Kimi no Hanashi Chapter 07 Bahasa Indonesia

Chapter 07 – Doa

 

Setelah hujan badai mereda, angin malam mulai membawa aroma khas malam musim gugur. Serangga-serangga setengah sekarat membuat suara berdengung membosankan saat mereka merangkak di tanah, dan bunga matahari di sisi jalan membuat kepala mereka terkulai seperti anjing liar, tidak pernah mengangkat lagi. 

Musim panas mulai berakhir. 

Terbebas dari Touka, aku minum gin sendirian, aku merokok sendirian, aku makan sendirian, dan aku minum gin sendirian lagi. Siklus hidup yang dibangun Touka selama 20 hari langsung berantakan hanya dalam satu hari. Kau pasti pernah mendengar pepatah: membangun itu sulit, tetapi menghancurkan sesuatu ternyata sangat mudah. 

Walau begitu, kebiasaan makanku menjadi sedikit lebih baik. Aku membeli bahan-bahan dari supermarket setiap malam, dan meluangkan waktu untuk memasaknya. Aku tidak tumbuh untuk membenci ramen atau semacamnya. Tetapi memasak adalah hal yang membuatku terhindar dari rasa kebosanan. Ketika aku di dapur melakukan pekerjaan yang mengambil konsentrasi, aku tidak perlu berpikir tentang omong kosong yang tidak masuk akal. 

Aku tidak punya pengalaman memasak untuk diriku sendiri, tetapi secara alami aku meniru caranya saat melihat Touka melakukannya. Aku mengandalkan ingatanku untuk mereplikasi setiap masakan yang dia buat. Setelah makan, aku mencuci dan membereskan peralatan, lalu meminum gin lagi. Ketika aku tidak melakukan apa-apa, aku mendengarkan musik pada pemutar rekaman yang Touka tinggalkan. Musik lama yang tadinya terasa membosankan ketika kami mendengarkannya bersama, yang anehnya, tidak terlalu buruk ketika aku mendengarkannya sendiri. Saat ini, beberapa musik sederhana dan bertempo lambat adalah apa yang aku cari. 

Pada hari keempat, Emori menghubungiku. Aku bangun dari tidur siang dan memeriksa surat suara di teleponku. 

Aku memainkannya tanpa terlalu banyak berpikir. 

“Aku sudah tahu identitas asli Touka Natsunagi. Aku akan menghubungimu lagi nanti.” 

Aku meletakkan telepon di dekat tempat tidurku dan memejamkan mata. 

Dua jam kemudian, aku mendapat telepon. 

Aku mandi untuk pertama kalinya dalam dua hari, memakai pakaian baru, dan menuju taman terbengkalai. 

 

*****

“Kau mau penjelasan yang panjang, atau yang singkat?” 

Begitulah cara Emori memecahkan kesunyian. Aku hanya butuk lima detik sebelum menjawab “yang panjang, kumohon.” Sementara sebagian dari diriku ingin mendengar penjelasan singkat terlebih dahulu untuk mempelajari kebenaran, aku mungkin akan meminta rincian setelahnya. Aku akan berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin, dalam upaya untuk mencapai kesimpulanku sendiri yang mungkin berbeda dari miliknya. Dalam hal ini, pikirku, aku harus mendengar penjelasan yang panjang terlebih dahulu

“Kalau begitu, kita harus melangkah mundur dulu.” Lalu Emori agak ragu-ragu. “Kenapa bukan kau, pihak yang terlibat, tapi justru aku, pihak ketiga, yang bisa melihat kebenaran dari Touka Natsunagi? Untuk menjelaskan logika tersebut, aku harus berbicara tentang masa ketika aku serius mempertimbangkan membeli Mimori. Dan untuk menjelaskan mengapa aku mempertimbangkan untuk membeli Mimori, aku harus mengungkit kehidupan pribadiku. Ini bukan hal yang paling menyenangkan, dan bukan cerita yang ingin kubicarakan di depan umum ...”

Ia menggaruk bagian belakang lehernya dan menghembuskan nafas. 

“Yah, mungkin tidak terlalu buruk untuk terbuka tentang hal itu padamu, Amagai.”

Aku mengangguk dan mendesaknya untuk terus melanjutkan. 

“Coba lihat ini.” 

Dengan itu, Emori menunjukkanku sesuatu, sebuah buku catatan yang lusuh. 

“Ini buku catatan saat SMP,” jelasnya. “Balikkan halamannya.” 

Di bagian belakang buku catatan itu ada lembar identifikasi siswa, dengan foto Emori saat masih SMP. 

Bisa dibilang, jika aku ditunjukkan foto ini tanpa konteks apa pun, aku mungkin tidak akan menyadari kalau foto ini adalah Emori. 

Itulah perbedaan dirinya di foto ini dibandingkan dengan dirinya yang sekarang. 

Jika boleh terus terang: dia jelek. 

“Mengerikan, bukan?”, Ujar Emori. Bukan mengolok-olok dirinya, tapi seperti sedang meludahkan sesuatu. “Aku memiliki masa kecil yang menyedihkan. Tidak ada laki-laki maupun perempuan yang ingin berada di dekatku. Aku diejek terus-terusan oleh seniorku, dan bahkan juniorku ikut mengolok-olokku. Rasanya seperti di neraka, bahkan para guru enggan berurusan denganku. Aku hanya berdoa agar waktu berlalu lebih cepat di sudut ruang kelas, hari demi hari.” 

Aku membandingkan orang di dalam foto dengan yang pria yang ada di depan mataku. Tentu, ada kesamaan samar di antara mereka berdua. Tapi kata kesamaannya ada pada tingkat “tahu dan natto terbuat dari bahan dasar yang sama”; Kau bisa menemukannya jika kau mencobanya, sama seperti menemukan persamaan antara dua orang asing. 

“Aku memutuskan untuk mengubah diriku di musim semi, saat aku menginjak usia 18 tahun. 9 Maret, empat tahun lalu,” lanjutnya. “Ketika aku sedang berjalan pulang sendirian dari upacara kelulusan, sepasang kekasih berjalan di depanku. Mereka mengenakan seragam yang sama sepertiku dan memegang ijazah, jadi aku tahu mereka adalah lulusan yang sama dari sekolahku. Bahkan sebenarnya, aku menyadari bahwa gadis itu adalah teman sekelasku, gadis di kelas yang selalu menyapaku setiap hari, diam-diam, aku menaruh perasaan padanya, meski belum bisa disebut naksir. Aku tahu kalau aku bukan tipe pria yang bisa berpacaran dengannya, jadi aku tidak berusaha mendapatkan perasaannya, tapi saat jam pelajaran atau istirahat makan siang, aku selalu meliriknya setiap kali mendapat kesempatan.”

Ia mengambil buku catatan itu dari tanganku dan memasukkannya kembali ke sakunya. Aku bertanya-tanya apakah dia secara berkala melihat buku catatan itu untuk mengingatkan dirinya sendiri tentang masa lalunya. Sama seperti meminum obat pahit. 

“Kau tahu mengapa aku tidak bisa langsung menyadarinya kalau dia itu teman sekelasku? Karena dia memasang ekspresi yang sama sekali berbeda saat berjalan bersama pacarnya daripada yang kulihat di kelas. Ahh, jadi dia bisa tersenyum begitu saat dia benar-benar bahagia , Pikirku. Dia adalah gadis yang cantik, jadi aku tidak terlalu terkejut kalau dia sudah punya pacar. Aku tidak terlalu berharap kalau dia adalah milikku atau semacamnya, jadi aku tidak mungkin cemburu saat melihatnya. Aku sudah melabel diriku sebagai golongan kasta terendah, jadi tidak ada yang bisa membuatku lebih menderita dari itu. Aku hanya berpikir, “dia terlihat bahagia.”

Emori lalu melirikku, seolah-olah mengatakan “kau mungkin tahu bagaimana rasanya.”

Tentu saja, aku merespons melalui pandangan mataku. 

“Tapi untuk beberapa alasan ... ketika aku sudah bertekad untuk menjalani kehidupan baruku, aku terus mengingat apa yang kulihat saat itu, dan membuat hatiku terhempas dalam kekacauan. Saat aku sedang berkemas-kemas, saat aku sedang berjalan di antara tempat sampah dan rumahku, saat aku membeli perlengkapan hidup, aku terus merenungkan adegan yang aku lihat dalam perjalanan pulang dari upacara kelulusan. Setelah aku selesai mempersiapkan pindahanku, aku berbaring di kamar kosong dengan tangan dan kaki terulur, dan berpikir lama dan keras tentang apa yang aku lakukan pada diriku sendiri. Dan malam itu, aku membuat keputusan untuk diriku sendiri: Aku akan memulai dari awal.” 

Seolah menunggu arti kata-kata itu meresap ke dalam diriku, dia berhenti selama beberapa detik. 

“Untungnya, aku tidak mengenal satu orang pun di sekolah baruku. Aku langsung menentukan waktu pindahanku dan mulai hidup sendiri. Dan kemudian, aku mencoba semua yang bisa kupikirkan demi “kelahiran kembali” diriku. Untuk sementara, aku hampir tidak pernah menunjukkan wajahku saat kuliah, karena aku berusaha keras melatih tubuhku sampai-sampai hampir batuk darah. Setiap malam, aku meneliti mengenai bagaimana aku harus berpakaian dan bertindak agar orang-orang menyukaiku, dan mempraktikkannya di tempat-tempat yang tidak ada hubungannya dengan sekolah. Dan aku merombak wajahku sebanyak mungkin tanpa melibatkan pisau bedah. Setelah aku merasa cukup percaya diri, aku mulai muncul ke kelas dengan sungguh-sungguh. Aku mendapatkan banyak sekali teman dan pasangan yang menarik dalam waktu singkat, tapi aku masih terus berusaha untuk mengembangkan diri. Nyatanya, setelah melihat hasil nyata dari upayaku membuat api ambisi dalam diriku membara. Aku mengerahkan banyak upaya, seperti orang kerasukan, ke dalam penampilan dan yang lainnya. Setahun kemudian, aku membuat gadis-gadis jatuh cinta tanpa perlu menggomabli mereka.”

Lalu Emori tersenyum simpul padaku, seolah-olah berusaha menunjukkan. Itu adalah senyuman yang akan membuat setiap gadis yang datang ke perguruan tinggi merasa klepek-klepek padanya. 

“Rasanya dunia berputar di sekitarku. Setelah itu, aku mulai merasa bersemangat untuk mendapatkan kembali masa kecilku yang hilang. Ingin membalas dendam  pada diriku yang dulu maupun mereka yang takkan memberiku waktu, aku sudah meniduri banyak gadis-gadis muda yang cantik, layaknya bangsawan dari Abad Pertengahan yang bermandikan darah gadis-gadis perawan untuk menjaga ketampanan mereka. Aku pikir itu akan menyelamatkan sisi lain di dalam diriku. Kupikir aku bisa memberikan keselamatan kepada bocah yang hanya bisa duduk di sudut kelas dan dengan iri melihat dari jauh saat teman-teman sekelasnya memiliki masa kecil bahagia.”

Pada titik ini, Emori akhirnya menyesap bir. Mungkin sudah hangat beberapa saat yang lalu, jadi dia merapikan wajahnya dan melihat label pada kaleng itu. Kemudian dia menuangkan isinya ke tanah dan mulai merokok, menggunakan kaleng itu sebagai asbak. Aku menyalakan korek untuk mencocokkannya. 

“Pada tahun kedua kuliahku, di musim panas, aku akhirnya tersadar. Rasanya seperti mendapat pencerahan. Aku bisa berusaha semampuku, tapi mustahil untuk mendapatkan kembali masa kecil yang hilang. Ternyata, kau hanya bisa memiliki pengalaman usia 15 tahun yang biasa dialami umur 15 tahun, jadi jika aku tidak mendapatkannya pada usia tersebut, semua pengalaman setelah melewati usia itu tidak bisa menyelamatkan semangatku yang berusia 15 tahun. Butuh waktu lama untuk menyadari sesuatu begitu jelas. Semuanya terasa sia-sia, dan aku menyerah pada keplayboyan-ku. Aku menghapus semua info kontak teman wanitaku, tanpa terkecuali. Aku berteman denganmu setelah itu, Amagai. Kurasa pada saat itu, aku ingin mencari seseorang yang merasakan kekosongan serupa dengan diriku.”

Pernyataannya tersebut membuatku teringat. Gadis-gadis yang sering mengunjunginya mulai tidak terlihat lagi setelah aku dan Emori mulai saling kenal satu sama lain.

Aku bahkan tidak pernah berhenti untuk berpikir bahwa kedua fenomena itu memiliki hubungan sebab-akibat. 

“Aku belajar tentang Green Green di akhir musim panas - tepat di sekitar jangka waktu ini.” Dia akhirnya mengucapkan kata-kata itu. Lambat laun, dia mendekati topik utama. “Itu adalah produk sempurna bagi orang yang mendambakan masa kecil menyenangkan seperti diriku. Obat mujarab untuk masa kecil yang tidak memuaskan, yang memberikan kenangan indah kepada konsumennya. Aku segera melompat untuk itu. Aku bahkan langsung ingin membelinya. Aku sudah berhasil sampai membuat janji untuk konseling. Ini bisa menyelamatkan diriku yang berusia 12 tahun dan 15 tahun, pikirku. Tapi sebelum produk itu selesai, aku memikirkannya kembali dan membatalkannya.”

Aku bertanya untuk pertama kalinya. “Kenapa begitu?” 

Mulutnya meringis seperti sedang kesakitan. 

“Apa yang lebih hampa dari kenyataan kalau kenanganku yang paling indah adalah buatan orang lain?” 

Aku mengangguk. 

Rasanya sekarang aku bisa sepenuhnya memahami mengapa pria ini berteman denganku. 

“Aku menyerah membeli Green Green, tetapi ketertarikanku pada Mimori sendiri masih besar. Khususnya, aku benar-benar terpesona oleh pekerjaan “insinyur Mimori” yang aku pelajari saat meneliti Mimori. Aku harus menghadapi kenanganku sendiri lebih dari kebanyakan orang rata-rata. Aku merasa orang-orang semacam diriku yang memiliki banyak kasus “andai saja seperti ini” di masa lalunya mungkin saja cocok menjadi seorang insinyur Mimori. Aku mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang itu. Kurasa aku sedang dalam proses mengumpulkan informasi saat aku mempelajari tentang Touka Natsunagi. Butuh waktu lama untuk mengingatnya, karena artikel yang aku temukan sudah tersimpan setahun yang lalu, tapi itulah sebabnya aku merasa pernah melihat gadis yang berjalan bersamamu beberapa minggu yang lalu, Amagai.”

Emori menunjukkan sebuah artikel berita di layar ponselnya. Di bagian atas dari artikel itu adalah tanggal dari tiga tahun lalu. 

Si Jenius Insinyur Mimori yang berusia 17 Tahun

“Pendahuluannya lumayan panjang, tapi inilah kesimpulannya,” kata Emori. “Touka Natsunagi adalah seorang insinyur Mimori. Mimori mengenai Touka Natsunagi yang ada di kepalamu itu, Amagai, mungkin dia sendiri yang membuatnya.” 

Dia menggeser layar ke bawah dan memperbesar foto di bawahnya. Wajah yang familiar terpapar jelas ke arahku. 

Senyum Touka Natsunagi yang tidak kulihat dalam empat hari. 

 

*****

Setelah kembali ke apartemen, aku membaca ulang artikel itu berulang kali. Setelah selesai, aku mengumpulkan informasi tentang dirinya di internet. 

Touka Natsunagi bukanlah nama sebenarnya, tapi cuma ada sedikit perbedaan antara nama aslinya dan aliasnya. Hanya berbeda satu huruf dalam nama keluarganya, itu saja. Dia mungkin berpikir penyamaran minimal ini akan cukup bagiku. Atau mungkin bila dia keceplosan menyebut namanya, dia bisa mengelak. 

Pada saat itu, dia adalah insinyur Mimori termuda dalam sejarah. Dia dipekerjakan sebagai insinyur Mimori oleh klinik besar saat umur 16 tahun, dan bekerja menghasilkan banyak Mimori saat menjalani sekolah SMA. 

Hanya dalam kurun waktu tiga tahun, dia sudah menciptakan Mimori yang setara lebih dari 50 tahun. Itu adalah kecepatan yang tidak masuk akal, terlepas dari masa mudanya. Dan tidak hanya kuantitas, tapi kualitasnya juga. Tak perlu dikatakan lagi, dia menarik perhatian di dunia teknik Mimori sebagai bintang baru, tetapi dia mengirimkan surat pengunduran diri tepat sebelum ulang tahunnya ke-20 dan belum pernah terdengar sejak saat itu. Itulah yang dimuat  berita lokal, setidaknya. Orang-orang yang mengharapkan karyanya dibiarkan putus asa. Mimori yang dia buat entah bagaimana pada dasarnya berbeda dari Mimori yang dibuat orang lain; tidak ada yang bisa menirunya. 

Dia mengacu pada perbedaan yang tak tertandingi itu sebagai “doa.”

Dalam wawancara singkat di situs berita, Touka menjawab pertanyaan wartawan dengan hati-hati dan tidak menyinggung. Pewawancara berusaha keras untuk mencoba dan mendapatkan reaksi kekanak-kanakan atau pernyataan kontroversial dari insinyur jenius berusia 17 tahun, tapi semakin jauh pewancara melangkah ke depan, semakin dalam dia mundur ke dalam cangkangnya. Jadi Touka hanya membalas dengan jawaban sederhana, aman, dan membosankan.

Ada dua pertanyaan terakhir yang mampu membuatnya berbicara jujur. Yang pertama adalah: “Banyak yang mengatakan kalau Mimori yang anda buat sangat berbeda dari apa yang dibuat oleh insinyur Mimori lainnya. Bagaimana anda akan menggambarkan secara konkret  “perbedaan “ itu?” 

“Kurasa aku akan mengatakan “doa.”” Jawab Touka. 

Ketika pewawancara mencoba menggali lebih dalam apa yang dia maksud dengan "doa," Touka memberi jawaban sederhana. “Pada dasarnya, apa yang saya maksud adalah ketulusan.” 

Tapi sebenarnya, itu mungkin sesuatu yang tidak bisa digambarkan kecuali "doa" yang akan berhasil. 

Setidaknya, itulah yang kurasakan. 

Pewawancara melanjutkan untuk menanyakan tujuan akhirnya sebagai seorang insinyur Mimori. Touka menjawab seperti ini. 

Aku ingin membuat Mimori yang kuat, sampai membuat kehidupan orang itu terlempar ke dalam kekacauan. 

Dan apa aku menjadi kelinci percobaannya? 

Apakah tujuannya adalah membuat hidupku kacau balau melalui Mimori

Apakah senyum, dan air matanya, hanyalah akting palsu demi menggoyahkan hatiku? 

Kurasa aku harus jengkel. Kurasa aku harus marah karena terbiasa termakan egonya. Sebulan yang lalu, aku mungkin akan merasa begitu. 

Tapi itu tidak mungkin untuk diriku yang sekarang. Hanya mengetahui kebenaran saja sudah terlambat. Setiap upaya untuk melemparkan perasaan negatif ke arahnya akan terhambat oleh ingatanku tentang liburan musim panas ini. Bukan hanya “Aku tidak bisa membencinya.” Aku melihat foto Touka yang berusia 17 tahun berulang kali, dan setiap kali aku melihatnya, hatiku dipenuhi dengan rasa kerinduan. 

Anehnya, Touka yang berusia 17 tahun tampak sedikit lebih tua dari Touka yang aku kenal di usia 20 tahun. Dalam foto itu, matanya sedikit suram, dan fakta bahwa dia mengenakan seragam SMA juga terasa aneh. Itu mungkin benar-benar cocok dengan Touka yang sekarang. 

Kenyataannya, sekarang kalau dipikir-pikir lagi, dia yang berusia 20 tahun masih terlihat sangat muda. Dalam foto itu, dia melewati usia 20 tahun, dan di masa sekarang, dia baru berusia 17 tahun. 

Apa arti inversi yang aneh ini? Apakah foto yang terjepret karena dia merasa gugup? Apakah berhenti dari pekerjaan membebaskannya dari rasa stress dan membuatnya terlihat lebih muda? Apakah dia berusaha semirip mungkin dengan penampilannya di Mimori untuk menipuku? 

Touka yang berusia 17 tahun yang tersenyum canggung di depan kamera tampak seperti itu bisa menjadi visi dirinya sendiri dari waktu dekat. 

Kepalaku tidak bisa berhenti berpikir. Yang bisa aku andalkan untuk malam yang panjang ini ialah, kau sudah tahu, alkohol. Aku menuangkan air pelupa ke dalam gelas, dan tersesat di sebuah gang gin dengan suasana seperti kehancuran. 

Ayahku juga pencinta alkohol. Ada pemabuk yang minum-minum untuk menikmati kenyataan dan ada pula yang minum-minum untuk melupakan kenyataan, dan aku kalau beliau adalah kategori yang terakhir. Jika Ia tidak menjadi pecandu Mimori, Ia mungkin akan menjadi pecandu alkohol yang lebih berbahaya. Ia tampaknya menahan rasa sakit halus yang takkan bisa disembuhkan oleh siapa pun, Ia selalu terlihat seperti sedang tercekik. 

Satu-satunya tujuan hidupku adalah untuk tidak pernah berakhir seperti ayahku, tapi mungkin aku berakhir agak mirip dengan ayahku, hanya berbeda dalam presentasi. Sebuah kehidupan dimana aku terus mengalihkan pandanganku dari hal-hal yang tidak menyenangkan bagiku, situasinya terus memburuk, namun aku terus memalingkan muka. 

Sambil menatap linglung di “buku harian satu kalimat” yang tergantung di dinding, aku menyadari mataku kehilangan fokus. Aku memejamkan mataku, dan menemukan diriku di sebuah kapal yang diguncang oleh gelombang tinggi. Aku terhuyung ke kamar mandi dan mengosongkan perutku. Sudah sebulan sejak aku terakhir minum begitu banyak sampai membuatku muntah. Pada hari itu, aku memutuskan untuk minum Lethe, tidak mampu meminumnya, salah mengira orang, minum-minum dalam keputusasaan, didepak keluar dari bar, berjalan pulang ke apartemen, dan bertemu dengannya. 

Touka Natsunagi. 

Hanya ada satu hal yang membuatku tersendat. Pada hari terakhir, Touka mengatakan padaku tentang alasannya bertingkah seperti teman masa kecilku. 

“Pada akhirnya, kamu akan tahu. Ini adalah tujuan yang cukup kompleks, tapi kupikir kamu bisa mengetahui kebenarannya.” 

Tapi bisakah kau menyebbut  “membuat hidup orang itu ke dalam kekacauan” sebagai tujuan yang rumit? 

Dan "Kupikir kamu bisa mengetahui kebenarannya” menyiratkan bahwa itu adalah sesuatu yang tak bisa diketahui oleh orang biasa? 

Aku merasa kalau aku melewatkan sesuatu yang besar. 

Jika dia cuma ingin membuat hidupku kacau balau, seharusnya masih ada banyak cara lain. 

Misalnya saja, meninggalkan isi Green Green apa adanya, lalu muncul di hadapanku sebagai “seorang gadis yang menyerupai teman masa kecil di Mimori,” dan menempatkan pada suasana yang tampak seperti “pertemuan yang ditakdirkan” pasti mampu menjeratku, mengundang sedikit di jalan keraguan yang tidak perlu. Sulit membayangkan kalau Touka tidak memiliki kemampuan untuk memahami hal itu. 

Namun, dia justru muncul di hadapanku sebagai teman masa kecil di Mimori  itu sendiri. Dia sengaja memilih pendekatan dengan peluang keberhasilan rendah. Apa itu menunjukkan seberapa yakinnya dia dalam pengaruh Mimori buatannya? 

Pasti bukan begitu. Dia harus menjadi teman masa kecil yang aku kagumi, dan bukan orang lain. Sampai aku bisa mengetahui alasan dibalik hal itu, aku tidak bisa bilang kalau aku memahami niatnya yang sebenarnya. 

Jalan pemikiranku terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang lain. 

 

*****

Pada titik tertentu, langit mulai cerah. Bahkan dengan kekuatan alkohol, aku masih belum bisa tidur sedikit pun, dan setelah minum di luar dosis yang dianjurkan, tubuhku terasa sangat lamban. Pandanganku buram, kepalaku berat, tenggorokanku sakit, dan perutku juga merasa lapar. 

Aku merangkak keluar dari tempat tidur. Mungkin perutku yang kosong terus tertidur, tapi teman masa kecil yang akan membuatkanku sarapan sudah pergi sekarang. Aku memeriksa isi kulkas, dan hanya ada sedikit kol dan jus jeruk. Ketika aku meminum jus jeruk sampai tetes terakhir, malah membuat perutku semakin memburuk. Aku menyerah untuk tidur, memakai sandalku, dan meninggalkan ruangan. 

Tepat ketika aku membuka pintu, sesuatu bergerak di sudut penglihatanku. Sementara masih dalam posisi menutup pintu, aku secara naluriah menoleh ke samping. 

Ternyata itu seorang gadis. Dia terlihat sekitaran usia 17 hingga 20 tahun. Dia berpakaian seperti baru mengunjungi pemakaman seseorang yang jauh, lalu kembali ke kereta paling awal yang dia bisa. Anggota badannya, samar-samar bersinar, seperti putih transparan, dan rambut hitamnya yang panjang dan lembut dihembus oleh angin, dan waktu seolah-olah berhenti. 

Sebuah paku yang tak terlihat menancap kami di tempat, dia dalam pose membuka pintu, dan aku menutup pintu dengan punggung tanganku. 

Seolah-olah kita kehilangan konsep kata-kata, kami saling memandang satu sama lain untuk waktu yang lama. 

Hal pertama untuk melanjutkan gerakan adalah mulutku. 

“... Touka?”

Aku lalu memanggil namanya. 

“... Kamu siapa?” 

Gadis itu sudah melupakanku.




close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Jadi begitu, ingatan asli Chihiro itu ketika si Touka masih sendiri dan sakit-sakitan kah, dan karena merasa tertolong Chihiro dia ngelakuin hal yg sama di masa sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca aja terus sampe selesai, dan kau akan mengetahui kebenarannya

      Hapus
Lebih baru Lebih lama