Chapter 134
“Fuiii, Hmm Hmm ~!”
Bahkan untuk anak SMA, bermain selama beberapa jam masih terasa
melelahkan. Mereka berempat duduk di bangku untuk beristirahat.
Mereka menyewa bola untuk bermain bola voli, dan di bawah tekanan kuat
dari Chitose, Mahiru diseret ke sebuah seluncuran air kecil. Walau begitu,
itu mungkin masih terasa sangat menarik baginya.
Mahiru tampak segar saat dia duduk di samping Amane, dan berskaur
padanya dengan lembut, mungkin karena kelelahan.
“Aku sangat senang. Sudah lama sejak sejak aku bisa
bersenang-senang.”
“Ya. Aku sudah lama tidak berolahraga sebanyak ini.”
“Kamu tidak benar-benar muncul selama festival
olahraga. Berolahraga dengan baik kali ini. ”
Amane bukannya malas berolahraga, tapi Ia tidak bisa menganggap dirinya
mahir, dan takkan pernah berolahraga saat dia baru saja turun. Ia akan
mengikuti pelajaran olahraga dengan benar, tetapi tidak pernah terlalu
antusias.
“Meski Amane mulai berenang dengan serius di tengah jalan.” (Chitose)
“Yah, kolam adalah tempat untuk berenang… rasanya segar bisa
melakukannya sesekali.” (Amane)
“Mahirun terus-terusan melihatmu saat itu.” (Chitose)
“Eh, m-maaf Mahiru.”
Mahiru dan Chitose bersenang-senang, jadi Amane cuma melakukan berenang
sederhana, tapi mungkin Mahiru sedang menunggunya saat itu.
Namun, Mahiru buru-buru menggelengkan kepalanya.
“Bu-Bukan itu yang aku maksud ... itu bagus.”
Setelah berpikir sejenak, Amane menyadari apa yang dia maksud dengan bagus.
Mahiru tidak bisa berenang, dan iri pada Amane, yang bisa berenang
dengan lancar.
Tapi, Amane tidak berani menyebutkan kepada Chitose dan Itsuki bahwa
Mahiru tidak bisa berenang, dan hanya tersenyum kecut sambil mengelus
kepalanya.
Jika mereka punya kesempatan lagi, mereka mungkin bisa berlatih sedikit.
“Lain kali ayo pergi ke kolam.” (Amane)
“Y-ya.” (Mahiru)
“Hm, apa ~? Apa kamu ingin melihat bikini hitam Mahirun? ”
(Chitose)
“Apa kau ini idiot. Aku tidak ingin menunjukkan itu kepada orang
lain.” (Amane)
“Yang artinya kamu ingin melihatnya saat kamu sendiri.” (Chitose)
“Itu sih… hak istimewa sebagai pacarnya.” (Amane)
Amane tidak punya niat untuk menunjukkan bikini hitam Mahiru kepada
orang lain. Bahkan pada saat ini, baju renang Mahiru tersembunyi di bawah
rashguard-nya, dan Amane ingin dia memakai celana pendek renang.
“Apa kamu dengar itu Mahirun? Kamu tidak mau menunjukkannya pada
pacarmu?” (Chitose)
“Seperti yang aku katakan, kita bisa bernegosiasi.” (Mahiru)
Amane tersenyum pada Mahiru, yang menoleh ke samping, dan kembali
mengelus kepalanya dengan lembut.
Begitu mereka meninggalkan fasilitas rekreasi bersama, kelompok Amane
tiba di sebuah restoran keluarga.
Matahari hampir tenggelam di ufuk barat, dan masih sedikit lebih awal
untuk makan malam. Mereka menghabiskan banyak tenaga untuk bermain dan
berenang, jadi perut mereka keroncongan. Mungkin ini saat yang tepat untuk
menyantap makan malam.
Mahiru tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengunjungi restoran
keluarga, dan terlihat sedikit bersemangat. Pemandangan menggemaskan itu
membuat Amane tersenyum, tapi Ia segera menyembunyikan senyum itu saat Chitose
dan Itsuki menepuknya dengan ringan di tempat yang tidak bisa dilihat Mahiru.
“Tapi ngomong-ngomong, kamu akan pergi ke kampung halaman Amane untuk
musim panas ‘kan, Mahirun?”
Chitose bertanya sambil mengiris steak hamburger yang dia pesan.
Mahiru mungkin pernah menyebutkan kalau dia akan pergi ke kampung
halaman Amane saat dia mengatur rencana dengan Chitose. Chitose kemudian
menyeringai.
“Rasanya seperti erm, bertemu orang tua.”
“Maaf sudah mengecewakanmu, tapi Mahiru sudah bertemu orangtuaku.”
“Begitu ~… kurasa itu seperti istri yang mengikuti suaminya kembali ke
kampung halaman.”
“Terserah.”
Apa yang kau katakan sekarang. Kami tidak bertunangan, apalagi
menikah. Pikir Amane, tapi biasanya, mana ada sepasang
kekasih yang masih SMA yang benar-benar bertemu orang tua satu sama lain, dan
Amane tidak dapat menyangkalnya sepenuhnya.
Mengabaikan Chitose yang cekikikan, Amane memakan dalam gulung goreng
dalam makanan Jepangnya. Chitose terlihat kasihan karena dia tidak pernah
menggodanya.
Amane mengabaikannya saat Ia mengunyah telur gulung, tapi tidak
menganggapnya membuat ketagihan. Rasanya sangat normal tidak seperti
Mahiru, dan tidak terlalu enak.
Kurasa masakan Mahiru adalah yang terbaik , pikir Amane dalam hati, melihat ke arah Mahiru, dan melihat dia
sedikit malu.
Mungkin bagian kata 'istri'
yang membuatnya merasa sangat malu.
“Shiina-san, kau akan pergi ke kampung halaman Amane? … Kurasa
Shihoko-san pasti akan senang. ” (Itsuki)
“Akazawa-san, kamu kenal Shihoko-san?” (Mahiru)
“Tidak, aku hanya mendengar tentang beliau ... dan langsung memahaminya
saat Amane mendeskripsikannya.” (Itsuki)
“Ibuku memiliki kepribadian yang ... dan kau mungkin mengira dia mirip
dengan seseorang.” (Amane)
Ternyata Itsuki segera menyimpulkan bahwa Shihoko sangat mirip seperti
Chitose. Tentunya Chitose dan Shihoko akan sangat akrab jika mereka
bertemu.
“Hm, apa apa ~” (Chitose)
“Yah, kami bilang kau itu manis, Chii.” (Itsuki)
Itsuki dengan santai menghindari masalah itu dan
memujinya. “Astaga, Ikkun ~” Chitose terlihat sangat puas.
“Ah benar, Amane, cepatlah dan beritahu kapan kamu akan
kembali. Aku ingin keluar dan bermain dengan Mahirun sebelum kalian berdua
pergi.” (Chitose)
“Ya, ya. Mungkin di bulan Agustus. Bersenang-senanglah… juga,
kerjakan dulu tugas musim panasmu. ” (Amane)
“Kenapa kamu terdengar seperti ibuku ~ !?” (Chitose)
“Bukankah karena kau mengeluh pas tahun lalu,“ Aku tidak bisa menyelesaikan tugasku ~! ”…” (Amane)
Chitose mungkin adalah tipe orang yang suka melakukan tugasnya di
saat-saat terakhir, dan pada musim panas lalu, dia mulai panik ketika liburan
hampir selesai.
Amane sudah selesai mengerjakan semua tugasnya, begitu pula
Mahiru. Mereka akan melanjutkan revisi mereka.
“Tapi aku tidak ingin melakukannya… oh yeah, aku bisa meminta tenshi
untuk mengajariku.” (Chitose)
“Aku tidak keberatan, tapi aku tidak mau jika kamu terus memanggilku
Tenshi.” (Mahiru)
“Uhh galak sekali. Tapi, aku masih suka Mahirun yang berhati
dingin.” (Chitose)
Mahiru dan Chitose mengobrol dengan riang, dan Amane merasa lega saat Ia
menyantap makanannya sebelum menjadi dingin.
Amane merasa makanan luar tidak terlalu enak, karena Ia mungkin sudah
terbiasa dengan masakan Mahiru.
“Mahiru, besok aku mau dadar gulung.”
Amane bergumam pada Mahiru, yang berada di sampingnya, dan Mahiru
melihat ke arah nampan di depannya.
“Bukannya kamu sedang memakannya?”
“Ini tidak enak. Kayak ada yang hilang. Buatanmu yang terbaik.
”
“Fufu, aku benar-benar harus menyerahkannya padamu. Aku akan
membuat sarapan dan membangunkanmu nanti.”
“Oke.”
Karena sekarang sedang liburan musim panas, dan Amane tidak bisa bangun
pagi, jadi sangat bagus bila Mahiru mau membangunkannya.
Akan sangat buruk bagi hati Amane untuk melihat wajah Mahiru segera setelah
bangun, tapi dia pasti menjadi alarm terbaik.
Amane sangat senang, karena Ia diam-diam menantikan sarapan untuk
besok. Itsuki menatap Amane dengan muka tercengang.
“Sepasang suami istri sudah tinggal bersama…”
“Diam.”
Kami cuma setengah tinggal bersama, Amane
tidak berkomentar saat Ia diam-diam menyicip sup miso yang agak dingin.
cuma setengah tinggal bersama wkwkkwkw
BalasHapusHubungan Asmara Memang Terasa Lebih Manis Saat Masih Awalan
BalasHapusUp minn
BalasHapusEnak kali udah mesra²an dri pagi -_-
BalasHapusGk sekalian aja tidur bareng juga :v
BalasHapusSetengah....
BalasHapusSetengah, tapi ke-uwuan nya berasa full
BalasHapusUdah mending tinggal satu apartemen aja, sisa uangnya tabung buat modal nikah😂
BalasHapusMantap bay
BalasHapus