisi yang sempurna.
“Aku tidak pernah
menyangka aku akan pergi ke sekolah selama liburan musim dingin. Belum
lagi, aku akan pergi dengan Senpai.”
“Ya.”
Benar-benar tidak
terduga.
“Nah, ayo kesampingkan
itu dulu. Kouhai-chan.”
“Iya.”
Aku menatap lurus ke
arah Kouhai-chan dan mulai berbicara.
“Aku punya sesuatu
untuk dikatakan, dan juga pertanyaan hari ini dariku.”
“Tentu.”
“Aku pikir kau sudah
tahu, tapi aku, kepada Kouhai-chan ... tidak, kepada Komeyama Maharu-san, aku
...”
Ini sangat memalukan.
Aku merasa jantungku
berdegup sangat kencang di dadaku.
“Aku mencintaimu,
dalam artian romantis.”
“Iya.”
Tidak ada rasa
terkejut di wajah Kouhai-chan. Setelah mengubah aturan sekolah, akan aneh
jika dia tidak menyadari perasaanku.
“Mengenai itu, aku
punya pertanyaan. Kouhai-chan, apa yang kau pikirkan tentang diriku, dalam
arti romantis?”
“Bukannya itu sudah
jelas?”
Kouhai-chan tersenyum
dan mengatakan ini.
“Aku mencintaimu.”
Perasaan bahagia
meluap dari dadaku.
* Sudut Pandang si Kouhai *
Di tempat biasa, di
dalam kereta yang sepi penumpang di siang hari.
Pengakuan itu sama
sekali tidak romantis, tapi aku merasa sangat bahagia sehingga aku tidak bisa
membandingkannya dengan semua pengakuan yang sudah aku terima sampai sekarang.
Nah, sekarang
giliranku.
“Senpai.”
Gawat. Hanya
dengan memanggilnya saja, aku merasa ingin menyeringai.
“Iguchi
Keita-senpai. Aku juga punya pertanyaan untuk hari ini.”
“Ya.”
“Senpai, maukah kamu
berpacaran denganku?”
Senpai juga berusaha
menahan senyumnya, tetapi Ia gagal. Ia mengangguk dengan penuh semangat.
“Aku juga mau
berpacaran denganmu.”
Ummm.
Aku penasaran apakah
tidak apa-apa bagi kita untuk bahagia di dalam kereta?
Aku merasa sangat
malu sampai-sampai aku melangkah lebih dekat ke Senpai yang di depanku.
“Nn?”
Persis seperti itu,
aku meregangkan punggungku sedikit dan memeluk Senpai. Ehe.
Tubuhnya lebih besar
dari milikku dan sedikit kaku, bahkan di atas mantel. Itu mengingatkanku
bahwa Ia memang laki-laki.
“Aku benar-benar
mencintaimu, Senpai.”
“Aku benar-benar
mencintaimu juga.”
Setiap kali aku
mengatakan "cinta", kebahagiaan
misterius meluap dari tubuhku.
Sebenarnya, aku
benar-benar ingin melakukan ini lagi. Tapi karena kami berada di kereta,
jadi kami tidak bisa bermesra-mesraan di sini.
“Kita akan melakukan
lebih dari ini di tempat yang lebih sepi.”
Aku membisikkan itu
di telinga Senpai sebelum melepaskannya.
“Kau…”
“Kenapa kamu terlihat
terkejut?”
“Itu karena
Kouhai-chan mengatakan sesuatu yang aneh.”
“Tapi, aku pikir aku
mengatakan sesuatu yang masuk akal?”
Aku tidak memberi
tahu dia apa yang akan kami lakukan setelah ini.
“Yah, kau benar ...”
“Ah, tapi kita bisa
berpegangan tangan, ‘kan? Senpai.”
“Eh?”
“Ayo, ulurkan tanganmu.”
Aku menarik tangan
kiri Senpai, dan menjerat jari-jarinya dengan tangan kananku.
Kami saling
berpegangan erat-erat. Ketika aku berbalik ke arah Senpai yang ada di
sebelahku, pandangan mata kami bertemu. Aku secara refleks
tersenyum. Ehehehe.
Mulai sekarang, tolong
jaga aku selamanya, Senpai ♡.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (100)
Ia menyukaiku. Aku
juga menyukainya.
Dan benar tamat di Chapter 100 dong :(
BalasHapusCoba judulnya Sanbyaku no koto gitu seenggaknya lebih mantap mantap lagi kan wkwk
Thx untuk Zerokaito buat nge TL Seri ini :)
Tamat di 100 pertanyaan
BalasHapus