Boku no Sensei wa, Houkago Kawaii Konyakusha Chapter 05 Bahasa Indonesia

Chapter 5

 

Pengunjung yang tak diundang membuat wajah kami pucat dan panik.

Terlebih lagi, Reina-san masih mengenakan seragamnya.

Bayangan ada berita bahwa ada seorang guru dan siswa tinggal bersama, dan guru itu bahkan mengenakan seragam, akan dikenal secara nasional.

Aku yakin itu akan muncul di forum di luar negeri. “Bikin iri saja!” atau “Aku tidak percaya betapa beruntungnya dia!”, aku membayangkan semua yang akan mereka katakan tentang diriku dalam upaya untuk melarikan diri dari kenyataan, tapi ...

“—Ah, kamu gadis yang bersama Koutaro tempo hari, ‘kan?! Hu-Hubungan macam apa yang kamu miliki dengan Koutaro?! ”

““……!””

Beruntung atau tidak, sepertinya Aoi masih belum menyadari bahwa orang di depannya adalah Sakurakouji-sensei.

Tapi itu bisa dimengerti.

Jika aku memberitahu seseorang dari sekolahku kalau Sakurakouji-sensei, yang selalu galak, melakukan cosplay anak SMA di rumah muridnya, tidak ada yang mempercayaiku.

Bahkan aku tidak bisa mempercayainya.

Bagaimanapun, juga aku berusaha tetap tenang dan berbicara, karena aku takkan melewatkan kesempatan ini.

“In-Ini adalah pembantu rumah tangga yang disewa ayahku. Aku sudah pernah memberitahumu, ingat?”

“... Pembantu rumah tangga? Hei, kamu tidak bilang kalau pembantu rumah tanggamu masih muda begini?! ”

Reina-san mengangguk pada Aoi, yang tampak terkejut.

“Y-Ya, itu benar. Maaf sudah mengejutkanmu. Aku adalah pembantu rumah tangganya, Sakura— ”

“……?!”

“…Sakura?”

“Ya, Sakurako. Aku akan sangat menghargai jika kamu memanggilku dengan nama itu.”

Oh, itu hampir saja ...

Kamu akan memberinya nama aslimu ... Saat aku menyeka keringat di dahiku, Aoi memberi tahu Reina-san namanya.

“Y-Ya, saya teman sekelas Koutaro, Aoi Gunjo. Senang bertemu dengan anda, Sakurako-san. ”

“Ya, senang bertemu denganmu juga, Gunjo-san.”

“Ah, anda bisa memanggil dengan nama saya.”

“Ya Baiklah, Aoi-san. ”

“Ya.”

Aku lega melihat mereka saling tersenyum.

Setelah memandu Aoi ke ruang tamu, kami duduk dan meminum teh yang disiapkan Reina-san.

Suasananya semakin tenang dan kupikir akan tetap seperti ini, tapi Aoi menunjuk ke Reina-san dan berkata “Ngomong-ngomong…”

“—Kenapa anda memakai seragam?”

““……””

Ya benar

Aku juga ingin tahu tentang itu.

Bahkan aku akan terkejut jika aku melihat pembantu rumah tangga orang mengenakan seragam.

Namun, di situlah langkah pencegahan yang telah kami praktikkan dengan keras memainkan perannya.

Pada saat-saat seperti ini, kau harus menenangkan pernapasan dan berbicara secara alami.

Benar ‘kan, Reina-san?

Tapi….

“—U-U-U-Untuk apa? (Berkeringat deras)

Re-Reina-san ?!

Aku membelalakkan mataku, terkejut, pada sosok Reina-san yang gemetaran dengan wajah pucat.

(Tunggu, Reina-san?! Langkah pencegahan, langkah pencegahan!)

(Eh, langkah pencegahan ...?)

(Ya! Kita sudah sering berlatih, bukan?)

Aku melakukan yang terbaik untuk mengingatkannya, tapi ...

(Y-Ya, aku tahu, tapi kepalaku jadi kosong sekarang ...)

Haaa!

Dia tampakbengong sehingga dia benar-benar lupa bagaimana untuk melanjutkan.

Sial, untuk apa latihan keras yang aku lalui itu ?!

Siapa yang kemarin berkata dengan wajah sombong, “Kamu masih memiliki jalan panjang. Pastikan kamu tetap tenang seperti aku setiap saat ”?!

Dan sekarang dia justru bermuka pucat dan gemetaran.

Tapi tidak ada gunanya buat mengeluh.

Aku harus melakukan sesuatu tentang ini!

Kesampingkan perdebatan yang ada diriku, aku memutar otak untuk mengatasi masalah ini. Aku lalu mendapat ide.

“Hahaha, apa yang kau katakan? Bukannya kau ingin menjadi seorang aktris, Sakurako-san? ”

“Y-Ya?”

Sepertinya Reina-san mengerti maksud dibalik pernyataanku.

Dia segera sadar dan menjawab dengan nadanya yang biasa.

“Y-Ya, itu benar. Aku mengikuti grup teater drama tertentu, dan sementara aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga, aku selalu berlatih untuk berakting. Ini adalah salah satu kostumnya. Aku bertanya kepada Koutaro-kun, yang merupakan siswa SMA, untuk membantuku apakah aktingku sebagai gadis SMA sudah bagus atau tidak. Tapi kurasa ini memang kostum yang aneh buat orang seusiaku.”

Reina-san tersenyum getir, tetapi Aoi menggelengkan kepalanya dengan sekuat tenaga dan membantahnya.

“Ti-Tidak, itu tidak benar! Aku pikir seragam itu sangat cocok dan kamu terlihat sangat lucu, Sakurako-san! Aku jamin itu, karena aku seorang gadis SMA! ”

"Oh, terima kasih untuk itu. Kamu terlalu menyanjungku.”

Aku terpana melihat Reina-san tertawa elegan dengan “Ufufu”.

Hei, siapa kau?

Aku belum pernah melihatnya tertawa seperti itu sebelumnya.

Ini adalah baru pertama kamu berakting, tapi bukannya kau terlalu pandai berakting?

Sebaliknya, kenapa kau tidak benar-benar mencoba menjadi seorang aktris ...? Sambil takut akan bakat baru Reina-san, dia terus melanjutkan.

“Tapi aku benar-benar berterima kasih kepada keluarga Shirase. Terus terang saja, sampai sekarang, sulit rasanya untuk mengimbangi impianku dan pekerjaanku. Aku juga tidak sanggup membayar sewa kontrakan, tapi ayah Koutaro-kun menawariku untuk tinggal di sini dan meminjamkanku ruangan ... ”

Hiks, Reina-san menyeka air matanya dengan sapu tangan dan Aoi mendengus dan berkata.

“Seperti yang diharapkan dari ayah Koutaro! Aku selalu berpikir dia adalah orang yang kejam karena mengabaikan Koutaro, tapi beliau sebenarnya adalah orang yang sangat baik! ”

“……”

Apa-apaan ini?

Sebaliknya, jadi itu yang selama ini kau pikirkan tentang ayahku, Aoi?

Ya, aku memang tinggal sendirian, jadi itu tidak jauh dari kebenaran.

“Jadi aku hanya pembantu rumah tangga yang berhutang budi pada keluarga Shirase, dan ketika aku pergi ke mal bersama Koutaro-kun tempo hari, aku memilih beberapa pakaian untuknya dengan selera mode seorang aktris dengan harapan sebagai tanda balas budi.”

“Begitu rupanya ... maaf, entah bagaimana aku jadi salah paham …”

“Tidak, jangan khawatirkan itu. Kalau begitu, aku akan ganti baju. Aku jadi malu bila terus berpakaian seperti ini.”

“Oh ya.”

Usai mengatakan itu, Reina-san bangkit dari sofa.

Sedangkan aku, aku ingin menyingkirkan benih-benih kecemasanku (seragam) sesegera mungkin, jadi aku sangat berterima kasih.

Setelah Reina-san pergi ke kamarnya, Aoi menggembungkan pipinya dan merajuk

“Astaga! Kamu harusnya memberitahuku dulu! Aku bersikap tidak sopan pada Sakurako-san jadinya, ‘kan! ”

“A-Ah, maaf. Kau tahu, ini adalah situasi yang cukup khusus, dan dia adalah seorang pembantu rumah tangga yang masih muda, jadi aku tidak ingin ada gosip aneh tentang dia menyebar. Jadi aku pikir lebih baik tidak memberitahumu.”

“Buu! Aku masih tidak pernah memaafkanmu!”

“Aku beneran minta maaf. Ini, makan permen dan bergembiralah. ”

Segera setelah aku membuka bungkusnya dan menawarkan beberapa permen, Aoi tampak terkejut sejenak dan berkata sambil membuka mulutnya lebar-lebar:

“Ap-Apa boleh buat. Aku akan memaafkanmu dengan imbalan permen ini.”

“Terima kasih.”

Wajahku tersenyum ketika melihat Aoi mengunyah dengan riang gembira.

Ngomong-ngomong, berkat Reina-san, yang berganti nama menjadi Sakurako-san, kecurigaan Aoi sepertinya sudah menghilang.

Ketika Reina kepergok sambil memakai seragam, aku benar-benar keringat dingin.

Jujur saja, aku merasa hidupku berkurang jadi 10 tahun.

Syukurlah, saat aku menghela nafas lega ...

 

─Ding dong.

 

“Oh, kamu kedatangan tamu.”

“Ini hari yang sangat sibuk ... Maaf, aku akan kembali sebentar lagi.”

“Ya.”

Bel pintu berdering lagi dan aku pergi ke pintu depan.

Karena Reina-san sudah berganti pakaian dan Aoi memakan beberapa manisan di sini, sisanya mungkin tukang pos atau orang-orang dari lingkungan tetangga.

“Ya, siapa?”

Jadi, aku membuka pintu dengan santai, karena merasa tidak ada masalah, tapi ...

“—Halo, Kotaro-kun. Sudah lama aku tidak melihatmu.”

“A-Ayah mertua?!”

Orang yang berdiri di depan pintu adalah ayah Reina-san, orang yang tidak mau aku temui.

“Selamat pagi, Koutaro-san.”

“H-Halo ...”

Tentu saja, istrinya juga ikut menemaninya.

Hei Reina-san, mengapa orang tuamu ada di sini?! Bukannya mereka harus menghubungimu terlebih dahulu sebelum berkunjung?! Aku hampir pingsan, tapi aku berdiri dan berkata sambil tersenyum kaku.

“Tu-Tunggu sebentar.”

Setelah menutup pintu, aku dengan cepat pergi ke lantai atas dan memasuki kamar Reina-san.

Tapi

(Re-Reina-san!!Whoa ?!)

“Kyaa! A-Apa yang sedang kamu lakukan ?!”

Reina-san sedang mengenakan rok dan aku bisa dengan jelas melihat pakaian dalam seksinya.

Ngomong-ngomong, model celana dalamnya itu berenda.

Tidak, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan itu!

Aku meletakkan jari telunjukku di depan mulutku dan menjelaskan situasinya dengan suara kecil.

(Ma-Maaf! Tapi ini darurat!)

(... Darurat?)

Reina-san mengerutkan kening saat dia menyembunyikan tubuh bagian bawahnya dengan roknya.

Meskipun situasi ini darurat, aku pasti akan dimarahi nanti.

(Ya! Sebenarnya, orang tuamu ada di sini!)

(Apaaa?! Ke-Kenapa orang tuaku ada di sini?! Aku tidak mendengar apa-apa dari mereka!)

Secara alami, mata Reina-san melebar karena terkejut, tapi sekarang bukan waktunya untuk terkejut.

(Ngo-Ngomong-ngomong, mereka sedang menunggu di luar, jadi silahkan sambut mereka setelah kamu selesai berganti! Aku akan berurusan dengan Aoi sementara itu!)

(O-Oke! Aku akan mencoba memberitahu mereka untuk kembali lagi nanti!)

(Oke! Kalau begitu, aku akan kembali!)

Reina-san mengangguk dan aku bergegas kembali ke ruang tamu.

“Oh, kamu sudah kembali. Siapa tamu tadi?”

“Ah, kurasa beberapa kenalan Sakurako-san.”

Aku menjawabnya dengan ambigu dan berkata:

“Hei, Aoi. Kenapa kita tidak pindah ke tempat lain? ”

“Eh, apa maksudmu?”

Saat Aoi memiringkan kepalanya karena terkejut, sebuah suara obrolan dari pintu masuk bisa terdengar.

“Tunggu, sudah kubilang, aku sedang membantu murid dengan belajarnya sekarang ...”

“Ayolah, ini tidak akan lama. Kami tidak akan mengganggu.”

“Oh?!”

“Kedengarannya agak berisik. Apakah Sakurako-san baik-baik saja? ”

Tampaknya, Reina-san tidak bisa membujuk mereka dan suara langkah kaki semakin mendekat.

Kalau begitu, tidak ada pilihan lain!

“Eh?”

Aku dengan paksa meraih tangan Aoi dan berkata:

“Maaf Aoi! Aku punya sesuatu yang penting untuk diberitahu padamu!”

“Oh, sesuatu yang penting! Koutaro?! ”

Sembari memegang tangan Aoi yang kaget, aku bergegas ke kamar bergaya Jepang.

“Oh, jadi ini sarang cintamu.”

“Tu-Tunggu, Ayah!”

Pada sekitar waktu yang bersamaan, Reina-san dan orang tuanya memasuki ruang tamu.

Oh, itu hampir saja ...

“... Koutaro.”

Sambil menghela nafas lega, Aoi berbicara pelan.

“Bi-Bisa lepaskan tanganmu ...”

“Hm? A-Ah, maafkan aku. ”

Aku menyadari bahwa aku masih memegang tangannya dan dengan cepat melepaskannya.

Kemudian, Aoi bertanya dengan wajah yang memerah sedikit.

“Jadi, apa hal penting yang ingin kamu sampaikan kepadaku ...?”

“Eh?”

Be-Benar juga!

Aku membuat alasan demi membuat Aoi keluar dari tempat itu!

Hyeh ?! Jantungku tidak bisa tenang, tapi jika aku memberitahunya kalau tidak ada yang aku sampaikan, maka Aoi akan kembali ke ruang tamu dengan merajuk atau langsung pulang.

Bagaimanapun, prioritas utamaku saat ini adalah jangan sampai Aoi melihat orang tua Reina-san dan membuatnya tetap di sini.

Ya, aku akan memperpanjang pembicaraan sebanyak mungkin!

“Oh yeah, tentang itu, rasanya agak sulit untuk mengatakannya ...”

“Be-Begitu ya. Jika kamu merasa kamu bisa mengatakannya, katakan padaku. Aku akan menunggu ...”

“Y-Ya.”

“……”

“……”

Gawat! pembicaraan berhenti!

Sekarang apa yang harus aku lakukan ...?

Aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dalam situasi ini. .. Sementara aku berkeringat dingin, suara-suara dari ruang tamu bisa terdengar dengan jelas.

“Jadi bagaimana perkembangannya, Reina?”

“... Reina?”

Tunggu!

“Na-Nama panggungnya adalah 'Reinald Sakurako'! E-Elegan, bukan? ”

“Oh, begitu ya. Apa yang datang orang-orang dari teater? ”

“Y-Ya! Ketua dan istrinya ada di sini untuk melihat janji masa depan perusahaan!”

Ahahahaha , aku tertawa canggung dan Aoi menatapku dengan terkesan.

“Heh, jadi ada banyak orang yang berharap dari Sakurako-san. Itu luar biasa sekali. ”

“H-Hebat, bukan? Jadi aku ingin mendukungnya.”

“Ya, kamu benar. Aku akan ikut mendukungnya juga!”

Sambil mengatakan itu, Aoi menggenggam tangannya di depan dadanya.

Kurasa karena kepribadian inilah Aoi disukai oleh semua orang.

Aku bangga menjadi temanmu.

Dan kemudian.

“Tapi Sakurako-san adalah orang yang sangat cantik, apa kamu benar-benar tidak memiliki motif tersembunyi?”

“Tidak, dan apa maksudmu dengan motif tersembunyi ...?”

Aku memandang Aoi dengan sinis, yang berbalik dan menyeringai padaku.

Nah, jika dibilang aku tidak punya, aku akan berbohong, karena itulah sifat manusia ... Tapi aku tidak ingin membicarakannya sekarang.

Bagaimanapun juga, jika kita tidak terus berbicara, sesuatu yang berkompromi dari samping mungkin bocor.

Aku menggigit bibirku, bingung dengan apa yang harus dilakukan.

“……!”

Lalu tiba-tiba aku sadar.

Jika di sini terus bisa sangat berbahaya, jadi mengapa tidak membawa Aoi ke kamarku saja?

Dari apa yang aku dengar sebelumnya, aku pikir Reina-san memberitahu orang tuanya kalau dia sedang membantu Aoi dengan belajarnya, jadi jika kita pergi ke sana membungkuk dengan tepat, maka kelihatannya takkan terasa aneh karena mereka pikir aku juga seorang guru dan rekan sesame guru.

Dan hal yang sama berlaku untuk Aoi.

Sebaliknya, akan tampak lebih mencurigakan jika kita bersembunyi di sini, jadi seharusnya langsung ke kamarku saja.

Mengangguk dengan kepastian, aku berkata kepada Aoi:

“Aoi, kenapa kita tidak ke kamarku sebentar?”

“Eh?! Ke-kenapa mendadak harus ke sana? ”

“Tidak, aku hanya tidak ingin mengganggu Re ... inald-san dan yang lainnya, dan kita bisa lebih santai di kamarku, ‘kan?”

“Ah ya, begitu ... Sakurako-san sekarang adalah Reinald-san ...”

“……”

Yah, wajar saja kalau sampai keceplosan, tapi aku senang kau sepertinya yakin.

Tadi itu hampir saja.

Sambil mendesah lega di dalam, aku terus melanjutkan

“Ayo, cepat. Jangan lupa menyapa mereka dengan sopan, oke?”

“Y-Ya, baiklah.”

Setelah melihatnya mengangguk, aku mengambil keputusan dan membuka pintu.

“““……!”””

Tentu saja, Reina-san dan orang tuanya menyadari keberadaan kami, tapi aku melakukan yang terbaik untuk membungkuk dengan tenang.

“Se-Selamat pagi.”

Aoi menundukkan kepalanya dengan sedikit gugup, tapi orang tua Reina-san sepertinya tidak keberatan.

“Oh, halo.”

“Selamat pagi.”

Dan mereka membalas dengan salam biasa.

Tentu saja, Reina-san tampak terkejut dengan apa yang Aoi lakukan, tapi kupikir dia langsung mengerti maksudku.

Ketika pandangan mata kami bertemu, dia dengan lembut mengangguk.

Jadi, seperti yang sudah direncanakan, kami meninggalkan ruang tamu dan mulai menuju ke kamarku, tapi ...

“—Umm!”

““……?!””

Ada situasi yang tidak terduga.

Ya, Aoi berbicara kepada orang tua Reina-san.

Aku bilang hanya menyapa mereka saja! Ketika detak jantungku berdebar kencang, Aoi meletakkan tangannya di depan dadanya lagi dan berkata:

“Saya sangat mendukungnya!”

““……””

Tamat sudah riwayatku ... Mata kita melebar sekaligus.

Karena jika terkuak, hampir bisa dipastikan bahwa Reina-san bukan anggota grup teater drama.

Dan kemudian pertanyaan tentang siapa identitas dia sebenarnya akan muncul dan Aoi akan menemukan bahwa Reinald-san sebenarnya adalah Sakurakouji-sensei.

Hal itu akan terungkap bahwa aku adalah muridnya dan bukan rekan sesama guru, jadi jika aku bertahan, kami dapat terus berbicara tentang pertunangan, tapi aku yakin Reina-san tidak dapat melanjutkan mengajar sekolahku.

Faktanya, karirnya sebagai guru bisa saja berakhir.

Aku hanya ingin secara tidak sengaja pindah dari satu kamar ke kamar lain ... Dia akan dihancurkan dengan rasa bersalah ketika ...

“Oh, terima kasih. Kau sungguh anak yang baik.”

“Ya memang. Siapa namamu?”

“Ah, nama saya Gunjo Aoi. Senang bertemu denga anda.”

“Oh, senang bertemu denganmu juga. Wow, Kamu sudah mendapatkan dukungan (untuk pernikahan) dari beberapa muridmu.”

“Y-Ya, yah ...”

Percakapan itu mengalir kea rah yang enh dan  Reina-san yang di ambang ketakutan mengangguk dengan ragu.

Kemudian ayahnya mulai berbicara.

“Aku tahu. Kenapa kau tidak mengundangnya (ke pesta pernikahan) juga? Dia sangat mendukungmu. Kau harus membiarkannya melihat momen hebat itu.”

“Ya, kedengarannya bagus. Aku sepenuhnya setuju.”

“Eh, apa anda yakin? Ini akan menjadi pertama kalinya aku melihat sesuatu seperti itu (teater drama).”

“Tentu saja Jika ini pertama kalinya untukmu, semakin banyak alasan kau harus datang. Ini pasti sangat meriah, jadi nantikanlah. ”

“Wow, terima kasih!”

““……””

Orang tua Reina-san dan Aoi sama-sama tersenyum senang, Reina-san dan aku berkedip pada keajaiban yang terjadi.

Sepertinya keberuntungan kita belum habis, pikirku, dan ketika aku melihat Reina-san, dia mengangguk.

Mulai sekarang, ini pertaruhan.

Jika kedua belah pihak sama-sama salah paham, maka tidak ada pilihan selain memandu kesalahpahaman mereka.

Dan cepat-cepat keluar dari sini .

“Tapi, ini pertama kalinya kita bertemu seperti ini (dengan murid-muridmu), tapi sepertinya kamu sudah bekerja keras.”

“Hm? Pertama kali?”

(Maksudnya datang ke rumahku dan bertemu dengannya.)

(Ah, begitu. Memang belum lama sejak dia mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga.)

“Y-Ya, itu benar. Aku sangat sibuk, tapi ini cukup memuaskan. ”

“Aku senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, Aoi-san, apa pendapatmu tentang dia? Aku ingin mendengar pendapatmu yang jujur.”

“Menurut saya, Sakurako-san—”

“... Sakurako?”

Eek!

“Ak-Aku memintanya memanggilku seperti itu. Lebih mudah memakai panggilan supaya bisa akrab, ‘kan? ”

“Begitu, jadi itu alasannya. Maaf Silakan lanjutkan.”

“Ah ya. Saya pikir Sakurako-san adalah orang yang cantik, pintar, dan sangat baik! Itu sebabnya mereka sangat cocok sekali (Ia dan aktingnya)!”

“Ya ampun, aku senang kamu sangat menghormatinya.”

Tidak ada ibu yang tidak bahagia ketika anak mereka dipuji, dan ibu Reina-san tampak sangat senang.

“Haha, benar. Aku juga berpikir bahwa mereka menjadi pasangan serasi. Aku tidak ingin terdengar sombong, tapi dalam kasusnya (menjadi yang tertua) sama seperti istriku. Dia selalu merawatku. ”

Benarkah?

Sulit dipercaya bahwa ibu Reina-san, yang lebih mirip seperti kakak perempuannya, lebih tua dari suaminya ...

“Oh benarkah? Aku pikir begitu, beliau memang sangat cantik. ”

“Ahaha memang.”

“Ara ara~ kamu juga sangat cantik kok, Aoi-san. Bagaimana kalau kamu mengunjungi kami setelah lulus? ”

“Ahaha, terima kasih banyak. Tapi aku tidak punya pengalaman seperti itu ...”

“Jangan khawatir. Kita bisa memulainya dari awal. Aku yakin kamu akan segera terbiasa.”

“A-Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan memikirkannya. ”

“Ya, aku akan sangat menghargainya. Aku tidak pernah berpikir akan menemukan gadis yang baik dengan datang ke sini. ”

“Fufu, benar.”

Selain orang tua Reina-san, yang dalam suasana hati yang baik, Aoi juga berbisik kepadaku dengan sangat bersemangat.

(A-Apa yang harus aku lakukan?! Aku baru saja direkrut!)

(Ah, ya, tentu saja ...)

Masalahnya adalah bahwa perekrut itu bukan untuk anggota dari "grup teater drama” tetapi hanya seorang “istri”.

Namun, hanya masalah waktu sebelum identitas kami terbongkar, jadi aku benar-benar harus mengeluarkan Aoi dari tempat ini.

Jadi aku menggunakan tindakan paksa.

“Kalau begitu aku ... kita akan pergi ke lantai dua, jadi jika sesuatu terjadi, jangan sungkan-sungkan untuk memanggilku”

“Oh, tentu saja. Sampai jumpa lagi.”

“Ya tentu, kalau begitu permisi dulu.”

“Permisi.”

Kami menmbungkuk sedikit dan berhasil keluar dari ruang tamu.

Ketika aku melihat Reina-san sebelum pergi, dia terlihat kelelahan dan menghela nafas lega.

Terima kasih banyak atas kerja kerasmu ...

Bagaimanapun juga, aku berhasil membawa Aoi ke kamarku.

“Uwa, nostalgia sekali !”

“Be-Benarkah?”

Dahaaah! ketegangan di badanku mereda dan aku menghela nafas berat.

It-Itu hampir saja ...

Tidak, itu benar-benar keajaiban.

Entah baik atau buruk, jika bukan karena Aoi, yang tidak peduli dengan hal yang rinci, semuanya akan selesai.

Aku merasa senang.

“Aoi.”

“Hm? Eh, apa? Kyaa?! ”

Aku tidak tahan lagi untuk mengekspresikan perasaan meluap-luap ini, jadi aku meraih bahunya dengan kuat dan menyampaikan apa yang aku rasakan.

“Untung saja itu kamu.”

“Eh?! Ap-Apa itu yang ingin kamu katakan kepadaku sebelumnya ...? ”

Hm? Sebelumnya?

Ah, sekarang aku mengingatnya, aku seharusnya mengatakan “sesuatu yang penting” padanya.

Sempurna

Katakanlah ini sebagai “sesuatu yang penting” itu.

“Ya Aku sudah mengenalmu sejak lama, tapi aku tidak pernah begitu senang memilikimu di sampingku. Terima kasih banyak.”

“Y-Ya, tidak masalah ...”

Ketika aku melepaskannya, Aoi tampak malu-malu, pipinya memerah.

Yah, meski dia adalah teman masa kecil, Aoi juga seorang gadis.

Aku mencengkeram bahunya dengan kuat, tapi kali ini lebih hati-hati.

“Dan, yah, itu yang ingin aku katakan padamu.”

“Be-Begitu ya. Hmm ...”

Aoi memalingkan muka dan tampak terbujuk, tetapi tiba-tiba bertanya:

“Ak-Aku akan bertanya padamu, tetapi apakah itu berarti kamu ingin aku tetap di sisimu di masa depan ...?”

“Ya, tentu saja.”

Kami telah melakukan banyak hal konyol.

Rasnya akan membosankan jika menghilang.

Aku mengangguk seolah-olah itu sudah jelas dan wajah Aoi semakin memerah.

“Be-Begitu rupanya ~.”

Kedip.

“Jadi begitu ~.”

─ Kedip Kedip.

“……?”

Aku paham kau merasa senang tentang itu, tapi bukannya sikapmu itu sedikit aneh?

Ketika aku memiringkan kepalaku dengan bingung, Aoi menatapku dan kemudian memalingkan muka, dan mengulanginya beberapa kali.

“Ya-Ya ampun! Jangan lihat-lihat terus~! ”

“O-Ow, itu sakit! Kau ini kesurupan apa sih?! ”

Dia mulai menepak bahu dan punggungku.

“E-Ehehehe ~.”

“????”

Dan, dia terus-terusan cengengesan.

Apa dia segitu senangnya menerima rasa terima kasihku?

Aku tidak mengerti ... Sementara aku mengerutkan kening, Aoi berkata dengan senyum bahagia.

“Biaklah, aku mau pulang sekarang!”

“Eh? A-Ah, aku mengerti. Maaf Aku tidak menyangka orang-orang itu datang berkunjung melihat Reina ... ld-san ...”

“Oke, jangan khawatir! Mereka berdua tampaknya orang yang sangat baik, dan yang paling penting, mereka mencoba merekrutku! ”

Aoi mengacungkan jempolnya dengan senyum puas, tapi aku memutuskan untuk tutup mulut soal itu.

“Tapi, tidak peduli seberapa cantik Sakurako-san, jangan melakukan hal yang aneh-aneh padanya, oke?”

“Ak-Aku tidak melakukan apa-apa, kok!”

“Benarkah ~?”

Aku memalingkan wajahku dari Aoi, yang menatapku dengan curiga.

Kemudian, Aoi menatapku sebentar, tapi tiba-tiba dia menunjukkan giginya dan tertawa, berkata, “Cuma bercanda !”.

Entah bagaimana, suasana hatiny sedang sangat baik.

Apa ini cuma perasaanku saja?

“Sampai jumpa di sekolah! Sampaikan salamku pada Sakurako-san dan yang lainnya~! ”

Usai mengatakan itu, Aoi keluar dari kamarku dan menuruni tangga ke pintu masuk.

“Y-Ya, baiklah. Berhati-hatilah saat perjalanan pulang.”

“Ya, sampai jumpa ~ .”

Aku melambaikan tanganku saat melihat Aoi, yang pergi sambil melambaikan tangannya.

─ Pintu tertutup.

Aku tidak terlalu mengerti, tapi saat ini, sepertinya aku bisa mengurus Aoi dengan cara tertentu.

Fuu ... Aku menghela nafas kecil dan menuju ke ruang tamu.

Beberapa saat yang lalu mereka cukup ramah, jadi jika aku berbicara dengan mereka dengan tepat, aku seharusnya bisa mengatasinya.

Sembari berpikir positif, aku berkata, “Oke!”, Dan menuju ruang tamu lagi.

“Oh, apa Aoi-san sudah kembali ke rumah? ”

“Ya, Dia bilang merasa senang berbicara dengan Anda.”

“Aku senang mendengarnya. Aku benar-benar berharap seorang gadis yang ceria seperti dia adalah menantu perempuanku.”

“Fufu, ya. Aku yakin orang-orang di kampung akan senang.”

“Benar begitu.”

Sementara orang tuanya tertawa dengan “Ufufu” dan "Ahaha", aku duduk di sebelah Reina-san, berpikir bahwa adalah ide yang baik untuk menyuruh Aoi pulang secepat mungkin.

“Kerja bagus, Koutaro-kun.”

“Kau juga, Reina-san.”

Ketika kami saling memuji atas kerja keras kami, ayahnya langsung berbbicara ke intinya.

“Baiklah, sekarang kita akhirnya bisa berbicara dengan tenang. Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, Koutaro-kun. ”

“Eh, aku?”

Apa yang ing Ia tanyakan? Sambil memiringkan kepalaku, orang tua Reina-san saling memandang satu sama lain dan kemudian Ayahnya bertanya kepadaku dengan tatapan tenang.

“Ijinkan aku bertanya sekali lagi, apa kau benar-benar mencintai Reina?”

“Eh?”

“Tunggu, Ayah!”

Menenangi Reina-san yang terkejut dengan tangannya, ayahnya terus melanjutkan.

“Terakhir kali, aku terburu-buru dan hanya bisa mengkonfirmasi niatmu sebentar. Sekali lagi, aku ingin memastikan bahwa kau serius dengan Reina.”

“……”

“Memang benar bahwa kami ingin Reina menikah secepat mungkin. Kami memahami betul kalau itu adalah ide yang sudah ketinggalan zaman, tapi aku pikir itu adalah tugas orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka dapat membina keluarga yang bahagia. Tapi bukan berarti pasangannya boleh sembarang orang. Aku menyayangi Reina dengan sepenuh hati dan aku ingin dia bersama seseorang yang bersedia menghabiskan sisa hidupnya bersama Reina. ”

“Ya, anda benar ...”

“Ya. Jadi aku ingin bertanya sekali lagi padamu. Apa yang kau sukai dari dia? Tentu saja, kau tidak perlu alasan untuk menyukai seseorang, tapi tetap saja, sebagai orangtuanya, kami ingin mendengar alasan 'mengapa itu harus dia.'”

“Alasan mengapa harus Reina-san ...?”

“Ya, jika kau benar-benar mencintai Reina, kau seharusnya bisa menjawabnya. kau tidak perlu terlalu memikirkannya. Kau tinggal berbicara jujur dan menyatakan perasaanmu.”

“Berbicara jujur dan menyatakan perasaanku ...?”

“Koutaro-kun ...”

Setelah bertukar pandang sekali dengan Reina-san, yang memiliki ekspresi khawatir, aku kembali menatap ke depan lalu menundukkan kepala.

Tetap saja, aku tidak bisa mengatakan mengapa itu harus Reina-san.

Karena hubungan kita dari awal memang sudah “palsu”.

Tidak mungkin aku bisa mengatakan sesuatu yang akan meyakinkan orang tuanya.

Dalam hal ini, apa aku harus berbohong lagi seperti terakhir kali?

Alasan memilih pasangan menikah adalah karena orang itu ramah, cantik, atau hanya merasa nyaman dengan mereka.

Setidaknya, aku tidak bisa memikirkan alasan lain, dan orang tuanya mengatakan bahwa tidak perlu alasan untuk menyukai seseorang.

Dalam hal ini, aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik, tapi aku yakin mereka akan mengerti jika aku memberitahunya bahwa aku jatuh cinta dengan kehangatannya.

Ya, ayo lakukan itu.

Menyatakan perasaanku dengan tulus.

“……”

Perasaanku yang tulus...

Aku bertanya-tanya apa perasaan sejatiku pada Reina-san.

Apa yang aku pikirkan tentang dirinya?

“Aku ...”

Bukan niatku untuk mengatakan ini.

Aku tidak tahu mengapa, tetapi kata-kata itu dengan lancar keluar dari mulutku sendiri.

Aku lalu mulai berbicara.

“... Kupikir dia itu orang yang menakutkan saat pertama kali bertemu dengannya.”

“““……!”””

“Tatapannya galak, nadanya dingin, dia tidak tersenyum sama sekali, dia selalu memarahiku dan aku benar-benar tidak suka sama sekali.”

“““……”””

“Tetapi kemudian, ada sesuatu yang terjadi dan kami mulai berbicara, dan aku menyadari bahwa dia hanya bersikap sok kuat, dan aku benar-benar tidak mengerti, tetapi kesanku tentang dirinya mulai berubah.”

Aku heran mengapa aku mengatakan ini.

Ini bukan sesuatu yang harus kau katakan di depan orang tuanya.

“Aku merasa senang setiap kali aku belajar lebih banyak darinya. Meski dia selalu berpakaian dengan elegan, kalau di rumah, dia selallu mengenakan pakaian yang sembrono, dan meski terlihat tidak ada yang bisa membuatnya takut, dia bahkan tidak bisa bergerak karena takut ketika melihat seekor kecoa. Dan, meski dia adalah wanita muda cantik yang dapat melakukan semua jenis pekerjaan rumah, dia membuat acar sayurannya sendiri dan menyajikan sarden kering sebagai camilan seperti seorang nenek. ”

Kalau dipikir-pikir, aku pernah memanggilnya "Nenek" karena keceplosan.

“Tetapi pada saat yang sama, aku mengetahui bahwa dia benar-benar peduli pada murid-muridnya. Walau merasa lelah, dia tetap begadang membuat catatan untuk murid-muridnya, dan aku pikir itu karena dia sangat peduli dengan murid-muridnya sehingga dia mempertahankan kesan sebagai guru yang menakutkan. Yah, aku pikir akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan murid-muridnya jika dia sedikit lebih fleksibel. ”

“It-Itu bukan urusanmu!”

Reina-san merajuk dengan wajah memerah, yang anehnya memesona, dan aku hanya bisa tersenyum masam padanya.

“Ahaha, rasanya memalukan untuk mengatakannya langsung di depannya, tapi dia terlihat sangat imut ketika dia malu-malu dan tidak jujur pada dirinya sendiri.”

“Apa?!”

Wajah Reina-san kembali menjadi semerah tomat.

Kamu akan mendapat balasannya untuk ini nanti ... Memalingkan pandanganku dari Reina-san, yang memiliki wajah menakutkan, aku berkata:

“Jadi aku tidak tahu apa itu bisa menjawab pertanyaan mengenai apakah aku benar-benar mencintainya atau tidak, tapi yang jelas, Reina-san adalah orang yang luar biasa baik dan jauh lebih manis ketimbang orang lain.”

“~~~?!”

Pada saat itu, uap tiba-tiba muncul dari wajah Reina-san dan dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, berkata, “Kumohon, hentikan.”

Eh ...?

Sementara aku merasa khawatir tentang dia, Ayahnya mengangguk dengan puas dan berkata:

“Begitu rupanya. Aku mengerti perasaanmu. Jadi, kau sangat menyukai Reina. ”

“Eh? Menurut anda begitu? ”

Aku pikir itu sangat lucu.

“Ya, dari apa yang kau katakan, aku  bisa merasakan perasaan kasih sayangmu untuk Reina. Kau tidak hanya melihat poin bagus, tapi juga poin buruk gadis ini, namun tetap menghormatinya. Itulah yang aku lihat. ”

“Be-Benarkah ...?”

Aku tidak mengira beliau berpikir seperti itu, lalu...

“—Maafkan aku.”

“Eh?”

Tiba-tiba Ayahnya mulai menundukkan kepalanya dalam-dalam dan aku tertegun sejenak, tetapi aku segera panic.

“To-Tolong angkat kepala anda. Anda tidak melakukan kesalahan apa pun yang perlu untuk meminta maaf. ”

“Tidak, jujur saja, aku sempat meragukanmu. Aku curiga Reina membawa pasangan palsu karena dia ingin menunda pernikahan. Jadi aku berpikir bahwa jika aku menyarankan mereka hidup bersama, hubungan kalian akan terbongkar dalam waktu singkat. Hari ini juga karena alasan yang sama. Jika kami muncul tanpa memberitahu dulu, kalian akan panik. Karena, Kau tahu, itu karena semuanya palsu, ‘kan? ”

““……””

Be-Beliau tau ...

Benar-benar mengabaikan wajah pucat kami, Ia terus melanjutkan dengan “Tapi.”

“Itu semua hanyalah kesalahpahamanku. Kau benar-benar mencintai Reina dan dia juga merawatmu dengan baik, sebagai yang tertua dalam hubungan itu. Kalian adalah pasangan yang sempurna. "

“A-Ahaha, terima kasih untuk itu ...”

Masalahnya, pasangan yang sempurna ini benar-benar kamuflase semata …

“Hm, pembicaraan sejauh ini sangat meyakinkanku. Koutaro-kun adalah orang yang tepat untuk Reina. Jika itu kau, kami bisa mempercayai putri berharga kami. ”

“Eh, ah, yah ...”

E-Eh?

Entah bagaimana, aliran pembicaran ini tidak terlalu bagus ...?

“Ta-Tapi masih ada banyak pria lain yang lebih baik dariku ...”

“Tidak, selain kau, tidak ada banyak pria yang bisa memahaminya dan menemaninya. Tolong jaga Reina baik-baik. ”

“Eh, yah ... Ya.”

Ia memberitahuku dengan muka yang sangat serius (menakutkan), seperti Reina-san, jadi aku mengangguk tanpa berpikir.

“Bagus.”

Berkat itu, Ayah Reina-san tampak sangat puas.

“Fufu, aku merasa senang untukmu, Reina. Kau menemukan pria yang baik.”

“Y-Ya, itu benar.”

Dia pasti juga merasakan krisis yang hebat.

Suaranya terdengar sedikit melengking.

“Yah, karena sudah terlalu lama, jadi kita akan pergi sekarang. Kami sudah mengkonfirmasi apa yang ingin kami ketahui. ”

Setelah mengatakan itu, Ayah Reina-san bangkit.

“Fufu, ya. Kami akan datang lagi lain kali, jadi tolong, mari kita bicarakan tentang cucu kita. ”

“Ehh?!”

Cucu ?!

“Bu-Bu, bukannya itu masih terlalu cepat?!”

“Oh ya? Tapi ketika aku menikah dengan ayahmu, kamu sudah berada di dalam kandunganku, ‘kan? ”

“Y-Yah, mungkin ... Ta-Tapi aku masih punya pekerjaan sebagai guru ...”

“Fufu, tidak apa-apa. Kalau begitu, kamu bisa mengambil cuti hamil dan aku akan melakukan yang terbaik untuk membantumu. Karena itu akan menjadi cucu pertama yang sudah lama kutunggu-tunggu. ”

“Ta-Tapi ...”

Reina-san sepertinya tidak bisa menang melawan ibunya, yang memiliki senyum yang lebar.

"Oh ~, cucuku ~. Aku yakin dia akan sangat imut ~. ”

Dan Ayah Reina-san tampak siap untuk mencintai cucunya.

Hei, apa yang akan kita lakukan dengan ini?

Sambil masih melamun, Ayah Reina-san meletakkan tangannya di pundakku.

“Aku mengandalkanmu, Nak.”

“Ehh?!”

Apa anda sudah memperlakukanku seperti menantumu ?!

Bertentangan dengan keterkejutanku, orang tuanya mendekati pintu sambil tersenyum.

“Sampai nanti.”

“Terima kasih atas waktunya ~.”

─ Pintu tertutup.

““……””

Dan kemudian, dalam sekejap, mereka pergi, dan Reina-san dan aku diam dengan wajah lesu.

Lalu, Reina-san bergumam.

“Hei, Koutaro-kun ... Aku minta maaf, tapi bisakah kita memperpanjang masa tinggal kita bersama ...?”

“Ya, tentu saja ...”

Secara alami, aku langsung menerimanya.





close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama